Love In the Ice

Love In the Ice

 

Author PoV

 

Pagi..

Adalah awal dari sebagian besar manusia dan mahkluk hidup diseluruh penjuru dunia untuk memulai aktivitas hariannya.

 

Demikian pula dengan seorang namja tampan yang bermata musang. Ia bangun dari tidurnya dengan perasaan segar. Dibukanya kedua belah kelopak matanya yang tajam.

 

Menatap seberkas cahaya mentari pagi yang memasuki kamarnya melalui celah-celah jendela kaca.

 

Digeliatnya tubuhnya yang Liat dan juga berotot itu. Melakukan peregangan dan sesekali menguap.

 

Ia bangkit berdiri dari tidurnya,ia menuju kamar mandi untuk segera berbenah diri. Ia akan berangkat ke kantor pagi ini.

 

Setelah merasakan tubuhnya sudah bersih dan segar,ia pun berpakaian.

Diambilnya kemeja hitamnya beserta jas dan dasi yang berwarna abu-abu. Membuat ketampanan namja itu bertambah 10x lipat.

 

Ditatapnya pantulan dirinya dicermin besar yang memang ada dikamarnya. Namja itu tersenyum tipis melihat penampilannya yang sudah rapi dan menawan.

 

Dilangkahkannya kakinya keluar dari kamarnya yang luas dan besar menuju kamar lain yang terletak hanya sekitar 8 meter jauhnya dari kamarnya.

 

Ia pun tiba dikamar yang memiliki pintu berwarna putih itu. Ia pun memasuki kamar itu dengan perlahan.

Mendapati sesosok gadis kecil masih tertidur dengan nyenyaknya. Larut dalam mimpinya.

 

Namja yang bernama Jung Yunho itu mendekati ranjang yang berukuran queen size dengan hati-hati. Ia tidak mau membangunkan putrinya terlebih dulu.

 

Ia tiba di samping ranjang,disingkapnya tirai warna putih tipis yang melingkupi putri tunggalnya.

 

Yunho menatap wajah putrinya dengan penuh cinta,disibaknya sedikit poni yang menutupi mata putri tercintanya. Dikecupnya puncak kepala putrinya dengan penuh kasih sayang sembari menyelipkan tangannya kebalik selimut sang putri tidur dan mulai menggelitiki telapak kaki putrinya. Cara untuk membangunkan putrinya yang berumur 5 tahun itu.

 

Perlahan tapi pasti,Jeonghyeon nama putri Yunho mulai membuka matanya dan menatap sang ayah dengan matanya yang besar dan bening.

 

Yunho memberikan senyuman manis,”Selamat pagi,my little angel..” sapa Yunho.

 

Jeonghyeon mengucek matanya. Salah satu kebiasaanya lagi sehabis bangun tidur.

 

“Selamat pagi Appa…” sapa Jeonghyeon dengan nada ceria dan bangkit duduk lalu memeluk appanya dengan erat.

 

Yunho terkekeh melihat tingkah putrinya,”Nah..apakah putri kesayangan appa tidur nyenyak??? Mimpi indah kah??” tanya Yunho sambil mencubit ujung hidung Jeonghyeon.

 

Ditatapnya rupa putrinya yang mirip dengan dirinya,tapi tidak seluruhnya. Bagian mata dan bibirnya. Itu pengecualian. Bagian  itu persis dengan milik ibu dari Jeonghyeon. Hal tersebut menyebabkan namja tampan itu menerawang ke sesosok wajah sebentar,sebelum suara Jeonghyeon kembali menariknya kealam nyata.

 

“Unggggg….aku mimpi indah semalam appa…” ujar Jeonghyeon dengan penuh semangat dan meloncat-loncat kecil diranjangnya.

 

“Jinjja??? Kau mimpi apa semalam??” Yunho berusaha memfokuskan pikirannya kepada Jeonghyeon. Mencoba mengunci kilasan wajah itu dari benaknya.

 

“Aku bermimpi bertemu dengan umma,appa..” senyuman lebar tersungging dibibir cherry Jeonghyeon.

 

Hati Yunho serasa kembali diiris dengan sebilah pisau saat mendengar perkataan putrinya.

 

Ia hanya bisa tersenyum hambar,menyembunyikan hatinya yang kembali menjerit perih.

 

“Oh ya?? Bagaimana Jeonghyeon bisa bertemu umma??? Jeonghyeon senangkah bertemu dengan umma??” Yunho mencoba menanggapi perkataan Jeonghyeon dengan antusias,ia tidak begitu memperdulikan perasaannya sementara ini.

 

“Ne..Jeonghyeon sangat senang bisa bertemu umma. Umma bilang kalau umma mau kesini appa. Nanti berkumpul sama kita..” ujar Jeonghyeon polos sambil menatap Yunho dengan tatapannya yang cerah dan berbinar senang.

 

Yunho menatap putrinya dengan sedih,’Andaikan itu adalah kenyataan Jeonghyeonaa..tapi,kita harus bisa menghadapi kenyataan jika ummamu tidak akan mau untuk kembali kepada kita. Ia tidak pernah sekalipun mengkhawatirkanmu ataupun perhatian padamu semenjak ia meninggalkanmu begitu saja kepada appa dan haelmonimu semenjak kau baru lahir kedunia ini. Ummamu bahkan tidak mau melihat wajahmu sehabis melahirkanmu kedunia ini. Ia pergi begitu saja,meninggalkan kita berdua.

 

“Appa…” tatap Jeonghyeon lurus pada Yunho.

 

“Emmm???” sahut Yunho. Menanggapi panggilan Jeonghyeon.

 

“Kapan Jeonghyeon bisa bertemu dengan umma,appa??” perkataan Jeonghyeon sukses membuat Yunho akan meneteskan airmatanya.

 

Sekuat tenaga,dihalangnya air mata itu terjun dengan bebas dari pelupuk matanya.

Entahlah,ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi permintaan Jeonghyeon yang satu ini. Yunho bisa memberikan apapun yang diinginkan putrinya,karena masalah keuangan bukanlah hal yang sulit baginya. Mengingat dia adalah salah satu CEO muda yang tersukses di asia pasifik saat ini.

 

Tapi mempertemukan Jeonghyeon dengan ummanya. Itu adalah hal yang hampir bisa dikatakan mustahil. Umma Jeonghyeon belumlah meninggal. Ia masih hidup sampai sekarang. Bahkan umma Jeonghyeon kini sukses berkarir sebagai seorang perancang busana internasional dan berdomisili di Perancis saat ini.

 

Masalahnya,namja itu tidak mau bertemu dengan Yunho dan Jeonghyeong.

 

Namja?? Ya..yang melahirkan Jeonghyeon bukanlah yeoja,tapi seorang namja. Namja yang bernama Kim Jaejoong,atau lebih dikenal dengan desaigner Kim didunia perancangan busana internasional.

 

Yunho pernah mencoba beberapa kali mencoba menjumpai Jaejoong,karena putrinya saat itu tengah demam tinggi dan hanya mengigaukan ummanya,”Umma…umma….” Racau Jeonghyeon saat itu.

 

Dengan sangat terpaksa Yunho menemui Jaejoong dan mendapatkan reaksi dingin dan sangat tidak bersahabat dari namja cantik yang pernah mengisi hatinya,tidak..

Namja itu tetap menghuni hati Yunho saat ini. Menguasai seluruh hati Yunho hanya untuk dirinya.

 

FLASHBACK

 

Yunho mendatangi Jaejoong yang ternyata tengah berciuman mesra dan setengah telanjang dengan para kekasihnya.

 

Yunho mengesampingkan perasaan hatinya saat melihat pemandangan yang membuatnya mengepalkan tangannya kuat-kuat.

 

Jaejoong merasa terkejut melihat mantan kekasihnya datang menemuinya. Ini adalah pertemuan pertama setelah hampir 3 tahun tidak pernah bertemu sama sekali.

 

“Mau apa kau kesini??” hardik Jaejoong dengan nada yang dingin.

 

Yunho mencoba mengahadapi Jaejoong sama tenang dan dinginnya,”Aku ingin bicara empat mata denganmu Kim Jaejoong..” ujar Yunho.

 

“Aku tidak mau..keluarlah! Aku tidak mau melihat wajahmu disini..merusak suasana hatiku saja..” ujar Jaejoong pedas.

 

Yunho menahan hatinya yang berdenyut sakit,”Aku juga tidak mau bertemu denganmu jika hal ini tidak sangat penting dan mendesak..” balas Yunho.

 

Jaejoong menatap Yunho penuh penilaian,ia menimbang-nimbang perkataan Yunho. Ia pun menyuruh yeoja-yeoja yang mengerubunginya sambil merabai seluruh tubuhnya untuk keluar dari ruangan sebentar dengan memberikan ciuman dibibir yeoja-yeoja itu sebagai permintaan maaf.

 

“Katakanlah cepat..aku tidak punya waktu banyak denganmu..” Yunho benar-benar geram. Tapi ia tidak bisa berbuat banyak.

 

“Putri kita sakit,demamnya sangat tinggi . ia terus meracau memanggili ummanya Jae..ia membutuhkanmu sekarang…” ujar Yunho dengan penuh penekanan dan kecemasan.

 

Jaejoong menatap Yunho tidak perduli,dikutipnya kemeja putihnya dan mulai memakainya kembali. Sambil mengancingkan kemejanya,Jaejoong berbicara menyeringai mengejek pada Yunho,”Putri kita??? Aku tidak  ingat aku punya seorang putri..itu putrimu Jung Yunho…bukan putriku. Umma? Dia membutuhkan umma?? Mengapa kau tidak menikahi yeoja lain segera Yun..dan menjadikannya umma dari anakmu. Terus kenapa kalau dia sakit eoh??? Apa urusannya denganku? Bahkan kalau dia mati sekalipun aku tidak perduli..” ujar Jaejoong sambil menatap Yunho yang wajahnya kini berubah mengeras mendengar kata-kata Jaejoong.

 

Didekatinya Jaejoong dengan aura mengancam,dicengkramnya kerah kemeja Jaejoong.

 

“Kim Jaejoong..Jeonghyeon itu putrimu..kau yang melahirkannya,sebagian darahmu mengalir didalam tubuhnya..dan ia membutuhkanmu,Ummanya..” tekan Yunho,menggeretakkan giginya menahan amarah.

 

“Melahirkan? Jangan menghayal kau tuan Jung Yunho. Mana mungkin seorang namja melahirkan??? Pikirianmu terlalu tinggi..” elak Jaejoong.

 

Yunho mengatur nafasnya yang memburu karena emosi yang mendidih,”Aku tidak perduli jika kau membenciku karena kejadian malam itu yang membuatmu hamil. Jeonghyeon memang lahir dari sebuah ‘kecelakaan’ diantara kita. Tapi,itu bukan alasan untukmu untuk menelantarkannya..”

 

Jaejoong menyeringai dingin,”Kau sendiri mengakui kalau anak sialan itu tidak lebih hasil dari sebuah kesalahan yang sangat besar…seharusnya aku menggugurkannya dulu ketika masih didalam kandunganku..” decih Jaejoong. Secara tidak langsung ia mengakui jika Jeonghyeon memanglah putrinya.

 

“Kim Jaejoong..jaga kata-katamu..” ancam Yunho.

 

Jaejoong mencengkram balik tangan Yunho yang berada di kerah kemejanya dan menyentakkannya kuat.

 

“Jika kau datang hanya untuk mengatakan itu,pergilah! Kau hanya membuang waktuku yang berharga..” usir Jaejoong.

 

“Tidak..aku datang bukan hanya untuk itu,aku datang untuk membawamu ke korea..aku mau kau menemui Jeonghyeon sekali saja Jae..ini demi kesembuhannya..” Yunho memijit pelipisnya. Ia perlu menjernihkan pikirannya yang lelah karena pertemuan yang menguras emosi ini.

 

Jaejoong terdiam,lalu ia mulai tertawa,”Hahahahahaha..kau bilang ikut denganmu ke Korea?? Aku tidak salah dengarkan??? Kau memang terlalu banyak bermimpi Jung Yunho. Sampai kapanpun aku tidak mau ikut denganmu kembali ke korea. Apalagi hanya untuk bertemu dengan anak itu..sebaiknya kau pergi saja Yun,mana tahu anakmu itu tiba-tiba kolaps dan mati mendadak..” seringaian jahat terukur dibibir merah itu.

 

“Kau bukan manusia Kim Jaejoong..” hanya itu perkataan Yunho dan menatap tajam kepada Jaejoong.

 

“Semoga kau membusuk di neraka..” umpat Yunho dan berlalu keluar.

 

Jaejoong cuma menyunggingkan sebuah senyuman kejam dan dingin sambil menatap kepergian Yunho.

 

.

 

.

“APPAAAAAAAAAAAAA…..” jeritan kesal Jeonghyeon menyadarkan Yunho dari lamunannya.

 

“Hah?? Kenapa?? Ada apa jagiya???” tanya Yunho kaget.

 

Jeonghyeon mempoutkan bibirnya lucu,”Kenapa appa tidak menjawab pertanyaanku eoh???” rengutnya.

 

Dikecupnya bibir Jeonghyeon yang pout itu,”Mian ya..appa tidak dengar..sudahlah,sana putri appa mandi saja..nanti terlambat masuk sekolah..” pesan Yunho sambil mengangkat putrinya menuju kamar mandi.

 

“Appa akan panggilkan Key untuk memandikanmu ya..nanti apa tunggu dibawah untuk sarapan..” ujar Yunho dan keluar untuk memanggil Key yang memang pengasuh dari Jeonghyeon.

 

“Ne appa..” patuh Jeonghyeon sambil duduk manis di sofa yng tidk jauh dari kamar mandi  menunggu appanya memanggil pengasuhnya untuk dimandikan.

 

“Selamat pagi Tuan…” sapa Key saat berpapasan dengan Yunho di tengah tangga.

 

“Ah..pagi..oh ya Key,Jeonghyeon sudah bangun dan menunggu untuk kau mandikan dikamarnya..setelah selesai kau mandikan bawa dia kebawah untuk sarapan denganku ya..” Yunho memberikan senyuman tipis kepada Key sebagai basa-basi.

 

Entah kenapa pipi Key memerah dan ia tertunduk malu ketika melihat senyuman itu,”Ehh..Ne tuan..saya mengerti..” angguk Key dan ia beranjak ke kamar Jeonghyeon dengan hati yang riang.

 

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Yunho PoV

 

Aku membolak-balik halaman koranku sambil mengamati berita-berita yang menarik perhatianku.

 

Aku larut dalam kegiatanku itu sampai mendengar nyanyian riang Jeonghyeon yang baru selesai mandi.

 

“Appa..Jeonghyeon udah siap mandi…” kekehnya. Aku menghentikan kegiatanku dan segera menariknya yang kini sudah bersih dan rapi dengan seragam TK nya ke dalam pangkuanku.

 

“Wah..anak Appa sudah rapi dan cantik sekarang..” kukecupi seluruh wajahnya yang membuatnya terkikik kegelian karena ulahku.

 

“Geli Appa~” manjanya. Kupeluk putriku dengan erat,tercium bau vanilla dari tubuhnya yang berbaur dengan keharuman strawberry dari rambutnya yang halus.

 

Kupindahkan ia ke kursi yang terletak disamping kursiku,”Ayo kita sarapan..” ajakku.

Kuberikan tanda pada maid dan juga butlerku yang sedari tadi menunggui dengan setia untuk memulai sarapan

Mereka mulai menghidangkan berbagai macam makanan untuk kami makan. Dan kami mulailah sarapan dengan penuh canda tawa.

 

Tiba-tiba aku teringat akan Key,”Oh ya Key..hari ini kau yang mengantar Jeonghyeon ya..aku tidak bisa karena ada rapat pagi dengan para pemegang saham..jadi tidak sempat mengantar Jeonghyeon..kau tidak keberatan kan??” tanyaku.

 

Key tampak sedikit salah tingkah,”Te..tentu saja tuan..” jawabnya dengan sedikit gugup.

 

Memang Key pengasuh dari Jeonghyeon,tapi untuk membangunkan dan mengantarnya ke TK itu adalah tugasku. Jika karena keadaan yang mendesak tidak bisa mengantarnya,baru aku serahkan tugas itu pada Key. Karena Cuma ialah yang dapat kuberikan kepercayaan untuk menjaga Jeonghyeon,selain ummaku tentunya. Berhubung ummaku sedang keliling eropa kini. Maka Key yang mengurus segala keperluan Jeonghyeon.

 

Jeonghyeon sendiri hanya dekat padaku,Umma dan juga Key. Kini kami sudah menganggap Key sebagai anggota keluarga sendiri. “Oh ya..aku kan sudah berulang kali mengatakan panggil saja aku dengan Hyung…tidak usah tuan..kau sudah kuanggap sebagai keluargaku juga..jadi jangan panggil seperti itu lagi ya..” pesanku padanya.

 

“Tapi..bagaimanpun saya bekerja untuk anda..”ia menatapku dengan takut-takut.

 

“Memang..tapi kau kan sudah cukup lama mengabdi dikeluargaku sebagai pengasuh Jeonghyeon. Bahkan Jeonghyeon sendiri sudah menanggapmu sebagai Oppanya..kau tidak perlu sungkan..”

 

“Ah..baiklah kalau begitu..saya mengerti Hyung…” ujarnya pelan.

 

Aku tersenyum geli melihat Key yang tampak kikuk itu,”Aku harus berangkat sekarang..aku tidak mau terjebak macet dijalan..nanti kau antarkan Jeonghyeon ya..” pesanku padanya.

“Hyeonnaa..appa mau berangkat kerja dulu ya baby..kau baik-baik disekolah..jangan nakal dan patuhi perkataan gurumu..arra???” kukecup dahinya.

 

Ia mengangguk lucu,kugendong ia untuk mengantarku sampai kedepan,sementara ia sendiri masih sibuk dengan roti panggang cokelatnya.

 

Key mengekori kami dari belakang,sesampainya didepan rumah,mobil yang akan mengantarku sudah siap menunggu.

 

Kuturunkan Jeonghyeon dari pelukanku,aku berlutut didepannya.

“Sampai nanti baby…” aku mengecup kedua belah pipi tembamnya sekali lagi dan ia mulai melambaikan tangannya kearahku,”Bye-bye..” katanya.

 

Aku menatap penuh sayang padanya dan mulai memasuki mobil sambil menatap Jeonghyeon yang masih sibuk melambai dari kaca belakang mobil.

 

Someone PoV

 

Aku mendarat dengan mulus di Korea,kupegang tasku dan koper-koperku yang kugerek dengan  dibantu beberapa asistenku yang ikut denganku. Saat aku keluar dari terminal kedatangan internasional,sontak blitz-blitz kamera menghujaniku. Banyak orang mencoba mendekatiku sambil mengarahkan recorder mereka.

 

Menghujaniku dengan begitu banyak pertanyaan.

 

“Desaigner Kim..apa tanggapan anda setelah 5 tahun tidak pulang ke Korea??” seorang wartawan mendekatiku dengan berdesak-desak dan mencoba mewawancaraiku.

 

“Biasa saja,tidak ada yang istimewa..” jawabku singkat dan para bodyguard yang ikut denganku semakin melindungiku dan mengawalku dengan ketat sampai tiba dimobil yang sudah menantiku  dengan selamat.

 

Akupun memasuki mobil limousine itu dan membuka kaca mata hitamku yang sedari tadi bertengger dengan manis dipangkal hidungku.

 

Menatap jalanan kota Seoul yang sudah 5 tahun tidak pernah kulewati lagi semenjak aku pindah ke Paris,Perancis. Kutatap wajah kota Seoul yang sudah banya berubah.

 

Banyak bangunan baru yang bertambah kini. Semakin menambah keindahan dan juga kemegahan Seoul.

 

Kupandangi pemandangan yang cukup memanjakan mataku setelah beberapa jam duduk dipesawat. Inilah pertama kalinya aku kembali ke Seoul setelah menetap di perancis.

 

Karena pertunjukkan world tour fashion show ku kali ini kuselenggarakan di negaraku sendiri,Korea. Pada dasarnya aku malas membuat pertunjukan di Seoul,tapi karena banyaknya request dari para konsumen maka aku pun menggelar pagelaran busanaku di Seoul.

 

Ya,mau bagaimana lagi. ini adalah salah satu kewajibanku sebagai perancang busana untuk mendengar permintaan para pelanggan dan juga penggemar karya-karyaku.

 

Saat aku mengamati jalanan kota Seoul,mataku terpaku pada sebuah bangunan yang kami lewati. Jung Company. Bangunan pencakar langit yang kokoh dan megah itu masih berdiri sama seperti dulu.

 

Aku menyunggingkan senyuman datar saat mengingat siapa pemilik gedung dan perusahaan itu.

 

Kugeleng-gelengkan kepalaku…

Tidak ada gunanya mengingat hal itu.

 

Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil iPodku dan memusatkan perhatianku pada music yang kudengar itu tanpa memandang kejalanan lagi.

 

-TBC-

Comment please ^_^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet