Sweet love

Description

This is story about milky couple, Jang wooyoung and Lee Jieun. a couple from K-drama. the idea is from author imagination,

ever publish in www.nojudul.wordpress.com

happy reading ^^

Foreword

 

– Disclaimer : cast adalah milik mereka sendiri, author hanya minjem nama dan karakternya. ini cerita ide author pribadi,,

Aku hanya bisa memandangi namja itu dari jauh. Dia benar-benar sosok sempurna. Tampan, pintar, kaya dan baik hati. Setiap kali dia tersenyum, yeoja-yeoja hanya akan mematung saking terpesonanya, termasuk aku. Seperti hari itu. Saat dia tiba-tiba lewat dihadapanku dan tersenyum, aku hanya mematung dan memasang tampang bodoh sampai-sampai tidak memperhatikan kalau dihadapanku ada tangga turun, dan brukk. Aku jatuh terguling kebawah. Untung tangga itu hany berisi 3 anak tangga, jadinya aku tidak terluka cukup parah. Orang-orang disekelilingku memandang dengan tatapan kasian campur ingin menertawakan. Huh benar-benar kejam. Bukannya menolong malah pada diam saja. Eh tapi kemana ya namja tadi? Kenapa dia tidak menolongku? Huh ternyata dia sama saja dengan yang lain.

Yah karena memang gak ada orang yang terlihat berniat membantuku, aku berusaha bangkit sendiri dari lantai. Aww, kakiku terasa sakit. Sepertinya terkilir. Aku terhuyung dan kembali terjatuh. Aku sudah siap mengahdapi pantatku yang akan terbentur lantai. Satu dua tiga empat lima,, lhoh kok aku gak jatuh-jatuh? Harusnya pada hitungan ketiga aku kembali terjungkal. Aku membuka mata perlahan. Tangan-tangan kekar memegangi bahuku menopangku agar idak jatuh. Dan sesosok namja tersenyum menatapku. Mwo? Itukan itukan…

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya namja itu yang tak lain adalah namja yang membuatku jatuh tadi.

"Ani.. Aniyo. Gwenchana." AKu tergagap melepaskan diri dari pelukannya. Tak menyangka namja itu akan sedekat ini denganku.

"Tapi sepertinya kakimu terkilir. Ayo aku antarkan pulang."

Jinjja? Benarkah kau akan mengantarku pulang? Aku berteriak kegirangan dalam hati.

"Aniyo. Aku bisa pulang sendiri kok. Aku tidak mau merepotkan." Aish, kenapa aku malah berkata seperti ini.

"Ani. Kau tidak merepotkan kok. Kebetulan aku memang lagi malas les hari ini." Jawabnya sambil tersenyum.

Ah, jadi karena dia malas masuk les ya makanya dia mengantarku pulang. Huff, aku kira karena dia mengkhawatirkanku. Aku menarik napas panjang.

"Ayo aku antar. Gak usah banyak mikir." Dia menyeretku.

"Aww." Aku berteriak kesakitan saat kakiku dipaksa berjalan cepat.

"Mian. Mian Ji eun. Aku lupa kakimu kesleo." Namja itu menatapku penuh rasa bersalah.

Mwo? Apa dia tadi memanggil namaku? Bagaimana dia tahu namaku? Aku saja yang menyukainya tidka tahu namanya.

"Hei kenapa malah bengong? Sakit banget ya?" Dia menatapku khawatir.

"Ani. Aku cuma kaget aja mendengarmu menyebut namaku."

"Ah. Itu,, itukan ada di kalung namamu. Ji eun." DIa menunjuk kalung di leherku. Oh ya, disini memang ada namaku. Aku hanya mengangguk. " Baiklah kalau begitu. Ayo aku gendong kamu sampai mobil.

"Mwo?" Aku berteriak kaget.

"Wae? Kamukan sedang tidka bisa jalan. Apa salahnya kalau aku gendong?"

Ya! Dasar namja. Apa salahnya kalau kau menggendongku?ya jelas salah. Sekarang aja cuma dekat denganmu seperti ini jantungku sudah loncat-loncat gak karuan, apalagi kalau kau menggendongku. Bisa lepas ini jantungku.

"Ah gak perlu. Aku masih bis ajalan kok." Aku mencoba melangkahkan kaki, tapi rasa sakit itu menghujam begitu dalam hingga aku terhuyung.

"Nah tu kana pa aku bilang. Sebaiknya kau ku gendong saja. Ayo naik kepunggungku." Dia berjongkok dihadapanku. Meberi isyarat untuk naik. Aku hanya diam mematung. Dia kemudian menyentakan tanganku lembut dan dalam sekejap aku sudah dalam gendongannya. Kyaaa, aku menjerit bahagia. Aku di gendong oleh namja paling keren dihadapan yeoja-yeoja yang tadi menertawakanku. Aku tersenyum penuh kemenangan di balik punggung namja itu.

Woo young

"Apakah aku berat?" gadis itu bertanya padaku.

"Haha sedikit. Apakah kau makannya banyak?" Aku menggodanya.

"Kadang-kadang." Suaranya tersipu malu.

Haha, lucu sekali yeoja ini. Tak heran kalau aku begitu menyukainya. Bahkan semenjak pertama kali bertemu.

Flas back

Hari itu aku sedang berjalan-jalan di taman kota, sedang suntuk karena habis diputuskan oleh Yoona. Aku benar-benar kesal saat itu, sampai-sampai aku mendang kaleng softdrink kosong sembarangan hingga mengenai kepala seorang yeoja.

"Ya! Ahjussi. tak bisakah kau hati-hati. Kaleng ini jika mengenai anak kecil bisa berakibat fatal." Gadis itu megomel padaku.

"Mwo ahjussi?" Aku berbalik memandang wajah yeoja itu. Hmm, manis juga yeoja ini ternyata. Aku terpesona oleh kecantikannya hingga emosiku hilang entah kemana.

"Ya. Kau ahjussi. Ayo minta maaf." GAdis itu kembali berteriak, membangunkan aku dari lamunan. Aku tidka menghiraukannya dan malah pergi.

Flash back end

"Hei mobilmu sudah terlewat." Ji eun menepuk bahuku. Ah ternyata aku terlalu asyik melamun sampai-sampai mobilku sudah lewat.

"Bagaimana kau tahu mobilku?" AKu bertanya heran saat menyadarinya.

"Ah aku cuma pernah melihatmu beberapa kali turun dari mobil ini." Dia menjawab gugup.

Haha, sepertinya dia memperhatikanku. Tapi kenapa tadi dia memanggilku hey, bukan namaku? Apakah dia tidak tahu siapa namaku?

"Oh ya. Aku Jang Woo young." AKu memperkenalkan diri.

"Aku Ji eun. Lee Ji eun."

"Ne. aku tahu."

"Ah ya. Tadi kau sudah memanggil namaku." Ji eun garuk-garuk kepala.

"Rumahmu dimana?"

"Seoul."

"Waaa sama donk. Tapi kok gak pernah ketemu ya?"

"Belum jodoh kali."

"Berarti kali ini kita jodoh donk? Kan kta akhirnya ketemu."

Aku menggodanya. Pipinya bersemu merah. Tersipu malu. Hahaaha. Sepertinya yeoja ini menyukaiku.

Woo young end

Ji eun

"Berarti kali ini kita jodoh donk? Kan kita akhirnya bisa ketemu."

Deg. Debar jantungku semakin kencang. Kyaaaa, kalo memang beneran jodoh, pasti aku bakalan seneng banget. Aku merasakan pipiku memerah dengan cepat. Sementara Woo young, nama namja itu yang baru saja aku tahu setelah mengaguminya selama setengah tahun, hanya tersenyum memperhatikanku. Ah apakah namja ini juga suka kepadaku seperti aku menyukainya?

"Eh udah sampai Seoul ni. Apartemenmu yang mana?" Woo young mengagetkanku.

"Yang itu." AKu menunjuk sebuah apartemen yang berada di seberang jalan.

"Jinjja? Ternyata kita satu apartemen." Woo young tersenyum, manis banget.

Aku hanya ikut tersenyum. Benarkah aku dan dia satu apartemen? Kok aku gak pernah melihatnya?

"Ayo, aku antar kau sampai kamar." Woo young tiba-tiba sudah berdiri membukakan pintuku.

Dengan kikuk aku turun. Tapi belum sampai kakiku menyentuh tanah, aku sudah kembali berada dipunggungnya.

"Mwo?" AKu berteriak terkejut.

"KAkimu kan masih sakit. Jadi biar aku gendong kau sampai atas."

"Sudah, aku bisa jalan sendiri kok. Kalau beginikan jadi merepotkanmu." Protesku saat dia menggendongku naik ke lantai 10 (Kami naik pakai lift ya, jadi jangan bayangkan woo young naik tangga sambil menggendongku. Haha).

"Gak papa. Kitakan naik lift." Lagi-lagi dia tersenyum. Oh Tuhan, kenapa kau bisa menciptakan namja se cute ini.

"Kamarmu no berapa?"

"No 1010."

Woo young terus menggendongku hingga sampai ke dalam apartemenku. Dia kemudian meletakkanku dengan sangat hati-hati di atas sofa.

"Kamu mau minum apa?" Aku mencoba berdiri untuk membuat minuman.

"Sudah, biar nanti aku ambil sendiri kalau haus. Oh ya kamu tinggal sama siapa?" Woo young menarikku kembali duduk.

"AKu hanya tinggal sendiri disini. Orang tuaku tinggal di Busan."

"Mwo? Seorang gadis sepertimu tinggal sendirian? Apa kau tidak takut?" Tanyanya, sepertinya khawatir.

"Yah kadang khawatir. Tapi aku sudah terbiasa. Jadi ya biasa saja." Aku memamerkan gigi.

"Hmmm." Dia hanya menarik napas dalam. Sepertinya sangat khawatir. "Eh bagaimana kalau kau tinggal bersamaku?"

"Mwo?" aku terlonjak berdiri. Kakiku yang sakit tiba-tiba sembuh.

"Iya, kita tinggal bersama. Aku juga sendirian di sini, dan kau juga sendirian. Gak ada salahnyakan kalu tinggal bersama." Woo young menjawab enteng.

"Are you crazy boys? Kau ini namja dan aku yeoja. Bagaimana mungkin kita bisa tinggal bersama tanpa ada ikatan apapun?" Aku bereteriak cukup keras, mungkin tetangga sebelah aja denger.

"Yaudah. Kalau gitu gimana kalau kamu menjadi yeojachinguku?"

Woo young menatapku dengan puppy eyesnya. Aish, namja ini benar-benar. Bagaimana bisa dia memintaku untuk menjadi yeojachingunya hanya untuk tinggal bersama? Apa dipikirnya aku ini serendah itu?

"Mwo? Apakaha kau pikir aku serendah itu? Aku gak akan mau tinggal seatap dengan orang yang gak memiliki ikatan denganku." Aku semakin meninggikan suaraku dan meninggalkan woo young.

Ji eun end

Woo young

"Will you marry me?"

Ji eun menghentikan langkahnya. Dia memandangku dengan tatapan menyelidik. Haha, sepertinya dia mengira aku mempermainkannya. Aku hanya tersenyum dengan senyuman mautku. Aku sendiri sebenarnya juga heran, bagaimana bisa tiba-tiba aku mengajaknya menikah. Tapi memang aku sudah menyukai yeoja ini sejak lama. jadi apa salahnya kalau aku mengajaknya menikah sekarang?

"Kenapa bengong?" AKu kembali bertanya melihatnya terdiam seperti patung.

"Kkkau bercanda? Kitakan baru kenal." AKhirnya dia mengeluarkan kata-kata.

"Yah kita secara resmi memang baru kenal. tapi aku tahu kamu sudah sejak lama." AKu menyeringai.

"Heh? Bagaimana bisa?" Ji eun Nampak bingung. Haha, aku suka melihat wajahnya yang kebingungan. Benar-benar aegyo.

"Kau ingat dengan ahjussi yang kau marah-marahi di taman?"

Ji eun

"Ya! Ahjussi. tak bisakah kau hati-hati. Kaleng ini jika mengenai anak kecil bisa berakibat fatal." Aku memarahi ajhjussi yang menendang kaleng.

"Mwo ahjussi?" Dia membalikkan badan. Sepertinya ingin marah. Aku bersiap melontarkan kemarahanku kalu seandainya dia benar memarahiku. Eh, tapi dia tersenyum dan membalikkan badan, meninggalkanku.

"Ya. Kau ahjussi. Ayo minta maaf." Aku berteriak, tapi dia tak menghiraukanku.

Flasbax end

"Kau ahjussi itu?" AKu kaget mengetahuinya.

"Haha. Kenapa? Kau kaget? Ternyata yang kau panggil ahjussi adalah orang sekeren aku?"

Huh, dasar namja. Pedenya setengah mampus.

"Ah, kalau tahu ahjussi yang bikin kepalaku benjol itu kau, aku pasti gak akan menyukaimu seperti sekarang." Waduh, aku keceplosan. Mati ini aku mati mati.

Woo young

"Ah, kalau tahu ahjussi yang bikin kepalaku benjol itu kau, aku pasti gak akan menyukaimu seperti sekarang." Apa dia bilang? Dia menyukaiku? Haha, akhirnya dia mengakui juga.

"Kau menyukaiku?" AKu memastikan kata-katanya.

"Aniyo. Siapa bilang aku menyukaimu." Dia membantah kata-katanya.

"Aku tadi dengar kau bilang menyukaiku." AKu masih terus menggodanya. Wajahnya terlihat semakin merah.

"Ani. Kau salah dengar pasti." Dia mencoba menghindar.

"Ji eun,,,, saranghaeyo."

Ji eun melotot mendengar kata-kataku. Mulutnya menganga, mukanya terlihat begitu merah seperti kepiting rebus.

"Ya! Lee Ji eun. Saranghaeyo. Apa kau tidak dengar?" Aku berjalan menghampirinya dan berteriak dihadapan wajahnya. Hidungku bersentuhan dengan hidungnya, dan aku melihat bibir mungilnya yang berwarna merah muda. Entah siapa yang memulai, kami akhirnya berciuman. Ciuman yang dalam dan lama. sampai kami terengah-engah kehabisan napas.

"Ya! Lee Ji eun. Apa kau mau membunuhku?" Aku berteriak lagi, menggodanya.

"Ani. Mian Young ssi." Wajahnya benar-benar merasa bersalah.

"Haha, ani jagi. Aku cuma bercanda." AKu mengecup bibirnya sekali lagi. Dan menatap matanya.

"Apakah kau mencintaiku?" tanyaku sekali lagi.

"Ne. saranghaeyo Youngi ssi."

"Hei, panggil aku oppa. Okay?"

Dia hanya tersenyum lalu memelukku.

Comments

You must be logged in to comment
iuismylife
#1
Please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue Please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue Please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue Please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue please continue