Chapter 2.

Cinderella's little sister
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

Tidur Mina terganggu kala ia merasakan hembusan angin menerpa wajahnya terus-menerus, mengusik gadis itu yang tengah berkelana di alam mimpi.

Mina akhirnya terbangun. Perlahan kelopak matanya membuka, lalu menutup kembali mencoba menyesuaikan dengan bias cahaya disekitarnya. Lambat laun kesadarannya semakin terkumpul. Gadis itu kemudian menoleh pada siluet remang benda yang berada tepat di sisi kanan wajahnya.

Otaknya tengah memproses visual yang disalurkan kornea matanya.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Setelah proses selesai, barulah sistem tubuhnya bereaksi dengan informasi yang didapat otaknya. Refleks melebarkan kedua bola mata sembari menjerit kencang. Tangannya terangkat mendorong objek itu menjauh.

"Siapa kau?!" Jerit Mina histeris. Ia lantas menarik diri ke ujung ranjang di sisi lainnya.

Objek yang tadi ia dorong—yang ternyata juga seorang gadis—juga menjerit kaget.

Gadis asing itu melenguh kesakitan karena terpental ke belakang.

"Aduh, sakit."

Mina menatap waspada. Was-was dengan maksud gadis tersebut yang mendadak muncul kala ia tidur.

"Siapa kau?" Tanya Mina ulang.

Kali ini suaranya sedikit merendah, tidak sepanik tadi.

Gadis asing itu mengerjap dengan bola mata bulat yang menggemaskan, ia kembali ke posisinya semula sebelum Mina bangun dan mendorongnya—berjongkok.

"Ah, aku tidak mengerti ucapanmu." Gadis itu berbicara dengan bahasa yang asing. "Kau Pasti tidak mengerti bahasa Korea, ya?"

Alis Mina mengkerut dalam, mendengar rentetan kata yang sama sekali asing di telinganya.

"Kau bicara apa?"

Gadis itu justru terkikik.

"Sayangnya, aku juga tidak bisa berbahasa Jepang. Bagaimana ini? Bagaimana caraku untuk mengenalkan diri? Ah, benar! Google translate!" 

Mina melihat gadis itu yang sembrono merogoh seluruh saku di pakaiannya.

"Ah, benar juga. Aku taruh di dalam tas." Gadis itu lantas berdiri, Mina mengikutinya dengan mendongakkan wajah ke atas. "Tunggu sebentar, aku hanya mengambil ponselku dulu. Aku akan kembali!"

Lalu masih dengan ekspresi tercengang menatap gadis itu yang terhuyung berlari keluar kamarnya. Mina mengerjap bingung.

Tidak lama gadis itu kembali—Mina bahkan belum sempat memproses insiden barusan—membawa sebuah ponsel genggam dengan gantungan yang ramai—seperti boneka replika hewan kelinci dan—apa itu? Burung unta?—lalu kembali berjongkok ditempatnya semula.

"Sebentar aku cari terjemahannya dulu." Mina menunggu dengan bingung. "Ah, dapat. Silamat soure, aku,ini..eum, Nayeon. Im Nayeon. Senang beurkeenalan dedengan-nganmu."

Gadis itu tergagap berbicara menggunakan bahasa Jepang yang hampir tidak bisa dikenali oleh Mina sekalipun. Lalu tersenyum manis menampilkan gigi-gigi kelincinya yang lebar. Satu tangannya terjulur pada Mina, meminta berjabat.

Mina menatap kosong uluran tangan si gadis asing—Nayeon—lalu kembali mendongak menatap wajahnya. Ia tidak membalas uluran tangan Nayeon, membiarkannya menggantung bebas di udara.

Nayeon yang sadar telah tertolak, terkekeh malu sembari menarik kembali tangannya.

"M-mulai sekarang, kita ad-adalah keluarga." Tambah Nayeon dengan bahasa Jepang sebisanya.

Gadis itu menatap Mina dengan pendar mata yang berkilau. 

Mina merespon dengan decihan kecil sembari melengos. Tapi Nayeon rupanya cukup bermuka tembok. Gadis itu kembali membuka percakapan dengan Mina.

"Dua tahun." Mina melihat Nayeon mengacungkan dua jarinya seperti tanda 'peace', matanya sibuk memeriksa terjemahan lewat aplikasi ponselnya. "Usia k-kita terpaut dua tahun. Unnie. K-kau ha-rus memanggilku unnie." Lalu diakhiri senyuman harap dari gadis tersebut.

Mina tidak bisa berbahasa Korea dan bahasa Jepang Nayeon juga sulit dipahami, tetapi gadis Jepang itu paham betul apa maksud dari kata unnie yang dimaksud Nayeon itu.

Dia benar-benar memintaku menganggapnya sebagai kakakku?

Raut wajah Mina tidak berubah. Tetap datar dan dingin. Ia bisa melihat Nayeon yang harap-harap cemas menunggui respo

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Cunges3
#1
Chapter 2: Jeongmi end game please?