Chapter 2

The Savage Prince

Aku mengacak2 rambut blonde ku kasar. Tidak masuk kelas dengan alasan klise seperti terlambat adalah hal terakhir yg aku harapkan bisa terjadi dikehidupan perkuliahanku. Image ku disini adalah LA style dimana waktu adalah segalanya. Sekarang hanya dengan waktu 10 menit itu image ku selama bberapa bulan disini hancur, sial. 

Aku menarik napas kasar "aku bisa menemanimu membeli handphone baru, atau kau ingin aku membayarnya saja?? Berapa harga nya??" Aku bersiap mengeluarkan dompet dari dalam tas ranselku. 

Tak ada jawaban dari org dihadapanku. Penasaran, mata ku bergulir kearah org yg berdiri dengan tangan yg terlipat didepan dada nya-menatap ku dengan tatapan benci, jijik, marah atau apa pun itu yg sangat jelas tergambar dipupil matanya yg hitam itu. 

Bibir merah nya tersungging dengan alis yg sedikit terangkat. Aku sedikit kaget dan eum... terhipnotis mungkin. Tatapan mata itu aku akui sangat menyeramkan namun juga indah disaat yg bersamaan. Katakan aku masochist, wajarnya org akan merasa tertekan jika ada yg menatap nya seperti itu, tapi tidak denganku. Aku enggan untuk melepaskan pandanganku darinya. Seperti lensa kamera yg siap membidik target nya. Mataku pun bekerja kurang lebih sama dengan lensa kamera itu. Aku ingin membidik nya dan menyimpan tatapan dan wajah nya dibenakku. Baru saja aku ingin merekam fitur wajahnya dalam ingatanku, Suara nya yg dingin membuyarkan lamunanku.

"Tipe org seperti mu yg menganggap uang bisa membeli segalanya adalah tipe org yg paling aku benci didunia ini" hanya dengan rentetan kata2 nya barusan, dia beranjak melewatiku dengan sengaja menabrakkan bahunya pada bahu ku. Aku membalikan badan ku, menatap punggung nya yg berjln menuruni tangga dengan langkah kaki yg sedikit menghentak. 

Satu hal yg saat itu aku pikirkan seiring dengan menghilangnya bayangan dia dari pandanganku adalah "aku ingin mengenalmu"

 

Present

Beberapa hal yg aku dapat dari memperhatikan nya selama beberapa minggu ini adalah, kau suka menari, kau juga suka makan daging, warna kesukaan mu adalah putih dan hobby mu adalah menatap tajam org2 yg menurut mu mengganggu. 

"So savage, but i like it" itu lah hal yg terlintas dipikiranku. 

"Park Jinyoung si pangeran savage" 

***

Setelah insiden di tangga waktu itu setiap kami berpapasan tatapan andalannya itu kembali terpasang di wajahnya. Seperti sudah disetel otomatis.

"Mark is here, activated the savage look as soon as possible" seperti itulah kurang lebih. Dan aku hanya bisa terhipnotis lagi dan lagi. Bahkan seperti navigasi yg mendeteksi keberadaan tempat yg ingin dituju, mata ku secara spontan menemukannya jika aku merasa dia ada disekitarku. 

Aku pernah mencoba untuk memberinya sekantong penuh daging segar sebagai permintaan maafku atas handphone nya yg rusak waktu itu, tapi ia hanya berdiam diri tanpa menerima bungkusan yg aku sodorkan padanya. 

"Apa kau pikir harga handphone ku sebanding dengan harga daging ini" 

Oh astagaaa.... aku ingin sekali melemparkan daging ini kehadapannya. Satu hal yg tidak aku sukai dari dirinya adalah kata-kata tajam nya yg selalu bisa mengintimidasi ku. Kuakui kkat-kata nya itu memang benar, tapi paling tidak aku sudah menawarkan utk mengganti handphonenya dengan yg baru, tapi dia malah menolaknya.

"Bisakah kau melupakan kejadian itu? Demi tuhan itu sudah 2 bulan berlalu, dan kau masih saja mengungkitnya?"

Aku menarik paksa tangannya dan menyumpalkan pegangan kantong berisi daging itu ketangannya.

"Ambil ini dan nikmatilah, aku tau kau sangat menyukai daging. Jika kau rasa masih kurang, kau bisa menghubungiku, aku meninggalkan nomer kontakku didalamnya. Feel free to call me anytime you want something from me, okay" lahir dan besar di LA membuat bahasa asing itu masih sering terlontar secara tidak sengaja. Tanpa menunggu balasan yg lebih sarcastic  darinya aku memutuskan untuk pergi, sebelum bahasa asing yg membuat tatapan savage diwajahnya berubah menjadi tatapan bingung yg imut itu kembali muncul seperti tadi walaupun hanya sepersekian detik saja.

Siapa sangka prince of savage-Park Jinyoung bisa seimut dan sepolos itu disaat yang bersamaan. Pikirku.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet