THE JOURNEY

Description

"I thank you for your part in my journey."
"Then I thank you for making my dream come true."

 


BTS MEMBER ONESHOT STORY
©itsmearmy94

Foreword

Hyejin melambaikan tangan kepadaku, memberi tahu posisi duduknya. Aku lalu berjalan menghampiri.

Ia memintaku bertemu hari ini, di cafe baru yang sudah seminggu ini ia 'nyanyikan' karena cappuccinonya yang orang bilang enak.

"Sudah lama?" tanyaku sambil menarik kursi.

Hyejin hanya menggeleng sambil tersenyum melihat kedatanganku.

"Kau belum pesan?"

"Belum, aku juga barusampai."    

"Jadi ini cafenya?"

Kuputar kepalaku melihat sekeliling setelah duduk, dan mengusap-usap lengan bajuku yang basah karena diluar memang sedang hujan.

"Hm, bagus 'kan?"

"Hm, lumayan."

"Lumayan?"

Ups, sepertinya aku salah.

Kulirik Hyejin. Keningnya mengerut mendengar jawabanku.

"Ah.. bagus, bagus. Kita pesan sekarang, oke?" kataku mengalihkan topik.

Segera kupanggil pelayan cafe sebelum Hyejin bicara lagi.

Ia masih menatapku tajam. Tapi setelah seorang pelayan menghampiri meja kami, wajahnya terlihat menyerah. Ia menghela napas panjang. Aku yang melihatnya hanya bisa menahan senyum, karena itu artinya aku menang.

"Tolong cappuccinonya satu," Hyejin menunjuk isi buku menu kepada pelayan cafe, memberitahu apa yang ia pesan.

Sedikit terkejut mendengar apa yang Hyejin pesan. Aku tahu ia tidak begitu suka minuman kopi kecuali rasanya manis. Tapi aku diam saja. Akan memalukan jika kami berdebat di tempat umum.

"Kau mau pesan apa?"

"Hmm.. entahlah."

"Katanya cappuccino disini paling enak," bisiknya.

"Ah, geurae? Kalau begitu aku pesan green tea latte. Tolong green tea lattenya satu," kataku kepada pelayan.

Aku hanya tersenyum saat Hyejin menatapku heran.

"Kau tidak pesan makanan?" tanyaku.

"Belum, tunggu sampai Saera datang, oke?"

"Aku kira ini kencan," kataku ketus.

Hyejin sedang mengulang pesanan kami kepada pelayan cafe saat aku bicara.

"Bukankah ini kencan? Double date?" katanya menyeringai saat pelayan cafe sudah pergi.

"Mwo? Jimin juga akan datang?"

Hyejin hanya memperlihatkan deretan giginya.

Tidak lama pesanan kami datang. Aku mengangguk-angguk karena pelayanannya yang cukup cepat.

Pelayan cafe menatanya dimeja kami sesuai pesanan masing-masing. Saat kulirik, wajah Hyejin terlihat ragu untuk meminum cappuccinonya.

"Jangan diminum, kita foto dulu," pintanya saat aku nyaris meminum green tea latte-ku.

"1, 2, 3!"

Ckrek!

"Akan kukirimkan pada Saera." Kemudian ia sibuk dengan ponselnya.

Aku yang melihat tingkahnya hanya bisa memutar bola mataku sambil menyesap minumanku.

Hyejin masih sibuk dengan ponselnya, jadi aku pun mengeluarkan ponselku dari saku celana dan memainkannya.

"Taehyungi.. ottokhae?" katanya tiba-tiba.

Aku yang sedang asyik dengan ponselku langsung menatapnya cepat.

"Wae? Wae?" Melihat ekspresinya yang tidak karuan membuatku panik.

"Ini pahit."

Pernyataannya membuat pundakku yang tadinya tegang menjadi lemas. Kemudian kucicipi minumannya.

"Pabo! Rasa cappuccino memang seperti ini. Dan ini, em.. enak." Tanpa sadar aku terus meminumnya.

"Ambil punyaku," sambil menyimpan green tea latte milikku di hadapannya.

Hyejin langsung meminumnya dan mengecapkan mulutnya beberapa kali, berusaha menghilangkan rasa pahit dilidah.

"Sudah kuduga akan seperti ini."

"Hehehe.. Mian. Aku hanya penasaran."

"Ck, kau ini."

"Ah! Itu Saera. Saera-ya! Disini!" Hyejin melambai-labaikan tangan.

Saera akhirnya datang bersama Jimin. Demi Tuhan, tampilan mereka berantakan dan juga basah. Padahal aku melihat Jimin menyimpan sebuah payung di tempat yang sudah disediakan oleh pihak cafe di dekat pintu masuk. Logikanya, mereka tidak akan basah kuyup begitu walaupun hanya memakai satu payung. Hujan di luar juga tidak begitu deras.

Saera dan Jimin berjalan mendekat setelah melihat kami. Wajah mereka merah padam.

"Annyeong Hyejinie, Taehyungie," kata Saera, tangannya sibuk merapikan rambut. Jimin lalu menepuk pundakku. Aku tersenyum membalas sapaannya.

"Omo, Saera-ya, kau kenapa?" tanya Hyejin panik melihat pakaian Saera yang basah kuyup.

"Hahaha, tidak apa-apa, hanya kecelakaan kecil,"

Saera menarik kursi untuk duduk. Begitu juga dengan Jimin.

"Kecelakaan?" tanyaku penasaran.

"Em.. i-itu.. t-tadi kami tidak sengaja terkena genangan air saat ada mobil melintas."

Aku melirik Jimin sambil memicingkan mata karena merasa janggal. Tapi Jimin hanya mengalihkan pandangan dariku sambil menggelengkan kepalanya, tidak berniat untuk menjelaskan.

"Jadi ini cafenya? Lumayan juga. Apa yang kau pesan?" Saera melihatku dan Hyejin bergantian.

"Eiiii... kau bilang kopi disini enak, tapi kenapa kau pesan greentea?"

"Aku sudah berusaha, tapi tetap rasanya telalu pahit untukku, jadi kami bertukar minuman," kata Hyejin menyeringai melihat ke arahku.

"Jadi menu apa yang enak disini?" tanya Saera lagi.

Karena aku tidak tahu apa-apa tentang cafe ini, jadi aku hanya diam.

"Apa itu enak?" Jimin melirik padaku, ia menunjuk minumanku dengan dagunya.

"Ya. Lebih enak dari cafe yang sering kita datangi."

"Kalau begitu aku pesan yang sama dengan Taehyung."

"Aku juga!" timpa Saera.

Kami lalu berbicara kesana-kemari menghabiskan waktu. Aku dan Jimin hanya sesekali bicara jika ditanya. Kami lebih banyak mendengarkan Saera dan Hyejin yang membahas tentang liburan kami di Dubai dua minggu yang lalu.

"Jadi kalian akan pergi kemana lagi?" tanya Saera.

"Rencananya kami akan ke Italia," jawab Hyejin. Wajahnya benar-benar senang.

"Woah, Daebak! Senangnnya bisa keliling dunia..." Saera melirik pada Jimin.

Jimin yang menyadarinya hanya bisa mengangkat alis.

"Lalu, kita kapan?" tanyanya meledek pada Jimin, membuat kami bertiga memandang Jimin menunggu jawabannya.

"Kapan-kapan," jawabnya dingin. Kami langsung mengalihkan pandangan, menyesal setelah mendengarnya.

"Kalau kau mau, kau bisa ikut dengan kami," kataku.

"Benar! Double date ke luar negeri, pasti sangat menyenangkan!" kata Hyejin membayangkan.

"Aku ingin, tapi tidak bisa. Kompetisiku dimulai dua minggu lagi," jawab Jimin.

"Ah, benar. Kompetisinya sebentar lagi."

Aku bisa melihat Saera sedikit kecewa.

"Tidak apa, nanti pasti kita bisa liburan bersama." Hyejin menghibur, menepuk-nepuk pundak Saera.

"Kapan kalian akan berangkat?" tanya Jimin.

"Besok lusa. Kau mau titip sesuatu? Jungkook memintaku untuk membelikan wine kesukaannya. Apa kau mau juga?" tanyaku.

"Boleh, kalau tidak merepotkan."

"Tidak masalah."

Kami berbincang banyak soreitu dan akhirnya memutuskan untuk sekaligus makan malam bersama.    
 

~(^.^~)(~^.^)~


 

Srek!

Keningku mengerut saat mendengar sesuatu.

Aku mengintip dengan satu mataku, ingin mengetahui dari mana asal suara itu.

Hyejin baru saja membuka tirai jendela kamarku, membuat sinar matahari menyorot tepat di wajahku. Tapi kupejamkan mata lagi karena masih mengantuk.

"Taehyung-ah...," ia menggoyang-goyangkan tubuhku.

"Ayo bangun.. Kau harus bersiap-siap," sekarang ia menarik-narik selimutku.

"Pukul berapa jadwal penerbangannya?"

"11:05 Cepatlah..."

"Pukul berapa sekarang?" tanyaku lagi masih dengan mata terpejam.

"Delapan."

"Oke, masih ada waktu setengah jam lagi."

Kutarik Hyejin kedalam pelukanku, memperlakukannya seperti guling. Posisi Hyejin membelakangiku.

"Ah... hangat," kataku mengeratkan pelukan. Aku dapat mencium wangi collonge dari tengkuk lehernya.

"Ish.. neo jjinja." Hyejin menendang-nendang, berusaha melepaskan diri dari pelukanku.

"Setengah jam saja.."

"Tidak, tidak. Aku yakin kau belum menyiapkan apapun. Dan kita belum sarapan. Jadi cepatlah bangun dan aku akan menyiapkan sarapan."

Tubuhnya tidak bergerak lagi, ia menungguku melepaskan pelukan.

Akhirnya aku menyerah, danberusaha dengan susah payah mengembalikan nyawaku sambil terduduk di ataskasur.    

"Kutunggu dimeja makan, oke?" Hyejin mengacak-acak rambutku sebelum berjalan keluar kamar.

Satu jam kemudian, aku keluar kamar sambil menyeret koperku, menyimpannya disebelah koper Hyejin diruang televisi.

Hyejin masih di dapur saat aku sudah siap di meja makan. Lalu ia berjalan menghampiri sambil membawa dua mangkok berisi nasi yang kemudian salah satunya ia simpan dihadapanku.

"Sudah kau siapkan semuanya?" tanyanya setelah duduk bersebrangan denganku.

"Hmm," aku mengangguk.

"Geurae, makanlah." Kemudian kami menyantap sarapan kami.

Hari ini kami akan pergi ke Italia. Memang sudah kami rencanakan sejak tahun lalu. Kami senang berpergian keluar negeri bersama, dan Italia memang sudah masuk dalam daftar perjalanan kami.

"Oke, biar kuperiksa lagi. Koper?"

"Sudah," kataku.

"Tiket?"

"Hm."

"Passport?"

Aku mengangguk.

"Visa?"

"Sudah. Sudah lengkap semua."

"Aku hanya memastikan supaya kejadian seperti saat di Sydney tidak terulang lagi," katanya ketus.

"Nae.., nae..," kataku menurut.

"Oke, kita berangkat!"

Satu jam perjalanan ke bandara dan dua belas jam dua puluh lima menit perjalanan di udara, akhirnya kami sampai di Roma, Italia, pukul 3.25 sore karena selisih waktu Korea Selatan dan Italia yang berbeda empat jam.

"Bagaimana kalau kita langsung ke Koloseum?"

"Apa kau tidak punya rasa lelah?" kataku sambil menyeret koper.

"Kita hanya punya waktu lima hari disini, tidak, empat setengah hari lagi, jadi mari manfaatkan sebaik mungkin." Hyejin lalu berjalan mendahuluiku sambil menyeret kopernya.

"Lalu koper ini bagaimana?"

"Aku tahu tempat penitipan barang seperti ini. Aku pernah lihat vlog traveler di Youtube." Hyejin terus berjalan tanpa melihatku.

"Kau yakin?"

"Sudah, ikuti saja aku."

Ya, kami hanya punya waktu lima hari termasuk perjalan pulang dan pergi – benar-benar waktu yang sangat singkat untuk perjalanan ke luar negeri, jadi hanya beberapa tempat saja yang bisa kami datangi. Seperi Roma, Toscana, Pisa dan yang terakhir Venice, sesuai dengan rencana kami.

Sebenarnya Hyejin yang meminta agar Italia masuk dalam daftar perjalanan kami tahun ini. Katanya salah satu impiannya adalah bisa pergi ke sini, ke Italia. Tapi karena perjalanan satu tahun ini sudah kami rencanakan sejak tahun lalu dan sudah tidak ada waktu yang cocok untuk menambah satu perjalanan lagi, akhirnya kami memaksakan perjalanan kali ini hanya bisa dilakukan selama lima hari. Dan kami menyempatkan itu.

"Taetae-ya, kau tau, kata Roma jika dibaca terbalik menjadi Amor yang artinya cinta. Makanya orang-orang menyebut Roma sebagai kota cinta. Aku masih tidak percaya sekarang aku ada disini. Indah 'kan?"

"Ya.. indah memang."

"Kau mau gelato? Aku penah lihat di Youtube toko yang menjual gelato di dekat sini."

Tanpa menunggu jawabanku ia langsung menuju ke jalan yang dirasa benar. Dan aku hanya mengikutinya dari belakang.

Youtube sepertinya benar-benar memberinya banyak pelajaran untuk perjalanan kali ini.

"Tolong gelato rasa stroberi satu dan mint satu," pesan Hyejin menggunakan bahasa Inggris saat kami sudah tiba di toko yang Hyejin maksud.

Sore itu kami berjalan-jalan disekitar Koloseum sambil menikmati gelato sebelum akhirnya mengambil barang-barang dan check in di hotel yang telah kami booking.

Dan esok harinya kami menghabiskan waktu seharian keliling Roma. Menikmati arsitektur Museo e galleria borghese, Pantheon, Vatican Museum, dan termasuk menikmati lagi indahnya bangunan Colloseum. Aku yakin, setiap orang yang datang pasti akan jatuh cinta dengan kota ini.

Kemudian sore harinya kami check out dari hotel dan melanjutkan perjalan ke Toscana dengan tujuan pertama kami adalah Siena

Kemudian sore harinya kami check out dari hotel dan melanjutkan perjalan ke Toscana dengan tujuan pertama kami adalah Siena.

Satu hari yang indah di Roma.
 

. . .
 

Pagi yang cerah di Toscana. Setelah selesai mengunjungi Piazza del Campo di Siena, kami lalu melanjutkan perjalanan ke Florence. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi hamparan kebun anggur yang benar-benar indah, yang ditanam di atas bukit-bukit. Dan tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Yeoboseo?" suara Jungkook terdengar dari sambungan videocall yang kulakukan saat kami sampai di tempat tujuan.

"Oh, hyung!" serunya.

"Yah, Jungkook-ah, tebak aku sedang ada dimana," kataku.

Hyejin tiba-tiba muncul sambil memperlihatkan satu botol wine ditangannya.

"Taraaa!!"

"Woah! Kalian sedang ada di Chianti?"

"Hmm," jawab Hyejin.

"Dimana Halla? Kau sedang tidak bersamanya? Aku ingin menyapanya," kata Hyejin lagi.

"Halla-ssi.. Hyejin noona ingin bicara!" teriak Jungkook.

"Annyeong Halla!" sapa Hyejin saat Halla muncul dilayar ponselku.

"Oh, annyeong eonni, oppa.. Daebak! Kalian sudah di Italia?" tanya Halla. Aku dan Hyejin melambaikan tangan membalas sapaannya.

"Geurae, sejak dua hari kemarin. Besok lusa kami kembali," jelasku.

"Hyung, jangan lupa pesananku!" kata Jungkook.

"Araseo, araseo."

Tidak lama setelah itu kami mengakhiri sambungan videocall yang kami lakukan.

Karena perjalanan kami hanya bergatung pada uang, bahasa Inggris, peta dan menguping dari rombongan tour guide yang kami temukan, di Chianti kami hanya mengikuti rombongan Wine Tasting Tour dan sempat mencicipi wine Passito Del Santo, salah satu produk wine terkenal dari Chianti. Juga tidak lupa kami membeli dua botol wine Chianti Classico untuk kami beri pada Jungkook dan Jimin.

Satu hari yang sangat melelahkan di Toscana. Ditambah perjalanan menuju Venice. Kami sampai membatalkan rencana kami untuk mengunjungi Pisa. Perencanaan waktu yang buruk.

Kami sampai di Venice pukul 8 malam dan langsung check in hotel karena terlalu lelah.

"Ya ampun.. aku sudah tidak sanggup lagi." Hyejin melemparkan tubuhnya di atas kasur.

"Aku juga," sambil menyandarkan punggung di sofa.

"Maaf karena tidak sempat melihat menara Pisa."

"Aku juga tidak ingin pingsan saat sampai disana," katanya tergelak.

Tanpa sempat membersihkan diri, kami tertidur dengan posisi yang sama. Dan saat tersadar, ternyata matahari sudah menampakkan diri. Tadinya ingin kuhiraukan, tapi karena tubuhku terasa lengket, jadi aku langsung membersihkan diri.

Pukul 9 pagi dan Hyejin belum juga bangun. Aku menghampirinya. Berniat untuk tidur kembali karena masih merasa lelah, tapi melihat Hyejin membuatku tidak bisa memejamkan mata.

Wajahnya kini hanya berada beberapa centimeter dariku, dan sedikit berminyak karena tidak dibersihkan sebelum tidur tadi malam. Tapi tetap terlihat teduh, dan juga cantik. Ini salah satu momen favoritku, melihat wajahnya saat tidur.

Kelopak matanya mulai bergerak-gerak, sepertinya sudah tidak tahan dengan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui kaca jendela. Lalu matanya perlahan terbuka.

"Buon giorno piccola," sapaku pelan. (ucapan selamat pagi dalam bahasa Italia)

Mata Hyejin tiba-tiba terbuka lebar karena terkejut.

"Oh, ya ampun!" Hyejin langsung membalikan badan setelah melihatku tidur disebelahnya.    

"Wae?" tanyaku heran.

"Tidak baik membangunkan orang seperti itu, kau tahu! Oh, ya ampun, kasihan jantung kecilku."

Aku tergelak mendengarnya. Kemudian aku duduk di sebelahnya yang masih berbaring membelakangiku.

"Aku tahu aku tampan."

Hyejin berbalik dan melihatku dengan setengah wajahnya yang ditutupi selimut. Ia memutar bola matanya setelah mendengar ucapanku.

Aku masih dapat melihat wajahnya yang berubah merah karena malu.

"Ayo bersiap. Besok kita harus sudah pulang," kataku sambil menarik selimutnya.

"Nae.. nae..."

Tapi setelah itu tidak ada gerakan apapun.

"Kau mau kumandikan?"

"Aniyo! Aku bangun sekarang."

Aku tertawa melihat Hyejin tergesa meninggalkan tempat tidur dengan rambutnya yang berantakan menuju kamar mandi.
 

Hari terakhir di Italia, kami berkeliling Venice menikmati gedung-gedung berarsitektur klasik khas Italia seperti Piazza San Marco, Basilica di San Marco, dan beberapa jembatan menawan di Venice.

Untuk menikmati sore hari menunggu sunset di Venice sebelum esok hari yang kenyataannya kami harus kembali ke Korea, kami memutuskan menyewa perahu beserta pendayung untuk menyusuri Grand Canal melalui jalur air, seperti semacam taksi air

Untuk menikmati sore hari menunggu sunset di Venice sebelum esok hari yang kenyataannya kami harus kembali ke Korea, kami memutuskan menyewa perahu beserta pendayung untuk menyusuri Grand Canal melalui jalur air, seperti semacam taksi air.

"1, 2, 3, Kimchi!"

Ckrek!

"Sepertinya kau senang sekali berfoto," kataku bermaksud menyidir.

"Setidaknya ada satu foto dari setiap tempat, jadi aku akan selalu ingat aku pernah pergi ke tempat-tempat indah seperti ini. Ah.. tempat ini benar-benar romantis."

"Terasa romantis karena kau bersamaku."

"Ck, jangan mulai lagi," Hyejin memutar bola matanya.

Kemudian kami menikmati senja di Grand Canal tanpa bicara.

"Yah, Hyejin-ah."

"Hm?" jawabnya tanpa melihatku.

"I thank you for your part in my journey."

Ia lalu melihatku setelah mendengar perkataanku tadi. Ada jeda sebelum akhirnya ia merespon.

"Then I thank you for making my dream come true," katanya sambil tersenyum, kemudian mengalihkan mata dariku, memandang pemandangan yang ada di depannya.

Entah hanya perasaanku saja atau memang senyumnya kali ini terlihat sangat manis, membuatnya terlihat lebih cantik. Dan aku bersyukur itu tidak terjadi setiap kali ia melakukannya. Benar-benar tidak baik untuk jantungku.

"Kau tahu, sebagian orang melakukan perjalanan untuk mencari negara lain, mencari kehidupan lain, atau mungkin mencari jiwa yang lain," kataku, melirik kepadanya tanpa ia tahu.

"Ya, perjalanan bukan hanya dapat membuka hati, atau memperluas pikiran dan mengisi hidup dengan cerita untuk diceritakan. Tapi terkadang perjalanan juga mengajarkan banyak hal tentang tujuan."

"Untukku, kupikir yang utama bukan kemana aku pergi, tapi dengan siapa aku pergi. Bukankah lebih mengesankan melakukan perjalanan untuk mencapai satu tujuan tertentu, tempat atau bahkan tujuan hidup, dengan seseorang yang menemani sepanjang perjalanan itu?"

Hyejin menatapku tanpa ekspresi.

"Ah, mian, aku terlalu banyak bicara," tambahku tertunduk malu.

Hyejin kemudian menggeser posisi duduknya mendekat padaku. Ia merangkulkan kedua tangannya di leherku dan mencium pipiku. Lalu Hyejin memelukku erat.

"I thank you for your part in my journey. Harusnya aku yang mengatakannya. Aku bersyukur kau orang yang menemani perjalanan mengejar mimpiku. Berkeliling dunia, dan mengunjungi negara ini."

Mendengarnya membuatku tersenyum. Hyejin melihatku bingung saat aku melepaskan pelukannya.

Aku masih tersenyum sambil memegang kedua pundaknya. Kemudian aku mencium keningnya lama.    

"Satu yang perlu kau ingat," kataku.

Sekarang aku merangkulnya dengan satu tangan dipundaknya, mengajaknya memandang pemandangan di hadapan kami yang berubah menjadi lebih indah karena matahari mulai terbenam.

"Mwoya?"

"Kau boleh saja membual tentang kaki telanjangmu yang telah menempuh jutaan mil, gaya kupu-kupu mu yang mengarungi laut penuh hiu, atau kebolehanmu memanjat tebing-tebing terjal dengan sepotong tali terikat di pinggangmu. Tapi jika kau tak pernah menjelajah ke dalam batinmu sendiri, kau seperti tak pernah pergi ke mana pun."

Hyejin melingkarkan tangannya di pinggangku, dan menyandarkan kepalanya di tubuhku.

"Nae, Taehyung-ssi.." katanya sambil sedikit tertawa.

"Kau tahu, kalimat yang baru saja kuucapkan, aku mengambilnya dari satu buku tentang perjalanan yang aku punya," aku menyeringai padanya.

"Ck, aku tahu kau tidak akan bisa bicara seindah itu," Hyejin memutar bola matanya.

"Jadi, bagaimana perjalanan kali ini?"

"Wanjeon daebak!! Walaupun sebenarnya aku sudah tidak bisa merasakan tubuhku lagi. Tulang-tulangku rasanya semua terlepas dari kulitnya," sambil mengangkat tangan melakukan peregangan, melepaskan rangkulannya dariku.

"Ah! Setelah ini kita punya dua tujuan untuk perjalanan bulan depan. Kau mau pergi kemana dulu? Indonesia atau Singapore? Jarak keduanya hampir sama. Atau kita kunjungi saja berurutan tanpa pulang dulu ke Korea, bagaimana?" tanyanya bersemangat.

"Ck, sikapmu sangat berlawanan dengan apa yang kau ucapkan sebelumnya."

Hyejin menyeringai.

"Tujuan selanjutnya..." Ia menatapku penasaran.

"Aku ingin ke Incheon, mengantarmu pulang," kataku.

"Wae~? Aku belum ingin pulang~ Jangan merusak rencana yang sudah ada!"

"Supaya tidak merusak jadwal yang sudah ada, jadi ayo kita ke Incheon minggu depan."

"Minggu depan itu sudah masuk bulan depan!"

Hyejin masih cemberut saat aku merangkulkan lagi satu tanganku di lehernya, menariknya mendekat padaku. Memaksanya untuk menikmati sunset di depan sana.


 

Mianhae, Hyejin-ah, sepertinya aku akan membuat jadwal perjalanan kita setelah ini berantakan. Aku tidak ingin terlambat.

Be ready, you're my next destination.    

    

 

EPILOG

Kami baru saja tiba di Venice Marco Polo Airport. Benar, kami harus kembali hari ini ke Korea. Jadwal penerbangan kami sekitar dua jam lagi, kami tiba lebih awal karena tidak ingin terlambat.

"Perasaanku tidak enak." Aku melihat barang bawaanku dan juga Hyejin bergantian.

"Yah, yah, biar kuperiksa sekali lagi."

Hyejin yang sudah berjalan lebih dulu kemudian berhenti.

"Kita sudah memeriksanya sebelum check out hotel tadi, 'kan?" katanya malas.

"Tidak, tidak, ayo periksa sekali lagi. Koper?"

"Sudah.." jawabnya.

"Passport?"

"Sudah."

"Visa."

"Sudah."

"Tiket?"

"Su-," Hyejin meraba tubuhnya sendiri.

"Sebentar, aku pikir aku menyimpannya di dalam sakuku. Mungkin aku menyimpannya di dalam tas."

"Oh tidak, jangan lagi," aku mengacak-acak rambutku sendiri.

Hyejin masih berusaha mencari tiket pesawat kami. Tapi tiba-tiba ia berhenti bergerak, mengingat sesuatu.

"Sepertinya aku meninggalkannya di sofa hotel?" Hyejin menyeringai, wajahnya terlihat bersalah.

"Neo jjinja!"    
 

***

itsmearmy94
Terima kasih banyak sudah baca ceritaku. Akan jauh lebih senang jika kalian bisa memberi tanggapan dan saran tentang cerita ini.
Sekali lagi terima kasih ^^

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet