Pengharap
WooGyuPengharap di Malam Hari
Kau pikir aku berbohong ketika aku mengatakan bahwa aku merindukanmu, huh?
Aku ingin menemuimu terus-menerus
Dan ketika aku tidak bisa menahan perasaanku lagi
Aku mengunjungi rumahmu di tengah malam
Dan berharap kau telah menjalani hari yang indah dan kembali pulang dengan selamat
Aku bertaruh kau tidak tahu tentang ini
Mimpi indah...
Nam Woohyun adalah sosok paling keras kepala yang pernah aku temui. Meski usiaku lebih tua darinya, namun Woohyun tidak pernah menunjukkan bahwa dia seharusnya tidak memanggilku dengan namaku saja. Meski aku selalu mengingatkan hal ini kepadanya, dia akan berkata,”Sunggyu, kau sungguh ketinggalan zaman. Seperti kakek tua.”
Aku ingin mencekiknya, namun dia akan tertawa dengan begitu lepasnya sehingga aku lupa dengan kemarahanku.
Dia selalu begitu. Mampu dengan cepatnya mengambil posisi khusus di hatiku. Dongwoo pernah keberatan dengan hubungan yang aku dan Woohyun miliki.
“Aku saudara terbaikmu, hyung. Bukan dia.”
Ucapan Dongwoo masih kuingat hingga kini. Namun aku bisa apa? Si bodoh Woohyun begitu cepatnya membuatku nyaman. Kami saling mengenal karena Dongwoo, namun lama-kelamaan kami malah melupakan Dongwoo. Meski bukan melupakan dalam konteks benar-benar lupa, kami hanya tidak bisa mengontrol keinginan kami untuk saling bertemu dan menghabiskan waktu bersama.
Di tambah lagi sekarang Woohyun telah resmi menjadi mahasiswa di kampus yang sama dengan kami. Dongwoo semakin kesal. Dongwoo akhirnya menyerah mengomentari kami ketika dia mengenal sosok Myungsoo dan Sungyeol. Mereka benar-benar membantu tanpa mereka ketahui.
Aku dan Woohyun akan makan siang bersama, akan menghabiskan makan malam bersama (Orang tua Woohyun memiliki restoran dan selalu memberikanku porsi lebih banyak daripada Woohyun) dan akan pergi ke kampus bersama meski jadwal kami berbeda. Jika aku memiliki jadwal pagi, Woohyun akan menjemputku, begitupula sebaliknya. Meski kami berbeda tingkat, namun kami memiliki jurusan yang sama sehingga sangat mudah untuk kami saling bertukar pikiran.
Woohyun sosok yang cerdas, namun nilainya selalu bertengger di B karena keras kepala. Dia tidak pernah mau mendengar apa yang di katakan oleh dosennya.
“Si mulut bebek selalu menyuruhku melakukan ini-itu. Aku hampir mengira dia sebagai perempuan,” Woohyun berucap kesal sambil mengunyah sandwich yang aku belikan. Rambutnya yang acakan tertutup oleh topi pink kesukaanya. Hari ini aku memiliki jadwal pagi, sementara dia harus menunggu 3 jam lagi untuk kelasnya. Aku akan selalu tertawa menanggapi keluhannya, si mulut bebek adalah dosen yang bisa di bilang memang pemarah dan sesukanya menilai kertas mahasiswanya. Aku juga tidak terlalu suka dengannya. Namun, terkadang apa yang dia katakan ada benarnya dan mengikuti apa yang dia mau bisa membuat nilaimu jauh lebih baik.
“Cobalah untuk mengikuti sarannya sesekali,” saranku dengan pelan sambil membukakan tutupan minuman mineral untuknya. “Dan makanlah dengan sedikit perlahan, kau akan mati tersedak.”
Woohyun menatapku tajam, namun menerima tawaran minumku dan kini mengunyah dengan lebih perlahan. Aku tersenyum melihat tingkahnya. Dia akan semakin marah karena aku tersenyum dan menendang tulang keringku. Aku merintih kesakitan, dan dia akan segera merasa begitu bersalah dengan kedua pipi yang mulai memerah. Aku tidak bisa berhenti tersenyum.
Hingga aku mulai mempertanyakan apa hubungan yang kami miliki sebenarnya ketika Myungsoo dengan wajah datar yang sangat tampan dia miliki bertanya kepada kami di tengah-tengah makan malam bersama di restoran yang di miliki oleh keluarga Sungyeol. Woohyun berkali-kali bertanya kepadaku,”Sunggyu, restoran keluargaku jauh lebih bagus, kan?”
Si bodoh Woohyun dengan pertanyaan yang tidak berguna. Jika aku memberi tahunya Kimchi stew di sini lebih enak, dia akan membawaku ke restoran ibunya untuk melihat dia memasak seharian sampai aku berkata bahwa di restorannya jauh lebih enak. Jadi aku memilih diam saja. Aku juga sedang tidak ingin berbohong.
“Kalian sudah berhubungan berapa lama?” tanya Myungsoo dengan wajah tanpa tertarik untuk bertanya membuatku enggan menjawab. Woohyunpun terlihat hanya fokus dengan ayam pedas kesukannya.
Dongwoo menawarkan diri untuk menjawab.
“Mereka berteman semenjak Woohyun masih di kelas 2 SMA? Jadi sekitar 6 tahun sekarang?”
Jawaban Dongwoo dengan penuh tanda tanya. Aku mengabaikannya.
“Tidak...tidak...” bantah Sungyeol tiba-tiba. “Maksud Myungsoo, berapa lama kalian berhubungan. Sebagai...Pacar? Kekasih? Pasangan?”
Bantahan dengan penuh tanda tanya dari Sungyeol.
Aku hampir ters
Comments