Chapter 8 Who is He?

Our Happy (?) Marriage

“Halo Wooyoungie...” balas Chansung dengan ramah menyapa namja imut di hadapannya itu, Junho hanya bisa turut tersenyum dan membungkukkan badannya untuk menyapa namja yang baru saja ia temui tersebut.

Tiba-tiba Nichkhun merangkul namja tersebut dari belakang “Nuneo perkenalkan ini adalah Wooyoung, tunanganku, Wooyoungie ayo sapa adik ipar barumu, Nuneo, suami Channie”

“Halooo Nuneo, perkenalkan aku Wooyoung, Jang Wooyoung” sapa namja imut tersebut dengan mengulurkan tangan sembari tersenyum dengan sangat manisnya

“Halooo Wooyoung-hyung, saya Junho, Lee Junho” sambut Junho dengan senyuman yang tak kalah manisnya dan kini membalas uluran tangan Wooyoung

“Aigoo...kamu manis sekali...pantas saja Channie bertekuk lutut padamu”

“Ehmm...aaah, anda bisa saja hyung, saya rasa hyung jauh lebih manis....”

“Yap, Nuneo benar sekali, kau akan selalu manis Uyongie” celetuk Nichkhun sembari mengelus pipi chubby Wooyoung dengan sayang

“Hyuuu~uung~...” jawab Wooyoung manja yang tentunya mengundang senyuman pada keluarga tersebut.

Di sini Junho mulai merasa kalah dari Wooyoung, Wooyoung sangat manis, hangat dan bersahabat, sangat cocok dengan Nichkhun yang seperti sosok malaikat mereka benar-benar seperti pasangan idaman dalam sebuah cerita dongeng. Berbanding jauh dengan hubungannya dan Chansung.

“Oiya panggil aku Wooyoungie saja ya Nuneo, aku rasa kita sepantaran, dan jangan terlalu canggung padaku, kan kita akan menjadi keluarga juga. Oke?”

“Baik Wooyoungie...”

“Naaah begitu lebih baik.”

Baiklah orang ini benar-benar menyenangkan sekali, ‘tampaknya aku akan bisa cepat akrab dengan orang ini’, pikir Junho.

“Ayok segera duduk, kita makan....” ajak nyonya Horvejkul.

Keluarga tersebut sekarang sedang menikmati hidangan yang tersedia di ruang makan dengan Junho yang duduk di samping Chansung, dan berhadapan langsung dengan Nickhun dan Wooyoung sedangkan tuan dan nyonya Hoverjkul masing-masing saling berhadapan di ujung meja makan.

Mereka menikmati makanan dengan santai, sesekali bersenda gurau, dan terlihat Wooyoung sudah sangat akrab dengan keluarga Horvejkul. Tampak ia sudah bisa mengambil hati keluarga tersebut dari awal. Nyali Junho kembali menciut, ia mulai merasa terasing dengan keakraban tersebut, Junho lagi-lagi kembali merasa kalah dari Wooyoung.

Junho sudah hampir mengambil ayam goreng yang tersaji di hadapannya ketika tiba-tiba sebuah tangan besar memindahkan piring saji yang berisi ayam tersebut

“Kau pasti mau mengambil ini kan Wooyoungie?” ucap Chansung diiringi dengan senyuman tulus sembari mengulurkan piring saji yang berisi ayam goreng tersebut ke arah Wooyoung yang berada di seberangnya.

“Terimakasih Channie, kamu memang sangat mengerti aku” jawab Wooyoung sembari membalas senyum Chansung dengan senyuman manisnya, kemudian mengambil sepotong ayam goreng yang ada

“Eiiiy, kenapa hanya satu Wooyoungie? Ini makanlah yang banyak biar kamu tidak kurus seperti itu” balas Chansung yang kemudian diikuti dengan aksinya menambahkan potongan ayam di piring Wooyoung.

“Aaaaaa~ Channieee~ nanti kalau tidak habis bagaimana?” Kini Wooyoung tampak merajuk manja dan mengeluarkan aegyo-nya

“Hahahaha pasti habis Wooyoungie, ini kan kesukaanmu” jawab Chansung

“Eiiiiy kau ini......”

Meskipun tidak menyangka akan adanya kejadian seperti itu, Junho hanya bisa terdiam menyaksikan kejadian tersebut berlangsung, dan tampaknya tidak hanya Junho saja yang terkejut, Nichkhun yang berada di seberang Junho pun kini menampakkan ekspresi ketidak sukaanya

“Tenang saja, kan ada aku. Nanti aku bantu habiskan Youngie”

“Aaa~ Khun-hyu~uung kamu memang yg terbaik” Wooyoung mengedipkan satu matanya sembari mengacungkan ibu jarinya ke arah Nichkhun

Dan kini tampak wajah Chansung yang berubah menampakkan rasa tidak suka

“Nuneo, kenapa kamu hanya melamun nak? Apakah masakan ibu tidak enak? Atau kamu sedang tidak enak badan?” suara lembut nyonya Horvejkul memecah lamunan Junho

“Aah ttt-ttidak ibu, ini enak sekali hanya saja tadi saya sempat makan snack sebelum ke sini jadi saya merasa sedikit kenyang”

“Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa.”

Junho hanya bisa tersenyum ke arah ibu mertuanya tersebut dan melanjutkan acara makan yang menurutnya sempat akward tadi.

Setelah makan keluarga tersebut tampak duduk santai di taman belakang rumah. Mengobrol santai bersama-sama termasuk dengan Wooyoung.

 

Saat Junho dan Chansung sudah akan berpamitan untuk pulang, tiba-tiba tuan Horvejkul memanggil Junho untuk mengajaknya berbicara

“Junho kami ingin meminta tolong padamu nak”

“Untuk apa ayah?”

“Sebenarnya bulan depan Nichkhun dan Wooyoung akan melangsungkan pernikahan, tapi kebetulan saat ini perusahaan sedang sangat sibuk-sibuknya, jadi mungkin aku, Nichkhun, dan Chansung tidak bisa banyak membantu ibumu mempersiapkannya, ayah bermaksud meminta tolong padamu untuk membantu ibumu, apakah kamu bersedia?”

“Tapi ayah, Junho juga harus bekerja, kenapa tidak pasrahkan pada wedding organizer sekalian saja semuanya? Toh kita bisa menyewa wo yg benar-benar bagus”

“Tapi Chaaan walaupun sudah ada wo tetap saja ada beberapa hal yg harus kita siapkan sendiri” nyonya Horvejkul menyela

Sebenarnya ingin rasanya Junho menolak, karena dia sendiri juga harus bekerja namun ia teringat tentu saja kesibukan keluarganya tersebut berada pada level yg berbeda karena mereka adalah petinggi Horvejkul corp., kesibukan Junho yg hanya pegawai biasa tidak akan ada apa-apanya dibandingkan keluarganya tersebut, sehingga ia memutuskan untuk mengabulkan permohonan mertuanya tersebut

“Baik ayah, ibu, akan saya usahakan”

Mendengar jawaban Junho tersebut Chansung menoleh ke arah Junho, menatapnya dengan tatapan yg sulit untuk diartikan, namun Junho memilih untuk mengacuhkannya

“Terimakasih banyak nak”

“Terkmakasih banyak Nuneo, nanti ibu akan menelponmu bila ibu membutuhkan bantuanmu”

“Iya ibu silahkan”

“Jangan terlalu memberatkan Junho bu, ingat dia juga harus bekerja, dia juga butuh istirahat, dia....”

Chansung belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika sang ibu dengan segera menjawabnya “Iya Channie tenang saja, ibu tau, ibu tidak akan menyiksa menantu ibu sendiri”

“Baiklah.."

 

Chansung dan Junho kemudian berpamitan untuk pulang. Sesampainya di apartemen Chansung, mereka berdua kemudian berganti pakaian dan duduk santai di sofa ruang tamu sembari menonton sebuah acara TV.

“Nuneo, kalau memang kamu keberatan, tolak saja permintaan ayah dan ibu tidak apa-apa. Aku tidak akan marah padamu hanya karena kamu menolak permintaan tolong kedua orang tuaku”

“Tidak apa-apa Channie, toh sedang tidak ada proyek besar di tanganku, jadi kurasa aku masih bisa membantu”

“Tapi tetap saja kau membutuhkan istirahat Nuneo, jangan paksakan dirimu”

“Tidak, aku tidak akan memaksakan diriku Channie, tenang saja. Aku juga ingin membantu mereka, mereka adalah keluargaku juga Chaan”

Sebenarnya Chansung memang kurang begitu setuju bila Junho harus membantu orang tuanya mempersiapkan pernikahan Nichkhun, namun tampaknya Junho pun gigih ingin membantu mereka sehingga Chansung hanya bisa menuruti keinginan Junho tersebut

“Baiklah, tapi kamu harus mengingat batasmu Nuneo, jangan paksakan dirimu, jangan sampai kamu terlalu lelah dan jangan sampai hal ini mengganggu aktivitasmu sendiri, ingat kepentinganmu tetaplah yg utama” beber Chansung panjang lebar

“Iyaaa Channiee, siaap. Aaah apakah kamu salah makan? Kenapa kamu bijak sekali?”

“Tidak, aku hanya mengkhawatirkanmu”

#blush

Seketika wajah Junho memerah, yap Chansung lagi-lagi sukses membuat Junho berdebar-debar hanya karena kata-katanya yang terdengar menyejukkan tersebut meskipun sebenarnya Chansung mengucapkannya dengan wajah yg datar.

“Terimakasih sudah mengkhawatirkanku, aku akan baik-baik saja Channie” jawab Junho sembari menatap Chansung, satu hal yang tidak disadari oleh Junho, Chansung pun saat ini menatap Junho dengan lekat, mata indah Chansung menampakkan sorot kekhawatirannya, untuk sesaat mereka hanya saling menatap, menikmati keheningan yang tercipta diantara mereka berdua.

Junho tertegun, tatapan dari mata indah Chansung selalu tampak meneduhkan, seolah mengobati rasa tidak nyaman yg sering ia rasakan selama ini, tatapan mata itu juga lah yg membuat hari-harinya kini lebih berwarna, tatapan itu juga yang menyakiti hatinya, membuatnya khawatir akan apa yg sebenarnya tersimpan dibalik tatapan tersebut, tatapan mata itu suatu ketika juga akan membahayakannya, karena ia tau pasti cepat atau lambat ia akan terjatuh pada tatapan tersebut berharap ada arti lebih dari tatapan teduh Chansung, namun bagaimana bila ternyata semua itu hanya dirasakan oleh Junho sendiri?

Junho segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, namun sialnya tampaknya itu adalah keputusan yang salah, karena saat ini yg ia lihat adalah foto pernikahannya yang terpampang dengan jelas di ruang tamu tersebut, foto saat Chansung tengah mengecup pipinya dengan lembut dan seolah Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk bernafas lega karena memorynya akan hari tersebut kembali berputar dengan jelas.

Memory ketika Chansung menggenggam lembut tangannya di bawah meja makan untuk menenangkannya yg sedang panik saat itu, memory ketika bibir lembut Chansung mengecup pipi putih mulusnya, memory ketika tatapan mata tajam Chansung berusaha membelanya dari pembulllyan keluarga mereka, memory ketika Chansung menatapnya dengan tulus memohon maaf atas kelancangannya mencium Junho, tidak-tidak nostalgia perasaan yang menghanyutkan ini harus segera diakhiri sebelum ia tenggelam lebih dalam.

Junho menyadari hatinya mulai menghangat mengingat hal tersebut, semburat merah pun mulai terlukis di wajah tampannya, maka Junho dengan segera memutuskan untuk berdiri dan kembali ke dalam kamarnya, bergerak dengan langkah cepat berharap ia segera tersadar kembali dari kenangan tersebut.

Chansung hanya bisa tersenyum melihat Junho yang tampak hampir setengah berlari menuju kamarnya, namja tersebut benar-benar menggemaskan bila sedang malu.

‘Junho tidaktidaktidak, stopstopstop’ Junho berusaha menghipnotis dirinya sendiri, bunyi sebuah ketukan menghentikannya dari pikirannya sendiri

“Nuneo kau meninggalkan hpmu di meja” ucap Chansung dari balik pintu

‘Aaaah siaaaal kenapa aku harus melupakannya’ batin Junho sembari membukakan pintu kamarnya

“Mmmm...mana hpku?” Junho hanya menunduk sembari mengulurkan tangannya ke arah Chansung, masih malu bila ia harus menatap Chansung secara langsung

#plak

Junho terkejut, bukan handphone yang ia dapatkan melainkan rasa sakit dan panas pada telapak tangannya, ya dengan telapak tangannya Chansung menepuk telapak tangan Junho yang menengadah ke arahnya dengan keras, mebuat Junho mau tak mau menengadahkan kepalanya menatap Chansung

“Yaaakh!!!! Apa yang kau lakukan Hwang Chansung??” bentaknya dengan menatap tajam ke arah Chansung

“Menggodamu :p hahahaha” ya dengan tawa tersebut Chansung langsung berlari meninggalkan Junho menuju ke kamarnya sendiri dan dengan segera menutup pintunya dengan tawa yg masih dapat Junho dengarkan dari balik pintu

“Hwang Chansuuuuung?!!!!” Junho hanya bisa berteriak kesal karena tidak mungkin kan jika ia harus mendobrak pintu kamar Chansung untuk membalasnya

#drrrrtdrrrrrt

Bunyi getaran handphone dari arah meja nakas membuat Junho mengalihkan perhatiannya

1 pesan baru

Hwang Chansung

“1-0”

Yap sesingkat itulah pesan Chansung yang sukses mebuat Junho bertambah kesal.

Junho lebih kesal lagi karena ia baru menyadari sebenarnya ia tidak meninggalkan handphone nya di meja ruang tamu melainkan di meja nakas kamarnya sendiri.

Betapa bodohnya ia dengan mudahnya tertipu dengan tipuan kekanakan seperti itu oleh Chansung.

Dengan segera ia mengetikkan pesan di layar handphone nya untuk membalas Chansung

“Awas kau beruang tunggu pembalasanku”

Tak lama kemudian handphonenya kembali menunjukkan adanya satu pesan baru

“Aku akan sabar menunggumu”

#blush

Oke lengkap sudah hidup Junho :))

Junho hanya bisa tersenyum-senyum sendiri di dalam kamarnya, Chansung selalu bisa membaca perasaannya dengan baik. Setidaknya dengan gurauan Chansung tadi Junho bisa tersadar dari seretan gelombang perasaan yang mulai menghanyutkannya. Namun pesan terakhir Chansung membuat Junho kembali khawatir, khawatir ia akan terseret masuk ke dalam gelombang perasaan selanjutnya yang mungkin akan lebih kuat menenggelamkan Junho.

 

Waktu akan tetap berlalu meskipun terdapat banyak pasang surut dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pun dengan waktu yang dilalui oleh pasangan Chansung dan Junho. Minggu-minggu selanjutnya Chansung benar-benar tampak sibuk dengan urusan kantornya. Seringkali Junho terpaksa makan malam ataupun sarapan sendiri karena Chansung yang harus lembur hingga malam dan bergegas berangkat pagi karena meeting. Seharusnya Junho sudah terbiasa dengan hal tersebut karena selama ini sebelum menikah pun ia selalu melakukan apapun seorang diri, namun mengapa kali ini rasa sepi itu lebih ia rasakan?

Namun rasa sepi tersebut sedikit demi sedikit mulai berkurang karena Junho pun mulai disibukkan dengan kegiatannya membantu mempersiapkan pesta pernikahan kakak iparnya, Nichkhun.

Junho mulai sering pulang pergi ke rumah mertuanya seorang diri, sebenarnya ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun, entah mengapa ibu mertuanya dan Chansung bersikeras agar Junho tidak menyetir mobilnya sendiri, mungkin mereka khawatir Junho akan terlalu lelah. Jadilah sekarang setiap pagi Chansung akan dengan setia mengantarkan Junho hingga ke depan kantornya, saat pulang kerja supir pribadi keluarga Horvejkul sudah menjemputnya untuk pulang ke kediaman Horvejkul, bila Chansung tidak sedang lembur, malam harinya Chansung akan menjemputnya tak lupa mereka akan makan malam bersama terlebih dahulu di kediaman Horvejkul.

Tentu saja Junho senang dengan perhatian suami dan mertuanya tersebut, namun kini justru Junho mulai mengkhawatirkan kesehatan Chansung. Karena jelas-jelas menurutnya Chansunglah yang akan terlalu lelah. Tapi baik Chansung maupun nyonya Horvejkul bersikukuh tidak mengijinkan Junho berangkat dan pulang sendiri. Akhirnya mau tidak mau Junho hanya bisa pasrah dengan permintaan kedua orang tersebut.

Namun kehawatiran Junho sedikit berkurang karena semenjak beberapa hari ini ia dan Chansung hanya tinggal duduk di kursi belakang karena tampaknya ada salah seorang supir pribadi keluarga Horvejkul-lah yang ditugaskan untuk antar jemput mereka berdua.

 

Junho mulai terbiasa dengan kegiatan barunya ini, biasanya ia akan pergi berdua bersama ibu mertuanya. Entah itu benar-benar berbelanja atau hanya sekedar berjalan-jalan mencari dan melihat-lihat, satu hal yang pasti, ibunya tersebut tidak akan membuatnya lelah seperti tipikal perempuan lainnya saat berbelanja. Nyonya Horvejkul selalu memastikan mereka tidak berjalan terlalu lama dan memastikan Junho selalu bisa beristirahat sehingga pekerjaan dan keseharian Junho benar-benar tidak terganggu karenanya, Junho mulai terbiasa dengan ritme tersebut, namun kata-kata Nyonya Horvejkul saat berbelanja tadi membuat Junho sedikit khawatir “Nuneo mulai besok Wooyoungie akan mulai ikut kita berbelanja, karena biar bagaimanapun ini kan pernikahannya jadi biarkan ia yang memutuskan mau memilih yang mana, kita hanya perlu mendampinginya saja, tidak apa-apa kan sayang?”

“Tentu saja tidak apa-apa ibu” Junho berusaha menampilkan senyuman terbaiknya di hadapan ibu mertuanya tersebut meskipun sebenarnya pikiran Junho mulai melayang ke mana-mana.

Ya Junho baru sekali bertemu dengan Wooyoung, bagaimanakah kepribadian Wooyoung yang sebenarnya? Mengingat kesan pertama saat mereka bertemu semua tampak baik-baik saja, semoga saja, hanya itu harapan Junho.

 

Hari yang dikhawatirkan oleh Junho pun tiba, saat ini ia sedang berada di depan sebuah catering bersama dengan nyonya Horvejkul menanti kedatangan Wooyoung. Tak lama kemudian tampak seorang namja dengan sangat imutnya melambaikan tangan sembari berlari kecil ke arah mereka berdua

“Selamat siang ibu, Nuneo, maaf saya terlambat, tadi jalanan maceeeet sekaliiii~~...” ucap namja imut tersebut sembari memajukan bibirnya dengan lucu, seperti anak kecil yang sedang merajuk meminta sesuatu, benar-benar menggemaskan, membuat orang yang berada di hadapannya mau tidak mau pasti akan luluh dan memaafkannya meskipun ia berbuat suatu kesalahan.

“Tidak apa-apa Wooyoungie, ibu dan Nuneo juga baru saja tiba kok, tenang saja, ayok kita segera masuk” ajak Nyonya Horvejkul.

Jadilah mereka di sini sedang mencoba beberapa makanan untuk disajikan saat pesta pernikahan nanti, mulai dari makanan pembuka, makanan utama maupun makanan penutup. Saat mencicipi makanan pembuka maupun makanan utama tidak ada suatu kejadian istimewa yang berkesan di hati Junho, bukan berarti makanannya tidak enak. Tentu saja tidak, ini adalah catering dengan makanan premium pilihan keluarga Horvejkul tentu saja makanan yang tersaji tidak hanya sedap dipandang namun juga memiliki rasa yang kualitas yang baik, hanya saja semuanya tampak biasa saja di mata Junho. Hingga akhirnya tiba saat mencicipi makanan penutup, kehebohan mulai terjadi. Bukan heboh karena ribut, tapi heboh karena kegirangan.

Cake dan ice cream yang tersedia benar-benar sesuai dengan selera Wooyoung dan Junho. Mereka berdua yang sama-sama menyukai ice cream dibuat takjub karena rasa manis dan sensasi dinginnya yang menyejukkan, belum lagi tampilannya yang dibuat cantik menambah rasa bahagia bagi mereka berdua.

Nyonya Horvejkul hanya bisa tersenyum menyaksikan kedua menantunya tersebut, yang tidak hanya berbadan kecil tetapi juga bertingkah seperti anak kecil ketika melihat ice cream. Nyonya Horvejkul tidak ingin melewatkan hal itu begitu saja, melihat Junho dan Wooyoung yang sedang tersenyum dari satu sisi ke sisi lain saat mencicipi ice cream dengan cekatan nyonya Horvejkul membidikkan kamera poselnya ke arah mereka berdua, sebuah senyuman pun kini turut terkembang pada wajah nyonya Horvejkul.

Setelah mencicipi rangkaian menu yang ada, akhirnya Wooyoung dan nyonya Horvejkul berdiskusi sejenak untuk memutuskan makanan apa saja yang akan mereka sajikan nanti. Junho sedikit menyingkir untuk memberikan mereka privasi, sambil menunggu pandangan Junho beredar di sekeliling bangunan, pandangannya terhenti ketika ada sesuatu yang menarik hatinya, sepasang calon pengantin yang tengah beradu argumen.

Bukannya Junho ingin menguping, akantetapi volume suara pasangan tersebut yang kian meninggi membuatnya mau tidak mau melirik ke arahnya. Dalam hati Junho sempat bersyukur untunglah ia dan Chansung tidak perlu melalui hal memalukan seperti ini. Ah tiba-tiba Junho teringat Chansung, apakah ia sudah makan? Ya belakangan ini Junho melihat nafsu makan Chansung yang menurun, seorang Hwang Chansung yang notabenenya tidak pernah berhenti makan justru belakangan ini terlihat enggan untuk makan. Sedikit banyak hal tersebut cukup mengganggu pikiran Junho, apakah Chansung sedang sakit? Atau ia sedang banyak pikiran? Entahlah Junho tak tau, tapi yang jelas ia akan berusaha menjadi pendamping yang baik. Aaah Junho teringat saat mencicipi makanan penutup tadi ada ice cream cake banana yang lezat sekali, ‘hmmm bagaimana kalau aku belikan satu untuk Chansung? Bukankah ia sangat menyukai pisang?’ Junho kemudian tersenyum geli teringat suaminya tersebut, ia tidak paham akan begitu besarnya cinta Chansung pada pisang, yang dimatanya membuat Chansung tampak seperti seekor monyet.

Junho lalu memesan satu ice cream cake tersebut untuk Chansung, Junho terlalu asik dengan urusannya sendiri hingga tanpa ia sadari Nyonya Horvejkul dan Wooyoung saat ini tengah menantinya di pintu keluar, tampaknya mereka berdua sudah menyelesaikan urusannya di sini.

“Ah maafkan saya ibu, Wooyoung, saya tidak tau kalau kalian sudah akan pulang”

“Tidak apa-apa sayang, kami juga baru saja selesai”

“Iya Nuneo tenang saja, ah kamu juga membeli sesuatu ya tampaknya?” ucap Wooyoung sembari menunjuk sebuah bungkusan yang ada di tangan kanan Junho

“Ehmmm iyaa Wooyoung”  jawab Junho dengan mengusap tengkuk kepalanya untuk mengurangi rasa groginya

“Waaah kamu perhatian sekali Nuneo, pasti itu untuk Channie ya?” timpal Nyonya Horvejkul

“Iya ibu, saya rasa Channie pasti juga ingin mencicipi rasa makanan yang ada di sini”

“Hahahaha kau benar sekali Nuneo, Chan memang tidak bisa berkata tidak pada makanan. Itu mobil kita, ayok segera pulang”  jawab Nyonya Horvejkul ketika sebuah mobil sedan hitam bergerak mendekat ke arah tempat di mana mereka berdiri. Mobil tersebut kemudian berlalu menembus padatnya jalanan kota Seoul menuju kediaman Horvejkul, di mana Chansung, Nichkhun serta Tuan Horvejkul tengah menanti kedatangan mereka bertiga.

 

“Kami pulaaaang..” teriak Nyonya Horvejkul nyaring ketika beliau memasuki rumah mewah kediamannya tersebut.

“Selamat datang..” sambut Tuan Horvejkul yang berjalan dari arah dalam rumah diikuti oleh Nichkhun dan Chansung di belakangnya.

“Lihat sayang, ini ibu bawakan makanan kesukaan kalian” ucap nyonya Horvejkul begitu ia melihat ketiga pria kesayangannya tersebut sembari mengulurkan kedua bungkusan yang ada tangannya yang kemudian disambut oleh tuan Horvejkul

“Aku juga membawakan ice cream cake strawberry kesukaanmu Khun-hyung” Wooyoung melihat ke dalam sebuah bungkusan besar di tangannya, ia kemudian mengambil ice cream cake strawberry dan memberikannya pada Nichkhun

“Terimakasih Wooyoungie kamu tau saja aku sudah lama tidak makan ini” sebuah senyuman manis pun terkembang di bibir Wooyoung dan Nichkhun

“Oh iyaaaa, ini untukmu Channie” ucap Wooyoung dengan memberikan tas bungkusan besar tempat ia mengambil ice cream cake untuk Nichkhun tadi

“Apa ini Wooyongie?”

“Lihat saja sendiri, ku harap kamu masih menyukainya Channie”

Dengan penuh rasa penasaran Chansung menerima bungkusan besar tersebut dan segera membukanya untuk melihat isi di dalamnya

“Aaaaah icee cream cake banana”

Junho terkejut mendengar penuturan Chansung tersebut, terkejut karena ia juga membelikan barang yg tidak berbeda dengan Wooyoung. Usai melihat isi bungkusan tersebut wajah Chansung tampak berbinar bahagia

“Terimakasih banyak Wooyoungie, kau masih mengingat makanan kesukaanku?”

“Tentu saja, bagaimana mungkin aku melupakannya Channie. Oiya tadi sepertinya Junho juga membelikan sesuatu untukmu Channie, benar kan Junho?” Wooyoung menatap Junho dg tatapan yg tidak dapat diartikan oleh Junho

#DEG lagi dan lagi Junho dibuat terkejut dg aksi Wooyoung, ia bingung harus bersikap bagaimana, ia merasa sangat akward, hingga sebuah suara lembut menyadarkannya dari lamunannya

“Benarkah Nuneo? Apakah itu?” Ucap Chansung dengan tatapan penuh harap

“Ah....ehm....ini...ini sebenarnya bukan apa2 Channie” daripada semakin akward Junho memilih memberikan bungkusan di tangannya pada Chansung tanpa memberitahukan isinya.

Chansung menerimanya dengan sebuah senyuman tulus, kemudian membukanya, kedua mata indah Chansung sempat membulat sejenak karena isi bungkusan tersebut yang sama persis dengan apa yg diberikan Wooyoung tadi. Dari sudut matanya ia memperhatikan Junho yang tampak menggaruk tengkuknya yg Chansung yakini tidak sedang gatal, wajah Junho pun tampak gelisah, membuat Chansung memahami posisi Junho saat ini

“Aaah terimakasih banyak Nuneo, kau memang terbaik”

“Apa itu Channie?? Aku mau lihaat~...” sahut Wooyoung

“Ini rahasia Wooyoungie, kamu tidak boleh mengetahuinya” jawab Chansung sembari menutup kembali bungkusan tersebut dengan rapat

“Aaaaa manamanamana mau lihaaaaat ~~...” Wooyoung kini tampak merajuk manja dengan tangannya yg mengulur ke arah bungkusan yang tergenggam erat di tangan Chansung, berusaha untuk merebutnya, namun dengan sigap Chansung menjauhkan bungkusan tersebut dari Wooyong, “Pokoknya tidak boleh” jawab Chansung dengan tenang.

“Sudahlah Wooyoungie, biarkan saja, mungkin itu memang sesuatu yg istimewa bagi mereka berdua” sahut Nichkhun lembut sembari menarik tangan Wooyoung yang mengarah ke Chansung tersebut.

Nyonya Horvejkul hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya tersebut “Sudahsudaah kalian ini benar-benar seperti anak kecil. Bukankah kalian baru pulang dari kantor? Bagaimana kalau kita makan dulu” ajak Nyonya Horvejkul

Chansung yg sedari tadi memperhatikan wajah Junho yg tampak tidak nyaman kemudian menjawab “Maafkan ibu sepertinya aku dan Nuneo harus langsung pulang, ada sedikit urusan”

“Wah sayang sekali....”

“Maaf bu. Khun-hyung, Ayah, ibu, Wooyoungie segeralah makan dan istirahat, tidak usah mengantarkan kami ke depan.”

Seperti memahami maksud Chansung, Junho pun segera bertindak “Saya pamit dulu ayah, ibu, Khun-hyung, Wooyoung” Junho kemudian membungkukkan badannya ke arah keempat orang tersebut sebelum berlalu bersama Chansung.

“Aku pulang dulu yaaaa” ucap chansung sembari menggandeng tangan Junho menuju pintu depan.

“Jangan lupa habiskan pemberianku ya Channie” teriak Wooyoung

“Oke aku akan menikmatinya bersama Nuneo Wooyoungie, terimakasih”

 

Sesampainya di rumah Chansung segera meletakkan ice cream cake pemberian Wooyoung dan Junho di atas meja makan apartemen mewahnya

“Jadi kamu mau makan apa Nuneo?”

“Aku tidak lapar Channie”

“Tapi kamu belum makan Nuneo”

“Aku sudah makan bersama ibu dan Wooyoung saat melakukan food testing tadi”

“Kalau begitu ayok temani aku makan ice cream cake ini, selalu ada tempat untuk dessert bukan?”

“Tapi perutku masih terasa kenyang Channie”

“Ayolaah bantu aku menghabiskannya Nuneo, ini banyak sekali.

“Kalau begitu buang saja salah satu”

“Jangaan, sayang sekali makanan dibuang”

“Kalau begitu berikan saja pada satpam di depan”

“Tidak mau, ini makanan kesukaanku Nuneo”

“Kan kamu masih punya 1 lagi Channie”

“Tapi aku tidak mau membagikannya dengan org lain, aku ingin memakannya bersamamu Nuneo. Kamu harus ikut merasakan makanan kesukaanku, ini benar-benar enak”

Junho hanya bisa menghela nafas panjang, percuma ia berdebat dengan Chansung

“Baiklah, mana?”

“Asiik, ini untukmu” ucap Chansung sembari mengulurkan potongan ice cream cake-nya pada Junho

“Bagaimana? Enak kan?” Sahut Chansung sesaat setelah Junho memasukkan potongan ice cream cake tersebut ke dalam mulutnya.

“Mmm aku tau ini enak, aku sudah mencicipinya tadi.”

“Benarkah? Lalu setelah kamu tau makanan ini enak kamu membelikannya untukku?” tanya Chansung penuh selidik, seingat Chansung ia belum pernah memberitahukan pada Junho mengenai makanan favoritnya tersebut.

Junho hanya mengangguk pelan “Mmm, dan aku rasa itu hal yg percuma”

“Apa yang membuatnya percuma?”

“Toh Wooyoung juga sudah membelikannya untukmu. Percuma saja membeli 2 makanan yang sama dalam waktu yang bersamaan, apalagi ini sudah malam, siapa juga yang mau mengabiskan dessert sebanyak itu” tutur Junho.

 “Tidak ada yang percuma dan tidak ada yang sia-sia Nuneo. Tenang saja, aku akan menghabiskannya” sebuah senyuman tulus Chansung berikan pada Junho

“Terimakasih kamu telah membelikan makanan favoritku Nuneo”

Meski senyuman dan ucapan tulus tampaknya telah Chansung berikan pada Junho, namun di mata Junho semuanya hanya terlihat seolah-olah Chansung ingin menghibur Junho agar Junho tidak kecewa.

“Mmm...” hanya sebuah gumaman disertai anggukan lemah menjadi respon Junho.

“Oiya aku baru ingat tadi ayah berpesan supaya kamu mempersiapkan diri besok lusa ada sebuah pesta bersama dengan kolega bisnis ayah, karena ini kolega bisnis dekat ayah ia menginginkan kita semua bisa hadir.”

Junho yang sedari tadi hanya menunduk menatap makanannya di meja kini menegakkan kepalanya menatap Chansung dengan penuh tanda tanya “Pesta??”

“Mmm..aku tau kamu tidak menyukainya begitupun denganku, tapi aku harap kamu bisa mulai menyesuaikan diri dengan hal ini karena ini juga demi kelancaran bisnis keluarga kita, dan mungkin kedepannya kita akan semakin sering menghadiri hal-hal seperti ini, jadi anggaplah pesta besok adalah ajang untuk belajar” ucap Chansung dengan tenang, sorot mata indahnya memandang ke dalam mata Junho dengan penuh keseriusan. Chansung benar-benar tampak berwibawa saat ini, hal yang selalu membuat Junho lemah karenanya.

“Baiklah, aku akan mempersiapkan diri”

“Tenanglah, selain aku dan ayah nanti di sana ada juga ada ibu dan Khun-hyung jadi kamu tidak perlu takut”

Junho penasaran akan seseorang yang belakangan ini sering meresahkan pikirannya “Wooyoung?”

“Wooyoung tidak akan ikut, meskipun ia adalah tunangan Khun-hyung namun ia belum resmi menjadi pasangan Khun-hyung sehingga tidak mungkin kami mengajaknya ke acara seperti ini”

Mulut Junho membulat lucu “Ooooh begitu....” Junho tidak tau ia harus senang atau sedih ketika mendengar Woyoung tidak akan turut serta. Karena sejujurnya kehadiran Wooyoung bagi Junho seperti air dan api dalam waktu yang bersamaan, Wooyoung terkadang membuat Junho nyaman karena ia seperti sahabat dekat yang sudah lama tidak ia temui namun terkadang Wooyoung juga lah yang membuat Junho tidak nyaman dan membuatnya terjebak dalam situasi sangat akward, Wooyoung benar-benar sulit ditebak.

 

 

Saat ini Junho tengah mematut dirinya di depan cermin, meneliti detail penampilannya untuk menghadiri pesta nanti setelah dirasa cukup ia keluar dari dalam kamarnya berjalan menuju ruang tamu dan terlihat Chansung sudah siap menantinya di sana.

Kedua namja tersebut tampak sangat gagah dibalut dengan jas hitam dan dandanan yang rapi menampakkan wibawa keduanya, belum lagi mereka berdua yang terlihat turun dari sebuah mobil sport menambahkan pesona yang terpancar dari keduanya.

Mereka menganggukkan kepala pada beberapa pria berjas lainnya yang bertugas untuk menerima tamu dan melanjutkan langkah kaki mereka menuju ke dalam. Ketika mulai memasuki aula sebuah bangunan yang didekorasi dengan mewah Junho mulai gelisah, banyak kekhawatiran bermunculan di pikirannya. Siapa sajakah yang akan ia temui, bagaimana mereka, apakah yang harus ia lakukan dan lain sebagainya.

Chansung dan Junho segera menyusul tuan dan nyonya Horvejkul beserta Nichkhun yg telah menanti kedatangan mereka berdua.

“Selamat datang sayang kamu tampan sekali hari ini” puji nyonya Horvejkul pada Junho. Junho hanya tersenyum simpul mendengar pujian ibu mertuanya tersebut

“Karena sudah lengkap mari kita segera berkeliling untuk menyapa kolega bisnis ayah yg lainnya” ajak tuan Horvejkul yang disambut anggukan dari kedua putranya dan nyonya Horvejkul yg segera menempatkan diri di sampingnya menyanding lengan tuan Horvejkul.

Melihat hal tersebut dengan sigap Chansung meraih tangan kanan Junho dan meletakkannya di lengan bawah kirinya, tak lupa Chansung menekuk lengan kirinya agar berada pada posisi menyiku, mereka kemudian berjalan di belakang tuan dan Nyonya Horvejkul. Semburat merah pun kini terlihat di kedua pipi putih mulus Junho ketika ia menyadari dirinya kini bersanding di sebelah Chansung dengan posisi tersebut.

Rombongan keluarga tersebut pun mulai menyapa satu per satu kolega bisnis tuan Horvejkul

“Perkenalkan ini anak-anakku dan menantuku” ucap tuan Horvejkul pada salah satu pria dengan jas maroon yg ada di hadapan mereka

“Oh iyaa aku masih mengingat mereka, ini pasti Nichkhun dan ini Chansung, benarkan?” Ucap pria tersebut sembari menjabat tangan Nichkhun dan Chansung satu per satu yg disambut dengan senyuman dari keduanya

“Benar sekali paman Hong, paman masih terlihat sangat muda” ucap Nichkhun

“Ahahahaha kamu bisa saja nak, aah sayang sekali kamu sudah akan menikah ya coba kalau belum pasti aku kenalkan pada putriku. Dan ini?”

“Perkenalkan ini Junho suami saya paman” ucap Chansung mantap kemudian memberikan kode pada Junho untuk memperkenalkan dirinya. Junho melepaskan kaitan tangan kanannya pada lengan kiri Chansung kemudian mengulurkan tangannya tersebut pada tuan Hong “Perkenalkan saya Junho, suami Chansung tuan Hong”

Tuan Hong menyambut uluran tangan Junho tersebut dengan tatapan yg sinis “Ooh jadi ini pria yg membuat Chansungie selalu menolak tiap kali akan dijodohkan dengan orang lain”

“Aaah tuan Hong anda bisa saja, mohon maaf tuan tapi saya memang sudah menjatuhkan pilihan saya pada pria ini sejak dulu” jawab Chansung dengan tenang

“Yayaya memang ya anak muda jaman sekarang kalau sudah punya pilihan susah sekali dilawan, putraku sama persis sepertimu Chansungie hahaha”

“Hahaha bukankah kita sebagai org tua memang hanya bisa merestui anak-anak kita? Yg penting mereka bahagia, bukankah itu yg terpenting?” Jawab tuan Horvejkul, suasana kembali mencair setelahnya dan mereka mulai membicarakan mengenai bisnis kembali.

Chansung kembali meraih tangan Junho dan menggenggamnya dengan erat “Tak usah kau pikirkan omongan org lain Nuneo” bisiknya

Junho hanya menganggukkan kepalanya, ia sadar akan bagaimana ia harus bersikap dalam acara seperti itu.

Setelah tuan Hong masih ada beberapa kolega bisnis tuan Horvejkul yg lainnya Junho kembali harus memperkenalkan dirinya dan lagi-lagi berbagai reaksi ia dapatkan ada yg acuh tak acuh dengan kehadirannya, ada yg tampak merendahkannya namun ada juga beberapa yg justru memujinya, yaah itu adahal hal yg wajar-wajar saja menurutnya

Setelah berkeliling dan menemui beberapa kolega bisnis tuan Horvejkul kini Junho dan Chansung sudah diperbolehkan menikmati pesta yg ada, segera Junho dan Chansung memisahkan diri untuk mengambil beberapa minuman dan makanan.

Saat mereka berada di sebuah stand makanan tiba-tiba seorang pria tegap tinggi yg kira-kira berusia sama dengan mereka memanggil Chansung dan mengajaknya berbicara. Junho hanya bisa terdiam menyaksikan Chansung yg tengah asik berbicara dengan pria tersebut. Melihat gesture kedua namja tersebut tampaknya pembicaraan mereka sangat seru dan tidak akan berakhir dalam waktu cepat sehingga Junho memutuskan untuk pergi ke taman belakang saja.

Junho merasa suntuk dengan suasana pesta tersebut, ditambah ia yg tidak mengenal orang-orang yg ada di sana membuatnya semakin malas berada di dalam. Setidaknya di sini ia bisa bernafas lega, tidak perlu terus memaksakan diri tersenyum pada orang-orang yg bahkan ia tidak ketahui namanya.

Derap langkah kaki yg terus terdengar dari arah belakang tubuhnya semakin jelas mendekat ke arahnya membuat Junho membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara tersebut “Nichkhun-hyung?”

“Ya ini aku, apa yg kamu lakukan di sini? Mana Channie?”

“Oh saya hanya mencari angin segar di sini, Channie masih di dalam tadi berbicara dengan rekannya hyung”

Seketika tatapan malaikat yang biasa nampak di wajah tampan Nichkhun menghilang

“Baguslah kalau begitu karena aku ingin berbicara denganmu”

Junho tidak suka dengan tatapan yg Nichkhun berikan padanya, tatapan dengan penuh rasa benci dan tatapan menuduh yg membuat nyalinya menciut, namun ia tetap harus menjawab kakak iparnya tersebut “Tentang apa hyung?”

“Tentang hubunganmu dan Channie”

#DEG

Jantung Junho serasa akan segera lepas dari tempatnya mendengar pernyataan yang terlontar dari bibir Nichkhun tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
brat2104 #1
Chapter 8: Tolong sambung cerita ini... Please....
Galangaalpinia
#2
Chapter 8: Kakak dilanjut dong..... penasaran bgt soalnya, semangat.....!!!
Amaliaambar
#3
Chapter 7: Doorr sapaa tuh yg dtg hayooo ditunggu chap selanjutnya ya author-nim fighting
NobuMoru #4
Ditunggu thorrr chap selanjutnya, fighting!!
Amaliaambar
#5
Chapter 6: Ihh kok mereka ga sekamar sihhh ah ga seru nih chan cemen ga berani sekamar ama nuneo padahal kan udh sah hahahahah
thanks for update this chapter author-nim ditunggu kelanjutannya
Amaliaambar
#6
Chapter 5: Maaf baru bisa komen author-nim aaahh fav couple channuneo❤
Dasar channie pabbo wakakak
lanjut update author-nim semangaatt
adeloveskyu #7
Chapter 5: sweet channuneo ^^ chemistry..
ayudaantariksa #8
Chapter 4: Mwoo waee, kenapa mereka malah mau berantem di akhirrr, padahal awalnya manis, tapi kenapa jadi beginii authornimmm ㅠㅠ
ovygaara
#9
Chapter 3: Aahhh.... beautifull storyy... where i can find a man like chansung?? He is sooo gentle and sweet.... bener2 sosok laki2 yg bener2 'lakik' berkomiten dan ga banyak basa basi.

Ditunggu chap selanjutnya thornim~ fighting ^^
ayudaantariksa #10
Chapter 3: Kyaaaa, lanjut authornim , buat mereka menikah dan bahagiaaa ㅋㅋㅋㅋ 호이팅 .