Perception

Perception
Please Subscribe to read the full chapter

Rasa - rasanya, junior di sekolah ini banyak yang menarik. Tapi yang lebih menarik lagi, seorang siswa pindahan dari Taiwan yang katanya menjadi pangeran sekolah. Kalo tidak salah, acara ospek kemarin dia mendapatkan banyak sekali surat cinta. Padahal, surat cinta itu seharusnya diberikan ke panitia. Jadilah satu angkatan ini mendapatkan hukuman karena tidak mematuhi perintah panitia.

 

Jihoon baru saja memikirkan si juniornya itu. Kalau tidak salah namanya Panrin. Hah? Panrin?  Memangnya ada nama macam itu? Jihoon menebak namanya Panrin karena kemarin sempat melihat spanduk besar bertuliskan nama Panrin dalam tulisan Mandarin. Bentuk dukungan terhadap Panrin sepertinya. Bukan, bukan dukungan untuk menjadi pangeran sekolah tapi menang di perlombaan basket. Di sekolahnya memang ada perlombaan olahraga antar kelas khusus murid tahun pertama. Supaya tambah akrab katanya. Dan sebagai senior, Jihoon hanya menjadi penonton dan sesekali membantu petugas medis atas paksaan Daehwi dan Somi yang sempat kerepotan.

 

"Hyung! Hyung! Jihoon hyung!!"

 

Jihoon melirik ke kanan dan kiri. Seingatnya ia tidak pernah akrab dengan salah satu junior di sekolahnya. Hingga ia bisa dipanggil hyung dengan nada seolah mereka kenalan lama.

 

"Hyung!"

 

Jihoon bisa mendengar suara orang tepat dibelakangnya. Jihoon tersentak kaget karena ia malah mendapatkan dada bidang tepat di hadapan matanya. Jihoon sampai harus melangkah mundur supaya tidak pelu mendongak terlalu tinggi. Ah! Panrin rupanya..

 

"Kenapa?" tanpa sadar Jihoon malah lebih tertarik menatap nametag orang dihadapannya ini. Ah~ Kuan Lin.. Jadi selama ini ia salah membacanya..

 

"Aku pengagum rahasiamu!" Jihoon sampai harus mengeritkan dahinya karena melihat tatapan berbinar yang tidak pernah ia dapatkan. "Aku benar-benar mengagumimu hyung!"

 

Jihoon refleks menarik kepala Kuan Lin dengan kedua tangannya. Masih terdapat kasa berbentuk persegi yang direkatkan dengan plester tertempel di dahi. Lomba olah raga kemarin sempat memanas dan bocah tinggi ini adalah salah satu korban kebrutalan yang Jihoon selamatkan. Yah.. Walau pun hanya karena ia membentur tiang karena bahunya di dorong oleh tim lawan yang gagal mengontrol emosi.

 

"Apa benturan itu membuat otakmu rusak?" walau wajah Jihoon itu masuk ke dalam golongan imut tapi sayang mulutnya tidak.

 

"Ti.. Tidak." Jawab Kuan Lin dengan gugup.

 

Kenapa harus gugup? Pikir Jihoon dengan heran. Tanpa sadar Jihoon menghela nafas dengan keras. Tuhan memang adil. Bocah dihadapannya ini mendapatkan wajah tampan dan tubuh yang tinggi tapi tidak dengan kinerja otaknya. Setidaknya itu pandangan awal Jihon terhadap juniornya ini.

 

"Baguslah," ucap Jihoon sambil menepuk pelan bahu Kuan Lin. "Kau tau dari mana namaku?"

 

"Nametag," Kuan Lin menunjuk dada Jihoon dan membuat Jihoon mengangguk. "Namaku Guan Lin, salam kenal." Guan Lin mengatakannya sambil membungkukan tubuhnya dengan begitu rendah.

 

Pan Rin? Kuan Lin? Guan Lin? Yang benar yang mana sih??  (kebingungan author yang gak ngikutin Produce101)

 

Jihoon hanya mengangguk dengan pelan. Ia mulai tidak nyaman mendapatkan tatapan dari penggemar Guan Lin yang penasaran.

 

"Hyung terimakasih." Guan Lin lagi-lagi menunjukkan mata berbinarnya. Dan Jihoon hanya bisa mengerutkan dahi. "Terimakasih sudah merawatku dengan baik." lagi sambil membungkukkan badannya.

 

Kelopak mata Jihoon berdenyut dengan tidak nyaman. Apa memberikan plaster itu termasuk merawat? Yah meski sebelumnya ia juga membersihkan luka Guan Lin agat tidak infeksi. Tapi membungkukkan badan macam ini refleks membuat Jihoon menggeplak kepala Guan Lin. Tidak, ia tidak melakukannya dengan keras.

 

"Kau berlebihan." Hanya itu yang bisa dikatakan Jihoon. Entahlah, tiba-tiba ia kehilangan kata-kata melihat tingkah Guan Lin.

 

"Tapi.."

 

"Sudah.. Sudah.." potong Jihoon. "Sebentar lagi, bel aka berbunyi," Jihoon menunjukkan jam dinding besar tertempel di dinding gedung kepala sekolah. "Dan mana mungkin kau itu penggemar rahasiaku." kekeh Jihoon.

 

"Aku tidak bercanda."

 

Jihoon cukup terkejut melihat raut muka kecewa Guan Lin. Ia pikir Guan Lin hanya bercanda.

 

"Kalau sudah ketahuan, bukan rahasia lagi dong!"

 

Guan Lin langsung terdiam. Jihoon juga hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan. Jihoon hanya tersenyum kecil saat menemukan Guan Lin yang menganga.

 

Entahlah, Guan Lin juga tidak begitu tahu dari mana asal  hasrat dan dorongan itu. Melihat seniornya tersenyum seperti itu malah membuatnya semakin bersemangat untuk mendapatkan si senior yang bernama Park Jihoon. Meski dia juga seorang lelaki yang mungkin sama seperti lelaki di dunia ini. Lelaki yang hanya tertarik pada seorang gadis. Bukan sesama lelaki seperti Guan Lin.

 

Cinta yang memilih yang menjadi cinta

Baik buruk hanyalah persepsi cinta

...

 

Dan setelah itu setiap hari Jihoon harus mendegar hyung ini hyung itu hyung bla bla bla.. Sampai kepala Jihoon sakit. Jihoon tidak menyangka walau pun kadang Guan Lin kesulitan kalau harus berbicara dalam bahasa korea. Tapi kecerewetan Guan Lin sepertinya memang bawaan dari lahir.

 

Anehnya kalau Guan Lin bersama siswa atau siswi lain. Dia hanya akan diam dan teesenyum kecil. Mungkin dia sedang berlagak sok keren.  Dasar anak muda jaman now.

 

"Sedang apa?" Bae Jin teman sekelas Jihoon ikut menatap jendela kelas yang memberikan pemandangan lapangan basket sekolah.

 

"Sedang melihat fans rahasiaku." Jihoon sebenarnya tidak masalah dengan sikap Guan Lin. Bahkan Jihoon juga tidak ragu membalas lambaian tangan Guan Lin. Lihat, yang awalnya berwajah serius dengan tatapan tajam. Berubah berbinar saat tatapan keduanya saling bertemu.

 

"Aku tidak tahu kalau kau itu gay." Celetuk Baejin yang membuat alis Jihoon terangkat. Yah untung saja reaksi terkejutnya biasa saja.

 

"Kenapa memangnya?"

 

"Aku rasa banyak orang yang berfikir jika gay itu menjijikan."

 

"..."

 

"...mungkin.." tambah Baejin dengan nada menggantung.

 

Tanpa sadar Jihoon menatap Baejin dengan dalam. Ia biasa sih mendapatkan kata-kata pesimis dari temannya ini. Saking pesimisnya Jihoon menjuluki Baejin dengan sebutan Eeyore, itu loh salah satu karakter keledai di Winni The Pooh. Jihoon hanya heran padahal Baejin itu berteman dekat dengam Daehwi dan Somi yang memiliki sifat ceria dan menyebarkan senyuman kemana-mana. Kadang Jihoon bingung, bagaimana caranya mereka bisa dekat?

 

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Baejin menatap Jihoon dengan dahi berkerut. "Saat kau menatapku, fansmu itu juga tengah menatapku dengan tajam."

 

Jihoon hanya mendengus pelan, menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Dan benar saja. Jihoon sedikit terkejut saat Guan Lin menatapnya dengan tajam. Refleks Jihoon memiringkan kepalanya dengan bingung. Tapi siapa sangka, Guan Lin juga melakukan hal yang sama seperti Jihoon. Memiringkan kepalanya. Meski dengan ekspresi yang berbeda. Guan Lin yang berubah dengan ekspresi merajuk dan Jihoon yang hanya memberikan tatapan bingung. Jihoon merasa ia tengah kepergok selingkuh.

 

"Hyung, besok kemana?" itu pertanyaan pertama Guan Lin saat juniornya itu duduk seenaknya tepat di hadapan Jihoon. Meskipun Jihoon memang sedang makan siang sendirian.

 

"Di rumah." Jawab Jihoon. Diam-diam Jihoon memandang kesekeliling tempatnya duduk. Entah kenapa meja kanan kiri depan belakangnya jadi begitu banyak siswi. Entah itu junior ataupun senior.

 

"Besok aku ada project di Gangnam, hyung mau ikut?" Guan Lin yang menggaruk tengkuknya membuat Jihoon mengerenyit. Perasaan Jihoon saja atau Guan Lin memang terlihat malu - malu??

 

"Project apa?"

 

"Free Hug." Jawab Guan Lin dengan mantap.

 

Refleks Jihoon tertawa sambil menutup wajahnya. Jihoon tahu tidak ya? Kalau cara dia tertawa itu menggemaskan, bukan hanya untuk Guan Lin tapi hampir semua orang setuju kalau Jihoon itu memiliki wajah imut.

 

"Aku serius hyung." rajuk Guan Lin.

 

"Kau tidak keberatan dipeluk oleh orang asing?" Jihoon bertanya sambil memainkan sendoknya. Karena Jihoon sudah selesai makan tapi Guan Lin baru saja makan.

 

"Tidak.." nada Guan Lin menggantung. "Tapi kalo itu hyung aku keberatan."

 

Jihoon jelas terkejut tapi lebih terkejut lagi dengan suara jeritan tertahan di sekelilingnya.

 

"Ini kan tubuhku, mengapa kau yang keberatan?"

 

"Entahlah.." acuh Guan Lin dan kembali sibuk dengan makanan dihadapannya. "Hyung tidak makan?" tanya Guan Lin yang melihat Jihoon yang sibuk bermain handphone.

 

"Sudah habis dari tadi," jawab Jihoon dengan malas. tapi Guan Lin malah menghentikan kunyahannya dan menatap Jihoon dengan senyuman lebar. "Kenapa? Cepat habiskan makananmu."

 

"Hyung menungguku?"

 

"Hmm.." Jihoon hanya mengiyakan dengan gumaman.

 

Apakah kau rasakan?

Getaranku pada dirimu

...

 

Inginya Jihoon memang bersantai di rumah. Dan mengerjakan tugas yang belum ia selesaikan. Meski itu hanya janji dan wacana. Setidaknya Jihoon punya alasan jelas. Tapi berkat Daehwi semua alasan itu tidak bisa diterima. Dan mengakibatkan dia Baejin dan Daehwi tiba di pusat Gangnam. Meninggalkan Somi yang mau dibangungkan seperti apa pun, tetap tidak mau bangun. Kasur adalah prioritas Somi saat libur.

 

"Kau tidak mau membeli sesuatu?" tanya Baejin.

 

"Tas? Sepatu? Topi?" kali ini Daehwi yang bertanya. "Kau kan anak orang kaya, tidak mau menambah koleksi?"

 

"Tidak." Jawab Jihoon meski ia tidak membantah kalau memang ia terlahir di dalam keluarga yang yah~ lumayan. "Bukannya kalian yang mau belanja?"

 

"Tidak." Daehwi menjawab terus terang.

 

"Lalu buat apa kau mengajakku kesini?"

 

"Aku hanya suka melihat orang belanja sih.." ucap Daehwi tanpa rasa bersalah. "Eh! Free Hug!!" seru Daehwi sambil menunjuk seorang pria yang menutup matanya dengan selembar kain. "Dia kenapa? Pengidap HIV kah?"

 

Tapi Daehwi langsung mengerenyitkan dahinya dan menganga. Sama seperti Baejin dan Jihoon tentunya. 'I'm gay, want you hug me?' Jihoon menatap orang yang tengah merentangkan tangannya itu dengan cermat. Sepertinya dia mengenal siapa yang berdiri disana.

 

"Seperti yang ku duga," bisik Baejin pelan. "Dia gay kan?"

 

"Jadi bingung," gumam Daehwin pelan. "Aku sebenarnya bingung mau mendukung atau tidak, tapi aku suka memeluk dan dipeluk." perkataan Daehwi jelas mendapatkan tatapan aneh oleh Baejin dan Jihoon. "Never mind!" Daehwin sudah melangkah dengan mantap. Tapi kerah belakangnya di tahan oleh Baejin.

 

Jihoon sendiri malah berdiri dengan gamang. Ini project maksud Guan Lin kah? Tapi apa benar Guan Lin gay? Dan Jihoon terlalu penasaran untuk berdiam diri. Jadi dengan penuh tekad yang entah tekad itu datang dari mana. Ia memeluk tubuh Guan Lin yang refleks mendapatkan balasan pelukan. Jihoon bahkan mendapatkan Guan Lin tanpa sengaja menepuk kepala belakang Jihoon dengan pelan.

 

"Setelah lebih dari 15 menit, akhirnya ada yang mau memelukku," gumam Guan Lin yang membuat Jihoon terkejut. "Sepertinya aku kenal dengan aroma shampoomu," Guan Lin bahkan tersenyum cerah hingga memamerkan gusi atasnya namun hanya ditanggapi dengan diam oleh Jihoon. "Ah! Terimakasih, semoga harimu menyenangkan." Lagi, Jihoon mendapatkan Guan Lin membungkukkan tubuhnya.

 

"Aku juga mau!!" seru Daehwi sambil memeluk Guan Lin dengan cepat dan dengan cepat juga melepas pelukannya. Guan Lin tentu mengucapkan terimakasih yang ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Daehwi.

 

"Love is love." ucap Daehwi sambil tersenyum lebar.

 

"Kau menyukainya?" bisik Baejin yang menemukan Jihoon mengusap belakang kepalanya.  Dan Jihoon hanya mengangkat bahunya dengan bingung.

 

"Dia hafal aroma shampoo ku." Bisik Jihoon pada dirinya sendiri saking terkejut.

 

"Hah? Kau mengatakan sesuatu?" tanya Baejin yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Jihoon.

 

"Tunggu, sepertinya aku pernah melihatnya." Gumam Daehwi sambil menggosok dagunya dengan pelan. "Dimana ya?"

 

Baik Baejin maupun Jihoon memilih diam dan tidak menjawab kebingungan Daehwi.

 

...

 

Jihoon memilih bangku-bangku kayu yang berada di sekitar kelasnya untuk mengerjakan tugas kelompok. Sesekali Jihoon mengibas poninya dengan kesal. Poninya sekarang sangat panjang. Kalau sampai melewati alis bisa - bisa rambutnya di razia.

 

"Hyung!!" panggil Guan Lin yang berada tepat di belakang tubuh Jihoon. "Sedang apa?"

 

"Mengerjakan tugas kelompok." Jawab Jihoon sambil membenarkan letak kaca matanya yang melorot. Duh, sudah poni sekarang kaca mata. "Kenapa?" tanya Jihoon sambil menolehkan kepalanya.

 

Jihoon mengerutkan dahinya saat Guan Lin menatap satu-satunya teman sekelompoknya yang hadir. Jihoon jadi ikut menatap teman sekelompoknya yang berjenis kelamin perempuan. Jeon Somi.

 

"Ada Daewhi kok." Celetuk Jihoon yang malah membuat dia kaget sendiri. Buat apa ia memberi penjelasan pada juniornya ini.  Guan Lin langsung mengangguk pelan. Sedangkan temen sekelompoknya menatap Jihoon dengan heran.

 

"Hyung mau aku bantu?" tanya Guan Lin sambil menunjuk poninya sendiri. "Aku ada karet, mau?" tawar Guan Lin yang langsung diberi anggukan oleh Jihoon. "Sini aku yang pasang."

 

Jihoon tidak masalah sih. Toh, ia memang sedang sibuk dengan buku di tangannya. Dan Guan Lin hanya perlu merendahkan tubuhnya untuk mengucir poni Jihoon. Tapi karena hasilnya aneh kalau Jihoon menunduk. Akhirnya Guan Lin refleks meraih dagu Jihoon untuk mendongak dan menatap lurus perut Guan Lin.

 

"Sudah."

 

"Oke."

 

Guan Lin langsung berpamitan untuk kembali ke kelas. Sedangkan Jihoon lebih memilih untuk memplototi teman sekelompoknya.

 

"Kau memotoku ya?" Jihoon sudah memang tampang garang. Tapi temannya itu hanya mengangguk dengan tatapan tidak bersalah. "Hapus!!"

 

"Tapi kalian imut," Somi mengatakannya sambil memeluk handphonenya dengan gemas. "Kenapa kalian tidak berpacaran saja?"

 

"Dasar aneh!” gerutu Jihoon.

 

"Hoon!" panggil Daehwi. "Kemarin yang menggadakan free hug tuh Guan Lin ya?"

 

"Kenapa?" bukannya menjawab, Jihoon malah memberikan pertanyaan.

 

"Tadi aku bertemu dengannya," jelas Daehwi. "Aku tanya dan dia langsung menganggukkan kepalanya."

 

"Terus?" kali ini Jihoon bertanya dengan jantung berdetak kencang. Karena ia tidak mau ketahuan. Apalagi ketahuan oleh Guan Lin.

 

"Dia bertanya, apa kemarin kau ke Gangnam bersamaku."

 

"Jawabanmu?" kali ini Somi yang bertanya dengan bersemangat. Meski tidak ikut, gadis ini kan mendapatkan terroran pesan dari Daehwi untuk menemaninya berjalan-jalan. Bagaimana ya? Somi tahu kalau Daehwi bilang jalan-jalan ya mereka memang hanya berjalan-jalan tanpa melakukan apa pun lagi.

 

"Iya dan aku bilang kau juga ikut menyumbang."

 

Seperti ada petir menyambar. Jihoon langsung menutup wajahnya dengan kesal. Antara ingin marah dan menjitak kepala Daehwi, tapi masalahnya Daehwi tidak salah apa - apa.

 

"Kenapa? Kenapa?" tanya Daehwi panik. Belum lagi Somi malah tertawa terbahak-bahak.

 

"Jadi bagaimana rasanya bersandar di dada bidang Guan Lin?" tanya Somi yang langsung diberi tatapan tajam oleh Jihoon.

 

...

 

Berterimakasihlah pada wajah Jihoon yang selalu tampak percaya diri. Walau pun sejak bel sekolah berdering tanda pelajaran terakhir telah selesai, jantungnya berdetak dengan kencang. Was-was dengan berbagai hal. Misalnya ia harus seperti apa menghadapi Guan Lin. Padahal ia tidak punya salah apa-apa pada Guan Lin.

 

"Hyung!" tidak seperti biasa panggilan Guan Lin cukup membuat Jihoon tersentak kaget. "Apa aku boleh meminta ID LINEmu?"

 

Jihoon hanya mengangguk meski ragu. Karena terlalu malas mengetik akhirnya mereka memilih untuk menekan option ‘shake’. Tahukan maksudnya? Kalian hanya perlu menggoyangkan handphone untuk mendapatkan ID LINE yang sama-sama menggoyangkan handphonenya.

 

Jihoon sebenernya tipe orang yang jarang menggunakan handphone. Ia juga jarang bergabung untuk berdiskusi di grup kelas. Tapi Guan Lin berhasil membuat Jihoon terjaga hanya untuk membalas pesan singkat dari Guan Lin.

 

Guan Lin : 'Selamat malam, have a nice dream'

 

Pesan terakhir Guan Lin malam ini, setelah Jihoon mengatakan ia mengantuk. Awalnya ia tidak peduli, tapi foto profile Guan Lin membuatnya penasaran. Ternyata hanya foto tangan yang sepertinya tengah memeluk seseorang. Memang fotonya hanya sepotong. Hanya bagian belakang dari punggung hingga pinggang saja. Tapi..

 

"!!" umpat Jihoon yang hampir melempar handphonenya sendiri.

 

Ia tahu persis baju di foto profile Guan Lin. Itu baju yang ia gunakan saat di Gangnam. Jihoon memang memeluk bahu Guan Lin dan membuat Guan Lin membalas pelukannya dengan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jihoon. Serius!! Jihoon tidak tahu kalau aksi ini akan terekam kamera. Kalo dari posisi pengambilan gambar. Berarti kameranya berada tepat dihadapan Guan Lin. Sial~ bisa-bisanya ia tidak sadar jika ada kamera.

 

...

 

"Apa Guan Lin, sudah punya kekasih?" entah kenapa Baejin jadi begitu penasarannya hingga Jihoon hanya bisa menatap Baejin dengan datar. "Aku dengar rumor dari gerombolan gadis di lorong." perjelas Baejin yang membuat Jihoon mengangkat bahunya dengan masa bodoh.

 

"Kau tidak cemburu?" Baejin benar-benar penasaran. Dan Jihoon merasa rasa penasaran Baejin sudah melewati batas.

 

"Kenapa aku harus cemburu?" asal kalian tahu, Jihoon belum memiliki perasaan apa pun pada Guan Lin.

 

"Aku lihat dari photo profilenya," suara Somi membuat Jihoon dan Baejin menoleh. "Jihoon, kau tahu ini siapa?" tanya Somi sambil menyodorkan sebuah foto.

 

Dan itu adalah photo profile LINE milik Guan Lin. Jihoon hanya mengulum bibir bawahnya. Bingung..

 

"Itu bukannya.." Baejin menggantungkan kalimatnya sambil menatap Jihoon yang sudah melayangkan tatapan tajam. "..ini beneran kekasih Guan Lin?" kali ini Baejin bertanya langsung pada Jihoon. Karena Baejin jelas ingat pakaian yang dikenakan Jihoon saat mereka bertiga ke Gangnam.

 

Jihoon menggelengkan kepalanya dengan pelan.

 

"Apa maksudmu?" Baejin hanya merasa ambigu saja dengan jawaban Jihoon.

 

"Aku tidak tahu." dalam arti ia tidak tahu bagaiamana Guan Lin bisa mendapatkan foto itu. Untung saja wajahnya tidak terlihat.

 

"Kau tidak protes atau bertanya langsung?" wajarkan kalau Baejin bingung dengan sikap Jihoon.

 

"Hmm.. aku memutuskan untuk pura-pura tidak tahu." Jihoon menjawab dengan santai.

 

"Apa hubungannya kau dengan Guan Lin?" Somi bertanya dengan nada heran.

 

"Tidak ada.." Jihoon menjawabnya dengan lugas. Tapi masalahnya yang dipeluk dan memeluk Guan Lin itu Jihoon.

 

"Jadi, kenapa Jihoon harus protes?"

 

"Bertanya maksudku," ralat Baejin sambil mengibaskan tangannya. "Aku salah menggunakan kata-kata yang tepat."

 

"Jihoooooooon!!" kali ini Jihoon tahu betul siapa yang berteriak kencang macam ini. Lee Daehwi. "Ini.. Ini.. Ini bukannya.." sambil menunjukkan foto profile Guan Lin.

 

Sebelum Daehwi keceplosan Baejin yang lebih dulu bergerak cepat membekap mulut Daehwi. Hingga Jihoon sendiri terkejut dengan tindakan Baejin. Masalahnya Baejin melakukannya dengan tatapan dingin andalannya. Kan jadi seperti adegan penyekapan.

 

"Kalian kenapa sih?" Somi benar-benar penasaran sekarang.

 

"Dia berisik." bisik Baejin tepat ditelinga Daehwi.

 

"Aku cuman ingin bertanya," protes Daehwi sambil mengusap telinganya yang malah dipelototi Baejin. Meski Daehwi terlihat seperti bocah, percaya padaku dia termasuk orang yang paling peka. "Aku sepertinya pernah lihat, tapi aku penasaran mereka beneran pacaran atau tidak?"

 

Jihoon kembali menggelengkan kepalanya.

 

Daehwi langsung membuka mulutnya, ingin protes. Namun lebih memilih menatap Baejin dan berusaha mengeluarkan kata-kata yang tepat. Tapi pada akhirnya hanya bisa berkata.

 

"Aneh ya.."

 

Entah apa yang lucu, tapi Baejin malah tertawa melihat ekspresi Daehwi. Hingga membuat Jihoon dan Somi menatap Baejin dengan heran. Sedangkan Daehwi menatap Baejin dengan tatapan tidak suka. Daehwi sedang serius, hei!!

 

"Aneh apanya?" Somi lagi-lagi bertanya. Hingga membuat Jihoon stress sendiri. Wanita itu memang nalurinya atau Sominya saja yang memiliki rasa penasaran yang tinggi.

 

"Kan dia dekat dengan Guan Lin." jawab Baejin.

 

"Sedekat apa?" rasa pensaran Somi semakin menjadi.

 

"Tidak terlalu dekat kok." Jihoon langsung menjawab dengan cepat.

 

Tapi jawabannya berbarengan dengan pesan LINE dari Guan Lin. Saat dia membaca pesan, Somi, Daehwi dan Baejin menatap Jihoon dengan penasaran. Karena mereka tidak tahu Jihoon sedang berbalas pesan dengan siapa bisa jadi dengan Guan Lin. Dan kenapa Jihoon itu selalu membuat orang penasaran.

 

Laiguanlin_: 'Hyung, mau makan siang bersama?'

Parkjihoon_ : 'Boleh'

Laiguanlin_: 'Nanti aku jemput ke kelasmu'

Par

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Panwinkkiss #1
Chapter 1: ❤❤
ssadssad #2
♥♥♥♥♥