kyu's eyes

auto focus
Please Subscribe to read the full chapter

Kyu

 


Sejak kamera jae mom tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hasil gambar yang aku ambil menjadi tidak sempurna. Kamera ini sudah kugunakan lebih dari 10 tahun sejak aku mengambil gambar dengan tangaku sendiri. Mencetak dan terus mencetak terus tumbuh bersamaku,

Jae mom seorang design interior, dia memberiku kamera agar dapat mengapresiasi jiwa sudut pandang keindahan dari seni design dan dekorasi, karena kesibukannya dia jadi sering kerja larut malam tentunya,

Ya, karena dia seorang single parrent.

Terkadang dia membawa berkas kerjanya kerumah agar aku tak kesepian dan membawa beberapa majalah baru kantornya.

Jujur saja, iklan sebuah kamera dslr terbaru dengan brand ternama ini selalu mengangguku, sebut saja canon EOS.

“Aku ingin Canon EOS, di setiap buku semua ahli merekomendasikannya, disini tertulis sangat nyaman digunakan oleh pemula dan dapat menangkap apa yang ingin kau potret. Harga bekasnya pun sekitar 1-2 juta.”

“Wah, canon EOS ya... hmmm... canon EOS.... Ah, iya aku lupa memberi tahumu.”

Jae menghisap rokoknya dalam, kebiasaan saat mengerjakan tugas kantornya.

“Canon EOS?”

Tanyaku semangat, ya mungkin saja, tidak ada salahnya berharap.

“Bukan, aku akan menikah.”

W
H
A
T


T
H
E
.
.
.

“Aku berpikir jika kita pindah kerumahnya, bagaimana denganmu?”

Sejenak aku berpikir haruskan aku masih memanggilnya seorang ibu.

“Mom, seharusnya kau berpikir panjang lebar dulu sebelum menyetujuinya, Lagi pula jika seorang ibu akan menikah seharusnya calon suami mendatangi anak dari calon istri apakah dia setuju atau tidak.”

Jika aku bicara panjang begini aku ragu mom akan mendengarkan aku,

“No Problem!!! Aku sudah punya jaminan.”

Eh, sejak kapan dia memikirkan hal semacam ini?

“Dengarkan aku, dia itu...-”

“Aku mengerti.”

Kupotong cepat takut mungkin ini akan berakhir jadi omong kosong, aku jadi malas mendengarnya. Bagaimanapun keinginan jae mom harus terpenuhi, seperti itulah.

“Aku berangkat kesekolah, tolong kunci pintunya. Aku rasa aku sudah paham jadi tidak perlu membicarakan ini lagi.”

“Eh?”

“Aku berangkat.”

“Yak, Kyunie!!! Tidakkah kau mau mendengarkan aku sedikit lagi?”

Aku mendengr teriakannya usah menutup pintu, percayalah ini bukan kali pertama.

Anjing tetangga mengonggong lagi saat aku melewatinya, dari pada memikirkan pernikahan jae mom, aku lebih ingin canon EOS.

Gambar yang aku ambil akan menjadi lebih akurat, mendapat refleksi nyata dari obyek, aku yakin gambar yang dihasilkan pasti jauh lebih tajam dari pada camera idiot milik jae mom.

Aku ingin mengambil gambar dengan nyata.

Itu saja...,


Ryeong dan yesung mengajakku pergi ke sebuah bazar, beberapa penjual barang antik maupun bekas sering kali berkumpul disana.

Seperti biasa mereka akan memekik menemukan barang yang terkategori “lucu” dan “imut” versi mereka. Nyatanya ada satu benda yang selalu mengundang agar aku membelinya.

Sebuah camera dengan roll film, meski bukan canon EOS, fokusnya nampak baik dan mungkin ini akan cocok kugunakan.

Ryeowook mengajakku untuk membeli tiga buah boneka binatang, kura-kura, jerapah dan kelinci. Akstaga apa dia lupa kita umur berapa?

Ryeong mulai merengek dan yesung, dia benar-benar tak dapat diharapkan. Jika sudah begini, ya..., toh ryeong menyukainya, mungkin tak masalah namun itu bukan barang yang aku inginkan.

“Kalian nampak Bodoh!”

Dengan santai dia mengatai kami, seorang namja tinggi menatap remeh kami.

“Memakai seragam yang sama, gaya yang sama, apa kalian akan membeli barang yang sama juga? Kalian tidak memiliki karakter masing-masing, bagaimana itu bisa menjadi menyenangkan?”

Ryeong mulai terlihat kesal, yesung mulai membuat aba-aba, 

“Yak! Bagaimana kau bisa bicara seperti itu! Aku tak mau membeli barangmu!”

Aiishh..., nada tingginya. Sudah kuduga ini akan sulit. Yesung pergi mengikuti ryeong yang sedang mengomel meninggalkan aku, Sedikit rasa bersyukurku tak membeli barang tak kuinginkan, setidaknya aku dapat memilik kamera yang lebih baik.

“Baiklah aku mengambil ini.”

Tangan panjangnya mengambil kamera itu dengan cepat.


“Aku tidak menjualnya kepadamu juga. Pergilah, kalian berisik.”

Sialan, memangnya ku tadi bicara apa? Dia benar-benar suka mengatai orang lain. Bahkan pembelinya sendiri.


Ryeong sudah mendapatkan boneka lain, yesung membantunya membawa barang belanja lainnya. Lalu kami berpisah dipersimpangan, jae mom menghubungiku,

“Apa kau ada waktu, bisakah kau datang?”

“Ada apa?”

“Kepala keluarga yang baru ingin kita bertemu, hari ini dia memiliki waktu sengang, bukankah itu bagus?”

“Hari ini? Aku ada sesuatu yang  harus dikerjakan.”

“Kyunie-”

“Bye.”

Jujur saja hari ini aku tidak memiliki jadwal apapun, pada kenyataannya sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan. Semuanya selalu saja begini, terasa bagai omong kosong.

Aku mengambil kunci apartement dalam locker, belum sempat aku menuu lift seseorang mencekal tanganku. Membuatku tersentak hingga pandangan kami bertemu.

“Apa kau cho kyuhyun?”

Seorang namja berjaket tebal dengan topi hitam menutupi sebagian wajahnya, dan kamera menggantung dilehernya,

Eh kamera, bukankah itu kamera yang tadi?

“Apa yang kau inginkan?” ujarku mencoba tetap tenang.

“Kita harus bicara,”

Tangan besarnya menyeretku menuju lift, namja penjual tadi dengan gilanya menanyakan pada lantai berapa lantai apartemenku.

“KYYAAAA!!!!!”

“Hey, apa yang kalian lakukan?!”

 Penjaga apartemen datang dengan keadaan emosi, membuat namja penjual itu mengalihkan perhatiaanya, aku berlari secepat mungkin meninggalkan mereka.

Hoosh
Hoosh...
Hhhoosshh...

Kubanting pintu apartemen dan langsung menguncinya, kakiku sedikit gemetar, yang tadi itu sedikit menakutkan, aku tak menegrti apa yang dia. Namja gila itu inginkan.

Aku ingin mengadu, baru saja aku teringat jika aku sendirian apartemen, jika aku mempunyai saudara mungkin akan lebih baik.

Sehingga aku tak terlalu kesepian.

Aku memang memiliki beberapa teman,

Sebut saja ryeong dan yesung. Dua orang itu sesungguhnya jika saat aku membutuhkan, mereka menjadi sangat tidak berguna. Sering kali mereka melakukan pembullyan kepada beberapa teman.

Itu sungguh menganggu.

“Kau itu seperti adik, Kyuhyunie seharusnya memiliki saudara bagaimana jika memiliki kakak?”

Terkadang mereka juga peduli terhadapku juga.

“Aku tidak membutuhkannya.”

Jae mom melahirkanku dalam usia yang sangat muda, sedingga umur kami hanya terpaut belasan tahu, dia terlihat seperti tidak dilahirkan untuk menjadi seorang ibu. Bisa jdikatakan jae mom sering kali bertingkah kekanak-kanakan, tak memiliki respect dan egois.

“Ibumu sangat muda aku jadi iri,” pekik ryeong dengan nada

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Maynidit
#1
Chapter 2: Kyuhyun jadian sama chamgmin ya??
Kalau siwon tau gmn ya, dia marah atau membiarkannya??
Maynidit
#2
Chapter 1: Wonkyu bertemu dg kesan yg kurang pas buat kyuhyun dan ternyata siwon sdh tau kalau kyuhyun adl calon saudaranya...
kyukyu2434 #3
Chapter 2: sepertinya siwon cemburu liat kyu sama changmin wkwk
kyuona #4
Chapter 1: Lanjut dong!! Kkk
evil407 #5
Brotherzone wkwkwk
rhina_ELF #6
Chapter 1: Waduhhh ini wonkyu sodaraan donk
Kirain bkln kencan
Omh itu siwon bner2 pedes bgt mulutnya
Awasss loh nnti jtuh cinta ama kyu gmn coba
ggywrih #7
Chapter 1: aduuh kenapa jadi sodara tiri:( ntar ribet wonkyu bersatunya wkwkwk

ditunggu chap selanjutnya thor.
kyukyu2434 #8
Chapter 1: apakah ini bakalan jadi percintaan antara kakak tiri dan adik tiri? wkkw
ratnasparkyu #9
Chapter 1: Wonkyu sepertinya bakalan jadi saudara nihhh
Maynidit
#10
Ini wonkyu bukan saudara tiri kan??
☺️☺️☺️