Skinny Love

Mon Amour
Please Subscribe to read the full chapter

ROSÈ'S POV

"Unnie..." saat aku membuka mata, aku medapatkan perempuan berambut pirang diasampinku. Dia masih setengah tidur, tetapi ia sedang bermain dengan pipiku.

 

"Laper..." sambungnya. Aku baru sadar bahwa ini sudah pagi tetapi aku dan Lisa masih berbaring di kasur. Tangan lisa melingkari perutku dan menyatukan jari-jarinya. Aku berbalik badan kearah wajahnya.

 

"Mau apa?" tanyaku. "French fries!" Jawabnya. "Do they people eat french fries as breakfast?" tanyaku. "Sangkwan eoppse..." jawabnya ketus. "Rude." kataku dengan nada kesal. Lisa mendesah.

 

"Mianhaeyo.... Tapi aku tetap mau kentang." Lisa mendekatkan wajahnya kewajahku. "Bibir unnie saja juga boleh kok" goda Lisa. Aku bergegas bangun dan berjalan mengarah ke dapur.

 

"Unnie... pipimu merah" Kata Lisa sambil tertawa. "Stop teasing me! gw ga jadi bikin french fries loh!" Ujarku kesal. "haha... cute." dengan kata yan terakhir Lisa ucapkan tadi berhasil membuatku senyum. 'ahhh... jantungku kenapa makin cepat sih?'. Pikirku.

 

LISA'S POV

 

"Lisa, kau hanya makan kentang?" Tanya Jisoo. "Aku tidak ingin menjadi gendut... dan ini makanan favorit ku.." jawab Lisa sambil melahap kentang-kentangnya. "Dari mana kau dapat semua kekuatanmu untuk menari itu? dasar maknae..." Kata Jisoo. "Kau hanya mengatakan itu karens kau tidak bisa menari flawlessly sepertiku" ejek Lisa. "Accurate." tambah Jennie. Aku, Jennie dan Rosè tertawa. "Kalian akan aku balas saat practice nanti." kata Jisoo yang kesal samba manyun. Kita bertiga kembali tertawa.

 

Di tengah tawa kita yang sudah tebahak-bahak, aku menangkap Rosè yang sedang memperhatikanku. Aku menyeringai sejenak. "Rosè unnie, apakah kau baru saja menyesal telah menolak ciumanku untuk sarapan?" Godaku. Pipinya memerah merona dan mulutnya terbuka lebar mendengar ucapanku barusan. Lalu ia menyebunyikan pipinya dengan tangannya. Melihat tingkah laku imutnya itu membuat jantungku berdetak lebih kencang. "Bukan karena itu!" jawab Rosè dengan wajah yang malu. "Berarti unnie tidak mau di cium?" Tanyaku sambil berlagak imut. "Bukanya aku tidak mau!" Rose keceplosan. Rosé menutup mulutnya karena kaget akan apa yang dia baru bilang. Aku tidak tahan lagi ingin memeluknya. detak jantungku semaking cepat. "D-do you mean what you said?" tanyaku. "ah... Lupakan saja." jawab Rosè.

 

Tanpa sadar aku telah berjalan ke arah Rosè yang masih memerah. Aku mendekati wajahnya dan membuka tangannya yang menutupi wajahnya itu. Bibirku mendekati bibir lembut merahnya. Rosè menutup matanya denga sangat imut. Itu membuatku tambah ingin merasakan bibir indahnya lebih dari sebelumnya. Tetapi aku kembali ke realita dan hanya tersenyum dan mengecup keningnya. Rosè terkejut. Wajahnya lebih merah dari sebelumnya, tetapi muncul tampang kecewa di wajahnya.

 

"What? You think I'm really going to kiss you on the lips?" tanyaku. Rosè mendorongku dan berjalan ke arah kamarnya dengan wajah yang kesal. "Unnie... why are you mad?" tanyaku dari belakang. "I hate you Lisa!" jawab Rosè. 'uhhh... stupid Lisa! kenapa di bercandaiin juga tu unnie... ahhhh... she's so cute... Damn! I'm .' Pikirku.

 

"Um... Lisa... perhaps you're forgetting that your unnies is here?" jennie tiba-tiba angkat bicara. "Oh... ahaha, nggak kok." jawabku. "Sudah, jangan main-main. kalau udah jatuh cinta, bilang saja pada Rosè." kata Jisoo. "You stupid unnie, I don't like Rosè, just as friends." Kata sambil menunjukan poker face. "Terserah." Jennie mengajak Jisoo ke kamar dan meninggalkan ku di ruang dapur sendiri. 'Huft...Hampir saja ketahuan.' Pikir ku.

 

ROSÈ'S POV

 

Pikiranku sangat berantakan. Aku mencoba untuk melupan kejadian sebelumnya tetapi tidak bisa. Otakku dipenuhi oleh Lisa. Entah sejak kapan aku mempunyai perasaan yang bercampur aduk untuk Lisa. kita sesama perempuan tetapi aku melihatnya lebih dari hanya seorang sahabat. Aku menyender di tembok yang memisahkan dapur dengan ruang tv. Tidak sengaja aku mendengar percakapan Lisa dan Unnies. "Sudah, jangan main-main. kalau udah jatuh cinta, bilang saja pada Rosè." Ku dengar suara Jisoo samar-samar mengatakan hal tersebut.

 

'HAaAh?! what did she say?' Aku sungguh kaget akan hal yang baru ku dengar. "You stupid unnie, I don't like Rosè, just as friends." Mendengar jawaban Lisa membuat hatiku terasa berat. Tanpa aku sadari, air mata mulai bercucuran di pipiku. 'Aih.. Why the am I crying?' Pikirku. Walaupun aku tau alasanya, tetapi aku tidak ingin mengakuinya. Jisoo dan Jennie keluar dari ruang dapur.

 

"Rosè?" Jisoo melihatku yang sedang menangis. "Ah! Unnie... Aku akan ke kamar sekarang." Aku menghapus air mataku dan berjalan penrgi. Jennie menghentikan langkahku dengan menarik tanganku. "Aww... sakit Unnie." Kataku. "Kenapa nangis?" Tanya Jennie. "Nggak nangis!" Kataku kesal. Lisa tiba-tiba menongol di belakang. Aku sedang tidak ingin melihat wajahnya. Entah mengapa saat aku melihat wajahnya yang sangat cantik itu, kepalaku terasa sangat pusing dan pengelihatanku buram. "I'm fine... I need some rest." Kataku. "Unnie, are you really okay?" Aku menolak tangan Lisa yang hendak di letakkan di bahuku. "Leave me alone." kataku.

 

Pemandangku yang sebelumnya buram menjadi putih semua. "Brukk!" Aku merasakkan sesuatu menghantam kepalaku dengan sangat keras. "Unnie!!!" Suara yang seperti melodi di telingaku, tangan yang sangat mebut menangkapku yang hendak jatuk. Aku bisa merasakan cairan kental keluar dari pelipisku. "Rosè... hang in there..." Suara itu memanggilku lagi, aku bi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
BaeMich #1
Chapter 1: i was so excited but i cant understand lmao
jihyoscactus
#2
cant understand! sorry :(