Final

Gotta Go My Own Way

“Kau serius? Ini benar-benar serius?”

Seorang laki-laki bernama Jihoon menganggukkan kepalanya kepada ketiga adiknya, Seokmin dan Chan.

“Hei. Bukan seperti ini caranya, hyung. Tetapi-”

“Aku sudah mengetahui semuanya, Seokmin-ah. Semuanya. Kau tahu betapa sakitnya aku melihat dia bersama si Jeonghan, kakak kelasku itu?!” Jihoon menaikkan nada bicaranya. Marah, satu kata yang menggambarkan ekspresi wajah Jihoon saat ini.

Seokmin terdiam. Tiba-tiba, Jihoon menelungkupkan kepalanya keatas meja. Seokmin tahu kesulitan kakaknya saat-saat ini. Tapi sungguh, Seokmin sendiri belum bisa mengerti apa yang terjadi.

“Kau pergilah tidur, hyung. Kita bicarakan masalah ini nanti.”

————————

“Selamat pagi Jihoon!” Ucap Soonyoung, salah satu sahabat Jihoon. Jihoon tersenyum singkat padanya.

“Halo.” Ucap Jihoon ditengah senyumnya. Merasa ada yang aneh, Soonyoung menghampiri Luna.

“Hey, ada apa denganmu? Apa ini masalah tentang adik-adikmu?” Tanya Soonyoung. Jihoon menggeleng.

“Bukan. Mereka baik-baik saja.”

“Lalu siapa? Ah! Choi seungcheol?”

“Sudahlah.” Ucap Jihoon, lalu mengambil sesuatu dari dalam tas-nya. “Aku tidak mau membicarakan tentang dia.”

“Jihoon-ah.” Soonyoung mencoba mengembalikan semangat Jihoon, tetapi ia gagal.

“Apa? Jika kau ingin bertanya tentang laki-laki itu, lebih baik pergi.” Ucap Jihoon. Soonyoung menggeleng.

“Selesaikan masalah ini. Aku tahu mengapa, Lee Jihoon.”

“Jangan sok tahu, Kwon soonyoung! Kau-”

“Pagi, mochi.”

Sebuah suara laki-laki menghentikan suara Jihoon. Ya, laki-laki yang selama dua hari ini Jihoon pertanyakan keseriusannya dalam menjalin sebuah hubungan dengannya. Laki-laki itu mempunyai nama choi Seungcheol.

“Pagi. Maaf, aku tidak ingin berbicara denganmu dulu.” Ucap Jihoon sembari berpura-pura tidur. Soonyoung menggeleng.

“Ada masalah. Ada baiknya kau keluar dulu, Seungcheol-ssi.”

————————-

“Jihoon-ah, selamat! Kau terpilih di drama itu, bersama Seungcheol sunbae!”

Wonwoo mengucapkan selamat itu diiringi oleh tepuk tangan anak-anak lain yang mengetahui hubungan Jihoon dengan Seungcheol. Beberapa dari mereka menyebutnya ‘pasangan serasi’ bahkan ‘pasangan abadi’.

“Terima kasih.” Jawab Jihoon yang memberikan ‘Poker Face’nya yang sedang tersenyum. Sedangkan anak-anak lain masih riuh.

“Selamat Jihoon.”

Suara Mr. Jung membuat Jihoon berbalik menghadapnya. Dibelakangnya. Terdapat satu sosok yang belum ingin Jihoon temui untuk beberapa minggu kedepan.

“Ini skenarionya. Baca, dan kita akan memulai latihan nanti siang. Pastikan kau mendapatkan passion dan feel yang bagus. Karena skenariomu adalah tentang patah hati. Sampai berjumpa, Jihoon.”

Mr. Jung pergi dari kelas Jihoon diikuti Seungcheol dibelakangnya. Namun sebelum Seungcheol benar-benar pergi, Jihoon melihatnya memberikan Kiss bye sebagai tanda perpisahan. Tetapi Jihoon malah memalingkan wajahnya.

————————-

“Fighting Lee Jihoon! Kau pasti bisa.”

Jihoon menarik nafas dalam-dalam karena sebentar lagi, scene ketiga akan dimulai. Dukungan langsung dari Chan yang sekaligus pemeran pembantu dalam drama kali ini membuat Jihoon yakin atas semuanya. Dan ia juga yakin bahwa ini memang saatnya.

Jihoon masuk, tepat seperti dugaannya. Semua sesuai skenario dan berjalan dengan baik. Sampai drama ini menjadi musikal. Jihoon harus bernyanyi.

“Jangan pergi, Valle. Aku mohon.” Seungcheol dengan serius melakukan skenario sebagai Mario.

“Mario. Ada sesuatu yang salah diantara kita. Aku yakin tentang hal itu. Dengar.”

Ini tiba saatnya dimana Jihoon harus bernyanyi. Sebuah lagu dari drama musikal terkenal, High School Musical.

[Jihoon/Valle]
I gotta say what’s on my mind
Something about us
Doesn’t seem right these days

Life keeps gettin in the way
Whenever we try, somehow the plan
Is always rearranged

It’s so hard to say
But I’ve gotta do what’s best for me
You’ll be ok…

I’ve got to move on and be who I am
I just don’t belong here
I hope you understand
We might find our place in this
World someday
But at least for now
I gotta go my own way

Don’t wanna leave it all behind
But I get my hopes up
And I watch them fall every time

Another color turns to grey
And it’s just too hard to watch it all
Slowly fade away

I’m leaving today ’cause I
Gotta do what’s best for me
You’ll be ok…

I’ve got to move on and be who I am
I just don’t belong here
I hope you understand
We might find our place in this
World someday
But at least for now
I gotta go my own way

[Seungcheol/Mario]
What about us?
What about everything we’ve been through?

[Jihoon/Valle]
What about trust?

[Seungcheol/Mario]
You know I never wanted to hurt you

[Jihoon/Valle]
what about me?

[Seungcehol/Mario]
What am I supposed to do?

[Jihoon/Valle]
I gotta leave but I’ll miss you

[Seungcheol/Mario]
I’ll miss you

[Jihoon/Valle]
So
I’ve got to move on and be who I am

[Seungcheol/Mario]
Why do you have to go?

[Jihoon/Valle]
I just don’t belong here
I hope you understand

[Seungcheol/Mario]
I’m trying to understand

[Jihoon/Valle]
We might find our place in this
World someday
But at least for now

[Seungcheol/Mario]
I want you to stay

[Jihoon/Valle]
I gotta go my own way
I’ve got to move on and be who I am

[Seungcheol/Mario]
What about us?

[Jihoon/Valle]
I just don’t belong here
I hope you understand

[Seungcheol/Mario]
I’m trying to understand

[JIhoon/Valle]
We might find our place in this
World someday
But at least for now
I gotta go my own way
I gotta go my own way
I gotta go my own way

Suara tepuk tangan yang riuh membawa Jihoon pada tingkat tertinggi rasa percaya dirinya. Ditambah Jihoon benar-benar menangis karena ini. Tentu, karena inilah yang menggambarkan isi hatinya sedari ia melihat Seungcheol bersama Jeonghan, yang notabenenya adalah mantan kekasihnya.

“Valle, aku mohon.”

“Tidak. Aku harus pergi. Pergi dari kehidupanmu, pergi dari pikiranmu. Maafkan aku untuk menghancurkan drama yang sudah disusun begitu indah dan menarik..” Ucap Jihoon tersedu. Seungcheol berusaha menenangkan Jihoon.

“Tapi ada satu hal yang ingin aku katakan padamu. Mewakili kisah cinta antara Valle dan Mario. Antara aku dengan kamu. Aku rasa aku memang harus pergi, Seungcheol, Mario. Temukanlah orang lain yang lebih pantas disana. Seperti lagu tadi, aku harus pergi dan tegar menjadi diriku sendiri. Aku tidak seharusnya berdiri disini, aku harap kau mengerti….”

Jihoon melihat kearah para penonton. Tidak ada satupun yang protes atas aksi Jihoon. Bahkan beberapa dari mereka menitikkan air mata, membuat riasan yang ada – bagi para perempuan – rusak karena tersapu air mata begitu saja.

“Kita akan menemukan tempat kita di bagian dunia ini suatu hari nanti. Tetapi setidaknya untuk saat ini, aku harus menuruti keinginan dan jalanku. Choi Seungcheol, aku rasa jalanmu tidak untuk berada disini….” Jihoon meletakkan jari telunjuknya di bagian dada tengah atas. Jonghyun yang kini mulai mengerti berusaha meraih Jihoon, namun Jihoon menghindar.

“Tidak. Pergilan dengan dia. Cinta pertamamu. Umur bukan menjadi masalah suatu cinta akan tumbuh. Biarkan hanya aku yang tenggelam dalam perasaan ini sendiri. Karena cinta itu rentan. Bisa bahagia, bisa membahagiakan, bisa menyakitkan. Pergilah. Aku tahu kau akan kehilangan dia karena aku….” Jihoon kembali tersedu. Seokmin yang menontonnya dari kursi penonton menitikkan air mata. Sampai Mr. Jung terdiam di tempat. Jihoon tahu jika seseorang menggagalkan rencana Mr. Jung, ia habis. Namun tidak kali ini.

“Jihoon, Valle, maaf. Aku tahu bukan dirimu yang seharusnya tersakiti. Melihatmu membiarkanku begitu saja, aku merasa akulah lelaki yang paling bodoh tidak bisa menjagamu. Aku tak ingin semua berakhir begitu saja. Kau mungkin bilang bahwa cinta tak harus memiliki. Namun bagiku, cinta adalah memiliki kamu….” Seungcheol mulai membuka mulutnya. Ia pun menarik Jihoon kedalam pelukannya.

“Lepas!”

“Tidak. Jika kau berpikir memang ada sesuatu yang terjadi diantara aku dan kau, terjadilah. Biarkan aku mendekapmu. Jangan menangis. Aku percaya tentang tempat kita suatu hari nanti. Jika memang semua cerita itu berakhir hari ini, aku rela. Aku percaya semua ucapanmu. Aku percaya Valle. Aku percaya, Lee Jihoon.” Ucap Seungcheol, lalu mendekap Jihoon erat yang masih berada pada tangisnya.

Tanpa disangka-sangka, Mr. Jung berdiri. Memberikan tepuk tangan yang meriah. Dan satu persatu diantara orang-orang sebagai penonton itu berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah, Standing Ovation. Ada yang meneriakkan nama mereka sebagai Jihoon dan Seungcheol atau Valle dan Mario. Bahkan ada yang menyebut mereka ‘Jicheol’.

Mr. Jung langsung naik ke atas panggung. Sebagai guru drama, ia tahu ekspresi wajah sungguhan atau hanya sekedar dibuat-buat untuk keperluan drama. Perlahan, tiran besar berwarna merah ditutup. Mr. Jung naik dan memberikan ucapan terima kasih karena ia tidak pernah berpikir akan menjadi sesukses ini. Ia membungkuk dan semua orang memberikan tepuk tangan.

Jihoon dan Seungcheol masih dalam posisi terakhir mereka menampakkan diri didepan orang-orang. Jihoon berusaha melepaskan diri dari Seumgcheol, namun Seungcheol tak ingin melepaskan Jihoon semudah itu.

“Lepas. Aku tak mau kau-”

“Dengar, Lee Jihoon! Aku sungguh-sungguh tentang semua ini. Ia hanya Yoon Jeonghan, itu saja. Seperti dirimu hanya seorang Lee Jihoon. Tetapi ada sesuatu yang berbeda dari dirimu, kau tahu? Menemaninya hanya sebagai satu tanda kebaikan, itu saja. Harapanku kepadanya dengan kepadamu itu berbeda. Aku mengharapkan hubungan yang lebih baik setelah peristiwa menakutkan sepanjang hidupku….” Jonghyun menarik nafasnya setelah berbicara panjang lebar. Celakanya, mereka lupa bahwa microphone mereka belum dimatikan sedari tadi.

“Kau tahu maksudku? Dan kau tahu apa harapanku untukmu?”

“Apa? Apa maumu?”

“Aku ingin kita mempertahankan ini semua. Mempertahankan hubungan ini sampai ke tempat dimana kau sebut ‘tempat kita’ dalam lagu itu. Dan aku berharap semua itu adalah akhirat. Jadilah seperti apa adanya dirimu dalam dekapanku, Jihoon-ah. Aku mencintaimu. Aku tidak peduli tentang patah hati atau apapun. Aku hanya peduli tentangmu.”

“Kau sungguh? Serius?”

Seungcheol mengangguk. Jihoon memberikan pelukan terhangatnya untuk Seungcheol. Sementara para penonton yang sedari tadi setia mendengarkan, kembali memberikan standing ovation mereka untuk Mario dan Valle dalam kehidupan nyata.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet