If You Love Me

I don't Love You

PART 1

IF YOU LOVE ME

 

Mungkin mereka benar.

Aku dan dirimu memang tak pernah bisa menjadi sepasang.

Tanganku bergetar, jantungku berdebar, aliran darahku terasa berdesir begitu cepat hingga membuatku mual. Aku membutuhkan udara segar, tidak, sebentar lagi tiba aku harus dapat menahannya semoga.

"Do Kyungsoo-sshi"

Mataku terbuka, kubenahi jas dan dasiku sebelum berjalan menuju ruangan yang akan merubah segalanya. Seluruhnya.

--

Jongin.

Aku menghela nafas, menikmati setiap tetes kopi yang mengalir dari bibir hingga kerongkongan. Lagi, hari membosankan, terlalu statis, setiap hari kukatakan itu pada diriku sendiri, kurasa. Kupanjangkan kakiku di kursi taman, menikmati angin yang menyapu wajah dan rambutku seperti tengah mengusapku dalam diam. Lalu sebuah suara mengalun menyanyikan sebuah lagu, suaranya lembut, menenangkan, lalu tertawa. Aku membuka mata, melihat ranting pohon ikut bergoyang bersama angin. Sesaat kuberfikir aku terhipnotis. Tapi aku tak pernah sesadar ini. Aku mendengarkan suara itu hingga berhenti, dan duniaku yang statis seperti kembali. Aku berbalik, berusaha mencari, mencari diantara orang-orang yang tengah tersenyum, dan tertawa, jika saja diantaranya ada sebuah jiwa kesepian yang tengah bersedih. Tapi tak ada, tak ada satupun dari mereka yang terlihat sedih, berduka, hancur. Aku berhenti berlari, menyadari aku telah jauh berlari untuk mencari. Mungkin aku terhipnotis, mungkin aku hanya berkhayal, mungkin itu hanya suara imajiner. Mungkin, mungkin belum saatnya aku bertemu dengannya. Siapapun dia.

--

Kyungsoo.

Aku gagal, lagi. Padahal sudah kukerahkan seluruh jiwaku untuk buku itu. Aku diam, ditengah taman. Melihat kekiri dan kekanan. Kebingungan. Apa yang salah dengan cinta berakhir bahagia ? Apa yang salah dengan cinta pada pandangan pertama ? membosankan ? hhh benar-benar. Apa salahnya memberikan pemanis pada kisah seseorang ? mencoba membuat hidup seseorang memiliki harapan? Semua orang tau bahwa tak ada kisah yang selalu berakhir bahagia. Tak pernah ada pangeran yang bertemu puteri lalu jatuh cinta dan bahagia sampai akhir hayat. Semua orang tau, tapi justru Karena itulah aku menyukainya, kisah yang penuh percaya diri bahwa selalu ada sisi baik dari setiap kehidupan.

Aku terlalu sibuk berfikir hingga tak menyadari telah melayang dan mengalami momentum.

"M-mianhe" aku berbisik pelan dan berusaha bangkit dari jatuhku. Sepasang tangan membantuku, tangan yang kuat. Wajahnya tersinari cahaya hingga aku tak dapat melihat dengan jelas, kau tau, seperti dalam drama-drama. Aku menggapai tangannya, seperti hukum newton bahwa setelah aksi ada reaksi, reaksi yang kutimbulkan sekarang seperti terkena serangan jantung walaupun tak pernah kurasakan bagaimana rasanya, kau tau, tak bisa kukatakan, seperti aku bertemu sesuatu yang berharga, seperti aku tak ingin melepasnya, seperti itu.

"Aku yang seharusnya meminta maaf" suaranya berat, garis wajahnya terlihat jelas, keras, maskulin, wangi parfumnya menunjukan kepercayaan dirinya yang tinggi, kurasa. Tapi aku tak bisa melepaskan pandanganku dari matanya, cokelat, sangat cokelat dan dalam, aku seperti terhisap pada dimensi lain, mungkin sebentar lagi aku akan menciptakan bigbang sendiri dalam diriku.

"Kau... tidak apa?"

"N-nnne!!" pekikku panik, bodoh, memalukan, pembodohan-

Dia tertawa.

Dan saat itu juga aku tertawa, dan terkagum, mengagumi matanya yang berbentuk sabit dan senyumnya yang begitu lebar.

Kurasa, aku telah jatuh cinta.

--

Kyungsoo.

Kami berbincang, sangat singkat, atau itulah yang kurasakan saat aku bersama dirinya. Percakapan itu berlanjut, semakin lama semakin menyenangkan, semakin kumerasa aku mengaguminya, terlalu dalam, ini terlalu berbahaya tapi sangat menarik, seperti hatiku tengah mengadakan ujicoba. Berbahaya memang, tapi aku ingin, aku sangat ingin melakukannya, walaupun aku sudah membayangkan apa yang akan terjadi. Dalam dongeng, puteri dan pangeran selalu berakhir bahagia, tapi aku bukan puteri dan dia bukan pangeran.

Jongin.

Aku terpaku, lamunanku telah mengacaukan langkah kakiku. Bodoh. Aku membantu laki-laki itu berdiri. Tubuhnya kecil, kepalanya hanya berada di bahuku, dan matanya begitu besar, tapi tak aneh, dia tetap rupawan, lucu kurasa adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Kalimatnya terbata, lalu wajahnya memerah, aku tertawa Karena ekspresi yang ditimbulkannya berbeda dari orang kebanyakan. Dia seperti buku yang terbuka lebar untuk kubaca, tak seperti mereka-mereka yang berusaha menutupinya dengan bertingkah cool.

Kyungsoo.

Aku ingin mengenalnya

Aku ingin berbincang lebih lama

Aku ingin-

"Tunggu!" langkahnya terhenti, badannya berbalik, dan menatapku dengan bingung.

"A-a-aku" aku menyodorkan ponselku "b-bisakah aku meminta nomormu?"

Aku mengatakannya, aku mengatakannya, aku mengatakannya!

Dia tersenyum, lagi, hatiku berdebar. Lalu mengambil ponselku dan mengetikkan nomornya.

"Hubungi aku" Aku mengangguk dan menerima ponselku kembali tertulis beberapa angka dan namanya.

Kim Jongin.

--

Jongin

Apa aku salah memberi nomor ? Atau mungkin aku salah membaca gerakannya yang ingin berkenalan denganku lebih jauh. Tapi aku tak pernah salah, dari setiap gerakannya dapat kupastikan dia menyukaiku. Seharusnya dia menyukaiku. Aku melakukan semua yang kulakukan pada mereka-mereka yang menunjukan ketertarikannya padauk. Lalu membuatnya tergila-gila padaku. Lalu seperti yang kuperkirakan dia akan meminta lebih dan lebih hingga aku akan meninggalkannya. Aku tesenyum sinis, mungkin, dia ingin terlihat sulit didapatkan.

Kyungsoo

Aku tak pernah segelisah ini dalam hidupku, tak sekalipun, untuk berjam-jam dalam hidupku kuhabiskan dengan menatap layer ponsel. Mengulang angka demi angka yang pria itu 'Jongin' berikan padaku. Aku bahkan tak dapat berkutik, tanganku terlalu dingin untuk menekan, dan untuk sekian kalinya aku menghela nafas panjang.

BANG!

Aku terkaget, dan dengan tak sengaja kutekan tombol hijau yang mematikan.

Jongin

Ponselku bergetar,

Mataku terbuka dan tubuhku bergerak duduk.

Nomor asing menghubungiku.

Lagi, aku tersenyum, lihat dia, mulai tertarik pada pancingku yang tajam.

--

Kyungsoo

3 tahun, sudah 3 tahun kita bersama, aku dan Jongin. Berawal di musim dingin, lalu melewati musim semi, musim panas, kembali kemusim dingin. Kami tinggal bersama, setelah selama setahun kurasa kami sudah cukup mengenal. Dia seorang direktur, hidupnya dikelilingi harta, dan wanita, juga acara-acara. Aku bukan pasangan yang menginginkan banyak, aku hanya ingin mencuri sedikit waktu dihidupnya untuk diriku, hanya itu. Setahun pertama aku megnenalnya dia adalah laki-laki misterius, tapi juga menyenangkan, membuatku bahagia. Aku selalu percaya dia adalah cinta pertama, juga terakhir, maka dari itu kuberikan segalanya untuknya, segalanya.

Ditahun kedua kami bersama, dia mulai menceritakan keluarganya, tapi matanya tak sebahagia cerita yang keluar dari mulutnya. Membuatku berfikir mungkin memang kisahnya tak ingin dia ceritakan padaku. Lalu suatu malam dia pulang dengan laki-laki bernama Sehun, yang ternyata adalah sahabatnya sejak lama. Aku dan Jongin memang tak pernah memberitahu siapapun tentang hubungan ini. Aku dengan tenang mendengarkan semua penjelasannya. Intinya dia tak ingin aku tersakiti jika ada lawan bisnisnya yang mengancam. Intinya dia tak ingin imagenya hancur jika aku simpulkan, Karena tingkahnya berbeda ketika dia berada di kantor, bersama wanita diatas mejanya.

Aku berdiam dibalik pintu, mendengar setiap suara yang keluar dari mulutnya, setiap gerakan, setiap erangan. Sementara Sehun menatapku iba, dan aku hanya tersenyum seraya memintanya untuk memberikan sup untuk Jongin. Hari itu, sebagian dari diriku hilang.

Jongin

Aku merasa marah, Karena Sehun datang mengacaukan segalanya, meneriakiku yang dia fikir bajingan. Aku tertawa, apa urusannya dalam hidupku ?. Lalu dia menyebutkan satu nama, yang membuatku mematung. Kyungsoo.

"Jika kau hanya ingin menyakitinya, kurasa sudah cukup baginya" lalu dia menaruh keranjang makanan diatas meja, pergi keluar dengan raut wajah kesal. Aku hanya tertawa. Tapi pikiranku kelabu saat tiba dirumah. Aku bergerak cepat diluar akal sehat, menarik Kyungsoo berdiri dari tidurnya dan menggunakan tanganku untuk memukulnya. Matanya membelalak, air mata membasahi pipinya, dia bergetar hebat. Aku menjatuhkannya, lalu menangis bersamanya, memohon maaf padanya.

Kyungsoo

Hari itu merubah segalanya, hatiku, jiwaku, perasaanku, cintaku. Aku pernah mendengarnya berkata, jika dia tak pernah percaya pada cinta maka dari itu aku tak pernah meminta lebih. Aku hanya ingin meminta sedikit waktunya, aku tak membutuhkan cintanya jika memang dia tak bisa memberikannya padaku. Aku tak ingin menjadi penuntut. Jika suatu hari dia ingin aku pergi, maka aku akan pergi. Tapi sampai hari itu tiba, aku ingin memiliki memori yang berharga dalam hidupku.

Jongin

"Bagaimana aku harus berpose?"

"Diamlah sejenak" Aku tersenyum, melihat wajahnya, Luhan, wajah yang sangat indah.

"Apa kau ada waktu?"

"Apa kau menggodaku?" ucapnya mengambil fotoku

"Mungkin, apa kau tertarik?" Dia menatapku lama, lalu kembali mengambil fotoku

"Tidak" Dia mendekatiku, lalu membenarkan dasiku, aku mengaguminya, menatap setiap titik wajahnya, lalu menarik pinggangnya dan tanpa sadar aku menciumnya dan dia balas menciumku.

Kyungsoo

Aku melihat mereka, dari balik jendela, melalui pantulan kaca. Mereka berciuman. Tatapan Jongin begitu jelas, kagum, seperti menemukan sesuatu yang tak mungkin dia lepas. Ketakutanku. Dengan sengaja aku membuka pintu dengan keras, lalu berjalan kearah Jongin. Jelas laki-laki itu beranjak menjauh, lalu sibuk dengan kameranya sementara Jongin menghampiriku dan mencium pipiku.

"Luhan, kenalkan Kyungsoo, Kyungsoo Luhan" Kami berjabat tangan, lalu aku tersenyum padanya. Tentu, dia lebih segalanya dariku, wajahnya, bahkan akupun menemukannya tampan dan menawan.

"Aku akan ke wc sebentar" Jongin meninggalkanku, meninggalkanku berdua dengan Luhan.

Aku berjalan keujung studio, menatap keluar jendela,

"Bagaimana rasanya mencium Jongin?" tanyaku, tapi laki-laki itu tak menjawab, mematung ditengah studio memegangi kamera. "Aku hanya lupa bagaimana rasanya" hening, aku kembali menatap keluar jendela.

"Bisakah kau memfotoku?" tanyaku, tak terasa air mataku turun, lalu aku berbalik kearahnya

"Kumohon"

Jongin

Aku melihat Luhan, dan menghampirinya, kurasa dia berminat dengan tawaranku. Tapi lalu aku melihat Sehun mendatanginya, dan memeluknya, menciumnya.

"Jongin!" Aku berusaha tersenyum sambil menghampiri,

"Jongin! Kenalkan tunanganku luhan, Luhan ini Jongin, bossku"

Jadi ini alasan dia tak membalas semua pesanku, tak menerima semua telfonku.

Kyungsoo

Jongin pulang, alisnya berkerut, dasinya terlepas, rambutnya berantakan, lalu dia berteriak frustasi. Aku melihatnya dari pintu, terlalu takut mendekatinya. Tapi aku harus, maka aku berjalan mendekat, menarik tangan kanannya yang dihempaskannya dengan kasar. Lalu dia masuk ke kamar, membuka lemari pakaian untuk mandi. Tapi lalu gerakannya terhenti, aku menutup mata, dia mendorongku hingga terjatuh, tapi tak seperti saat pertama kali kita bertemu, saat tangannya menggapaiku, malam itu tangannya menghantuiku.

Sehun

Ada yang berubah dari Luhan, semakin lama semakin tertutup seperti ada sesuatu yang disembunyikannya. Ini hari pernikahan kami, seharusnya dia bahagia. Tapi wajahnya tak bahagia. Dia berdiam didepan cermin, gelisah.

Kyungsoo

Jongin meneriakiku untuk mengantarnya menuju tempat Luhan menikah, aku mengantarnya. Dan dengan bergegas dia turun dari mobil. Seperti orang buta dia berlari memasuki gedung dengan kasar, dan aku meminta maaf pada setiap orang yang beradu pundak dengannya. Sampai dia berhadapan dengan Sehun yang diam didepan ruangan Luhan. Aku menatap Sehun dengan iba, berharap ini semua tak akan terjadi tapi Jongin sudah mengeluarkan kata magicnya.

"Aku dan Luhan berpacaran"

Sehun tertawa, tapi Luhan keluar. Matanya menunjukan betapa bersalahnya dia pada Sehun. Lalu Sehun memintanya menjelaskan, segalanya, tapi Luhan hanya diam membiarkan Jongin membawanya pergi. Pernikahan dibatalkan, dan Sehun menangis seharian.

Jongin

Aku kembali untuk mengambil barangku dan mengakhiri hubunganku dengan Kyungsoo. Saat aku masuk, Kyungsoo terbangun dari tidurnya di sofa.

"Aku- mari kita putus" Kyungsoo menatapku, sangat lama, lalu mengangguk dan beranjak ke kamar, mengambil tasnya. Dia sudah mempersiapkan segalanya. Aku menahan tangannya, "Aku tak memintamu pergi" dia tak berbicara, hanya menatapku, dia juga tak menangis, membuatku semakin bersalah. "Pukul aku, lakukan apapun, jangan diam"

Dia menggeleng melepaskan tanganku dari tangannya, "Aku akan memberikan apartemen ini untukmu, kau tak perlu pergi"

"Aku tak bisa tinggal disini, kau tau itu"

"Lalu dimana kau akan tinggal?"

"Dijalan, seperti sebelum aku mengenalmu"

Aku memeluknya "Jangan pergi, kumohon"dia diam, kesempatanku untuk menjauhkan tasnya dari genggamannya

"Baiklah" ucapnya lalu duduk di sofa

"Jongin, bisakah kau membuatkanku teh?"

"T-tentu" dengan bergegas aku menuju dapur, mengambil teh dan menyiapkan gelas,

Aku berbalik, dan Kyungsoo menghilang, aku berlari menuruni tangga, berlari kesekitar, tapi aku tak menemukannya. Dan aku merasakannya, sebagian dari diriku seperti hancur. 

 

 

                                                             -to be continue-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
jomarissa #1
Chapter 2: Next please... Suka ceritanya
gaweingpandum #2
Sukaaa sukaa bangeettt
Aku angst addict sih
Hihii
Buat hunsoo bahagia dengan yang lain
Ters
mayymo #3
seperti biasa.bagus banget.....