The New Guy

The Bitter Truth

Tidak terasa sudah satu minggu aku bersekolah disini. Semua berjalan cepat seperti mengalir begitu saja. Meskipun hari pertamaku lumayan buruk tapi setidaknya hingga saat ini semua berjalan baik. Saat ini jam pelajar masih berlangsung tapi aku tetap tidak bisa berkonsentrasi. Bukannya aku tidak mau berusaha untuk belajar tapi aku sudah melakukannya dari tadi. Ada alasan mengapa aku bertingkah seperti ini. Tadi pagi aku bertemu dengan orang yang menyebalkan. Dia sudah membuatku malu setengah mati. Awalnya aku sangat kagum dengan penampilannya. Baru kali ini aku melihat seseorang yang begitu sempurna. Kau tahu jika aku harus memberikan penilaian 10 of 10, aku akan memberikan angka 10. Dari ujung rambut hingga kaki terlihat begitu sempurna.
Tubuh tinggi dengan kaki jenjang. Hidung mancung dan tatanan rambut yang menurutku terlalu perfect di wajahnya. Aku bahkan akan memberi penghargaan pada hair stylistnya karena sudah menciptakan pemandangan indah ini. Semua terlihat seperti mimpi bagiku. Kau tau ungkapan pangeran beruda putih yang diimpikan para gadis? Aku pikir aku menemukannya pagi ini. Di balik seragam sekolahnya aku bisa melihat kalau dia benar-benar menjaga badannya dengan baik. Perlahan dia mulai berjalan ke arahku. Aku bahkan tidak bisa menyingkirkan pandanganku sedikitpun dari nya.
“ya ampun,dia benar-benar akan menuju ke sini” kataku sambil memasang ekspresi seorang fans berat. Semakin lama dia semakin dekat, lima meter…tiga meter…1 meter. Dan akhirnya dia ada dihadapanku sekarang. Jantungku berdegup kencang saat aku sadari dia memperhatikanku. Baru pertama kali aku merasakan hal seperti ini. Aku merasa kalau aku akan pingsan saat ini juga. Semua terlalu indah untuk dilukiskan dengan kata-kata. Semua itu berlaku sebelum dia mulai mengatakan hal yang membuatku menyesali apa yang telah aku lakukan barusan.
“kau yang ada disitu. Berhenti memandangiku seperti orang gila. Kau membuatku takut” katanya kasar. “hah?” kataku kaget. “kau tahu ekspresi mu itu terlalu mengerikan. Sebaiknya kau bercermin dan lihat seperti apa wajahmu sekarang?” katanya lagi. Memangnya aku seperti apa? Tanpa sadar aku bercermin menggunakan handpone ku. “ini bahkan hari pertama dan yang aku dapat adalah satu gadis mengerikan. Waaah…aku pasti benar-benar sial” gumamnya. Apa? Sial katanya? Dia pikir dia siapa? “heh! Memangnya siapa kau sampai bisa mengatakanku gila?” kataku kesal. “aaaaku?” katanya sambil bergerak mendekat padaku. “apa aku perlu mengatakannya padamu?” katanya sambil terus mendekatiku. Tanpa aku sadari kami benar-benar berhadapan sekarang.
“he—eh…menjauhlah sedikit” kataku sambil mendorong tubuhnya menjauh. Tapi dia bahkan tidak bergerak sedikit pun. Dia malah makin mendekat pada ku dan itu membuatku semakin berdegup kencang. Saat aku menoleh tanpa aku sadari tahu wajahnya sudah berada tepat didepan wajahku. Hal itu membuatku syok. Aku panik dan takut disaat yang bersamaan. Aku benar-benar tidak bisa berkata apapun. Dia tersenyum padaku dan makin mendekatkan wajahnya padaku. Aku yakin bahwa jarak wajah kami saat ini mungkin hanya 5 cm. sebelum aku ingin memberitahunya untuk menjauh dia mengatakan sesuatu ditelingaku. “aku adalah pria yang akan membuatmu jatuh cinta” katanya setengah berbisik. “ap..apa?” kataku masih belum bisa mencerna kata-kata yang ia lontarkan.
“ah…aku membuang-buang waktu. Aku pasti akan dimarahi lagi oleh pak tua itu” katanya sambil melihat jam. Dia mulai bergegas meninggalkanku yang masih belum bisa mencerna apa yang telah terjadi padaku barusan. Sebelum aku sadar bahkan dia berbalik dan menghampiriku lagi. Kemudian dia mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar dari orang sepertinya. “kalau aku jadi kau, aku pasti akan sangat malu” katanya menatapku dengan wajah prihatin.”kau bicara apa sih?” kataku tidak mengerti. “apa kau akan menyimpannya untuk makan siang?” katanya lagi. “makan siang?”.”lihat saja apa yang ada diwajahmu sekarang?” katanya sambil menunjukan sesuatu yang ada diwajahku. “memangnya apa?” aku langsung menyentuh bagian pipiku dan ternyata ada sesuatu yang tertinggal. NASI?!! Bagaimana bisa aku berjalan sepanjang jalan dengan wajah seperti ini. Saat aku sadar aku benar-benar malu, bagaimana bisa aku seperti ini.
“AAARRGG!! Kenapa? Kenapaaaaa?” kataku setengah teriak. Saat itu juga suasana kelas menjadi hening. Semua mata tertuju padaku tidak terkecuali guru matematika yang sedang mengajar didepan sana. “sepertinya nona ha ni sedang mengalami sesuatu yang buruk. Sebagai walikelas yang baik bapak akan memberikan hadiah yaitu sebuah kehormatan untuk menjawab soal yang ada dipapan tulis” kata guruku. “aku…a-ku…” seketika aku panik dan tidak bisa memikirkan apapun. Jangankan menjawab soal itu, kata yang diucapkan pak guru 10 menit yang lalu pun aku tidak ingat. “tapi pak…” kataku berusaha protes. “ayolah. Bukannya ini soal mudah sehingga kamu bisa mengabaikan pelajaranku?” katanya lagi. Seseorang tolong aku…aku mohon kataku dalam hati.
“kalau kau tidak maju dalam hitungan 3 bapak akan memberikan kamu tugas ekstra”. Apa? Tugas ekstra? Ayolah…satu saja sudah membuatku ingin muntah dan dia berencana melipatgandakannya?. “satu…dua…ti…” guruku mulai menghitung. Secepat kilat aku berlalu menuju papan tulis. “seseorang tolong aku” gumamku. Saat aku berusaha keras untuk mencari jawaban pertanyaan itu, pintu kelasku terbuka lebar. Seseorang dengan jas rapih masuk ke dalam kelas. Ia menghampiri guru kami dan sepertinya mengatakan sesuatu sambil berbisik. Dan entah kenapa aku punya firasat buruk tentang ini.
   “baiklah anak-anak, bapak punya kejutan untuk kalian. Saat ini kita memiliki teman baru” guruku menjelaskan. Seketika kelas menjadi ramai sekali. Anak laki-laki sangat heboh dan terus mengatakan “apakah dia wanita? Cantik tidak pak? Siapa namanya?”. Pertanyaan demi pertanyaan terus mereka lontarkan. Aku kira saat ini aku ada di tengah sale yang ada di mall. “cukup..cukup…” kata guruku sambil memukul meja. “kau yang ada diluar, ayo masuk” katanya lagi. Seketika ruang kelas kembali hening, semua mata yang tadinya memperhatikanku semua tertuju ke arah pintu. Seseorang masuk dan membuat mereka semua terpana.
Tanpa hitungan detik kelas menjadi ramai kembali. Tapi kali ini terdengar seperti suara kekecewaan dari murid laki-laki dan kegembiraan bagi murid perempuan.”ayolah pak.kami ini butuh penyegaran” teriak salah satu murid laki-laki. Aku yang sibuk menghitung tdak terlalu peduli dengan hal tersebut. Aku hanya ingin menyelamatkan hidupku dari kejamnya matematika. “hei…memang apa salahnya? Diam semuanya” kata guruku meninggikan suaranya. “anak baru…perkenalkan dirimu sekarang”. Semua masih terasa baik-baik saja bagiku sampai terdengar suara yang tak asing bagiku.
“Halo semuanya…maaf mengecewakan. Aku tahu bagaimana rasanya jadi kalian” katanya santai. Aku berusaha tidak menoleh sedikitpun tapi hatiku seperti tidak bisa diajak kompromi saat ini. “jangan menoleh…jangan menoleh. Kau akan menyesal kim ha ni” kataku pada diriku sendiri. Tapi aku kalah kali ini. Pada akhirnya aku tetap menngok ke arah suara itu. Seperti tersambar petir di siang bolong. Tubuhku terpaku tanpa bisa bergerak sedikitpun. “seseorang katakan padaku bahwa ini hanya mimpi” kataku. “perkenalkan namaku KIM RAVI” dia melanjutkan. Baiklah…sepertinya firasat burukku kali ini sangat tepat. HELP ME!!!

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet