chapter 1

Fur Immer
Please Subscribe to read the full chapter

Fur immer

Park Jinyoung, Jackson Wang, Mark Yi-en Tuan 

Proudly present a story by mannuel_khunyoung 

Chapter 1

Bahasa 

.

.

.

.

.

.

 

Biarlah, untuk kali ini dunia Jinyoung yang gelap diisi dengan kepalsuan.~

 

Mata gelapnya menerawang entah kemana. Tak ada minat untuk menikmati hembusan angin malam saat ini. Tepat hari ini, merupakan tahun ketiga orang itu pergi. Meninggalkan dirinya tanpa ada kata selamat tinggal sedikitpun.

 

Air matanya kembali menetes, saat mengingat kejadian bersama orang itu. Sejujurnya, ia masih berharap...

 

...bahwa dia akan kembali.

 

Meski Ia sadar, harapan itu adalah sebuah kesia-siaan semata, kesia-siaan tanpa batas hingga membuatnya jatuh dan terpuruk dilubang yang sama. Didalam kegelapan dunianya yang sudah gelap. 

 

Lantunan itu kembali terdengar, tapi tidak dengan rasa yang sama. Tidak ada lagi rasa mendamba yang ada hanyalah rasa pahit yang semakin membuat dirinya menderita, ia terluka tapi tak tahu pada siapa. Pantaskah orang itu menerima lukanya? Ah, Ia rasa orang itu tak cukup pantas untuk menerima dirinya yang...

 

...cacat ini.

 

Bibirnya tertarik, bukan senyuman manis yang tersampir diwajahnya melainkan senyuman miris yang merutuki nasibnya.

 

"Jinyoung-ah." Lamunannya membuyar seketika,  siapa yang mengganggunya? Tidak perlu banyak tanya. Dia Jackson Wang, seorang pemuda yang entah mengapa telah menjatuhkan dirinya kedalam ruang lingkup Jinyoung yang gelap ini. Jinyoung tak habis pikir,  bagaimana bisa dirinya terikat dalam hubungan 'ini' jika sama sekali hatinya masih tetap sama seperti dulu.

 

Ia masih mengharapkan orang itu, kembali...

 

"Kenapa kau belum tidur?" Pertanyaan itu lantas mencubit hatinya. Ia merasa bersalah, benar-benar bersalah telah menyeret pemuda sebaik Jackson kedalam penderitaannya. Tapi semua sudah terlanjur, ia butuh pelampiasan untuk melupakan orang itu, walau dia tahu...

 

... dia telah menyakiti hati yang lain.

 

"Ah yah, aku belum mengantuk Jackson-shi, kalau kau mengantuk tidurlah." 

 

Jackson menggeleng, tanpa peduli jika Jinyoung tak akan pernah melihatnya. "Ah, aku juga belum mengantuk kok." Jawabnya, diselingi kekehan kecil.

 

Jinyoung meringis, cukup satu tahun ini ia mengenal bagaimana Jackson. Jadi ia tak bisa dibohongi, meski ia buta. "Aku mendengar uapanmu Jackson-shi, dan lagian jadwal kuliahmu minggu-minggu ini sangat padat. Jaga kesehatanmu." 

 

Entah kenapa, ucapan sederhana Jinyoung dapat membuat hati Jackson menghangat. "Terimakasih telah memperhatikanku, Jinyoung-ah." Walaupun ia tahu, itu semua hanyalah kepedulian semata tanpa rasa. Ia tahu dan cukup mengerti, tak ada ruang kosong untuk dirinya dihati Jinyoung. Tapi ia tetap yakin lambat laun setitik harapan dapat ia gapai, setidaknya.

 

...

 

Menolehlah, lihat aku setidaknya buka sedikit pintu untukku. Agar aku bisa berpikir bagaimana caranya masuk. 

 

 

Jackson menyesap tehnya. Masih dini hari, tapi ia masih saja belum bisa tidur. Kepalanya masih terngiang-ngiang saat mengingat kejadian beberapa silam. Bagai layar proyektor, semuanya berputar tanpa ada hambatan.

 

Saat itu musim semi, salah satu musim yang paling Jackson dambakan. Alasannya cukup singkat, ia lahir dimusim semi dimana musim untuk memulai suatu hal baru. Senyumnya terus melekat diwajahnya, mungkin ini akan menjadi musim semi yang indah baginya, entah kenapa Jackson rasa benar.

 

Dua hari lagi hari ulang tahunnya, jadi ia memutuskan untuk membeli beberapa pernak-pernik sekaligus kue tar untuk merayakan ulang tahunnya. Tidak ada orang tua maupun teman yang akan ikut bersamanya, ia sendirian— bukan arti sebenarnya. Orang tuanya selalu pergi bekerja, sedangkan teman-temannya hanya akan datang jika mereka memerlukan Jackson. Hatinya kesepian, ia sendirian. 

 

Tapi tak apa toh, selama ia masih bisa menjalani itu sendirian ia akan melakukannya. Ia masih sadar diri, jika dirinya bukan salah satu dari manusia yang menderita, contohnya para tunawisma.

 

Ting.

 

Pintu terbuka, ditemani dengan bunyi lonceng yang menggema. Sekarang ia berada ditoko roti favorit nya. Selain rotinya yang enak, suasananya juga cukup mendukung dan jujur Jackson menyukai itu.

 

"Sore Ahjussi," ucapnya saat melihat paman pemilik roti itu didepan counter. Wajahnya tersenyum, membalas sapaan Jackson.

 

"Dua hari lagi, Jackson-ah." Paman itu tersenyum, mengerti maksud kedatangan Jackson. Ia mengangguk, wajahnya kembali tersenyum.

 

"Eum, benar Ahjussi." Kakinya ia langkahkan menuju etalase melihat-lihat kue mana yang akan ia pilih, walau pada akhirnya itu sangat sulit karena sekali lagi roti disini cukup menggiurkan. 

 

"Sebenarnya, Ahjussi sudah menyiapkan satu untukmu. Kalau kau mau," celetuk paman itu tiba-tiba. Kepala Jackson mendongak menatap tak percaya. Hatinya menghangat, ternyata masih ada yang memperdulikannya.

 

"Wah benarkah? Ahjussi sangat baik. Boleh aku melihatnya." Tanyanya girang, tak peduli bagaimana para pembeli lain yang menatapnya heran.

 

Ia menunggu tak sabar, hingga akhirnya sebuah kue tar berdiameterkan hampir satu meter tersampir dihadapannya. Wajahnya menganga tak percaya. Saat melihat kue bertuliskan 'Selamat ulang tahun' dalam tulisan hangeul, dan setelah itu dilanjutkan dengan namanya sendiri. Kue ini sangat luar biasa, mewah.

 

"Oh Tuhan, bagaimana caranya aku membalasnya?" Tanyanya lagi.

 

Sang paman hanya menggeleng, wajahnya tersenyum lebar. "Tak perlu Jackson, ini hadiah untukmu. Selamat ulang tahun. Kau hanya perlu menjadi pemuda yang baik." 

 

Jackson mengangguk, wajahnya memerah— tersemu. "Bagaimana aku membawa roti ini Ahjussi, omong-omong?"

 

...

 

 Setelah menuju toko roti, akhirnya ia memutuskan untuk menuju toko pernak-pernik saja, namun belum sampai tujuan langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar sebuah alunan beserta nyanyian menghampiri pendengarannya.

 

Dihari yang panjang dan melelahkan ini 

Diriku selalu ditemani dengan hati yang gundah,

Hari ini dan esok, dirikukan bangun lagi

Menatap hidup yang selalu berganti hari

Harapan samar-samar, tawa kering

Mereka berubah seiring berjalannya waktu

Hati sedih dan bekas luka,

Jelas mereka tidak akan hilang

Dapatkah kau mendengar tangisanku?

 

Entah mengapa secara alamiah ia dapat ikut merasakan penderitaan itu. Ia tahu, orang itu...

 

Lebih menderita darinya.

 

Mengapa tidak ada jawaban?

Mengapa kau terus bersembunyi?

Dihari yang panjang dan melelahkan ini 

Diriku selalu ditemani dengan hati yang gundah,

Hari ini dan esok, dirikukan bangun lagi

Menatap hidup yang selalu berganti hari

 

(Do Kyungsoo— Scream)

 

Lantunan itu berhenti seketika, tak ada yang spesial, memang. Tapi, lantunan tersebut cukup membuat dirinya merasa terseret kedalam penderitaan itu. Hatinya bertanya, siapa orang itu? Semenderita itukah dirinya? Hingga akhirnya, dirinya sudah berada tepat dihadapan orang itu. 

 

Seperti tak melihat sesuatu, pemuda dihadapannya hanya diam. Sembari menyusun kembali biolanya ketempat semula. Perlahan tapi pasti, air matanya kembali meluncur membiarkan dirinya meluapkan segalanya— ia sesenggukan.

 

"Hiks," 

 

"Tenanglah" dan tanpa kata, kedua tangan Jackson sudah mengusap wajah itu dengan lembut.

 

Waktu seakan terhenti, ia tak sadar mengapa melakukannya. 

 

Hingga terpaan angin dengan lembut menghembusnya— kembali menyadarkan dirinya.

 

"S-siapa kau," buka pemuda dihadapannya begitu parau. Lantas, reflek dirinya melepas kedua tangannya dari wajah si empunya. 

 

"A-a..ku, a-aku. Maaf, aku tak bermaksud—" jawabnya gugup, demi tuhan Jackson tak bermaksud kurang ajar, hati dan nalurinya yang bermain.

 

"Apa aku semenyedihkan itu?" Pertanyaan pemuda didepannya cukup membuat hatinya tercubit. Ia tak tahu, benar-benar tak tahu.

 

"Maafkan aku," Ia tak tahu harus membalas apa.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
fujoshi_kronis #1
Chapter 1: :( sedih ngt jackson, gua bacanya berasa sakitnya)):
btw, kapan up thor?? hehe
macchiaxo #2
Chapter 1: jackson kenapa sedih mulu hidupnya di ff ywl aku baper
ReLif_53 #3
Chapter 1: Uaaa.. Kerennn..
Penasaran sma keadaan mark..
Soalnya terakhir dia kan pingsan trus klo gak salah punya penyakit apa gitu..?
Atau jangan2 mark mlah udah meninggal...
Okee ditunggu next chapnya..
Dan ditunggu juga oneshootgot7 'the last leaf'. semangat author...!!!!?
Nunneo74
#4
Chapter 1: sedih thor nim..

chap 4 di oneshoot kok bukan markbam thor malah jacknior??