Haeundae Beach

A Guy's Popularity

“Ya! Bagus! Ekspresinya ditajamkan!” Ucap seorang juru kamera yang sedang memotret sesosok Choi Seungcheol, pria yang sedang terkenal sebagai the rookie model di Korea Selatan. Dengan wajah tampan, ekspresi cool bak k-idol, tinggi badan yang diatas rata-rata orang Korea Selatan, senyuman khasnya yang terkesan seperti angel  dan tentu saja kepribadiannya yang sopan dan baik, membuat semua orang berkata bahwa dia adalah seorang yang perfect.

“Choi Seungcheol!” Sutradara Kim memanggilnya ketika waktu break pemotretan. Ia langsung menghampiri sutradara Kim dan menanyakan “Bagaimana hasil pemotretan hari ini?”

“Bagus. Seperti biasanya, kau tetap memiliki ekspresi cool namun terkesan friendly, bahkan pria pun mungkin dapat terkesan melihat ekspresi wajahmu” Jawab sutradara Kim dan membuat Seungcheol menggelengkan kepalanya “Tidak, masih banyak model yang lebih profesional daripada diriku”

“Tapi kau adalah salah satu dari mereka. Netizen, fans, dan bahkan team majalah di Amerika maupun Eropa juga mengakuimu. Mereka ingin kau muncul disampul majalah mereka dan salah satunya juga sudah menawarkan tawaran itu kepada manajermu sendiri” Seungcheol menatap sutradara Kim yang sedang tersenyum kepadanya dengan tatapan yang tidak percaya.

“Apakah Kyungsoo hyung yang mengatakannya kepadamu?” Tanya Seungcheol dan sutradara Kim mengiyakannya. Seungcheol tidak percaya dengan apa yang ia dengar, sampul majalah internasional? Tentu saja ia menginginkannya, tetapi populartiasnya sekarang menurutnya sudah cukup, itu membuatnya sudah cukup nyaman dengan kondisinya saat ini namun ‘hanya sekali saja, Choi Seungcheol’ pikirnya. “Maaf… Aku ingin mendiskusikan hal ini dengan Kyungsoo hyung dulu. Aku permisi”

Sutradara Kim hanya tersenyum dan membalasnya “Silahkan” dan ia membungkukkan badannya kepada sutradara Kim. Ia berjalan lurus ke arah ruang ganti dan menatap Kyungsoo dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca namun terlihat keterkejutan menggambarkan wajahya.

“Kyungsoo hyung”

“Hm… Ada apa?” Kyungsoo mengangkat kepalanya dan melihat seorang Choi Seungcheol yang terkesan cool dan sedikit terlihat seperti badboy. Dengan rambut hitam pendeknya yang sedikit terkesan berantakan, setelan kemeja putih lengan panjang yang tidak dikancing bagian kerahnya, jeans biru dongker yang sedikit tertutup bagian atasnya oleh kemeja yang sejak awal Seungcheol tidak selipkan kedalam celananya , sepatu sneakers hitam dan dilengkapi oleh blazer biru yang tidak dikancing dapat membuat semua perempuan yang melihatnya akan mendadak jatuh cinta kepadanya pada pandangan pertama bahkan para pembaca dan diriku sendiri.

“Apa benar… Aku mendapatkan tawaran dari Amerika?” Tanyanya ragu-ragu dan Kyungsoo tersenyum memandangi adik yang ia jaga itu “Ya… Kau mendapatkan pemotretan untuk sampul majalah TIME di Amerika. Kenapa? Kau ingin menolaknya?”

“Ah! Tidak! Bukan maksudku begitu! Tentu saja aku menginginkannya tetapi…” Putus Seungcheol “Aku merasa ada yang aneh”

Kyungsoo terihat bingung mendengar jawaban dari seseorang yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri “Kenapa? Kalau begitu pikirkan saja dulu, tawaran itu bisa kau putuskan besok”

Seungcheol tersenyum mendengarnya “Ah… Terima kasih, hyung”

 


 

This cursed popularity

Why won’t it go away

But why am I

Getting lonelier

 

Seungcheol sedikit terhenyak saat mendengar bait lirik lagu yang membuat kepalanya mulai berputar-putar, mencoba memahami makna tersembunyi dari lirik tersebut. Dan pada akhirnya ia meruntukki didalam hatinya ‘Apakah lagu ini mencoba untuk menyindirku atau menyadarkanku

 

I don’t like having to live up to other people’s expectations

Ha my overflowing popularity is in direct contrast

To the empty house inside of my heart

 

Ia terus menelusuri makna bait liriknya, mencoba untuk mengerti apa yang ia rasakan sekarang dan apa yang ia inginkan tentu saja. Dengan keadaannya saat ini merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya yang bisa ditiduri oleh dua orang itu, terkadang melihat langit-langit kamarnya yang berwarna putih atau mengalihkannya pandangannya keluar kota Seoul yang masih dingin karena perubahan musim yang belum berhenti.

 

There’s traffic because of my popularity

This is the life that other people want to live

But I’m still frustrated

What made me this way

 

One, two, four days pass

Time goes by

And I’m empty

I’m empty

 

Pikirannya yang menelusuri lorong yang gelap itupun akhirnya mencapai sumber cahaya yang membawanya ke arah keluar, membawanya ke jawaban yang ia inginkan. Ia tersenyum dan segera bangkit. Menutup iPod pemberian dari fansnya yang membuat lagu itu terdengar olehnya. Menekan nomor telepon seseorang yang sudah pasti ia akan beritahu keputusannya.

“Hyung…”

“Ya? Ada apa Cheol? Apa kau sudah memutuskannya?”

“Baiklah aku akan menerima tawaran itu…”

“Baguslah… Itu pasti akan menjadi puncak dari karirmu”

“Namun…” Seungcheol menghela napasnya. Mengumpulkan seluruh kumpulan kata yang sudah berada di otaknya ke tenggorokannya

“Aku akan vakum setelah itu…”

 


 

Seungcheol sedang berada di Amerika, tepatnya di New York dengan manajernya sendiri. Dengan berpakaian formal dengan setelan kemeja biru yang ditutup oleh jas hitamnya dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam yang terpasang dikerah bajunya itu membuatnya terlihat menawan. Bahkan pihak majalah TIME pun mengakuinya saat mereka sedang makan malam di restoran bintang lima. Suasana yang tenang dengan suara alunan alat musik yang terkesan klasik pun tidak menganggu seorang Choi Seungcheol.

“Choi Seungcheol” Ucap perwakilan majalah itu “Kami tidak menyangka bahwa kau lebih menawan daripada yang kami kira saat kami melihat fotomu di photoshoot” dengan bahasa Inggris yang kental dan Seungcheol tersenyum manis kemudian mengucapkan “Thank you”

“Besok kau akan bertemu dengan Vernon, model yang berasal dari New York. Kalian akan berkolaborasi untuk pemotretan besok”

“Sure” Ia balas, sepertinya ia sudah terlalu biasa mendengarkan percakapan bahasa Inggris dan Kyungsoo sendiri pun melongo melihatnya. Didalam pikirannya terlalu banyak kosa kata yang tidak dapat dipahaminya bahkan sepertinya itu tidak dipelajari olehnya saat masa sekolah dulu. Seungcheol tersenyum puas setelah acara makan malam itu dan membuka iPod-nya, memeriksa kembali lagu yang ia dengarkan sebelum memutuskan untuk melakukan photoshoot di Amerika. Melihatnya dengan sedikit kebingungan.

“Hyung…” Panggil Seungcheol “Kenapa?” Balasnya dan kemudian menghampiri pria bermata bulat itu.

“Kau tau lagu ini?”

Kyungsoo membaca judulnya dan bergumam dengan sarkastik “Still lonely?”

“Ya hyung… Aku penasaran dengan lagu ini. Bagaimana bisa orang ini membuat lagu ini dengan lirik yang terkesan ‘khas’? Bahkan lagu ini sukses membuatku mendapatkan jawaban dari pemikiranku” Seungcheol tersenyum, memikirkan bagaimana rasanya ia mendengar lagu itu. Kyungsoo mengambil iPod-nya dan mendengarkan lagu itu sekilas kemudian mengembalikannya kembali ke Seungcheol.

“Nada yang menyenangkan dan lirik yang menggambarkan dirimu kan? Tentu saja kau langsung menyukai lagu ini” Tanggap Kyungsoo dan Seungcheol tersenyum lagi dengan menggengam erat iPod kesayangannya itu ―mulai sekarang. Namun wajah Seungcheol menjadi sedikit lesu “Di iPod ini hanya terdapat judul lagunya, bahkan aku tidak tau siapa yang menyanyikan lagu ini atau membuat lagu ini”

“Kau pasti akan menemukannya, mungkin mencarinya di internet bisa membantumu” Saran Kyungsoo dan Seungcheol menghela napas pelan “Lain kali saja hyung… Kita besok akan ada pemotretan lagi”

 


 

Seungcheol dengan sedikit gugup mendekati patner pemotretannya kali ini. Terlihat seorang pria yang memiliki kemiripan wajah dengan Leonardo Di Caprio sedang diberi pengarahan oleh sutradara untuk single photoshoot. Wajah yang terkesan tampan untuk orang western dan dengan pakaian casual berupa T-shirt putih yang dipakaikan jaket hitam dengan jeans biru muda dan sepatu sport. Kyungsoo membisikkan ‘Itu Vernon’ di telinga Seungcheol dan ia mengangguk mengerti. Seungcheol mencoba menghampiri Vernon saat break time pemotretan.

“Hi… Nice to meet you… eum…Vernon?”

Vernon membalas sapaan dari Seungcheol “Nice to meet you too” dan melanjutkan “Are you Korean?”

Saat Seungcheol akan menjawabnya, percakapan mereka terpotong oleh dering handphone Vernon dan ia menjeda percakapan mereka “Wait a minute”

“Ya… Ada apa cutie?” Ucap Vernon kepada seseorang yang ia angkat panggilannya. Seungcheol membulatkan matanya dan bergumam pelan ‘Dia orang Korea?’

“Maafkan aku cutie, aku sedang memiliki jadwal pemotretan di New York dan akan pulang sebulan kemudian… Eh kau memikirkan tentang kolaborasi kita? Ah santai saja cutie aku tidak akan melupakannya dan oleh-oleh? Hahaha… Baiklah, baiklah… See you next time cutie love you, aku juga merindukanmu”

Seungcheol mendehem pelan dan kemudian Vernon mengalihkan atensinya dengan mematikan panggilan itu dan menatap Seungcheol. Ia tersenyum dengan sarkastik “Sudah kuduga kau orang Korea”

Vernon melanjutkan “Aku memang terlihat kelahiran Amerika tetapi sebenarnya aku campuran, ibuku Amerika dan ayahku orang Korea”

“Aku juga memiliki sepupu di Korea, tepatnya di Busan… Ah bagaimana kalau begini saja… Karena kita sibuk dalam pemotretan ini alangkah lebih baiknya jika seandainya kita bertemu di Busan saja lain kali dan ngomong-ngomong Busan sangat bagus sebagai tempat untuk menenangkan diri”

Seungcheol mengulurkan tangannya dan Vernon menyalaminya “Baiklah… Aku akan menunggu janjimu di Korea nanti…” Ucap Seungcheol dan Vernon membalasnya dengan senyuman.

Double photoshoot akan dimulai” Pekik sutradara kepada para staff dan kedua model itu tentu saja.

 


 

Seungcheol sedang berada di bandara Incheon mendorong kopernya dan membaca pesan dari manajer hyungnya itu. Hanya berselang dua hari setelah ia pulang dari Amerika dan itu membuatnya sudah cukup muak dengan kehidupannya yang sangat sibuk dan popularitasnya yang membuatnya bosan dengan apa pun itu. Orangnya, isi percakapannya dan ia mungkin membutuhkan sedikit waktu ‘istirahat’.

Choi Seungcheol… Jaga dirimu baik-baik… Aku tidak ingin ada yang terjadi kepadamu selagi aku tidak ada disampingmu… Mungkin alasan vakummu itu untuk menghilangkan rasa sepimu bukan? Sekitar dua minggu lagi jika bisa aku juga akan menyusulmu ke Busan lalu kita menghabiskan waktu disana oke?’

Seungcheol tersenyum dan membalas pesan dari manajernya itu ‘Tentu hyung… Aku juga akan menunggumu’

Ia memasukkan smartphone-nya dan berangkat ke Busan sesuai dengan saran Vernon: menginap di rumah dekat pantai rekomendasi Vernon selama sebulan dan menurut Seungcheol itu tidak buruk.

 


 

Ia tiba di rumah pantai yang sudah ia sewa sesuai dengan saran Vernon meletakkan kopernya. Menatap pemandangan pantai yang menghadap laut luas bahkan semilir angin yang memiliki aroma laut dan pasir juga langsung menyambutnya. Ia tersenyum, mungkin ini adalah jawaban yang ia perlukan dan Seungcheol sangat puas. Yang membuatnya semakin semangat adalah ia bisa melihat pemandangan sunset di lepas pantai Busan hanya dengan menuju ke pantai Haeundae dengan 15 menit menaiki sepeda yang dapat ia sewa didekat sana.

Seungcheol duduk di tepi pantai dan melihat sunset yang tertangkap oleh matanya dengan indah dan indera pendengaran alunan nada yang berada di dekatnya. Suara merdu dari gitar membuat Seungcheol terhenyak sebentar dan mencoba mendengarnya lebih jelas.

 

Looking, making an effort not to be detected
I I I I want you baby you know
Oh I need you my babe

Let me know, don’t know why I behave like this
I see no one but you, I don’t know why

 

Seungcheol layaknya dalam permainan hide and seek, ia mencari sumber suara itu dan tidak lama kemudian menemukan seorang pria yang duduk diatas bebatuan dan memetik gitarnya sambil menyanyikan bait demi bait lirik lagu yang sudah dihapalnya.

 

Q&A What’s so difficult
Just tell me what’s in your heart
You just look into my eyes
And tell me what’s on your mind
Your eyes are telling everything

 

Seungcheol terdiam melihatnya, menatap pria itu dengan takjub. Wajah imut pria itu yang terlihat seperti tofu, dengan kulit seputih susu dan rambut pendeknya yang dicat blonde. Bahkan tinggi badannya yang bahkan dapat Seungcheol sebut ‘mungil’ dengan suaranya yang terkesan soft dan merdu menambah tingkat kemanisan pria itu. Sweater soft-pink yang sedikit kebesaran di tubuh pria mungil itu dengan jeans biru muda dan sneakers putih membuatnya semakin menggemaskan.

Bahkan seorang Choi Seungcheol dapat terpaku melihat pria mungil berada di hadapannya.

Cute’ Pekiknya dalam hati.

Dan ‘si mungil’ pun menatap ke sekeliling, mendapati Seungcheol memandanginya tanpa berkedip membuatnya tentu saja terkejut karena ada yang melihat permainan gitarnya. Wajahnya merona seiring ia mebereskan gitarnya dan Seungcheol ingin menghampirinya yang berjarak 10 meter.

“Uh!” Dan ‘si mungil’ itu segera berlari mendekati sepedahnya dan mengayuhnya menjauhi Seungcheol.

“Ah! Tunggu sebentar!” Pekik Seungcheol dan terlambat, ‘si mungil’ itu sudah berlari meninggalkannya. Ia mengumpat ‘Babo Seungcheol!’

 


 

Jihoon berlari menuju ke rumahnya dengan tergesa-gesa. Sampai didepan rumahnya, dengan napas tersengal-sengal, ibunya bertanya dengan kebingungan “Kenapa kau berlari Jihoonie? Apakah ada hantu yang mengejarmu?”

“Ah… Tidak… Hanya saja tadi saat di pantai ada yang melihatku bernyanyi… Eomma sendiri juga tau bukan bahwa aku tidak suka dilihat saat bernyanyi dengan memetik gitar…” Jawab Jihoon setelah deru napasnya tenang dengan oksigen yang sudah masuk dan keluar dari tubuhnya dengan lancar.

“Jihoonie… Faktanya bahwa suaramu sangat merdu dan kau memang sangat pintar memainkan instrumen alat musik. Sesekali bernyanyilah didepan banyak orang, bukan hanya di studiomu dan kemudian mengupload lagumu secara online. Apa yang eomma katakan salah?” Saran ibunya dan menggengam kedua tangan mungil Jihoon.

“Tap― tapi― hari ini yang melihatku bukanlah orang yang menurutku… Biasa” Sangkal Jihoon dengan wajah merah merona dan ibunya tersenyum “Memangnya kenapa kalau begitu Ji? Apa kau jatuh cinta dengannya?”

Jihoon langsung mengelak “Tidak! Bukan begitu! Aku hanya terkejut…” yang mendapat balasan senyum usil dari ibunya.

Jihoon dengan segera menuju ke kamarnya mendudukkan dirinya diatas tempat tidur yang berukuran single itu dan meletakkan gitar kesayangannya di atas pangkuannya. Memetik senarnya dengan sekilas dan menghela napasnya pelan

Pria itu…’ Jihoon menutup matanya sekilas kemudian memutuskan untuk mengarungi alam mimpinya.

 


 

Siang itu cukup terik namun tidak akan mengalahkan hawa dingin angin pergantian musim dingin ke musim semi itu dan Seungcheol kembali ke pantai Haeundae. Selangkah demi selangkah ia menelusuri hamparan pasir di pantai itu dengan tujuan untuk menemukan pria mungil yang berhasil membuatnya terpana kemarin. Entahlah… Tujuan utamanya hanya untuk ‘beristirahat’ bukannya untuk mencari jodoh.

Dimana dia?’ Tanya Seungcheol dan selangkah demi selangkah ia kembali mendengar alunan gitar dan suara merdu pria itu. Dengan cepat ia berjalan menuju ke sumber suara dan menjaga jaraknya agar pria mungil itu tidak terkejut dengan kehadirannya.

 

Time goes by
I look back on today, it seemed too long
It was short but I didn’t realize it
All the things that I passed by
I want to see the beautiful memories
That can’t be turned back

 

Jihoon terus saja bernyanyi dan Seungcheol terus menjaga jarak sambil bersembunyi darinya, berharap pria itu tidak mengetahuinya dan kabur lagi dari hadapannya. Seungcheol yang terkesan cool pun dapat menjadi seorang stalker karena pria mungil itu akan berlari lagi jika melihatnya.

Dengan pemandangan sunset yang terpampang didepan wajah Seungcheol dan Jihoon menyadarkan Seungcheol jika dia sudah disana selama tiga jam. Seungcheol menampakkan sosoknya ke hadapan Jihoon dengan terus mendekatinya. Tentu saja pria mungil itu terkejut dan berusaha untuk kabur lagi dengan tergesa-gesa namun ia tersandung batu saat ia akan berlari.

“Tunggu!” Pekik Seungcheol dan Seungcheol menangkap pria mungil itu―

Mereka berdua terjatuh. Jihoon membuka matanya dan menyadari ia berada di atas Seungcheol. Wajah manisnya menghadap ke dada Seungcheol dan tentu saja Jihoon berusaha untuk bangkit. Seungcheol masih terdiam dengan kejadian ini yang dapat ia sebut dengan… keajaiban?

Dia terlalu imut kalau begini… Bahkan aku dapat mati terkena serangan jantung karena jarak sedekat ini’ Runtuk Seungcheol dalam hatinya. Wajah Jihoon terlalu chubby dengan jarak sedekat ini membuat Seungcheol terdiam.

“eum… Maafkan aku!” Pinta Jihoon dan bangkit dari tubuh Seungcheol. Wajahnya sudah merah merona dan Seungcheol hanya tersenyum melihatnya dengan membalasnya “Tidak. Tidak apa-apa”

“Apakah kau terluka?” Tanya Seungcheol dan Jihoon hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap kebawah, terlalu malu jika ia seceroboh ini. “Tidak… Tidak apa-apa” balas Seungcheol dan kemudian bangkit dari posisi terjatuhnya kemudian mendengarkan helaan napas dari Jihoon.

“Syukurlah…”

“Kalau begitu, aku akan pulang dulu…” Pamit Jihoon dan Seungcheol menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan menatap Jihoon, mencoba untuk mengatakan sesuatu ke pria mungil itu

“Bolehkah aku mengetahui namamu?”

 


 

Jihoon terdiam di studio pribadinya dan menatap sekilas gitar kesayangannya itu. Menepuk wajahnya dengan kedua tangannya saat ia kembali teringat dengan kejadian sore itu.

 

“Namaku?”

“Ya… Namamu. Aku hanya ingin mengenalmu”

Jihoon menatap wajah tampan Seungcheol “Jihoon. Lee Jihoon”

“Nama yang bagus…” dan kalimat itu sukses membuat Jihoon merasakan adanya lompatan-lompatan pop corn yang menyerang jantungnya. Jihoon mencoba membalasnya “Dan kau?”

“Namaku? Seungcheol. Choi Seungcheol” Jihoon hanya diam mendengarnya, menunggu lawan bicaranya yang melanjutkannya, bukan dirinya.

Ini sudah hampir malam dan Jihoon tidak bergerak selangkah pun dari tempatnya berdiri. Seungcheol menghela napasnya lalu mengucapkan “Eum… Sampai besok Jihoon”

 

“Hyung… Apakah kau masih sadar?” Dino melambaikan tangan kanannya ke depan wajah Jihoon. Ia tersentak dan sadar kembali dari lamunannya.

“Kenapa?” Tanyanya heran dan Dino menggelengkan kepalanya kemudian menempelkan telapak tangannya ke dahi Jihoon “Kau tidak demam, jadi kenapa wajahmu memerah?”

“Itu hanya perasaanmu” Sangkal Jihoon dan menggaruk tenguknya itu. Dino hanya tersenyum polos “Bahkan telingamu memerah”

“Sudahlah Dino, kenapa kau tidak kembali saja?”

“Hanya datang untuk membawakan barangmu saja hyung, bahkan aku sudah mengetuk pintunya beberapa kali dan tidak ada tanggapan darimu jadi aku hanya langsung masuk”

“Memangnya kau membawa apa?” Tanya Jihoon sarkastik dan Dino tersenyum melihat hyungnya itu

“Cokelat batangan”

“Berikan kepadaku!” Pinta Jihoon dengan semangat dan Dino menggelengkan kepalanya “Dengan satu syarat”

“Apa itu?”

Dino menghela napasnya memandangi hyungnya yang sudah tidak sabar “Kau harus pulang dan beristirahat sekarang!”

Jihoon tidak menerima syarat dari adiknya “Ah… Kenapa hal itu?”

Dino mendekatkan wajahnya ke wajah Jihoon dan menangkup wajah Jihoon untuk menatapnya “Kau kurang tidur, hyung… Kemarin kau tidur jam berapa?”

“Jam tujuh malam dan bangun dua jam kemudian” Jawab Jihoon santai dan Dino bingung melihat tingkah hyungnya itu memberikan keputusan final “Hyung… Jika kau mau cokelat ini kau harus tidur”

“Kenapa―”

Dino memotong ucapan Jihoon “Kau harus tidur, jangan karena lagumu yang belum siap kau berani hanya tidur dua jam” Jihoon terdiam mendengar ocehan adiknya dan kemudian menganggukan kepalanya sebagai tanda ‘iya’ lalu menutup semua pekerjaannya. Dino hanya melihat hyungnya itu dan menunggunya agar mereka pulang bersama.

“Dino-ya! Titip salamku ke eomma-mu ya!” Pesan Jihoon saat sampai didepan rumahnya.

 


 

Haloo :') tidak disangka ff ini bakalan terbagi sama twoshoot karna bencana melanda author /eh

Ini ff jicheol saya yang pertama jadi hope you enjoy this!
thank you /lari

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Balalala1717 #1
Chapter 5: Aku jadi pengen makan muffin yang pake choco chip :< entah kenapa aku seneng kalo cheol manggil jihoon "honey" wkakak padahal yang dipanggil jihoon bukan akuu :<
swagxxo #2
Chapter 5: AAAAA LUCUUU♡♡♡
lakeofwisdom
#3
Chapter 5: udah favorite banget mah kalo jealous!jihoon hihi lucuuu ♡ akhirannya kayak dari komik miiko xD
Balalala1717 #4
Chapter 4: Ku diabetes baca nya yhaaaa manis banget gakuaaat bikin iri kyaaaa ><
Altariaaa #5
Chapter 4: Cutie parah ya Tuhaaann
lakeofwisdom
#6
Chapter 4: HUUUUUU LUCU BANGEEEET HFKSPSBHISNSN
swagxxo #7
Chapter 4: FEELSNYA YAAMPUN;^;
swagxxo #8
Chapter 3: aww cubangg! suka banget karakter hansol disiniiii. SEQUEL DONGGG tentang cerita jihoon ke seoul gituu wkwkkw
Balalala1717 #9
Chapter 3: Aaaaaaaaaaaaaaaaa so sweet hiks jihoonie lucu bangeet. Dipeyuk peyuk dedek enoon gituuu. Kalo ada sekuel nya aku bahagia bahagia ajaaa kook hihihi