Comeback Home

You & Me
Please Subscribe to read the full chapter

Hayeon’s POV

——————-

2016

Terminal Busan

Sudah enam tahun berlalu semenjak aku meninggalkan kota Busan yang aku cintai. Kota kelahiranku yang kutinggalkan sejak umurku 17 tahun karena nenekku memintaku untuk tinggal di Amerika kemudian memutuskan sekolah disana hingga mengambil gelar masterku lalu kembali pulang ke Busan. Aku benar-benar sangat merindukan Busan dan juga merindukan keluargaku, merindukan suasana rumah.

Aku memasuki bus – memberikan selembar tiket kepada kernet – mencari tempat duduk di dekat jendela. Beberapa kemudian bus ini melaju mulai meninggalkan terminal. Rintik-rintik salju seperti gerimis mulai turun perlahan-lahan menyentuh kaca jendela seperti tengah menyapaku. Sudut bibirku tertarik membentuk senyuman – telunjukku menyentuh kaca bus menyapa salju-salju yang dengan cepat mencair. Aku sedikit terkejut mendengar handphoneku bergetar. Segera kukeluarkan handphoneku dari dalam tas. Lee Tae Ran mengirimiku pesan.

Tae Ran: Eodiya?

Segera kuketik kalimat balasan untuknya.

Me: Dalam perjalanan menuju rumah.

Hanya kubalas singkat dan aku tidak sabar ingin cepat-cepat sampai rumah.

*

Beberapa jam kemudian aku sudah bersantai ria di ruang tamu. Aku duduk di ruang tamu – merebahkan tubuh di atas sofa dengan posisi kesamping – tanganku tak berhenti mengunyah camilan di dalam toples sambil menonton acara music show di inkigayo. Aku hanya sendirian di rumah. Kedua orang tuaku belum pulang dari berpergian bersama Tae Ran dan Lee Yeonhee.

Lee Tae Ran (21) adalah adik laki-lakiku yang sangat dimanja di keluarga ini. Lama tidak bertemu dengannya apakah dia masih manja seperti dahulu? Sejak aku di Amerika, mereka tidak pernah menjengukku. Lee Yeonhee (19) adalah adik paling bungsu. Dia memiliki wajah yang cantik seperti eomma dan sangat penurut. Dia selalu menuruti perkataanku. Entahlah apakah dia masih menuruti perkataanku jika kami bertemu sebentar lagi?

Tiba-tiba aku tertegun ketika melihat seseorang yang kukenal ada di layar TV. Kutegakkan tubuhku – mataku mengerjap-ngerjap melihat seorang pria berambut orange di layar kaca.

“J-ji ..Jimin?” Mendengar ucapanku sendiri aku seperti merinding mendengarnya. Tidak bisa kubayangkan bahwa pria semasa kecil yang menjadi tetanggaku itu adalah Park Jimin yang sedang ada di layar TV ku sekarang. Dan tidak kusangka-sangka lagi … Kenapa dia menjadi sangat tampan? Aku sangat mengenalnya sewaktu kecil. Dia sungguh jorok, pecicilan, kotor, dan tidak indah !

Aku sangat ingat betul bagaimana dia dulu marah mendorongku dari sepeda hingga aku terjatuh hanya karena aku tidak mau menuruti ucapannya. Waktu itu aku mengetahuinya bolos dari sekolah karena jarak usia kita hanya berbeda dua tahun. Dari SD sampai SMA kami selalu satu sekolah. Dia memintaku untuk tidak memberitahu Guru dan juga orang tuanya di rumah tapi entah kenapa aku sangat ingin mengerjainya waktu itu.

Bibi Park dan Paman Park akan sangat marah jika tahu anak laki-lakinya berperilaku seperti itu di sekolah. Walaupun aku tidak akan mengatakannya tapi dia menganggapku serius hingga dia tidak tahan denganku dan mencariku terus agar tidak mengatakannya. Kukatakan tidak mau dan aku selalu mengancamnya jika dia tidak mau menurutiku. Pada akhirnya dia selalu menuruti apa saja permintaanku seperti membuatkan PR untukku, membelikanku makanan, memandikan Lee Byong (saat itu aku masih punya anjing betina dengan bulu keriting nan lembut seperti kapas), hingga akhirnya dia sendiri tidak tahan dengan sikapku. Dia mendorong tubuhku saat bermain sepeda ketika aku menyuruhnya untuk menggoncengku. Tubuhku terluka dan sempat menangis karena sedih dia sejahat dan semarah itu padaku.

Sungguh .. masa kecil kami benar-benar memalukan. Apa dia masih ingat dengan masa kecil kami? Sepertinya dia sudah menjadi orang yang sangat baik sekarang melihat dia tumbuh sebagai idol yang terkenal sekarang. Selama di Amerika aku tidak terlalu memperhatikan idola Korea. Aku sempat mendengar dari Taeran bahwa Jimin sudah menjadi idol, tetapi … aku tidak pernah atau lebih tepatnya tidak sempat melihat seperti apa debutnya. Aku terlalu sibuk dengan sekolah dan lingkungan baruku di Amerika yang sangat menyenangkan. Apalagi aku sempat memiliki pacar waktu di kampus.

Aku mendengar suara mobil dari luar. Segera aku berlari mengintip dari balik tirai jendela melihat ibuku turun dari dalam mobil kemudian TaeRan yang disusul dengan seseorang dengan warna rambut menyala seperti warna rambut yang sama persis dengan warna rambut Jimin berwarna orange … Kulihat lagi dengan jelas ketika pria itu membalikkan badan menghadap jendela hendak bicara dengan ibuku. Pria itu … benar-benar Park Jimin ..? Kenapa dia bisa ada disini?

Author’s POV

——————–

Hayeon masih mengintip dari balik tirai. Dia mulai panik ketika tahu Taeran seperti memaksa Jimin untuk masuk ke dalam. Dia juga melihat Yeonhee adik bungsunya turun dari mobil. Cepat-cepat Hayeon bergerak siap untuk pergi dari tempatnya mengintip. Hayeon kembali ke sofa dan merebahkan diri sambil memeluk toples. Dengan cepat dia memejamkan matanya bersamaan dengan suara pintu yang terbuka pura-pura tertidur.

“Hayeon !” suara ibunya terdengar nyaring di pendengarannya.

“TV nya menyala.” Ujar Taeran langsung menemui keberadaan Hayeon yang pura-pura tertidur. Dengan jahil kaki Taeran terjulur siap membangunkan nunanya. “Nuna!” teriak Tae Ran menendang Hayeon. Hayeon terbangun dengan kesal memukul-mukul Tae Ran. Tae Ran cekikikan menghindari Hayeon.

“Yak! Apa kau sekasar ini padaku sekarang?” maki Hayeon. Tiba-tiba Tae Ran duduk disampingnya lalu memeluknya.

“Nuna, aku sangat merindukanmu. Kenapa kau semakin tua saja, hah? Apa kau terlalu sibuk belajar di Amerika? Apa kau penuh tekanan?” tanya Tae Ran yang sebenarnya lebih meledek Hayeon. Tentu saja Hayeon tidak terima di ledek seperti itu oleh dongsaengnya sendiri. Dia semakin menjadi-jadi memukul Tae Ran.

“Onnieeeeeee-yaaa” suara cempreng yeonhee terdengar. Yeonhee memeluk Hayeon. “Bogoshipoooo..” seru Yeonhee.

“Ahh naui dongsaengi nado bogoshipoyo..” Haeyeon mengeluarkan suara aegyonya. Hayeon dan Yeonhee sangat dekat walaupun mereka bertiga sangat dekat tapi Tae Ran lebih suka menjahili Hayeon tidak seperti Yeonhee yang selalu membela Hayeon ketika diganggu Tae Ran.

“Kalian kenapa berisik sekali.” protes seorang pria yang baru masuk ke dalam rumah

“Apppaaaaa.. Taeran jahat .” Hayeon berlari memeluk pria itu yang tak lain adalah ayahnya. Hayeon merengut. Pria itu mencium kening Hayeon.

“Taeran itu selalu mengeluh ingin ke Amerika untuk mencarimu. Dia sangat merindukanmu, Hayeon-ya.” ungkap tuan Lee sambil c

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet