The Bride

The Bride
Gadis itu menatap sebuah lorong panjang didepanya. Ia melangkah lesu melewati lorong itu. Rasa sepi kembali menyelimutinya saat ia merasakan angin malam yang berhembus. Ia berharap seseorang datang dan menemaninya saat itu. Tiba-tiba ia merasa seseorang mengikutinya dari belakang. Ia semakin mempercepat langkahnya. Ia merutuki dirinya dalam hati, berharap orang itu tidak akan membahayakanya. Langkahnya terhenti saat orang itu menepuk pundaknya. Dengan rasa takut ia mencoba menoleh, "maaf, sepertinya bukumu terjatuh" ucap orang itu. "Terimakasih" "Tunggu, aku akan mengantarmu pulang, bahaya jika berjalan sendirian, apa kau tidak keberatan?" tawar orang itu. Gadis itu hanya mengangguk dan menerima tawaran orang itu. Ia yakin orang itu tidak akan berbuat macam-macam. Lagipula, ia menguasai taekwondo, apa yang perlu ia takutkan? Mereka berjalan melewati lorong itu. Suasana canggung menyelimuti keduanya. Mereka terlihat menjaga jarak. "Namaku Kai, siapa namamu?" "Chansoo. Park Chansoo" "Apa kau tinggal disekitar sini?" "Iya. Aku tinggal dengan kakaku, kami baru saja pindah dari Kanada" "Wah, apa disana menyenangkan?" "Mmmm... Tidak juga, karena aku lebih menyukai Seoul. Sudah sampai, apa kau mau masuk dan minum teh?" "Terimakasih, lain kali saja, aku harus pulang" ucap Kai. Chansoo memperhatikan punggung Kai yang semakin menjauh. Tersenyum mengingat awal pertemuan mereka. Ia tidak menyadari bahwa kakaknya memperhatikan dirinya di depan pintu. Ia tersenyum menyambut kakaknya. Kai menatap buku tugasnya. Ia mengoceh saat harus mengerjakan semua soal latihan Kai menatap buku tugasnya. Ia mengoceh saat harus mengerjakan semua soal latihan yang diberikan oleh gurunya. Sahabatnya, Baekhyun, mengganggunya dengan berita akan adanya seorang murid baru. Seluruh kelas terdiam saat seorang guru memasuki ruangan dan memperkenalkan seorang siswi kepada murid-muridnya, "Chansoo-ya, kau boleh duduk disamping Yeojin" guru itu menunjuk sebuah bangku disebelah Yeojin. Chansoo sedikit terkejut saat melihat Kai ada di dalam kelas itu. Ia berjalan menuju tempat duduknya. Yeojin mengulurkan tanganya, menyambut Chansoo dengan ramah. Ting tong ting..... Ting tong ting...... Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Kai segera keluar meninggalkan ruang kelasnya diikuti Baekhyun yang terlihat sedang tergesa-gesa. Baekhyun mengoceh saat Kai meninggalkanya. Ia terpaksa pulang sendiri. Baiklah, tidak apa-apa, pikir Baekhyun. Lagipula rumahku tidak terlalu jauh, pikirnya. Chansoo kembali berjalan melewati lorong itu, tempat dimana Ia bertemu dengan Kai. Entah mengapa, ia berharap Kai ada saat itu. Harapannya tidak sia-sia. Dari arah belakang, muncullah Kai dengan sepedanya yang berwarna biru, "naiklah, aku akan membawamu ke negeri dongeng" ucap Kai tersenyum. Mereka bermain air seperti anak kecil di taman kota Seoul. Chansoo terlihat sangat gembira mengingat ia tidak pernah melakukan hal seperti itu selama di Kanada. Chanyeol tidak akan membiarkanya bermain dengan air seperti itu. Seperti anak kecil, kata Chanyeol. Namun dibalik itu semua, Chanyeol hanya tidak ingin Chansoo jatuh sakit. Chanyeol adalah seorang kakak yang penuh kasih sayang dan perhatian. Chansoo mengistirahatkan tubuhnya disebuah kursi. Lelah, namun menyenangkan. Ia mengajak Kai pulang saat waktu menunjukan pukul 03:00 sore. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Kai mengantarnya pulang dengan menggunakan sepeda. "Hmmm... Sepertinya kau sudah mempunyai teman spesial" goda Chanyeol. "Bukan begitu, aku hanya...." jawab Chansoo kikuk. "Sudahlah, cepat mandi dan istirahat" kata Chanyeol. Chansoo mengangguk. Ia berjalan menuju kamarnya dan kembali tersenyum. Apa aku masih waras? Gumamnya. Baekhyun menatap Kai tajam. Ia mengintoregasi sahabatnya dengan pertanyaan tentang Chansoo. Akhirnya, ia tahu bahwa Kai telah jatuh cinta pada gadis Kanada itu. Baekhyun menyemangati Kai untuk mengungkapkan perasaanya pada Chansoo karena Kai merasa ini terlalu cepat, "kalau begitu, biar aku saja yang menjadi kekasihnya, kau payah Kai-ya" omel Baekhyun. Kai segera menutup mulut Baekhyun saat ia mendengar omelan itu. Ia menahan tawa saat melihat ekspresi wajah Baekhyun yang terlihat seperti ikan koi. Sangat lucu. Baekhyun kembali cerewet saat melihat Chansoo memasuki ruang kelas. Ia mendorong Kai untuk maju dan mengungkapkan perasaanya. Kai merasa kikuk berada didepan Chansoo. Gadis itu menatapnya heran. Kai mendekati Chansoo, membisikan sesuatu, "Saranghae, aku mencintaimu". Chansoo membulatkan matanya sempurna mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Kai. Pipinya merona merah, ia tersipu malu. Apakah Kai benar-benar tulus mengucapkannya? Atau ia hanya main-main? Seluruh kelas menatapnya saat ini, menantikan sebuah jawaban dari dirinya, begitu juga dengan Kai. Ia memberanikan diri untuk menatap mata Kai. Mata itu terlihat begitu teduh, Kai tidak main-main, ia bisa merasakan ketulusan itu. Ia tersenyum dan membisikan sesuatu pada Kai, "Nado, Saranghae". Hubungan mereka begitu manis. Begitu banyak kenangan yang mereka ukir hingga kisah cinta mereka berlangsung selama 4 tahun sejak mereka lulus dari sekolah tinggi Seoul. Kai terlihat gelisah, ia berjalan kesana-kemari sambil menatap jam tangannya. Merasa seperti sesuatu akan terjadi. Suasana hatinya sedang kacau. Ia mengacak-acak rambutnya dan sesekali menarik napas yang panjang lalu menghembuskanya. Pandanganya tiba-tiba tertuju pada seorang gadis yang sedang memasuki pintu kafe, Chansoo. Astaga, melihat gadis itu justru membuatnya menangis. "Oppa, mengapa kau menangis?" tanya Chansoo. "Maaf, aku benar-benar minta maaf" ucap Kai lirih. Ia tidak sanggup untuk menatap wajah gadis itu. Mukanya tenggelam bersama tangisannya. Apa yang harus ia lakukan? Ia merasakan beban berat jatuh di dadanya, sangat berat. Ia menatap Chansoo dengan sisa airmatanya. "Chansoo-ya, kita harus berpisah" ujarnya. Chansoo menatap lekat mata Kai, seolah sedang mencari jawaban bahwa ia hanya salah dengar. Mencoba untuk yakin bahwa Kai hanya bercanda. Namun, ia tidak menemukan semua jawaban itu. Ia tahu, Kai memang tidak bercanda. Ia menahan airmatanya, rasa sesak itu menghampirinya saat ia tidak mampu untuk mengucapkan sepatah kata apapun. Ia berusaha untuk tegar, namun hatinya telah rapuh. Ia berusaha untuk tetap percaya, namun keyakinan itu telah runtuh. "Ne, oppa. Aku tidak berhak untuk tetap memilikimu" ucap Chansoo. Ia melangkah pergi. Airmatanya terjatuh saat ia keluar dari kafe itu. Semua kenangan itu, kini hanya menjadi sebuah kenangan yang tidak bisa terulang kembali. 2 Bulan kemudian Pernikahan itu begitu meriah dengan tamu undangan yang hadir. Sebuah lagu berjudul Propose milik Kangta mengiringi pesta itu. Sang mempelai wanita terlihat bahagia berada disamping sang mempelai lelaki. Keduanya berjalan menuju altar untuk mengucapkan janji suci pernikahan. Sang pendeta telah memberkati mereka, kini mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri. Diluar gedung itu, terlihat seorang gadis berdiri dengan sebuah hadiah ditanganya. Ia tersenyum meski penglihatanya sedikit kabur. Bukan karena matanya bermasalah, namun karena airmata. Ia bisa merasakan kebahagiaan kedua mempelai meski hatinya sedang meraung, mengatakan bahwa ia cukup sakit.
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet