proposal

Propose

-2PM-

 

"Saengil Chukae Hamnida, Saengil Chukae Hamnida, Saranghaeyo Minjun-ssi, Saengil CHukae Hamnida..."


 

Suara nyanyian berasal dari sebuah ruangan kecil di salah satu bar ternama di kota Seoul. Ruangan gelap yang hanya berpenerangan 2 buah lilin berbentuk angka 25 itu diisi oleh 5 orang yang pekerja di bar tersebut.

 

Wooyoung, salah satu pria yang membawa kue ditangannya berseru, "Hyung, cepat tiup lilinnya..."

 

"Make a wish dulu hyung," Ucap pria bermata sipit yang berdiri disebelah Wooyoung.

 

Laki-laki berambut gelap itu menundukkan kepalanya, menangkupkan kedua tangannya di depan dada seperti orang yang sedang berdoa. Namun ia tidak berdoa, ia tidak percaya pada Tuhan atau siapapun sejak 15 tahun yang lalu. Ia hanya percaya pada dirinya sendiri.

 

Suara tepuk tangan riuh memenuhi ruangan beberapa detik setelah Minjun, laki-laki yang berulang tahun, meniup lilin kue ulang tahunnya.

 

"Aigoo, uri Jun .K sudah bertambah dewasa." Changmin, manager di bar itu, mengacak-acak rambut Minjun gemas.

 

"Hyung, ini hadiah dari semua personil GOT7..." Laki-laki berambut pirang mendekati Minjun untuk memberikan bungkusan kecil.

 

Minjun tersenyum menerimanya lalu menggoyang-goyangkan bungkusan itu, "Gomawo JB, hm... Isinya ringan sekali, jangan-jangan kalian memberiku pulpen dan buku seperti hadiah natal kalian 2 tahun yang lalu..."

 

JB tidak tersinggung dengan kata-kata hyung nya yang paling ia hormati itu, ia hanya tertawa kecil sambil berkata, "Tenang saja hyung, hadiah kami kali ini sangaaaat bagus. Kau pasti akan sangat menyukainya."

 

Belum selesai Minjun berbicara dengan JB, si kembar Junho-Wooyoung melempar krim kue tepat ke kepala Minjun. "Happy Bornday hyungdeul!"

 

"YACK, KALIAN BENAR-BENAR!!!!" Minjun refleks mengambil kue yang ada di depannya asal, lalu melemparnya ke arah Wooyoung namun tidak kena. Lemparan Minjun malah mengenai baju belakang Changmin. Dalam beberapa menit, kelima orang tersebut saling melempar kue satu sama lain. Baju mereka yang biasanya rapi dan bersih tanpa adanya lipatan satupun, kini berubah menjadi lengket, penuh dengan krim.

 

"Sudah-sudah, waktunya untuk kembali bekerja..." Changmin menginterupsi Junho dan Wooyoung yang baru saja ingin melempar kue ke arah JB yang sudah penuh dengan krim.

 

"Hyung, kau ini benar-benar tidak asik." Celetuk Junho.

 

JB membersihkan krim yang ada di baju hitam nya dengan tissue. Ia membuka handphone di saku nya, "Gawat, mereka sudah di depan sejak 15 menit yang lalu. Aku pergi dulu hyung."

 

"Aku juga akan kembali ke meja depan, kalian cepatlah bersiap-siap. Sebentar lagi tamu-tamu spesial biasa berdatangan..." Seru Changmin yang juga sedang membersihkan dirinya bersama JB.

 

"Aku lelah hyung, bisa aku bertukar shift dengan Junho?" Tanya Wooyoung polos.

 

"Enak saja, memangnya aku mau bertukar shift denganmu." Sahut Junho sebelum Changmin menjawab Wooyoung.

 

"Kau harus mau."

 

"Kenapa aku harus?"

 

"Karena aku hyungmu."

 

"..."

 

"Junho?"

 

"..."

 

"Kau mau kan bertukar shift denganku..??" Wooyoung kini mengeluarkan aegyonya, sifat manjanya mudah sekali terlihat jika sedang menginginkan sesuatu.

 

"Shiro! Aku tidak mau berurusan dengan om-om Thailand beralis tebal itu." Tolak Junho tanpa melihat ke arah Wooyoung.

 

"Ayoolaaaah, aku lelaah sekali hari ini... Lagipula kau hanya perlu menemani Nichkhun mengobrol selama 2 jam saja. Ia tidak akan macam-macam denganmu." Bujuk Wooyoung.

 

"Hyung, apa kau tega menjadikan dongsaengmu yang keren satu-satunya ini sebagai umpan bagi lelaki tua yang kaya raya?" Junho berbalik menghadap Wooyoung, menepuk pundaknya dan berkata sakartis.

 

"Nichkhun tidak setua itu, umurnya masih 24 tahu." Bela Wooyoung.

 

"Tetap tidak mau, alis tebal nya sangat tidak proporsional. Tidak tampan sama sekali, tidak ada yang bisa kunikmati kalau aku bersamanya." Tolak Junho.

 

Changmin memukul kepala Junho pelan, "Jangan menjelek-jelekkan klien! Kau harus profesional Junho-ya, dan jangan pernah menikmati klien. Merekalah yang seharusnya menikmati pelayanan kalian." Tegur Changmin.

 

Minjun mengambil tempat duduk agak jauh dari Junho, Wooyoung dan Changmin. Menghiraukan debatan mereka bertiga yang pastinya tidak ada habisnya.

 

Sudah 10 tahun ini Minjun bekerja di bar 'Hottest' sebagai DJ. Bersama teman-temannya, ia berhasil melupakan segala penderitaan yang menjadi masa lalunya yang paling kelam. Changmin adalah yang tertua diantara mereka. Umurnya hampir 30, namun ia masih melajang. Bukan karena tidak ada wanita yang mengejarnya, hanya saja ia punya trauma terhadap wanita yang membuatnya sulit mempercayai mahluk Tuhan yang satu itu. Changmin adalah orang yang menolongnya dari kegelapan, membawanya ke bar 'Hottest' untuk bekerja, juga mengenalkannya pada dunia baru yang lebih baik dari dunianya yang sebelumnya.

 

Junho dan Wooyoung adalah pelayan kelas 1 di bar, mereka hanya melayani pelanggan VVIP dan juga beberapa pelanggan yang mereka pilih sendiri. Keduanya memiliki wajah yang tampan sekaligus imut. Mau tidak mau, Minjun mengakui bahwa keduanya memiliki pesona tersendiri untuk menarik perhatian baik kepada lawan jenis maupun yang sejenis. Minjun pernah mendengar dari Changmin bahwa masa lalu Wooyoung dan Junho lebih kelam daripada masa lalunya, namun tingkah laku mereka hampir tidak pernah menunjukkannya, tidak seperti dirinya.

 

Laki-laki berambut pirang yang sudah keluar dari ruangan tersebut sudah seperti adiknya sendiri. Selama ini, Minjun tinggal bersama Changmin dan juga JB di sebuah flat kecil. JB juga salah satu anak yang diselamatkan Changmin dari kerasnya kehidupan jalanan. Saat ini ia menjadi leader sekaligus main vocal dari band bernama 'GOT7', salah satu band yang selalu perform di bar 'Hottest'.

 

Minjun sangat bersyukur dengan kehidupannya saat ini. Kehangatan yang bisa ia rasakan selama ini berasal dari sahabat-sahabat baiknya tersebut. Namun masih ada satu lubang kosong yang mengganjal dalam hati Minjun. Namjachingunya.

 

Enam bulan yang lalu, Minjun mulai berpacaran dengan Taecyeon, pengusaha muda yang sempat menjadi pelanggan pertama dan satu-satunya Minjun. Pertemuan Minjun dan Taecyeon merupakan suatu ketidaksengajaan. Malam itu Minjun hanya menggantikan tugas Junho yang sedang sakit untuk melayani pelanggan, dan saat itu lah ia bertemu Taecyeon yang sedang mabuk.

 

Minjun masih teringat dengan jelas bagaimana pertemuan mereka. Setiap sentuhan yang diberikan Taecyeon memabukkannya. Minjun yang selama ini tidak pernah melayani pelanggan justru berakhir sampai diatas Kasur, yang bahkan belum pernah dilakukan Junho ataupun Wooyoung.

 

Siapa yang sangka ternyata Taecyeon adalah seorang yang begitu baik dan bertanggung jawab. Saat keduanya terbangun di pagi hari, Taecyeon menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Minjun artikan.

 

“Apa kau baik-baik saja? Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap dirimu.”

 

Hanya dua kalimat itu yang dikatakannya dan semenjak saat itu keduanya sering bertemu. Mulanya Minjun hanya bermain-main. Ia tidak begitu peduli dengan apa yang sudah dilakukan Taecyeon terhadap dirinya. Ia pernah mengalami yang lebih parah daripada ini. Ia hanya mengikuti alur yang terjadi disekitarnya, tanpa ia tahu ia sudah terseret terlalu jauh.

 

Mata minjun menatap layang ke pintu depan bar yang selalu tertutup. Hari ini hari ulang tahunnya, tapi Taecyeon tidak menghubunginya sama sekali.

 

“Hyung, kau benar pacarnya Minjun-hyung?” Tanya Wooyoung lima bulan yang lalu, saat Taecyeon pergi ke bar untuk menemui Minjun.

 

Taecyeon mengangguk dan sejak saat itu semua orang di bar menganggapnya demikian.

 

Minjun tersenyum miris. Ia dan Taecyeon memang sangat dekat layaknya sepasang kekasih. Tapi tak pernah sekalipun keduanya mengucapkan kata cinta. Mereka berdua tidak pernah membicarakan mengenai hubungan mereka sendiri. Meski begitu, keduanya saling mengisi satu sama lain.

 

Walau keduanya tak mau mengakui apapun, orang-orang disekitar mereka bisa melihatnya. Keduanya seperti pusat gravitasi satu sama lain. Saat mereka bersama, gerakan mereka terlihat begitu alami satu sama lain.

 

“Hyung, kemarilah…” Panggil Junho dari ujung koridor bar.

 

Minjun menggelengkan kepalanya dengan keras. Berusaha menghilangkan lamunannya, lalu ia berjalan dengan malas kearah ruangan tempat Junho berada.

 

Minjun terkesiap melihat ke dalam ruangan yang biasanya digunakan sebagai ruang dansa kini berubah. Tempat yang biasanya ramai itu sekarang terlihat kosong. Semua lampu-lampu yang biasanya kedap-kedip menerangi ruangan kini padam. Hanya ada penerangan dari lilin yang berjejer membentuk suatu jalan menuju seseorang. Nafasnya tertahan melihat sosok tersebut.

 

Taecyeon berdiri ditengah-tengah ruangan mengenakan jas berwarna hitam.

 

“Taec?” Minjun berjalan pelan menghampirinya.

 

Meski penerangan ruangan terbatas, namun dari dekat Minjun bisa melihat dengan jelas betapa merahnya muka Taecyeon. Matanya menghindari tatapan Minjun selama beberapa saat.

 

“A-Ada apa ini?” Tanya Minjun kikuk.

 

Taecyeon mengeluarkan sebuah kotak dari saku jasnya.

 

“Selamat ulang tahun…” Ucapnya dengan cepat.

 

Minjun tidak mendengar kata-kata Taecyeon, ia hanya memperhatikan gerak bibirnya.

 

“Kau paling mengerti diriku. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Apakah kau mau bersamaku selamanya?” Kata-kata Taecyeon terdengar seperti hafalan.

 

Minjun menaikkan sebelah alisnya. Ini bukan seperti Taecyeon yang biasa ia kenal.

 

“Apa kau salah makan Taec?” Tanya Minjun sambil menahan tawanya.

 

Telinga Taecyeon bertambah merah mendengar tawa yang keluar dari mulut Minjun.

 

“Aish, Udong bodoh. Sudah kubilang kata-kata itu sangat aneh…” Gerutu Taecyeon.

 

Tawa Minjun bertambah keras melihat ekspresi malu Taecyeon. Setelah tawanya reda, ia membuka kotak kecil yang diberikan Taecyeon. Kotak itu kosong dan hanya berisi sebuah tulisan kecil ‘can I be yours?’.

 

“Apa kau tak suka hadiahku?” Tanya Taecyeon sambil memperhatikan Minjun yang terdiam memandangi isi kotak yang ia berikan.

 

“Aku memang tidak pintar memilih hadiah tapi kuharap ini sesuai denganmu…” Ucap Taecyeon lagi sambil menggaruk kepalanya.

 

“Kotak ini kosong Taec.” Ucap Minjun bingung.

 

Taecyeon menggeleng pelan, “Tidak, disitu terdapat hadiah dariku untukmu.”

 

“Lihatlah-“

 

Minjun membalikkan kotak itu agar Taecyeon bisa melihatnya. Tapi Taecyeon memotongnya.

 

“Hadiah itu adalah aku…” Ucap Taecyeon malu-malu.

 

Taecyeon berlutut dihadapan Minjun, mengulurkan tangannya kedepan dengan posisi seseorang yang mengajak berdansa.

 

“Bisakah aku menjadi milikmu selamanya?”

 

Tangan Minjun meraih tangan Taecyeon. Senyum lebar terpampang di wajahnya. Saatnya telah tiba. Itulah yang ia pikirkan. Seakan lembaran baru terbentang dihadapannya, menutup masa lalunya yang kelam.

 

“Tentu saja Taec.” Jawab Minjun dengan kebahagiaan yang terdengar jelas di setiap pengucapannya.

 

Senyuman kebahagiaan yang sama juga terpampang di wajah Taecyeon. Ia berdiri menghadap Minjun, lalu mengecup dahinya lembut.

 

“I love you…”

 

“I love you too…”

 

-2PM-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mpreggoland
#1
Chapter 1: omg! it's rarely to read TaecSu's find...thanks for making it~
this is so great! *thumbs up* ^^
mannuel_khunyoung
#2
Chapter 1: Wow. Kenapa aku gak tahu nih ff thor? What a great ff!
poisoncheecks
#3
Chapter 1: aweeee taec is just so sweet :3