PROLOG (GEDUNG TUA VALLEM)

GEDUNG TUA VALLEM

GEDUNG TUA VALLEM

Seorang remaja laki-laki tampak berjalan dengan tergesa-gesa. Kacamata berbingkai ungu terangnya sesekali melorot dan membuat sang empunya berjalan sedikit terhuyung. Derap langkahnya menggema ketika sepasang kakinya berlari menaiki tangga. Sejenak remaja itu berdiam untuk sekedar menghirup udara segar. Mengisi paru-parunya yang sempat kosong karena kegiatan berlarinya yang tak terkendali.

Langkah tegapnya berhenti di depan sebuah ruangan berpintu kaca. Papan nama yang terbuat dari besi menggantung di samping pintu--Hunter Club. Dengan ragu remaja itu membuka dan memasuki ruangan berpintu kaca.

"Hai Eqi! Darimana saja kau?" Leonard menepuk pelan punggung temannya yang baru datang.

"Kau? Membawa apa?" Remaja dengan buku besar ditangannya menatap intens temannya sekaligus anggota termuda dari perkumpulan ini.

"Ng...Maafkan aku kawan." Suara remaja berkacamata yang bernama Equador itu terdengar seperti bisikan.

"Loh, ada apa? Memangnya kau berbuat salah kepada kami?" Leonard kembali bertanya dengan nada heran.

"Kalian harus lihat apa yang kutemukan di gudang belakang." Equador mengulurkan tangan kanannya dari balik saku jaketnya.

"Apa ini?" Eilyc--ketua klub mengambil kertas usang dari tangan Equador dan menelitinya.

"Ini peta ya?" Simon--wakil ketua klub menatap heran garis-garis pada kertas usang tersebut.

"Ya. Peta tempat paling menakutkan yang ada di Vallem." Equador berkata lirih kepada temannya yang tengah menatap tak percaya.

"Aku rasa ini bukan hal baik Eilcy." Remaja yang memiliki warna kulit agak gelap dibanding teman-temannya ini angkat bicara.

"Aku setuju dengan Kieve. Lebih baik kita kembalikan kertas ini ke tempat semula." Suara Simon terdengar penuh penekanan di akhir kalimat.

"Tunggu. Kalian selalu saja mengambil keputusan tanpa melibatkan kami." Iris hijau Leonard memandang Equador sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Apa maksudmu, Lee?" Eilyc--remaja berwajah tirus dengan iris mata berwarna biru menatap bingung teman sekaligus adiknya ini.

"Benar yang dikatakan Lee, setidaknya tanyakan dulu pendapat kami." Suara Equador yang semula lirih berganti jadi tinggi.

"Katakan dengan jelas. Sebenarnya apa yang kau inginkan dari kertas usang ini?" Eilcy menatap tajam adik temannya sembari meletakkan buku besarnya di meja dengan suara yang sengaja dibuat untuk menggertak lawan bicaranya.

"Kita harus mendatangi tempat ini. Aku yakin peta ini benar." Equador berkata lantang, tak lupa memandangi satu-persatu temannya berusaha meyakinkan.

 

tbc....

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet