Marry You?? Are You Crazy?? (Part 1)

Description

Title : [SERIES] Marry You?? Are You Crazy?? (Part 1)

Author : Chuyleez

Rating : 13+

Genre : Romance, Teen, Marriage Life, Comedy (maybe)

Cast : Lee Donghae, Jung Na Yoon (OC) , Lee Sungmin

Length : Series

Annyeong readers, ini ff pertama yang aku kirim di sini. Sebenarnya FF ini udah pernah aku post di Kyuyoung Shipper Indo. Klo readers KSI pasti tahu FF-ku (#Kepedean). Nah disini aku ganti jadi versi Donghae dan OC. FF ini murni dari imajinasiku, jadi kalau ada kesamaan cerita tolong mention ke twitter-ku di @chuyleezluvsuju or facebook-ku di Andria Chuyleez Minoz (promosi hehehehe….). Udah deh ga usah bnyak cuap cuap (?)Hope You Like It… ^^

 

***

 

Musim semi yang indah di Gwangju. Hawanya menyenangkan hingga banyak orang yang menyukainya. Seakan-akan semua kebahagiaan tercipta dengan datangnya musim semi.

“Yoongie ah.. Tunggu aku..!!”kata seorang anak laki-laki yang terlihat lelah mengejar sahabatnya

“Kau lelah yah?Padahal baru sepuluh menit berlari kau sudah kelelahan seperti itu…”kata gadis yang di panggil Yoongie itu tersenyum.

“Perutku sakit sekali… Kita istirahat dulu yah?”pinta laki-laki itu terengah-engah.

“Baiklah….” Mereka duduk di tepi jalan.

Yeoja itu memperhatikan gerak-gerik sahabat yang sudah dikenalnya sejak kecil. Dia perhatikan dengan seksama.

“Wae ?”tanya namja itu heran.

“Lee Sungmin, kau sudah tumbuh jakun yah? Itu lehermu menonjol.”

Sungmin terlihat canggung mendengar ucapan sahabatnya itu. “Kenapa kau perhatikan itu? Dasar… Aku ini kan sedang pubertas, sama sepertimu… Kau juga…” Sungmin menghentikan perkataanya dan memperhatikan sahabatnya dengan seksama.Kemudian memalingkan wajah dan tersenyum malu. “Itumu semakin besar…”Lanjutnya.

Wajah gadis itu memerah. “Mwo ?Kau perhatikan juga? Dasar kau ini?” gadis tersenyum malu.

Gadis itu tak pernah merasa canggung dengan Sungmin.Baginya, Sungmin adalah bagian dari dirinya.Sejak kecil sampai saat ini mereka selalu bersama.

“Yuk kita pulang…”Ajak gadis itu

“Jalan saja yah… Yoongie…”Rengek Sungmin mengeluarkan aegyo-nya

“Ih, dasar manja.”ejek Na Yoon

“Aku cuma bisa bermanja denganmu…”

Sungmin menggandeng lengan sahabatnya itu. Mereka melangkahkan kaki meninggalkan jejak kenangan perjalanan persahabatan mereka yang erat, sedikit tersapu dedaunan yang mengering.

 

***

 

Tumpukan map dan buku-buku yang memenuhi meja di sebuah ruang kerja seorang Direktur Muda. Terlihat seorang lelaki muda yang menatap kosong tumpukan buku-buku itu.

Dia melamun lagi.Dalam bayangannya, duduk seorang anak laki-laki kecil yang kesepian.Anak kecil itu membaca buku-buku tebal.

“Kau harus jadi anak pintar… Kau harus membantuku… aku sudah tua…” pinta seorang lelaki tua pada anak kecil yang merupakan pemuda itu 10 tahun lalu.

Di lain waktu, anak laki-laki itu memandang sedih anak seumuranya yang sedang bermain bola.

“Donghae… Eodiga?”tanya salah satu anak yang sedang bermain bola

“Aku mau pergi ke tempat les.”jawab Donghae kecil sembari menunduk.

Langkahnya tetap pergi tetapi pandangannya tak lepas dari anak yang sedang bermain bola.Dia memandang sedih.

“Kau ini siswa pintar… Karena itu kau pasti bisa menyelesaikan sekolahmu lebih cepat daripada temanmu yang lain… Kau harus cepat lulus supaya bisa menggantikanku …” Pinta laki-laki tua itu lagi pada Donghae saat dia SMP.

Dia menghapus ingatanya yang menyedihkan itu.

“Aku… Aku bisa lalui semua ini..” katanya yakin.

Tak lama seorang laki-laki datang menemuinya.

“Jeosonghamnida Sajangnim, anda sudah ditunggu di ruang meeting.”

“Iya aku akan segera kesana.”

Dia bangkit dan meninggalkan semua ingatanya akan masa lalunya.

 

***

 

“Onnie…. Aku pulang…”kata Na Yoon sesampainya di rumah

“Bagaimana sekolahmu hari ini?”tanya gadis yang dua tahun lebih tua dari Na Yoon itu tersenyum

“Menyenangkan… Tapi Shin Donghee sangat menyebalkan, tapi tetap saja dia selalu kalah dariku.”Na Yoon membanggakan dirinya.

“Anak yang berbadan besar itu?”

“Iya siapa lagi?” Mereka tertawa bersama. Na Yoon memandang Onnie-nya sambil tersenyum. “Onnie pasti lagi senang.”

“Darimana kau tahu?”

“Onnie tak berhentinya tersenyum… Dan hari ini Onnie ramah sekali.”

Onnie yang bernama Jung Na Ri itu tersenyum.”Barusan Jung Soo Oppa menelponku.”

“Benarkah??Bagaimana kabarnya?”

“Dia sedang mulai latihan terbang… Aku senang dia menelponku… Aku tidak sabar menunggu dia pulang.”

Tiba-tiba terdengar suara pecahan piring dari sebuah kamar.

“HARABOJII….!!!”

Keduanya bergegas ke kamar Haraboji.Terlihat Haraboji kedua gadis ituterjatuh dari tempat tidur dengan mulut mengeluarkan darah. Mereka segera membawa kakek ke rumah sakit.

“Dia harus segera di operasi. Dia tidak akan bisa bertahan lebih dari seminggu jika tidak lekas di operasi. Silakan urus administrasinya dulu.”Kata dokter pada Na Ri dan Na Yoon. Kedua kakak beradik itu terlihat lemas.

“Onnie.. Ottokkaji …..??”Na Yoon menangis.

Tiba-tiba Na Ri berlari pergi.

“Onnie oediga?”tanya Na Yoon.

Na Ri tetap melanjutkan langkahnya tak peduli pertanyaan yeodongsaeng-nya.Na Yoon memandangi Haraboji yang terbujur lemah di atas ranjang.

“Haraboji…”Tangis Na Yoon.

 

***

 

Na Ri mendatangi sebuah rumah besar dan mewah dengan berbekal kartu nama yang dipegangnya.

“Jika kau membutuhkan sesuatu, jangan sungkan-sungkan meminta bantuanku, aku akan membantumu..” Na Ri ingat perkataan seorang lelaki kepada Haraboji 12 tahun lalu.

Na Ri menunggu orang yang dicarinya dengan perasaan gundah.Tak lama muncul seorang lelaki tua yang dicarinya itu.

“Ada apa kau mencariku?”tanya laki-laki itu.

“Apakah anda Tuan Lee Jae Hyuk?”

“Ne, nugu?” Kata Lelaki tua itu ramah

“Joneun Jung Na Ri imnida , cucu kandung Jung Tae Sung dari Gwangju. Dulu kita pernah bertemu 12 tahun lalu saat aku masih berumur 7 tahun.”

“Aku ingat, ada apa kau mencariku nak?”tanya lelaki itu ramah.

“Haraboji sedang sakit keras. Aku ingin memohon bantuanmu Tuan…” Na Ri menangis dihadapan lelaki itu.

“Tenanglah nak, ceritakan padaku apa yang terjadi dengan Tae Sung.”

“Haraboji harus segera dioperasi.Sedangkan uang yang dibutuhkan untuk itu sangat besar. Bukankah dulu kau pernah mengatakan jika kami butuh bantuan kami harus menemuimu? Dan hari ini aku datang untuk memohon padamu..” Na Ri tak kuasa menahan kesedihanya.

“Bawa aku padanya nak..”

 

***

 

Na Yoon memegang tangan kakeknya erat. Kenapa tangan kakek dingin sekali,pikirnya.

“Pakai ini…”Sungmin membawa air hangat dalam baskom seolah bisa membaca fikirannya.”Kompres tangannya…”

“Haraboji pasti kedinginan.”Kata Na Yoon sambil mengompres tangan kakeknya. Haraboji menggerakkan tanganya perlahan. Na Yoon terkejut. “Haraboji.”Panggil Na Yoon riang.

“Na Yoon~ah.”jawab Haraboji terbata-bata.

“Aku senang kakek sudah sadar.”

Tak lama Na Ri datang membawa Lee Jae Hyuk. Jung Haraboji memandangi sahabat lama yang datang menjenguknya. Kemudian kedua orangtua itu berpelukan.

“Kenapa baru sekarang kau menghubungiku?Aku bisa membantumu kapan saja, kenapa kau seperti ini?Kau anggap apa aku?”Kata Lee Haraboji menangis.

“Jae Hyuk… Sudahlah jangan seperti itu, aku baik-baik saja.”

“Pokoknya malam ini juga kau akan dioperasi. Dan setelah itu kau akan kubawa ke Jerman untuk perawatan. Kali ini kau jangan menolak yah… Aku akan urus administrasinya dulu…”

Lee Haraboji pergi. Jung Haraboji hanya diam dan pasrah.

“Na Ri~ah… Na Yoon~ah.”panggil Jung Haraboji pada kedua cucunya.

Na Ri dan Na Yoon mendekat.

“Maukah kalian membantuku ?”

“Kami akan selalu ada disini … Kami akan menurut apa yang Haraboji inginkan..”

“Aku telah menjodohkan Na Ri dengan cucu Lee Haraboji, tapi 3 bulan lagi setelah Jung Soo pulang, kalian akan segera menikah, aku ingin membalas jasa apa yang Lee Haraboji berikan pada kita hari ini...”

Na Ri dan Na Yoon saling pandang memandang.

“Tidak ada jalan lain. Na Yoon maukah kau menggantikan posisi onnie-mu?”

“Mwo??Haraboji, aku masih sekolah, aku masih 18 tahun..”

“Tapi usiamu sudah cukup untuk menikah, kita tidak punya apa-apa untuk membalas kebaikan Lee Haraboji.Apa kau ingin membatalkan pernikahan Onnie-mu? Bukankah kau yang menjodohkan Onnie-mu dengan Jung Soo?”

“Tapi…”

Haraboji terbatuk-batuk lagi. Semua orang merasa khawatir.

“Baiklah, aku akan menuruti keinginan Haraboji…” Na Yoon pasrah dan mulai meneteskan air mata. Sungmin menenangkan sahabatnya yang masih terus menangis. Lee Haraboji memandang sedih dari celah pintu yang kecil.

 

***

 

Lee Haraboji membawa Na Yoon ke rumahnya.

“Setelah Jung Haraboji dibawa ke Jerman, kau akan tinggal disini supaya kau tidak kesepian.”

Na Yoon tersenyum kecil. Dia memandangi rumah besar yang akan dia tempati setelah Jung Haraboji dirawat di luar negeri. Begitu juga setelah dia menikah nanti.

Donghae melamun sambil memainkan jari dengan memutar globe.Terngiang di telinganya perkataan Lee Haraboji tadi siang.

“Mwo?Menikah? Kek, walaupun aku sudah bekerja, tapi aku masih 18 tahun…”

“Ini yang terbaik untukmu. Supaya kau tidak kesepian seperti ini… Gadis itu juga 18 tahun sama sepertimu… Namanya Jung Na Yoon…”

Donghae memandangi Lee Haraboji. Kemudian menunduk lagi.

“Dia masih SMA, aku akan menyekolahkannya di Cheonsi School walaupun dia sudah menikah.”

“Baiklah… Aku akan menuruti keinginanmu… Aku kan tidak pernah membantah … Hidupku sudah diatur, bagai robot yang tidak bisa apa-apa.”

Donghae mengangkat kepalanya dan memancarkan senyum sinisnya.

“Terserah apa yang kau katakan. Aku melakukan ini untuk kebaikanmu.Kau adalah pewaris tunggal Cheonsi Group. Kau harus ingat itu.”

Lee Haraboji meninggalkan Donghae sendiri. Lee Haraboji seakan menyadari arti senyum sinis Donghae. Senyum sinis itu memudar.Berganti wajah kesal penuh kebencian.Donghae mengepalkan tangannya dan memukul meja sekeras mungkin.

 

***

 

Na Yoon mengepak pakaianya ke dalam koper.Dia terlihat sangat sedih.

“Kau benar-benar akan pergi?”tanya Sungmin

“Iya, ini demi Haraboji…”

“Kau mau meninggalkanku disini sendiri?”Sungmin memandang Na Yoon dengan penuh kesedihan.

Na Yoon menoleh ke arah Sungmin yang duduk di sisi ranjangnya. “Kau ini kan sudah besar?Kenapa seperti itu?”

“Kau yang akan pergi, kenapa aku tidak boleh sedih… Aku akan kesepian tanpamu…”

“Sungmin ah~, walaupun aku tinggal disana, kita masih bisa bermain bersama..”

“Tapi kau jauh… Dan kau… Akan menikah dengan orang lain… Bukankah aku suamimu?”

“Itu kan waktu kita masih kecil.”

Sungmin memeluk Na Yoon. Na Yoon tak kuasa menahan kesedihanya.

“Jangan buat aku seperti ini… Aku jadi cengeng karna kau…”Na Yoon menangis.

“Kau jangan pergi…”Sungmin terisak.”Cuma kau yang mau bersahabat denganku.”

“Siapa bilang?? Sahabatmu itu banyak…”

“Tapi tidak seperti kau… Na Yoon ya~, aku menyayangimu…”

“Aku juga menyayangimu..”balas Na Yoon.

Pelukan Sungmin semakin erat.Seakan tak mau berpisah dengan sahabat terbaiknya itu.

“Hey, sudahlah… Aku harus merapihkan ini cepat… Nanti siang aku harus kesana…”

Sungmin melepas pelukanya. “Aku ikut yah… Aku mau tau rumah barumu… Jika aku kesepian aku bisa bermain ke rumahmu.”

“Baiklah… Ayo bantu aku.”

“Oke…”

Dengan senang hati Sungmin membantu Na Yoon mengepak barang-barangnya.Sungmin seakan berat melepas sahabat yang sudah menemaninya sejak kecil.

 

***

 

Sungmin dan Na Yoon pergi ke rumah Lee Haraboji di Seoul. Mereka menaiki sebuah bus kota.

“Eh? Aku lupa berhenti dimana yah?”kata Na Yoon berfikir.

“Hah? Kenapa kau baru bilang kalau lupa?Kalau seperti ini bagaimana?”Sungmin khawatir.”Pulang aja yuk…”ajak Sungmin.

“Eh tunggu sebentar… Kayaknya disini… Turun yuk…”

“Kau Yakin??” Tanya Sungmin.

“Ahjushi, berhenti…”pinta Na Yoon pada supir bus.

Sungmin dan Na Yoon segera turun dari bus. Na Yoon melihat ke sekelilingnya mencari sesuatu.

“Ke mana arah rumahnya?”tanya Sungmin.

“Ikuti saja jalan ini… Sepertinya benar ini jalannya.”

Sungmin mengikuti Na Yoon. Mereka menelusuri jalan di sebuah kompleks perumahan mewah yang sepi. Hanya hening yang menemani langkah mereka. Menjadi canggung satu sama lain. Sama – sama berat untuk saling melepaskan.

“Yoongi…”Sungmin membuka suara.

“Hmm?”

“Setelah kau menikah, berapa kali kau akan mengunjungiku?”

“Aku akan sering mengunjungimu.”

Sungmin menggandeng tangan Na Yoon.”Ku tanya berapa kali, bukan sering atau tidak… Jawab aku…”

“Aku tidak bisa menjawabnya…”

Na Yoon menunduk sedih dan menghentikan langkahnya. Sungmin ikut sedih.Kemudian dia mengambil sesuatu dari dompetnya.

“Apa ini sudah tidak berarti lagi?”

Na Yoon memandangi cincin jerami yang dipegang Sungmin. “Kau masih menyimpan itu?”

“Ini mas kawin saat kita menikah dulu.”

Tiba-tiba cincin itu terbang terbawa hembusan angin.

“Cincinku…”Sungmin mengejar cincin itu.

Cincin itu jatuh ditengah jalan. Sungmin mengambil cincin itu namun dia tak sadar ada mobil yang akan melintas.

“SUNGMIN~AH.!!!”Teriak Na Yoon.

Na Yoon berlari ke arah Sungmin dan memeluknya dari belakang untuk melindunginya. Mobil itu berhenti mendadak. Pengendara mobil itu keluar dan membanting pintu mobilnya keras.

“Apa kalian mau mati?Sudah bosan hidup?”bentak pengendara mobil itu.

“Aku lebih baik ikut tertabrak dengannya daripada aku melihatnya tertabrak…” jawab Na Yoon menahan amarahnya.

“Dasar perempuan gila… Siapa yang mau berbuat seperti itu?”

“Apa kau bilang?Perempuan gila?Dasar kau ahjushi keriput yang siap mati karna sakit jantung.”

“Mwo?Ahjushi???”laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke arah Na Yoon.”Kau berani bicara begitu padaku?”

“Ne, Wae???”Tantang Na Yoon.

Sungmin menghalangi laki-laki itu mendekati Na Yoon.”Kau mau apa dengannya?”

“Minggir kau…”bentak laki-laki itu pada Sungmin

“Apa?Kau mau menantangku?”tantang Sungmin.

“Kau mau berkelahi denganku?Sudah lama aku tidak mempraktekkan taekwondoku…” laki-laki itu mempersiapkan jurusnya.

“Sungmin, ayo kita pergi…”Na Yoon menarik Sungmin pergi.”Dia ini cuma Ahjushi yang lagi frustasi…”

“Na Yoon ah~, kita tidak bisa membiarkannya…” Oceh Sungmin.

“Mwo??Na Yoon???”laki-laki itu terkejut mendengar nama Na Yoon.

“Sudah ayo…”Na Yoon terus menarik Sungmin menjauh dari lelaki itu.

Laki-laki itu diam saja.Kemudian masuk ke mobilnya.

“Apa dia perempuan itu?”pikir laki-laki itu. Laki-laki itu melaju kan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Daun-daun kering berterbangan, tersibak ke arah Na Yoon dan Sungmin.

“YAKK!!!… Dasar Ajushi gila…”teriak Na Yoon kesal.

“Yoongie… gwenchana??”tanya Sungmin sambil membersihkan pakaian Na Yoon yang kotor.

“Ne, Gwenchana.” Na Yoon masih terlihat kesal.

Tak lama sampailah mereka di rumah keluarga Lee.

“Sepertinya ini rumahnya.”kata Na Yoon melihat rumah mewah besar di hadapanya.

“Wah… Besar sekali… Kau akan tinggal di rumah sebesar ini?”kata Sungmin kagum.

Na Yoon mengangguk.Kemudian mereka masuk ke rumah dan bertemu Lee Haraboji. Dia menyambutnya dengan senyum.

“Tuan Lee, ini temanku sejak kecil, Lee Sungmin.”kata Na Yoon memperkenalkan Sungmin.

“Na Yoon~ah, kau cucuku… panggil aku Haraboji ne??”

“Ne, Haraboji.”jawab Na Yoon canggung.

“Annyeong Haraboji, Lee Sungmin imnida, senang bisa mengenalmu…”jawab Sungmin ramah.

“Aku juga… Apalagi kau ini teman kecilnya Na Yoon, kau juga cucuku…”

Sungmin tersenyum.

“Haraboji… Aku ada satu permintaan…”kata Na Yoon tiba-tiba.

“Apa itu?”

“Bolehkah Sungmin menginap disini semalam?Sebentar lagi hari sudah akan gelap.”

“Ya tentu boleh…”jawab Lee Haraboji tersenyum.

“Tapi… Aku boleh kan satu kamar dengan Sungmin…” Lee Haraboji terkejut.

“Yoongie…” Sungmin terkejut mendengar permintaan konyol sahabatnya itu.

“Aku tahu ini konyol. Tapi aku jamin tidak akan terjadi apa-apa dengan kami… Sebelum aku menikah dan kami berpisah… Aku ingin bersama Sungmin… Lagipula sejak kecil aku juga sudah biasa tidur dengannya… Aku dan Sungmin sudah seperti saudara.”

Lee Haraboji memandang Na Yoon heran.

“Yoongie… tak perlu seperti itu… Mana mungkin Haraboji mengizinkan itu..”kata Sungmin tidak enak hati.

“Minnie ah~… Kita tidak akan bisa seperti ini lagi setelah aku menikah…”

“Baiklah… Aku akan menuruti keinginanmu.”kata Lee Haraboji. “Tapi…”

Raut wajah Na Yoon dan Sungmin dalam waktu sekejap berubah. Mereka menggerutu sesampainya di kamar Na Yoon.

“Kenapa harus dengannya juga? Aku kan belum mengenal calon suamimu…”gerutu Sungmin.

“Aku juga belum tahu siapa orangnya dan seperti apa dia.”

“Kau belum pernah bertemu denganya?”

Na Yoon menggeleng kemudian bangkit membereskan perlengkapan di kamar barunya.

“Untuk malam ini kita tidak tidur disini tapi di kamar tamu yang akan disulap menjadi tiga tempat tidur.”

“Kau pasti kesepian tinggal di rumah sebesar ini…”

Sungmin terlihat sedih. Na Yoon memandang Sungmin.

“Dulu kalau kau kesepian, kau akan pergi ke rumahku dan bermain bersama… Sekarang… Siapa yang akan kau ajak bermain?”

Na Yoon menunduk sedih. “Aku tidak tahu.”

Sungmin memeluk Na Yoon. “Aku akan selalu merindukanmu… Aku menyayangimu Yoongie…”

Donghae melihat kamar disebelah kamarnya yang terbuka. “Ternyata dia sudah datang.”

Dia mendekati kamar itu dan melihat Na Yoon dan Sungmin yang berpelukan. Dia terkejut. “Bisa-bisanya kau berpelukan di depan calon suamimu sendiri?”

Sungmin melepas pelukan dan melihat ke arah Donghae itu. “NEO???!!”

Sungmin, Na Yoon, dan Donghae itu serempak terkejut. Mereka bertiga terkejut.

 

***

 

Na Yoon dan Sungmin masuk ke kamar tamu yang sudah ada 3 tempat tidur.

“Kau tidur disana… Biar aku yang ditengah supaya dia tidak mengganggumu.”kata Sungmin berusaha melindungi Na Yoon.

“Baiklah…”

Donghae membawa bantal dari kamarnya. Dia terlihat kesal dan malas-malasan.

“Kau jangan mengganggunya dulu yah… Belum saatnya…”goda Lee Haraboji.

Wajah Donghae semakin masam.

Na Yoon dan Sungmin bersiap tidur di tempat masing-masing.

“Aku tidak akan bisa tidur… Karena kalau aku tidur, aku akan kehilangan waktu bersamamu malam ini…”kata Na Yoon.

“Bagaimana kalau kita tidak tidur?Kita bermain kartu saja.”

“Ne… Aku ambil kartu dulu di kamar yah…”

Na Yoon berlari keluar,berpas-pasan dengan Donghae yang mau masuk kamar. Donghae memandangnya dengan wajah killernya. Na Yoon acuh. Donghae langsung membaringkan tubuhnya di ranjang yang kosong. Sungmin memandangnya aneh.

“Wae?”tanya Donghae.

“Aniyo…”jawab Sungmin tapi dia tetap memandangnya aneh.

“Ingat saat tidur jangan berisik… Aku tidak suka keributan… Besok aku harus bangun pagi karena ada rapat penting…”

“Kami tidak akan mengganggumu Tuan Lee…”

Donghae membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya. Na Yoon datang membawa kartunya.Dia langsung menuju kasurnya yang dipojok.Sungmin mendekati Na Yoon.

“YAK…Apa kalian mau tidur bersama?”Donghae terkejut.

“Untuk malam ini kami tidak akan tidur dan kami tidak akan mengganggumu.”

Donghae bersikap acuh.Dia membalikan tubuhnya membelakangi Na Yoon dan Sungmin. Na Yoon dan Sungmin mulai bermain.Mereka terlihat senang.Mereka tertawa terbahak-bahak.Donghae merasa terganggu.Dia tak bisa memejamkan matanya.Tapi dia tidak kesal.Dia mendengarkan semua gelak tawa dua insan sahabat itu.

“Mereka beruntung. Bisa memiliki sahabat dekat… Tidak seperti aku…”batin Donghae.

Na Yoon dan Sungmin sudah lelah bermain tapi mereka tidak bisa tidur.Na Yoon dan Sungmin saling merenung.

“Yoongie… Pasti aku akan sangat kesepian saat kau pindah…”Sungmin membuka suara.

“Ne aku juga…” jawab Na Yoon lirih.

“Aku masih ingin bersamamu.Waktu yang kita lalui selama ini sangat singkat.”

“aku juga…” lagi – lagi dengan suara lirih.

“Aku masih ingin memancing bersamamu.Aku ingat dulu saat kita kecil, kita memancing bersama walau cuma di kolam ikan.”

“Iya waktu itu kau selalu tertangkap karena tidak kuat lari cepat. Dulu badanmu kan gemuk sekali haha… Sampai-sampai saat melarikan diri dan masuk ke lubang tidak muat haha…”Na Yoon tertawa.

“Kau menyindirku?? Sekarang liat saja badanku… Atletis kan… Nih liat perut yang dulu banyak lemaknya sekarang isinya otot…”

“Iya iya sekarang kau jauh lebih tampan dari dulu…”

“Liat aku juga lebih tinggi darimu…”Sungmin berdiri.

“Iya sekarang kau kan tambah besar.Sampai aku bisa bersembunyi dibalik tumbuhmu.”

“Wajar saja aku kan Oppa-mu…”

“Oppa?? Kita ini cuma beda 3 hari.”

“Tapi aku kan lahir lebih dulu daripada kau.”

“Iya… Aku juga ingat kata Appa saat kau lahir, aku menendang perut Omma minta dilahirkan… Eh 3 hari berikutnya aku lahir…”

“Kita sampai dibilang kembar hehe…”

“Tapi hari kelahiranku sekaligus menjadi hari kematian Omma.” Na Yoon berubah sedih dan menundukkan kepalanya.

“Sudahlah itu bukan salahmu…”

“Omma…Bogoshippo.”Na Yoon terisak.

“Sudahlah… Sini aku peluk…”Sungmin memeluk Na Yoon.”Anggap aku Omma-mu.”

“Mana bisa?? Kau kan namja…”

“Memangnya Omma harus yeoja.”

“Harus.”

“Sini aku peluk lagi… Mana bisa seperti ini lagi… Nanti saat kau sudah menikah, aku tidak bisa melakukan ini lagi padamu… Suamimu bisa cemburu.”

Na Yoon merasa nyaman dipelukan Sungmin. Donghae tak bisa memejamkan matanya.Dia mendengar semuanya.Terlihat dari raut wajahnya yang iri melihat persahabatan Na Yoon dan Sungmin.

 

***

 

Donghae terbangun.Dia terkejut melihat keadaan tidur Na Yoon dan Sungmin.Mereka tertidur menyandar tembok dengan kepala menempel dan tangan merangkul.

“Hey, apa kalian bisa tidur dengan posisi seperti itu?”teriak Donghae membangunkan mereka.

Na Yoon dan Sungmin terbangun mendengar teriakan Donghae.

“Kau mengganggu saja.”omel Sungmin. Na Yoon merasa kesal.

“Ini sudah jam berapa? Apa kalian mau tidur terus?”

“Memang jam berapa?”Na Yoon berdecak kesal.

“Jam 6. Aku harus pergi ke kantor.”

Donghae bangkit dan pergi dari kamar.

“Pergi saja.Dia kan orang sibuk.” Gumam Sungmin

“Sungmin ayolah kita turun.Tidak enak kalau terus tidur.”

“Baiklah…”Sungmin menurut.

Na Yoon dan Sungmin merapihkan tempat tidur dan keluar dari kamar itu.

 

***

 

Na Yoon mengantar kepulangan Sungmin sampai gerbang rumah.Dia terlihat sedih sekali sampai tak hentinya menangis. Begitu juga Sungmin.

“Na Yoon jaga dirimu baik-baik.Sering-sering mengunjungiku.Jangan lupa banyak-banyak makan buah supaya pencernaanmu lancar.Itulah masalah terbesarmu.”pesan Sungmin.

“Ne aku akan ingat itu baik-baik.”kata Na Yoon terisak dan menundukkan kepalanya.

Sungmin mulai melangkah pergi.Na Yoon maju beberapa langkah mengejar seakan membuntuti Sungmin.

“Sungmin…”panggil Na Yoon.”Kau hati-hati yah…” Lanjut Na Yoon.

Sungmin tersenyum masam. Dalam hati terasa sakit sekali.Begitu juga Na Yoon.Mereka harus berpisah.

 

***

 

Na Yoon mengunjungi Jung Haraboji di rumah sakit.Dia menyuapi makanan kepada Haraboji-nya (?).

“Aku harus kuat untuk acara pernikahanmu nanti.Aku kan harus mengiringimu.”

Na Yoon hanya tersenyum kecil.Jung Haraboji bisa merasakan ada keterpaksaan dari raut wajah gadis 18 tahun itu.

“Mianhae Na Yoon~ah… Seharusnya belum saatnya kau merasakan ini…”

“Aniyo gwenchana Haraboji.”Na Yoon memotong pembicaraan kakek.

Na Yoon menyuapi haraboji sampai suapan terakhir.Dia meletakkan piring dan sendok ke meja dan menuntun haraboji untuk minum.

“Oh iya aku sudah dipanggil Tuan Jung untuk mencoba baju pengantin.Sebentar lagi Onnie akan datang.”

“Pergilah.Kau harus terlihat cantik di hari pernikahanmu.”

Na Yoon tersenyum tipis.“Aku pergi.”

Jung Haraboji tersenyum.Na Yoon keluar kamar rawat Haraboji.

“Mianhae.. Jeongmal mianhae Na Yoon~ah…. “ Tak terasa Jung Haraboji menitikkan air mata.

 

***

 

Na Yoon mencoba baju pengantinya. Dia melihat dirinya sendiri didepan cermin. Dia terlihat cantik.Bahkan pelayan memujinya, tapi hanya raut wajah sedih dan senyum yang dipaksakan dari wajah gadis itu.

“Apa pernikahan ini bisa membawa kebahagiaan untukku???Banyak orang yang berharap seperti itu.”batin Na Yoon

Donghae melamun.Dia memandang kalender di mejanya.

“Kapan kau pulang?Aku sudah sangat rindu.” Gumam Donghae Donghae terlihat sedang menunggu seseorang.Dia berdiri dan memandang kearah jendela.Memandang dengan penuh harap.

 

***

 

Na Yoon sedang merapikan tempat tidurnya.Tiba-tiba Donghae masuk tanpa mengetuk pintu.

“Apa orang kaya bisa berlaku seenaknya?Kau kan bisa ketuk pintu??”kata Na Yoon kesal.

“Tanda tangani ini.”Donghae menyodorkan sebuah map.

Na Yoon menerimanya map yang diberikan Donghae. “Apa ini?”tanyanya.

“Kau bisa baca kan?”

“Tapi maksudnya apa? Perjanjian pernikahan??”

“Iya setelah 6 bulan pernikahan, kita akan bercerai.Kau tahu aku tidak menyukaimu.Dan aku juga sedang menunggu seseorang.”

“Aku juga tidak menyukaimu.Aku tak peduli kau sedang menunggu seseorang atau tidak.”Jawab Na Yoon acuh.

Tanpa berfikir lama Na Yoon langsung menandatangani perjanjian itu.

“Surat ini ada 2 lembar.Ini untuk kau dan satu untukku.Supaya kau ingat perjanjian ini.”

“Aku lebih berharap secepatnya kita bercerai.”

“Aku tidak akan menceraikanmu kurang dari 6 bulan.Reputasiku sebagai presdir bisa hancur.”

“Terserah kau.Aku tidak peduli. Sudah selesai kan urusanya?? Cepat pergi dari kamar ini… Hush.. Hush “usir Na Yoon.

“Kau ini memang gadis kasar yah… Mimpi apa aku bisa jadi suamimu.”kata Donghae dengan nada menyindir.

Donghae meninggalkan kamar Na Yoon.Na Yoon terlihat makin kesal.

 

***

 

Saat hari pernikahan.Na Yoon terlihat cantik sekali dengan gaun pengantinya.Dia diantar oleh kakek untuk menghampiri calon suaminya Donghae di altar.Donghae terpana melihat Na Yoon yang terlihat jauh lebih cantik.Namun dia mencoba untuk terlihat tidak tertarik.

Na Yoon terlihat menunggu seseorang.Berulangkali dia mencoba menoleh ke kanan, ke kiri, ke belakang.

~SKIP pemberkatan pernikahan

 

Sungmin sakit.Badannya panas. Dia terus memanggil nama Na Yoon dan mencoba bangun dari tempat tidur. “Na Yoon~ah… Aku ingin bertemu Na Yoon.”Kata Sungmin lemah.

“Kau tidak boleh kesana… Kau sedang sakit.Appa-mu sudah kesana mewakilimu.”

“Tapi Omma… Aku harus kesana. Na Yoon akan menikah hari ini…” Sungmin mencoba turun dari tempat tidur, namun dia terjatuh.

“Sungmin… Kau masih lemah…” kata Omma Sungmin khawatir. Sungmin menangis sedih.Ibunya bisa merasakan itu.

“Na Yoon~ah…” isak Sungmin.

Akad nikah sudah selesai.Saatnya resepsi. Donghae dan Na Yoon menyalami semua tamu yang datang. Na Yoon sedih, orang yang dia tunggu (Sungmin) tidak hadir.

“Kau tidak bisa terlihat senang walau hanya pura-pura??Kita bisa dicurigai pernikahan kita tidak akan bahagia.” Bisik Donghae

“Memang begitu kan nyatanya??” jawab Na Yoon enteng.

Donghae kesal mendengar jawaban Na Yoon.

Sungmin Appa menyalami mereka. “Na Yoon… Semoga kau bahagia…”Kata Ahjushi Lee (Sungmin Appa) memeluk Na Yoon.

“Gamsahamnida Ahjushi. Sungmin eodi? Aku tidak melihatnya sejak tadi…”

“Dia tidak datang.”

“Ne??”Na Yoon terkejut.

“Sungmin sakit.Dia memanggil namamu terus.Mungkin dia rindu padamu.”

Na Yoon terlihat sedih.

“Jangan bersedih. Dia tidak datang bukannya dia tidak merestuimu… Kau harus terlihat bahagia di hari pernikahanmu.Chukkaeyo Na Yoon~ah.”Ayah Sungmin berlalu.

“Sudah kubilang jangan terlihat sedih.Kau tak mendengarkanku yah??”bisik Donghae lagi.

Na Yoon melirik Donghae dengan tatapan sebal.Kemudian menunduk lagi mencoba tegar. Donghae meliriknya berulang kali.

 

***

 

Na Yoon menemui Jung Haraboji di rumah sakit sambil membawa keranjang buah di tangannya.

“Dua hari lagi Haraboji dan Onnie akan pergi ke Jerman… Aku sendirian deh…” kata Na Yoon sembari meletakkan keranjang buah di atas meja.

“Tidak perlu seperti itu… Saat kami pulang, Haraboji sudah sembuh.” Jawab Na Ri.

“Onnie pasti senang yah bisa bertemu Jung Soo Oppa.”

“Ne, aku sudah merindukanya. Na Yoon~ah… Kau tidak menemui Sungmin?Bukankah dia sakit di hari pernikahanmu??” Tanya Na Ri.

“Aku ingin menemuinya sepulang dari sini… Sepertinya aku harus segera pergi.Aku benar – benar merindukan Sungmin.”Kata Na Yoon ceria.

“Pergilah… sampaikan salamku untuk keluarga Sungmin.” Kata Jung Haraboji.

“Ne.”Na Yoon bergegas pergi dari Rumah Sakit.

 

***

 

Sesampainya di depan rumah Sungmin, Na Yoon terkejut melihat ada mobil box besar yang mengangkut barang – barang dari rumah Sungmin.

“Ige mwoya???”tanya Na Yoon.

“Na Yoon~ah… Tolong cegah aku pergi…”pinta Sungmin sambil memegang kedua tangan Na Yoon.

“Kau mau kemana?”tanya Na Yoon bingung.

“Kami mau pindah rumah ke Busan karena Ahjushi dipindahtugaskan kesana.”kataAhjushi Lee menjelaskan.

“Mwo??Kenapa mendadak??Kenapa tidak memberitahuku???”Na Yoon tak bisa menahan tangisnya.

“Appa tidak mengatakannya pada Na Yoon?”tanya Sungmin.

“Aku tak mau buat dia banyak pikiran karena dia akan menikah.” Jawab Ahjushi Lee.

“Ahjushi jangan pedulikan pernikahanku.Bagaimana jadinya jika aku tidak kesini??Aku akan menyesal seumur hidup karena tak bertemu Sungmin.”

“Mianhae Na Yoon~ah.” Sesal Ahjushi Lee.

“Ayolah setidaknya kalian jangan pergi sekarang.”Kata Na Yoon memohon.

“Kami harus pergi Na Yoon~ah.” Ahjumma Lee.

“Na Yoon~ah cegah aku pergi…”pinta Sungmin sambil memegang erat kedua tangan Na Yoon.

“Sungmin ayo kita pergi… Mianhae Na Yoon~ah kami tidak sempat berpamitan dengan Haraboji dan Na Ri… Sampaikan salam kami… Sewaktu-waktu kami akan kesini mengunjungi kalian.”Kata Ahjumma Lee menarik Sungmin.

”Na Yoon~ah.” Rengek Sungmin.

“Sungmin~ah.”

Ahjumma Lee terus menarik Sungmin hingga pegangan tangan mereka terlepas.

“Mianhae Na Yoon~ah.” Sungmin dan Ahjumma Lee berjalan perlahan ke mobil.Sungmin sesekali menoleh ke belakang melihat Na Yoon yang masih menangis dan menundukkan kepalanya.

“Sungmin~ah…” tangis Na Yoon. Mobil Sungmin melaju.Na Yoon berlari mengejar mobil.

“Sungmin~ah!!!”panggil Na Yoon.

Sungmin mengeluarkan kepala ke jendela.Memandang Na Yoon dengan senyum getir.

“Aku akan kembali… Aku janji.”teriak Sungmin dan melambaikan tangannya.

Na Yoon menghentikan langkahnya dan memandang Sungmin tersedu.

 

***

 

Saat makan malam. Na Yoon terlihat kurang nafsu makan.Dia hanya makan sedikit, selebihnya hanya dia aduk – aduk makanannya.Lee Haraboji mengerti keadaan Na Yoon.Donghae??Dia tetap acuh dan melanjutkan makananya.

“Na Yoon~ah… Wae??Kau tidak suka makanannya?”tanyaLee Haraboji.

“Anniyo Haraboji. Nan Jeohayo, hanya saja aku sedang tidak nafsu makan saat ini.”

Lee Haraboji berpikir sejenak.Kemudian memanggil pelayan dengan isyarat dan membisikkan sesuatu pada pelayannya.

“Hari ini ada menu tambahan.”

“Mwo???Kenapa tidak dari tadi?Aku sudah hampir kenyang.” gerutu Donghae.

“Ya sudah tak perlu dimakan.”Kata Lee Haraboji kesal.

Seorang pelayan datang membawa makanan dalam piring yang ditutup. Saat dibuka…

“Ini roti kornet…”kata Na Yoon senang.

“Kau suka?”Tanya Lee Haraboji.

“Ne.”Na Yoon mengangguk senang.

Tak lama Na Yoon mengambil dan memakannya lahap.Seakan kesedihannya hilang saat bertemu makanan kesukaanya.Donghae terkejut melihat rakusnya Na Yoon saat makan.

“YAAA..!!!apa kau mau menghabiskan semuanya?”protes Donghae.

“Kau kan sudah kenyang.”Jawab Na Yoon dengan mulut penuh.

“STOP!!!Ini bagianku.”Kata Donghae menutup roti kornet di piring dengan tangannya.

“Singkirkan tanganmu.Aku mau makan.

”Na Yoon memukul – mukul tangan Donghae dengan sumpitnya.

“Tidak mau ini jatahku.”Donghae mendelik menatap Na Yoon.

Donghae mulai melahap roti kornetnya.Donghae memandang Na Yoon dengan tatapan sinis sambil mengunyah makanan.Begitu juga Na Yoon.Mereka saling beradu makan.Sampai tinggal satu roti.Saat Na Yoon hendak mengambil, Donghae langsung menghalanginya.

“Ini bagianku.”kata Donghae dengan mulut penuh.

“Itu dimulutmu masih ada.Jadi ini punyaku.”Kata Na Yoon tak mau kalah.

Donghae mengambil roti dengan sumpit namun di jatuhkan lagi oleh Na Yoon ke piring.Donghae memelototkan matanya.Begitu juga saat Na Yoon ingin mengambil roti, Donghae menjatuhkan roti itu kembali ke piring.Na Yoon balas melotot.Hal itu berlangsung sampai sepuluh menit sampai membuat Lee Haraboji pusing melihat pertengkaran Suami Istri itu.

“Ini milikku.”kata Lee Haraboji mengambil piring Roti itu.

“NE??”Keduanya terkejut.

“Kalian berebut makanan tanpa mempedulikan aku.Aku juga ingin…” kata Lee Haraboji melahap rotinya.

Donghae dan Na Yoon hanya bisa memandang roti terakhir yang dimakan Haraboji sambil menggigit sumpit.

“Kalian ini punya kesukaan yang sama, kenapa selalu bertengkar. Kalian ini sangat cocok.”Kata Lee Haraboji sambil mengunyah makanan.

“MWO??”Kata keduanya terkejut. Lee Haraboji tersenyum geli.Na Yoon dan Donghae saling memandang kesal.

 

***

 

Na Yoon dan Donghae hendak masuk ke kamar masing – masing.Kamar mereka bersebelahan.Mereka saling berpandangan sinis.

“Kenapa kau terus melihatku seperti itu ??Matamu sudah hampir keluar.” sindir Donghae.

“Aku benci Ahjushi gila sepertimu.”

“Aku benci yeoja gila…. Aish, sungguh sial, kenapa aku harus bertemu dengan orang seperti ini, bahkan aku telah menikahinya.”

“Kalau kau menyesal, ceraikan saja aku sekarang !!”

“Apa ??Kau tahu pernikahan kita baru 3 hari, kau mau cari gara -gara, aku tidak mau nama baikku jadi jelek.”

“Nama baikmu juga jelek karena menikahi gadis berusia 18 tahun.”

“Aku juga 18 tahun kau tahu.”

“Mwo??Neo ??”Na Yoon terkejut dan menatap Donghae tak percaya.

“Wae?? Apa kau baru tahu ?? Saat tanda tangan surat nikah apa yang kau lihat ?? Apa kau tidak peduli isinya ??Kau pasti tidak melihat tahun kelahiranku.”

“Tapi kenapa kau…”

“Aku sudah menjadi seorang direktur ??Itu karena aku lebih pintar darimu.” Potong Donghae.

“Jadi kau bilang aku ini bodoh, hah ?? Aku tahu kau pintar, dan prestasimu tinggi, tapi apa kau harus menghinaku seperti itu ??Tapi setidaknya aku lebih normal darimu.” Ejek Na Yoon.

“Apa kau fikir aku tidak normal.”

“Kau tidak seperti remaja 18 tahun lainnya, lihat saja wajahmu, sudah terlihat seperti ahjushi.”

“Itu karena aku sudah berpikiran dewasa, tidak seperti kau dan temanmu itu yang masih bertingkah seperti anak umur 5 tahun.”

“Jangan menghina Sungmin.”

“Aku tidak menghinanya.Dia memang terlihat seperti yeoja. Kalau dia dipakaikan rok, sepertinya akan cocok. Malah cantiknya bisa mengalahkanmu.”Donghae tersenyum sinis.

“YAAA, apa kau ini gay hah?? kau menyukai Sungmin-ku??”

“Mwo??Anak kecil ini sembarangan bicara.”

“YAA… YYAA… Apa kalian mau bertengkar terus ??Kalian bisa bertengkar sampai pagi.”Lee Haraboji melerai keduanya.

Keduanya hanya diam langsung masuk ke kamar masing – masing dan membanting pintu.Di atas ranjang mereka saling menggerutu, saling menjelek – jelekkan.

 

***

 

Keesokan harinya.Na Yoon mengantar Jung Haraboji ke bandara.Dia terlihat sedih.Dia merasa berat melepas Haraboji dan Onnie-nya apalagi setelah Sungmin pergi.

“Sudahlah Na Yoon~ah… Nanti saat Haraboji pulang dia sudah sembuh.” Hibur Lee Haraboji. Na Yoon terisak.

”Aku akan kesepian.”

“Masih ada aku.Aku juga Haraboji-mu.”kataLee Haraboji menenangkan Na Yoon.

“Kami harus berangkat. Jaga dirimu baik-baik yah… Kami akan sangat merindukanmu.”Pesan Na Ri pada Na Yoon.

Na Yoon mencoba tegar dan tersenyum. “Hati-hati di jalan… Bawa kakek pulang dalam keadaan sehat.” Kata Na Yoon.

“Pasti.”Na Ri tersenyum. Na Ri mendorong kursi roda Haraboji menuju pintu masuk.Perlahan mereka tak nampak lagi.

 

***

 

Na Yoon melamun di ayunan belakang rumah.Dia mengayunkan pelan ayunanya.Donghae memperhatikan Na Yoon dan menghampirinya.

“Apa kau sedih karena kesepian disini?”tanya Donghae. Na Yoon heran melihat Donghae yang perlahan duduk di kursi ayunan di depannya.

“Bagaimana tidak kesepian?Semua orang dekatku pergi jauh.” Keluh Na Yoon.

“Ini baru awal.Kau akan merasakan penderitaan mulai dari sekarang, karena aku akan membuat kau menderita sama sepertiku.”kata Donghae dengan evil smirk-nya.

Na Yoon semakin serius memandang Donghae.

“Aku ingin tahu, apa kau bisa bertahan lama disini.” Tantang Donghae.

Na Yoon terlihat kesal.Dia terlihat seperti ingin memakan Donghae hidup – hidup.

 

To Be Continued…………..

 

Wah akhirnya selesai juga part 1 nya, ini bakal jadi series yang cukup panjang readers, jadi aku mohon readers jangan bosan dengan ceritaku. Terus mianhae kalau bahasanya aneh. Maklum nilai Bahasa Indonesiaku pas masih SMA paling mentok 75 (-___-) #curhat. Gamsahamnida buat readers yang udah like and comment buat FF – ku (^_^)

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet