Part 1

Our Love Like This

Siang itu adalah siang yang sangat terik di akhir bulan ini. Akibatnya, beberapa orang yang libur bekerja memilih untuk tinggal di rumah, berdiam diri dengan sebuah AC hemat energi dan semangkuk penuh es serut berbagai rasa.

Lain lagi dengan nasib anak sekolah tingkat menengah yang kini dalam pikirannya penuh dengan sumpah serapah terhadap kepala sekolah masing-masing yang mengharuskan muridnya tetap belajar di puncak musim panas seperti ini.

Seperti hal nya dengan Seoul High School dan First District High School. Kedua sekolah ini saling bersebrangan dan sama-sama tetap masuk sekolah untuk belajar khusus untuk kelas tiga.

Bedanya, Seoul High School yang sudah mempunyai ‘nama’ dalam dunia pendidikan Korea Selatan, masuk sekolah dengan perasaan biasa saja, seolah tidak ada hari libur dalam kalendar di rumah mereka dan mengacuhkan panas yang menyengat siang itu.

Lain  lagi dengan First District High School, yang merupakan sekolah menengah atas tertua di Korea Selatan, muridnya begitu malas dan banyak yang mengeluh. Eluhan mereka bahkan terdengar sampai perpustakaan Seoul High School yang letaknya paling ujung sekolah elit tersebut.

Dan inilah yang membuat kedua sekolah tersebut tidak pernah akur, bahkan kepala sekolahnya sekalipun.

=o=

Kepada siswa bernama Son Naeun, diminta untuk ke ruang guru segera

“Eh, eh, Naeun!” seorang gadis dengan rambut pirang sebahu menyenggol teman sebangkunya, Naeun, yang tengah bekutat dengan buku gambar dan headset yang menyumpal kedua telinganya.

Sadar karena tak ada jawaban, gadis itu merengut dan menyambar salah satu headset agar terlepas dan berhasil membuat Naeun terkejut. Gadis itu pun memasang salah satu bagian headset pada telinganya dan langsung memasang mimik kesakitan pada wajahnya.

Aisshh! Nyaring sekali pantas saja kau tak mendengar panggilan tadi!” gerutu gadis itu sambil melempar headset tadi.

“Hehehe,” Naeun terkekeh. Ia pun melepas sebelah headsetnya dan menutup buku gambarnya. “Aku mendengar itu tadi,” ucap Naeun.

“Lalu? Kenapa tidak langsung kesana?” tanya gadis itu.

“Kau pikir untuk apa aku kesana? Pasti akan di berikan materi yang aneh-aneh lagi,” jawab Naeun sambil melepas blazer hitam khas sekolahnya.

“Makanya jadilah anak yang rajin,” balas gadis berambut pendek itu.

Naeun tidak menggubris ucapan teman sebangkunya tersebut. Diambilnya sebuah jepit rambut berwarna pink dari tasnya , menggelung rambutnya dan ditahan dengan jepit rambut pink tersebut.

“Tidak perlu menjadi anak rajin di First District. Aku pergi dulu, Namjoo,” ucap Naeun berlalu pergi yang sebelumnya menyempatkan diri mencubit sebelah pipi Namjoo.

“Dasar preman sekolah!” gerutu temannya, Namjoo, yang hanya bisa melihat Naeun pergi sambil mengelus pipinya yang dicubit.

=o=

“Maaf bisa kita bicara sebentar?”

Suara itu membuyarkan lamunan seorang lelaki yang sedari tadi menatap ke luar jendela. Ia menoleh dan mendapati seorang perempuan dengan seragam sama sepertinya, seragam putih berkerah dengan dasi pita berwarna merah serta dilapisi sweater  tipis tanpa lengan di luarnya, hanya saja ia memakai rok, yang menatapnya cemas sekaligus malu.

Lelaki itu tersenyum, “Apa yang ingin dibicarakan?”

Wajah perempuan itu memerah, bukan karna musim panas yang menyengat ini, ataupun karena demam, namun karena ia menahan gugup dan malu yang sudah mencapai batas. “Bagaimana kalau kita bicara di koridor kelas saja, Taemin-ssi?”

Lelaki yang bernama Taemin itu menatap malas pada tag name perempuan itu, “Baiklah, ayo kita keluar, Soojung-ssi,”

Terlihat semburat-semburat kesenangan di wajah Soojung, tanpa sadar ia menarik pergelangan tangan Taemin, menimbulkan bunyi gaduh yang menarik perhatian murid lain di kelas itu yang sedari lebih asik berkutat dengan buku.

“Lalu, ada apa?” tanya Taemin saat mereka sudah berada di koridor sekolah yang lumayan sepi.

Soojung memejamkan matanya sekuat mungkin sambil menarik nafas banyak. “Taemin-ssi, kau tahu sebentar lagi kita akan menghadapi ujian akhir, dan kita akan masuk universitas. Maukah kau ingin masuk universitas yang sama denganku?”

Taemin menautkan kedua alis matanya. “Kenapa begitu? Kenapa harus satu universitas denganmu?”

“Maaf karena telah lancang, tapi aku menyukaimu. Aku mendengar kalau kau tidak akan menjalin hubungan apapun dengan siswi Seoul High, aku pikir aku bisa punya kesempatan untuk bisa disukai olehmu saat kita masuk unversitas nanti,” jawab Soojung panjang lebar.

Taemin terdiam. Ia tampak memikirkan sesuatu.

“Ah. Kalau begitu aku akan mengikuti unversitas yang kau masuki. Apapun!” pinta Soojung.

“Meski begitu kau tetaplah murid Seoul High,”  ucap Taemin santai.

“Tapi kan...”

“Dengar Soojung-ssi, aku tidak suka siapapun mencampuri urusanku apalagi mengganggu jalan hidupku,” ucap Taemin dengan tatapan tajam membuat Soojung yang mendengarnya shock mengetahui kepribadian Taemin yang dikenal easy going dan enjoy bisa seperti ini. “Dan lagi, aku tidak akan menyukaimu, atau siapapun di sekolah ini. Aku harap ini terakhir kalinya kau menggangguku,” Taemin pun berlalu pergi dan segera memasuki kelasnya.

Soojung seperti kehilangan semangat langsung bersandar pada dinding yang tak jauh darinya. “Ada apa dengannya? Apa yang kurang dariku?”

=o=

“Menolak gadis lagi?” ucap seorang lelaki yang langsung duduk disebelah Taemin begitu pria dengan rambut berwarna brunette itu kembali duduk di bangku kelasnya.

Taemin mengangguk. “Aku bosan seperti ini.”

“Jangan seperti itu lah, kawan! Sebentar lagi kita akan keluar dari sekolah dewa ini,” ucap temannya sambil mengelus pundak Taemin. Tak lama kemudian ia terkikik akan ucapanya sendiri sambil menyebut ‘sekolah dewa’ berkali-kali.

“Aku tidak mengerti, Jongin. Maksudku aku tidak pernah tebar pesona sepertimu,” ucap Taemin yang mebuat Jongin menyipitkan matanya sebal karena dibilang tebar pesona. “… Aku tidak tau mengapa mereka mendatangiku dan mengutarakan perasaan mereka padaku. Kau lihat sendiri aku adalah orang yang sangat diam tapi kenapa mereka tertarik padaku?”

“Kau? Orang yang sangat diam?” ucap Jongin yang seperti membantah pernyataan Taemin.

“Memangnya kenapa? Disini aku harus jadi anak baik!” tutur Taemin sembari menoyor pelan kepala Jongin yang menahan dengan kuat tawanya.

“Entahlah Taemin, aku merasa kau agak lebay sejak masuk Seoul High. Kenapa kau tidak masuk sekolah yang ada di depan saja?” ucap Jongin.

“Paman sialan yang menyuruhku kesini,” Taemin mendesah dan kembali menghadap jendela kelasnya.

Jongin terdiam. Ia sudah tak bisa berkutik lagi jika menyangkut ‘Paman Sialan’nya Taemin. Jujur ia sendiri baru tahu sekitar dua bulan mereka memasuki sekolah ini jika itu adalah alasan Taemin masuk sekolah ini. Dulunya ia berpkir bahwa Taemin tak bisa jauh darinya.

“Tapi kau tidak menyesalkan?” tanya Jongin.

Taemin menggeleng, “Tentu saja tidak, malahan lucu juga seperti ini.”

Jongin hanya mengangguk mendengar penuturan ‘Lucu Juga’ dari Taemin karena ia tahu apa maskudnya. Ia pun tak lagi banyak bicara dan melanjutkan tidur.

Sepertinya di sekolah itu hanya mereka berdua yang sama sekalitidak memegang buku. Oh, dan Soojung tentu saja yang kini menangis di toilet.

=o=

Penat rasanya memikirkan banyaknya untaian kalimat dalam satu hari bagi seorang Son Naeun, siswi ‘pentolan’ First Disctric yang paling cantik di sekolah itu, namun terkenal sebagai siswi pemberontak.

Tadi ia menerima pelajaran tambahan tentang sejarah korea selatan yang memaksanya untuk pulang jam tujuh malam. Terlambat dua jam dari biasanya ia pulang sekolah bersama Namjoo. Dengan lunglai ia masukkan semua buku dan peralatan tulisnya ke dalam tas dan menyeretnya keluar kelas.

Meski sudah jam tujuh malam akan tetapi karena musim panas, hari itu kelihatan lumayan terang jika kita berjalan tanpa lampu dan cahaya bulan. Suasana gedung sekolah yang sepi dan seperti bangunan rumah sakit jiwa jika sudah malam tak membuat Naeun gentar karena dari awal masuk sekolah saja bangunan sekolah itu terlihat seperti rumah sakit jiwa yang sudah lama tak terpakai bagi dirinya.

Yang membuatnya lumayan takut adalah bangunan sekolah Seoul High yang bergaya Victorian. Pagi hari memang sangat indah tapi bila malam bangunan itu terlihat menakutkan bagi Naeun. Bisa saja ada hantu wanita yang memakai gaun putih mengembang seperti yang ia lihat dari sebuah film horor yang baru saja ia tonton akhir-akhir ini mengintip dari jendela salah satu ruangan di bangunan itu. Atau mungkin yang lebih buruk hantu itu mengikutinya hingga ke rumah dan saat ia tidur hantu itu mengambil tubuhnya dan ia tersesat di kegelapan.

Memikirkan semua fantasi itu membuat Naeun segera mengambil langkah seribu begitu keluar dari gerbang sekolahnya.

“NA-EUN-AH!”

“Kyaaa!”

‘Bruk’

Naeun terjerembab di atas aspal. Ia meringis merasakan lututnya mati rasa. Ditambah lagi ada seseorang yang mengalungkan tangan pada lehernya dan menindihnya.

“Lee Taemin, uhuk!!! Menjauh dari situ bodoh!” ucap Naeun disertai batuk kecil karena lehernya yang tercekik.

Seseorang yang menindihnya yang ternyata Taemin dari Seoul High itu menyengir lebar dan membantu Naeun berdiri. “Maafkan aku, sayang.”

“Aku tak sudi dipanggil sayang olehmu!” ucap Naeun ketus sambil mengibaskan rok depannya yang terlihat kotor, membuat Taemin mengerucutkan bibirnya lucu. “Haruskah kau lakukan ini setiap bertemu denganku? Kita sudah dewasa dan kau semakin tinggi dan lebih berat dariku!” lanjutnya sambil marah-marah namun Taemin malah senyum-senyum akan hal itu.

“Lihat lututku lecet!” ucap Naeun sambil menunjukkan bagian lututnya yang lecet.

“Maafkan aku, Naeun” balas Taemin dengan muka memelas sambil menggosokan kedua telapak tangannya ala Sorry Sorry yang dipopulerkan oleh boyband Super Junior.

Tiba-tiba seseorang datang dari belakang Naeun dan berjongkok di hadapan gadis itu. “Jangan hanya minta maaf saja, tanggung jawab dong sedikit,” ucap orang itu sambil mengoleskan salep bening pada lutut Naeun.

“Ya! Ya! Jongin biar aku saja!” seru Taemin sambil menggeser orang itu yang ternyata Jongin, teman sekelasnya. Ia mengambil salep dari tangan Jongin dan mengoleskannya pada Naeun. Sementara gadis itu hanya terdiam melihat kelakuan kedua lelaki di depannya. Sedikit tertawa saat ia melihat Taemin yang mendorong Jongin, menyebabkan lelaki berambut hitam itu terjerembab dengan tidak elit. Untung saja Naeun memakai celana pendek di balik roknya.

Setelah selesai mengoleskan, Taemin pun berdiri, diikuti oleh Jongin. “Nah, sayangku, kita mau kemana?” tanya Taemin.

“Kita nonton film saja! Ada film horor 3D loh! Pasti asik!” jawab Jongin.

Taemin menoyor pelan kepala Jongin, “Aku tidak bertanya padamu. Eh, tapi nonton film asik juga.”

Naeun melirik kedua lelaki di depannya bergantian. “Terserah, tapi aku lapar.”

“Kita beli snack untuk menonton, setelah selesai nonton, kita cari makan, gimana?” usul Taemin.

Naeun tampak berpikir sebentar. Sebenarnya ia sangat lapar tapi mengingat seluruh pelajaran tambahan tadi membuat ia mual. Ia butuh sedikit refreshing. “Baiklah.”

Seketika Jongin mengucapkan ‘yes’ berkali-kali dan Taemin berjoget tidak jelas. Mereka berdua langsung menarik tangan Naeun menuju bioskop terdekat.

=o=

Seru rasanya menghabiskan waktu dengan orang-orang yang paling disayang. Terlebih lagi bagi Taemin, menghabiskan sisa mala mini bersama Naeun, teman sejak kecilnya dan orang yang ia sukai seumur hidup, dan juga Kim Jongin, teman dekatnya sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Taemin begitu menyayangi kedua orang itu. Terlebih pada Naeun. Namun ia tidak mengerti mengapa Naeun begitu cuek padahal sudah jelas ia menunjukkan bahwa ia mencintai gadis itu. Ini adalah alasannya mengapa ia tidak menjalin hubungan apapun di sekolah. Sebenarnya ia ingin masuk ke sekolah yang sama dengan Naeun, namun ‘Paman Sialan’nya itu mengancamnya tak akakn pernah bertemu dengan Naeun lagi jika tidak bersekolah di Seoul High.

Ia nikmati saja semua ini. Sengaja ia pulang malam demi pulang sekolah bersama Naeun yang selalu saja pulang telat karena hukuman yang diberikan oleh para gurunya.

Lama sekali Taemin menatap wallpaper handphonenya yang menampilkan dua anak laki-laki sedang memeluk satu anak perempuan yang rambutnya dikuncir dua. Itu adalah ia, Naeun dan Jongin saat masih di sekolah dasar. Ia tersenyum, tak menyangka ia dan kedua orang yang berharga dalam hidupnya bisa melewati waktu, tumbuh dan berkembang menjadi seperti ini.

Saat ia mengahdap ke depan, raut mukanya berubah. Di lihatnya Jongin yang diam-diam memegang tangan Naeun, dan gadis itupun terlihat bersemu merah walau terlihat dari belakang. Tak tahu apa yang terjadi, Taemin langsung lari dari tempat itu meninggalkan Naeun dan Jongin tanpa mereka sadari.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ydvvfjkch #1
Chapter 5: Please update it......
emifrida #2
Chapter 5: Author, update lg dong please aduh penasaran tingkat dewa akhirat nih
koala_panda #3
Chapter 1: author kpn update lg?
moonlevine #4
I cannot read author
leenaeun
#5
Chapter 5: Thor, serius nih.. Kmu bikin aq galau pas baca endingnyaaa, please update yaaaaa T^T #nangisdarah
myraajah
#6
Chapter 5: uuuuu....sedih banget siyy...
leenaeun
#7
Chapter 4: ikh pedih amat sih thooorrr, paling ribet deh kalo cinta segitiga begini T^T
sneong
#8
Chapter 4: aaa kak, taeminnya jgn disuruh nyerah yayaya.. taemin jadi aja ya sama naeun biar kai sama aku muehehehe *disembelihkaklia*
myraajah
#9
Chapter 3: baru kali ini baca fic yg pake bahasa indonesia....seru ceritanya authornim!! please update soon...
leenaeun
#10
Chapter 3: eiiiii jaehyo kocak amat sih wakakakaka, soal naeun haduuuhh ada apa ni? Ada yg ngincer dy ya? Btw paman yonghwa kayaknya ga suka sih sama naeun? >.<