Fin

Kembali ke pelukan mu
Please log in to read the full chapter

“Irene buka pintunya Rene.. ayo kita bicara baik-baik, aku jelasin semuanya Rene” berkali-kali Wedny berusaha mengetok pintu kamar Irene.

“Aku nggak butuh penjelasan kamu.. pergi aja sana, kalau perlu jangan muncul lagi di hadapan aku!!”.

“Rene.. buka dulu dong.. Rene.”

“Pergi aja sana!!!” ujar Irene kesal. Wendy akhirnya mutuskan untuk tidak memaksa Irene lagi. Ia memutuskan untuk pergi dari apartemen milik kekasihnya itu. Namun sebelum ia pergi Seulgi menghentikan langkahnya.

“Gimana Wen.”

“Nggak mau keluar Gi.”

“Yang sabar ya Wen.” Wendy hanya mengangguk pelan.

“Kamu nggak benar-benar bakal tinggalin unnie kan Wen?”

“Kamu tau aku Gi, aku nggak bakal tinggalin Irene. Tapi kalau dianya yang mau aku jauh, aku bisa apa?”

“Tapi unnie hanya lagi kesal Wen.”

“Udah 3 kali dia kayak gini Gi. Selalu saja pingin aku pergi. Mungkin ini saatnya aku benar-benar pergi.”

“Nggak Wen, kamu jangan mutusin kayak gini pas kamu lagi emosi.”

“Aku nggak tau Gi. Aku bakal 2 minggu ada perjalanan bisnis ke Eropa. Mungkin bakal sulit buat dihubungi, Aku bakal banyak meeting soalnya. Aku tinggal ya Gi, salam buat Irene.” Wendy akhirnya pergi dari apartemen itu dengan sedikit lesu.

Tubuhnya terasa lelah dengan semua urusan kantor dan permasalahan pribadinya dengan Irene. Ini juga salahnya, ia tidak tahu mengapa jamuan makan mala mini menjadi bencana bagi hubungannya. Pada saat Wendy permisi untuk ke toilet, seorang kenalannya Han Jimin mengikutinya ke toilet, entah apa yang merasuki Jimin, ia segera mendorong Wendy dan dengan terkejut Wendy terdiam begitu Jimin menciumnya tepat di bibir, dan tanpa Wendy tahu Irene juga keluar dari toilet. Alhasil Irene melihat adegan itu dan langsung pergi dari jamuan itu. Wendy berusaha untuk segera menyusulnya, namun ia ditahan oleh tuan Shon untuk bertemu beberapa investor, dan Wendy tidak bisa langsung menyusul Irene. Dan hal itu membuat keadaan semakin kacau.


            “Makan dulu unnie” Seulgi telah memasak sarapan untuk sepupunya itu.

“Makasih Gi.”

“Hari ini ngantor unnie?”

“iya, aku cuman dapat izin 1 hari.” Mereka berdua satu kantor.

“Perasaan unnie gimana sekarang?”

“Udah baik-baik aja kok.”

“Syukurlah, kalau begitu.”

“Gi, aku boleh curhat ke kamu?”

“Apa unnie?”

“Waktu itu aku lihat Wendy dan Jimin saling berciuman?”

“Jimin?, Han Jimin?” Tanya Seulgi meyakinkan dirnya. Dan Irene mengangguk mengiyakan.

“Unnie, Jimin itu udah lama terobsesi sama Wendy, dari kita kuliah, Jimin itu udah ngejar-ngejar Wendy. Dan Wendy sama sekali nggak perduli sama cewek itu.”

“Bisa ajakan sekarang dia perduli.”

“Kalau Wendy memang perduli, udah dari lama dia terima Jimin unnie.” Seulgi tidak percaya dengan apa yang ia dengar, ia menyandarkan tubuhnya di kursi.

“Dan unnie percaya gitu aja sama apa yang unnie lihat tanpa penjelasan dari Wendy?” Irene mengangguk lemah.

“Aku mau tanya, unnie benar-benar sayang nggak sih sama Wendy?”

“Iya.”

“Tapi kenapa kalau unnie lagi marah sama Wendy selalu minta dia pergi dari unnie dan nggak pernah mau dengerin penjelasan dari Wendy. Kenapa selalu Wendy yang ngalah dan minta maaf tanpa penjelasan yang sebenarnya?” Irene hanya terdiam.

“Wendy juga punya perasaan unnie. Aku bukannya mau belain Wendy, tapi melihat sikap unnie perlakuin Wendy, aku nggak bisa nahan Wendy lagi kalau dia benar-benar pengen pergi dari unnie.” Seulgi adalah sahabat baik Wendy, sebelum mengenal Irene, Seulgi dan Wendy telah bersahabat sejak mereka masih di SMA. Jadi bagaimanapun Seulgi tidak ingin melihat sabatnya diperlakukan seperti itu, walaupun itu adalah sepupunya sendiri.

“Nggak Gi, aku nggak pengen Wendy pergi dari aku.”

“Tapi sikap unnie selama ini memperlihatkan hal itu.” Irene mengambil HP nya dan berusaha menghubungi kontak Wendy.

“Wendy ke Eropa 2 bulan unnie, dan dia bilang mungkin agak susah buat dihubungi. Unnie tau kan kalau Wendy sekarang lagi berusaha cari investor.” Irene tahu kalau Wendy sudah bicara seperti itu, artinya ia akan sangat sulit menghubungi Wendy. Namun Wendy selalu menyempatkan waktunya untuk bericara pada Irene. Irene mengurungkan niatnya untuk menghubungi Wendy hari itu, ia menghela nafasnya.

Sudah 1 minggu Wendy tidak ada mengebari Irene sama sekali, dan hal itu membuat Irene sangat gusar, ia bahkan tidak nyenyak tidur dan kurang nafsu makan. Ia melihat jam sudah menunjukkan tengah malam,

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Vanvorvan
#1
Chapter 1: I thought angst. But thank you. 💙💗