CHAPTER 1

Shilouette [WoohyunXMijoo ver]
Please Subscribe to read the full chapter

~*IKAN KECIL DI KOLAM BESAR*~
.
Teori evolusi Charles Darwin mengatakan bahwa evolusi makhluk hidup dipengaruhi oleh hukum seleksi alam dimana yang bisa beradaptasi akan melanjutkan hidupnya, dan yang tidak bisa beradaptasi akan punah. Begitu juga dengan kehidupan manusia, hukum seleksi alam masih berlaku, dimana yang kuat akan bertahan hidup dan yang lemah akan ditindas.
.
.
Namja itu meyukai semua tentangnya. Parasnya, ekspresinya, caranya tersenyum, gaya bicaranya, suaranya, semua yang ada pada gadis itu menarik perhatiannya. Namja dengan surai gelap itu hanya tidak percaya diri untuk sekedar menyapa gadis di ujung sana. Dia pikir siapa dirinya. Dia hanya bagian kecil dari populasi elit ini. Mana pantas dia dengan gadis itu. Bahkan ia tak yakin apakah gadis itu mengetahui namanya. 
Drrrtt.. drrtt..
Ponsel di saku seragamnya bergetar membuat lamunan namja itu buyar. Sebuah pesan dari seseorang. Woohyun –nama namja itu- mendesis sejenak membaca pesan singkat dari ponselnya. Langkahnya terburu-buru menuju halaman belakang sekolah. Sampai di sana lima orang namja menunggunya. 
“Oh, kau datang?” ucap salah satu dari mereka dengan seringai di wajahnya. Woohyun sibuk mengatur nafasnya. “bisa  kita mulai?”
.
Kim myungsoo tersenyum puas melihat mangsanya meringkuk kesakitan. Bibir namja itu sedikit berdarah di sudutnya karena sang mangsa sempat memberikan perlawanan membuat namja itu semakin murka dan memukuli mangsanya tanpa ampun. Kalau saja keempat temannya dan beberapa anak lain yang ikut melihat perkelahian itu tidak mencegahnya mungkin Woohyun –si mangsa- sudah tak sadarkan diri sekarang.
Woohyun terduduk mengerang kesakitan memegangi lengannya. Tubuhnya terasa nyeri tak karuan, bagaimanapun juga lima lawan satu, mana mungkin Woohyun mampu menang. Sementara Myungsoo masih dipegangi teman-temannya, Woohyun mengedarkan atensinya, beberapa siswa melingkar menonton mereka, tapi tak ada satu pun yang mau membantunya. Di antara sela-sela kerumunan Woohyun melihatnya, gadis itu, Lee Mijoo, menatapnya datar. Woohyun tidak dapat mendengar apa yang dikatakan gadis itu, tapi ia bisa membaca gerak bibirnya.
“Pabo.”
Sedetik berikutnya gadis itu berlalu tak peduli seraya memasang kembali earphone di telinganya.
.
Myungsoo melepaskan diri dari cengkraman teman-temannya. Namja itu memperhatikan Woohyun yang tengah menatap ke arah lain. Myungsoo tak peduli dengan ada yang tengah Woohyun perhatikan.
‘Myungsoo-ya.. pertahankan singgasanamu, jangan biarkan orang lain satu langkah di depanmu. Tunjukkan pada mereka bahwa garis takdir telah terlihat sejak mereka lahir ke dunia, yang kuat akan memimpin, dan yang lemah harus tetap tunduk sampai kapanpun’
Sekilas apa yang dikatakan eommanya melintas. Namja itu tanpa aba-aba menendang perut Woohyun membuat namja itu mengejang nyeri.
“AKKH..”
Namja dengan mata elang itu berlalu diikuti keempat temannya. Ia menembus kerumunan anak-anak lain di sana. Mereka.. hanya melihat tanpa ada niat membantu. Mereka.. hanya menatapnya prihatin tapi tak mengulurkan tangan sama sekali. Dan woohyun benci itu. 
.
.
Mijoo sibuk dengan buku bacaannya. Gadis itu menulikan pendengarannya meski sedikit mencuri dengar apa yang dikatakan mereka. Mijoo tak suka ketika mereka selalu menatapnya seperti itu. Mijoo bukan seseorang yang mudah bergaul. Gadis itu lebih suka sendirian di sudutnya. Dia lebih suka berteman dengan buku. Ia selalu mendapat nilai baik dalam akademik dengan sifatnya seperti itu, sehingga teman-temannya kerap kali menatapnya tak suka. 
“Dasar sampah.” gumam Mijoo yang tak sengaja didengar oleh seseorang di sana. Seorang gadis jangkung yang duduk di depannya membalikkan badan ke arahnya.
“YA! Apa yang kau katakan tadi?!” tanya gadis itu tak suka. Mijoo mengalihkan perhatian dari buku yang ia baca. Ini yang tidak ia suka. Ketika orang-orang itu menatapnya mengintimidasi.
BRAKK
Gadis itu menggebrak meja seraya bangkit dari duduknya. Kaki jenjang miliknya melangkah pergi tanpa mengatakan apapun. 
“HAH.. Lihat gadis jenius itu.” cibir gadis jangkung tadi.
.
.
.
“Akh..” Woohyun meringis kesakitan ketika mengobati lukanya sendiri. Namja itu duduk sendiri di atap, mengobati lukanya dengan susah payah. Bukannya ia tidak ingin pergi ke UKS dia hanya tidak mau orang lain melihatnya babak belur, akan terlalu merepotkan ditanyai ini itu, pikirnya. 
“Akh.. .” Woohyun mengumpat merasakan nyeri di perutnya. Dipejamkan matanya, merasakan semilir angin yang menyapanya, setidaknya angin masih mengakui keberadaannya. Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, woohyun memandang ke bawah, sepi, hanya satu dua orang terlihat berlalu lalang. Lihat, bahkan tidak ada yang mencarinya, tidak ada yang sadar kalau ia tidak ada di kelas, ck, mana ada yang akan mencari si anjing liar.
Didudukkan dirinya di pinggir atap, membiarkan kakinya menggantung, kalaupun ia akan jatuh anggap saja itulah takdirnya. Dalam hati kecilnya, ada hal yang orang lain tidak tau. Woohyun.. ingin diakui.. ia ada.. ia adalah bagian dari kalian. 
Teman? Hanya sepi yang berteman dengannya. Siapa yang ingin berteman dengan si anjing liar dari kelas rendah. Masuk ke dalam lingkup elit tidak semudah yang ia bayangkan, perlu langkah besar untuk setara dengan mereka. Mau seberapa pintar ia, mau seberapa berbakatnya ia, mau seberapa jeniusnya ia, tanpa kuasa langkahnya terasa sia-sia.
Berusaha menaikkan derajat keluarganya? derajat marga yang ia sandang selama ini? Bagi orang-orang yang terlahir dengan selimut emas yang membungkus tubuh mereka hal itu terdengar lucu. Pecundang tetaplah pecundang. Rakyat jelata menginjakkan kakinya ke dalam istana? Berharap keluar dari sana dengan kepingan uang? Jangankan membawa keping uang, keluar hidup-hidup pun tidak akan ada yang menjamin.
Ada satu rahasia seorang Nam woohyun, dia dan Kim Myungsoo adalah saudara. Mereka berasal dari Ayah yang sama, namun Ibu yang berbeda. Eommanya adalah istri kedua almarhum appa Kim. Ia tahu bahwa ia lahir karena sebuah kesalahan. Tapi, tidak bisakah ia hidup normal seperti yang lain. Ia tahu eommanya hamil di luar nikah saat itu. Tapi, tidak bisakah orang-orang itu tidak menyebutnya haram. Ia tahu eommanya telah merebut suami orang. Tapi, ia tak bisa membenci eommanya, yeoja itu yang telah memberikan kasih sayang untuknya di saat almarhum appa Kim menceraikan eommanya.     Eommanya yang telah bersusah payah membesarkannya dengan tubuh ringkih itu, ketika Myungsoo tumbuh dalam kemewahan. Eommanya yang telah memeluknya saat musim dingin, ketika Myungsoo tidur pulas di  kamarnya yang hangat. 
DUGH
Suara benda jatuh membuyarkan lamunanya. Namja itu mengusap kasar wajahnya. Ia bangkit mencari sumber suara.
“AKH..”
Tubuh woohyun mengejang ketika melihat siapa yang ada di sana. Dia, gadis itu tengah berjongkok memperhatikan lututnya yang berdarah. Namja itu membeku. Mijoo, gadis itu mendongak, mendapati orang lain ada di sana. Seorang namja yang ia tahu baru saja dipukuli siang tadi. Mijoo menatapnya dari ujung kaki ke ujung kepala. Ada apa dengan namja itu pikirnya.
“YA! Apa kau tak ada niat membantuku?!”
“Eh?”
.
Mijoo menatap aneh tangan Woohyun di depannya. Namja itu memberikan sebuah plester luka ke arahnya. 
“Apa ini?” tanya Mijoo. 
“Apa kau tak bisa lihat apa itu?” tanya Woohyun balik.
Mijoo hanya mendengus sebal seraya meraih plester itu kasar dari tangan Woohyun. Mereka berdua duduk di pinggir atap. Tidak ada banyak hal yang mereka lakukan. Hanya menatap lurus ke depan tanpa fokus pasti

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Macaroon98
Saya tidak berfikir bahwa karya saya bagus. Tapi feedback dari reader sangat dihargai. Khamsahamnida sudah menyempatkan diri utk sekedar mengintip karya saya

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet