Drunk

Be Honest!

Seungcheol tidak pernah habis pikir dengan kelakuan makhluk mungil itu. Setiap kali dia mencoba untuk mengatakan sesuatu kepadanya, hanya dua reaksi yang akan dia dapatkan, antara marah-marah atau berpura-pura untuk tidak mendengarnya. Pria itu tidak tahan dengan kelakuan leader vocal team itu dan mencoba untuk mengetahui apa yang Jihoon pikirkan dan rasakan selama ini.

Sebuah ide terbesit di otaknya dan dia tersenyum sarkastik saat memikirkannya. Karena Jihoon sangat suka tantangan, maka dia akan mencoba satu hal.

Mengajaknya lomba meminum soju.

 


 

Karena Seungcheol sudah kehabisan ide untuk mengetahui bagaimana cara mengetahui isi hati seseorang, maka dia mencoba untuk membuat pria mungil itu mabuk. Suasana di studio mereka  sedang sepi saat ini. Hanya tersisa mereka berdua yang sibuk mengerjakan lagu-lagu yang akan dirilis nantinya. Pria mungil itu sibuk memandangi layar komputer yang dipakai olehnya dan Seungcheol, pria itu mencoba untuk membuka pembicaraan diantara mereka.

“Jihoon…”

“Hm?”

“Kau mau meminum soju?” tanya Seungcheol dan Jihoon menganggukan kepalanya, “Sedikit?”

“Tapi aku ingin menantangmu,” lanjut Seungcheol dan mendapatkan tatapan tajam dari pria mungil itu.

“Apa maumu?”

“Ayolah… aku hanya ingin tau seberapa kuat kau meminum soju-soju itu… jika kau kalah, aku akan membayar semua soju yang sudah kubeli…”

“Jika aku yang menang? Aku akan meminta kepada sajang-nim untuk mengambil banyak jatah menyanyimu di lagu terbaru nanti.”

Mata pria itu membulat mendengar apa yang sudah dikatakan oleh adiknya itu, “Hei! Itu tidak adil!”

“Iya atau tidak?” Jihoon menunggu jawaban dari leader mereka dengan nada sarkastik.

“Aku… ah baiklah… tapi jangan sampai aku tidak bernyanyi nantinya.”

“Satu detik cukup?”

“Kau keterlaluan…” gumam Seungcheol ketus.

“Cepat ke minimarket dan beli soju itu.” usir Jihoon dan pria itu melangkah dengan langkah yang berat.

 


 

Seungcheol dengan cepat kembali dari minimarket itu, tangannya penuh dengan plastik yang berisi botol-botol soju. Pria mungil itu menoleh dan menatap tidak percaya berapa banyak botol yang dibeli hyung tertuanya itu.

“Berapa banyak yang kau beli, hyung?” tanya Jihoon dan Seungcheol tersenyum, “30? Apakah itu kurang?”

Jihoon mendengus pelan, “Dasar gila…”

“Hei… aku mendengarmu!” balas Seungcheol dan Jihoon kembali mengabaikannya, lagi. Dia membuka dua botol soju itu sebagai permulaan.

“Kau siap?” tanya Seungcheol dan Jihoon menganggukan kepalanya. Mereka berdua mengambil tegukan pertama dengan waktu bersamaan dan dapat terdengar suara yang biasa dikeluarkan oleh seorang peminum dari mulut Jihoon.

“Ini baru sedikit…” sindir Seungcheol saat helaan itu terdengar dari Jihoon. Tatapan tajam didapat olehnya, “Aku akan membiarkan dirimu tidur di tengah jalan nanti jika kau mabuk duluan.”

“Kau jangan terus marah-marah kepadaku!”

Jihoon mengambil tegukan berikutnya, “Kau membuatku kesal lalu membuatku marah…”

Seungcheol juga mengambil tegukan lainnya, “Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau marah-marah terus!”

Jihoon menghabiskan botol pertama dan membuka botol kedua. Lagi-lagi dia mengabaikan Seungcheol dan pria itu sedikit naik pitam saat melihat kelakuan aneh adiknya itu.

“Jangan mengabaikan aku! Bukankah itu adalah tindakan yang tidak sopan! Terlebih aku adalah hyung-mu!” omel Seungcheol dan dengan hebatnya, dia menghabiskan botol kedua tanpa memperdulikan hyung-nya itu.

Pria mungil itu membuka botol ketiga dan meminumnya hingga setengah. Setelah itu, Seungcheol dengan segera mengambil botol itu dan membuat pria mungil itu menatapnya.

“Apa idiot?” tanya pria mungil itu dengan wajah memerah dan tatapan mata yang sedikit tidak jelas arahnya. Seungcheol terkejut melihat adiknya sudah mabuk begitu saja setelah meminum hampir tiga botol soju itu.

“Kau mabuk, jangan meminum ini lagi,” jawab Seungcheol. Sepertinya pria itu berpura-pura bodoh karena rencananya sudah berhasil.

Pria mungil itu merengek, “Ah! Kembalikan itu kepadaku!”

“Tidak boleh Jihoon-ah!”

“Dasar leader cerewet!”

Mata Seungcheol terbuka begitu saja, “Apa yang sudah kau katakan! Aku mengatakannya karena aku peduli―”

“Jaga kalimatmu itu!” pekik Jihoon dengan keras dan dia mengambil sebotol soju yang masih baru itu.

Seungcheol mengambil botol itu dan Jihoon cemberut, “Kembalikan itu!”

“Ya ampun! Kau kenapa Jihoon-ah?” Seungcheol kebingungan dengan isi hati Jihoon.

“Berikan aku soju itu! Bukankah kau harus mengurus member lain!”

“Jihoon! Ada apa denganmu?!”

“Dasar alpaca bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh!” umpat Jihoon.

Seungcheol mencoba untuk bersikap tenang, “Aku bukan alpaca…”

Jihoon mendengus, “Aku mau menjadi member terbaru EXO saja! Karena Chanyeol hyung lebih menyayangimu daripada kau!”

“Hah?! Sejak kapan aku tidak menyayangimu Jihoon-ah?”

“Diam kau alpaca jelek!”

“Ayolah… aku memiliki salah apa?”

“Kau tau? Aku lebih memilih irwansyah menjadi hyung-ku!”

Pria tampan itu benar-benar kebingungan saat ini, “Kau kenapa Jihoon? Ayolah… katakan pelan-pelan kepadaku.”

“Aku membencimu!”

Seungcheol menatap pria mungil itu tidak percaya. Bagaimana seorang Jihoon dapat membencinya? Apakah dia melakukan hal yang salah sejak dulu?

Jihoon mengigit bagian bawah bibirnya dengan kuat, “Kau mengatakan bahwa kita akan memperbaiki hubungan kita kembali! Tapi kau bohong! Dasar pinokio! Kuharap hidungmu menjadi sangat panjang dan aku akan membuat hidungmu sebagai tongkat untuk kakekku!”

“Apakah kau membahas kejadian saat Seventeen Project?”

“Tidak bodoh!”

“Ya tentu saja iya! Kenapa kau sangat tidak peka dasar bodoh!” lanjut Jihoon.

“Bagaimana kau dapat mengungkit hal itu? Bukankah kupikir itu sudah selesai?” tanya Seungcheol dan Jihoon menggelengkan kepalanya.

“Kau tidak peduli kepadaku…”

“Eh?”

“Kau hanya peduli dengan Jeonghan hyung yang selalu mengerjaiku, Jisoo hyung yang sangat suka kau peluk itu, memberikan aegyo kepada Mingyu, mengobrol dengan menyenangkan dengan Seungkwan dan dengan member lainnya… bagaimana denganku?” nada bicara Jihoon menjadi lirih, semua perasaan yang menghantuinya keluar begitu saja.

“Jihoon…”

Dan pria mungil itu menatap hyung-nya dengan tatapan polos. Seungcheol memberikannya pelukan hangat yang membuat Jihoon terkejut, “Kau kenapa?”

“Jihoon-ie cemburu ternyata…”

“Tidak!” pekik Jihoon dan mencoba untuk melepaskan pelukannya. Namun karena dia masih mabuk, tubuhnya melemah begitu saja. Pada akhirnya dia menyerah, mencoba membalas pelukan pria itu.

“Kau cemburu?” tanya Seungcheol lembut dan pria mungil itu menganggukan kepalanya.

“Kenapa?” Jihoon menggunakan jari telunjuknya untuk menjawab pertanyaan Seungcheol. Menggunakan jarinya untuk menulis jawaban untuk Seungcheol.

 

Aku menyukaimu.

 

Pria itu terkekeh pelan mendengarkan jawaban polos dari pria mungil itu. Dia lalu mengecup puncak kepala pria mungil itu, “Aku juga… sejak lama…”

“Kau tidak mengatakan apapun…”

“Kau yang tidak peka Hoon-ie.”

“Kau juga…” dan Seungcheol menganggap dia sangat manis karena kepolosan dan kejujuran yang dia miliki saat ini.

Seungcheol lalu membawa Jihoon ke sofa di belakang mereka, membiarkan pria mungil itu terbaring, “Sudah cukup dengan hari ini oke?”

“Hm… ya…”

Good night…” gumam Seungcheol dan Jihoon tertidur saat Seungcheol mengusap rambutnya.

 


 

Mingyu dan Seungkwan sampai ke studio mereka pukul tujuh pagi, “Selamat pa― apa yang kalian lakukan?!”

Seungkwan menatap mereka berdua sambil tersenyum, Jihoon yang tertidur di sofa dengan Seungcheol yang tertidur sambil duduk di lantai, “Biarkan saja mereka berdua.”

“Mingyu hyung… sepertinya kau ada tugas bersih-bersih hari ini…” lanjut Seungkwan dan melihat beberapa botol soju yang sudah habis dan bungkusan plastik yang di dalamnya adalah soju.

Pria jakung itu menghela napas, “Seungkwan-ah… tolong bantu aku…”

“Oke.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet