Pretending

Stay or Stay Away

                            

 

Is it you who changed or is it i who changed

.

.

.

Hubungan Jimin dan Suga sekilas baik-baik saja, jemari masih menaut walau tak saling menggenggam, Jimin hanya membiarkan tangannya terkulai lemas digenggam oleh sang kekasih, tak ada niatan untuk membalas dengan menepuknya mesra ataupun membelai lembut, perasaannya datar dan sepi, tak seperti yang dulu-dulu. Hambar dan tak bergairah untuk Jimin, beda pula dengan Suga, sangat jarang dia melakukan ini tapi yang pasti dia sedang menekuk kedua kakinya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Jimin, entah apa yang dia rasa sedari tadi karena Jimin tak kunjung membalas genggamannya, dia coba menahan gejolak risau dengan bersenandung kecil berharap Jimin ikut melantunkan melodi yang sama, tapi hanya hembusan napas berat yang dia dapat.

"Nanti aku ikut denganmu ya, hari ini aku tidak akan ke studio, aku sudah minta izin pada Bang Pd untuk libur sehari"

Jimin kembali menarik napas dalam dan menghembuskannya ke sembarang arah menghindari wajah sendu sang kekasih yang terus mencoba menarik perhatiannya.

"Ikut kemana?"

"Nge-Gym, hari ini jadwalnya kan?"

"Aku sudah berjanji akan pergi dengan Jungkook"

Bukannya mendapat sambutan hangat tapi malah penolakan, untuk sekian kali suga merasa ditampar oleh perkataan Jimin, dia baru saja akan membuka mulutnya ketika Jimin berdehem dan melanjutkan kalimatnya.

"Maksudku, hyung tak usah repot-repot menemaniku karena sudah ada Jungkook, aku tak mau pekerjaanmu jadi terhambat hanya kerena keegoisanku"

"Kurasa kita sudah sepakat untuk tak membahas ini lagi, aku berjanji akan berubah dan mencoba meluangkan waktuku untukmu, seperti yang kau minta"

"Tapi kau jadi tak seperti biasanya hyung, sejak kapan kau berani minta libur untuk pekerjaanmu? Itu yang ku maksud"

"Kurasa ini sudah sepantasnya, mengingat aku sudah bekerja keras minggu ini"

"Aku tak mau kau kelelahan hanya karena harus menemaniku"

Suga memijit ringan sudut matanya, benar apa yang dikatakan Jimin dia terlalu bekerja keras untuk mendapatkan libur ini, alangkah baiknya jika dia beristirahat. Tapi bukan ini yang Suga mau, dia melakukan semuanya untuk Jimin, dia berjanji akan meluangkan waktunya untuk Jimin, dia mau Jimin mengerti dan tak mengungkit permasalahan yang sudah mereka bahas kemarin. Di otaknya sudah berjejer kalimat penjelasan namun lidahnya kelu mengingat ketidakmampuannya mengungkapkan isi hati, apalagi nama Jungkook sedari tadi sangat mengganggu kerja otaknya.

"Jimin, apa kau masih marah padaku?"

Bahkan bukan kalimat konfrontasi yang dia niatkan tapi beginilah cara komunikasi Suga, dia hanya menuangkan hasil pemikirannya tanpa membeberkan bagaimana perasaannya sampai terlempar kalimat dingin itu. Dan seperti biasa, seperti sudah disangka, Jimin mulai tersulut emosi.

"Hyung, aku sudah tak mempermasalahkan hal yang kemarin-kemarin, bersikaplah seperti biasa"

Suga terdiam mencoba mencerna kondisi yang sedang terjadi, penyesalan akan perkataannya dan gambaran wajah frustasi yang coba Jimin tahan. Jimin pergi ke dapur dan kembali dengan membawa segelas air, lalu meletakkannya di meja tepat di hadapan Suga.

"Minumlah, aku dan Jungkook akan pergi jam 7"

Suga masih diam, tangannya dengan lambat mengambil gelas dan meminum habis isinya, matanya bertumpu pada gelas ditangannya, tak kuat rasanya dia mengeluarkan kalimat yang sedari tadi ditahannya.

"Ikutlah kalau kau mau"

Dan kalimat terakhir yang Jimin keluarkan seperti mengambang dipendengaran Suga, lalu menghilang bagai asap yang terikut oleh langkah Jimin yang terasa dingin dan pergi meninggalkannya di ruang tamu itu.

.

.

.

Dorm sudah kembali ramai, Jin yang sedang berkonsultasi dengan Rapmon tentang lirik yang dibuatnya, Taehyung yang baru saja selesai mandi begitu pula dengan Hoseok yang sedang mengeringkan rambutnya. Dan disini, Jungkook dan Jimin sedang bersiap-siap untuk berangkat nge-Gym, namun disela-sela kesibukan itu Jimin tertegun ketika Jungkook memecah keheningan dengan sesuatu yang mengejutkan.

"Aku suka melihatmu memakai topi ini hyung, pakailah"

Jimin menegakkan tubuhnya, meninggalkan tali sepatu yang belum tersimpul, dia terkejut melihat bayangan dirinya dan Jungkook dikaca kamar itu, Jungkook dengan senyum menawannya begitu pula dirinya dengan wajah bodoh dengan topi hitam di kepalanya.

"Itu hadiah dariku kan? Anniv kita yang ke dua, aku tak menyangka kau masih menyimpannya"

Jungkook membalikkan badannya, mencoba menelusuri isi kamar Jimin, lalu duduk di kursi putih disudut ruangan, menumpukan beban tubuhnya dengan bertopang dagu.

"Kenapa diam saja? Aku bersungguh-sungguh"

"T-tak apa" Walau agak kaku tapi Jimin tersenyum dengan manis.

"Suga hyung jadi ikut?"

"Mungkin, entah, aku belum ada ke kamarnya sejak tadi"

"Baiklah, aku akan ke kamarnya"

Jungkook berlalu, meninggalkan Jimin dengan beribu pemikiran yang abu-abu, tangannya terulur lambat menyentuh topi hitam di atas kepalanya, bibir tebalnya terangkat dengan sudut senyuman kecil namun tetiba hilang ketika otak sehatnya mulai bekerja mengingatkan, bahwa ini bukanlah perasaan yang benar, Jungkook memanglah mantan kekasihnya dan dia kini harus sadar diri bahwa dia telah memiliki suga.

.

.

.

Di sisi lain dorm, Jungkook menyambangi sebuah pintu berwarna merah maroon dan mengetuknya pelan.

"Hyung, boleh aku masuk?"

Selang beberapa detik setelah ketukan ketiga barulah terdengar suara lemah yang mengizinkan Jungkook untuk masuk. Senyum aneh langsung tergambar di wajah Jungkook, punggung sempit itu tak kunjung membalik menyambutnya.

"Jimin hyung sudah menunggu di luar"

"Aku tak jadi ikut"

Jungkook mendongak mengalihkan perhatiannya dari kegiatan mengagumin kuku tangannya.

"Kenapa?"

"A-aku, merasa tak enak badan"

"Kau sakit?"

Suga dan Jungkook mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu tempat Jimin berdiri, wajahnya menyiratkan kekhawatiran namun tak terlalu jelas, ini hanya pemikiran positif dan pengharapan suga. Jimin berjalan masuk, menghampiri Suga yang terduduk di pinggir ranjang lalu menaruh punggung tangannya di kening Suga.

"Kau sakit? Tadi siang kau baik-baik saja hyung"

"Aku baik-baik saja, h-hanya sedikit pusing"

"Sudah minum obat?"

Suga menggeleng lalu menunduk mengangumi sebuah tangan yang menggengam erat jemarinya, membiarkan jemari Jimin yang lain, menyisir lembut rambut hitamnya. Jimin menghela napas pelan, lalu duduk di samping suga dan menolehkan kepalanya pada Jungkook yang sedari tadi memperhatikan mereka.

"Bagaimana? Tak apa kan kalau dibatalkan saja?"

Sesaat tersirat keterkejutan di wajah Jungkook namun Jimin tak menyadari itu, sungguh aneh tapi beginilah keadaannya.

"T-tak apa hyung, aku rasa sebaiknya kau merawat Suga hyung saja"

"Aku baik-baik saja Jimin, kau pergilah dengan Jungkook"

"Tidak, kami bisa pergi kapan-kapan"

Jimin menarik kepala Suga untuk dibelai dan menaruhnya lembut di dada nya, kembali menoleh pada Jungkook dan memberi isyarat permintaan maaf, Jungkook langusng menangkap kemana arah pembicaraan ini dan memutuskan untuk beranjak dari ruangan itu dan meninggalkan mereka berdua.

"Aku akan meminta Jin hyung membuatkan bubur untukmu, setelah minum obat"

Agak sedikit terkejut, tapi kini Suga sedang menunjukkan senyum gusinya yang sangat manis lalu mengangguk kecil dan kembali menubrukkan tubuhnya yang lemah pada Jimin, dengan gerak yang seakan gagu jimin menepuk-nepuk punggung yang baru dia sadari sangat sempit, dan tangannya yang lain dia biarkan dimainkan oleh jemari Suga. Sayup-sayup napas mereka bersautan, Jimin sadari Jimin menyukai hal ini, dimana dia bisa memeluk suga seenaknya dan mendengarkan lantunan untaian napas tenang mereka berdua, namun tetap saja ada yang mengganjal, sekelebat bayangan Jungkook yang memasang wajah kecewa tadi, dan rasa menyalahkan yang tetap ada untuk Suga.

Kenapa baru sekarang Suga bisa bermanja dengannya? kenapa tak dari dulu, kenapa harus sekarang?

Disaat Jimin mulai berani mempertanyakan kewajaran hubungan mereka, disaat Jimin berani menyampaikan keluhan lewat amarahnya, disaat Jimin yang salah mengartikan bahwa menjauh sementara dari Suga merupakan sebuah solusi yang malah menjadi suatu kenyamanan, disaat Jimin mulai berani mencari pelampiasan, yang entah dengan mengubur atau membongkar kenangan masa lalu, disaat Jimin merasa bahwa kepulangannya ke dorm bersama seseorang yang lain lebih menggembirakan dibanding berdiam diri menunggui Suga di studionya, disaat Jimin sesekali membiarkan diri terlibat pada pembicaraan indahnya masa lalu bersama si masa lalu.

Disaat Jimin mulai oleng oleh senyum menawan sang mantan kekasih, Jungkook.

 

 

"Jimin........aku mencintaimu"

Jimin tertegun, kenapa baru sekarang Suga terasa leluasa mengatakan kalimat pernyataan yang dari dulu dia dambakan, yang sekarang sudah terasa hambar, yang sekarang sudah tak terlalu Jimin dambakan.  Entah kata itu masih berarti atau tidak, entah perlakuannya pada Suga saat ini masih didasari cinta dan disadari oleh hati, entah hanya sebuah tanggung jawab.

Entah Jimin yang berubah, entah Suga yang berubah, entahlah...batinnya.

.

.

.

Hey hoo! I'm nochuD, mari  berteman :D

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet