Chapter 1

BRIGHTER THAN WHITE (on-going)

https://www.youtube.com/watch?v=URCFTyxYVTw

Trailer fanfiction ini ada pada link diatas. Sarannya sih nonton trailer dulu biar angguk-angguk sama plot ceritanya. huehehe. Segala suara yang kalian dengarkan di trailer direkayasakan dengan subtitle. Masa iya, aku harus ngundang Krystal, L, sama L.Joe buat dubbing video nya. Kan gak lucu,wkwk. Keluar duit banyak dong aku nya. Trailer kedua featuring other cast nya masih proses yaa.

6:41 KST. Aku tengah berada di sebuah netcafe menatap layar laptop yang sedang menampilkan rentetan tulisan panjang berjajar rapi. Video klip Akmu yang berjudul melted tampil pada TV LCD berlayar besar. Seorang pelayan membawa nampan berisi cappuccino latte dan menaruhnya disebelah kiri laptopku dengan senyuman yang ramah. Tiba-tiba ponselku bergetar memunculkan sebuah tanda pesan masuk pada akun line ku. Sebuah akun dengan nama 'Seuta' muncul disana.

"Mian, mungkin aku akan terlambat sekitar 20 menit, aku harap kau mau menungguku hingga aku tiba disana."

Jari-jariku mulai bergerak memencet deretan alfabet dilayar ponsel silih berganti untuk mengetik sebuah balasan. Tak bisa dipungkiri, ini adalah pekerjaanku setiap hari. Seorang penulis yang menyandang nama pena untuk menyembunyikan identitas diri yang asli. Aku rindu kampung halamanku, seoul. Aku tumbuh dan besar disini, melewati setiap peristiwa dengan orang-orang yang bersedia berbagi suka dan duka mereka.

Kuamati lewat jendela kaca bagaimana orang-orang diluar sana berlarian menuju ke tempat yang teduh. Oh, hujan rupanya. Seoul di malam hari dengan guyuran hujan memang nampak indah. Deretan toko-toko, jalan setapak, dan lampu hias menghiasi dinginnya kota seoul. Lonceng pintu berbunyi nyaring menampakkan seorang gadis dengan jas hujan berwarna kuningnya. Raut wajahnya yang kedinginan dengan hentakan kecil pada kedua kakinya, ia kemudian melepas jas hujannya dan segera menyapa teman-temannya yang sudah menunggu. Di meja seberang ada seorang ahjussi yang terlihat marah dengan ponsel yang didekatkan pada telinganya. Ia sedang menelepon seseorang. Entahlah, tetapi nada bicaranya begitu naik hingga beberapa orang di netcafe ini menengok kearahnya.

"Ahjussi, mohon kecilkan suara Anda, Anda mengganggu pelanggan yang lain," ucap seorang pelayan mengingatkan.

"O, geure ? Mianhae," jawab ahjussi itu dengan menundukkan kepalanya kepada sang pelayan. Sang pelayan pun membungkukkan badannya kearah ahjussi tersebut.

TV berlayar besar berganti memainkan sebuah video klip yang menampilkan lima orang yang menyanyi dan menari dengan formasi yang apik. Nama ZEROS terpampang disana. Lagu beraliran elektro-pop itu mulai memenuhi seluruh penjuru netcafe. Sejenak pandanganku terpaku pada member yang berada dalam formasi terdepan. Lelaki berambut blonde itu berhasil menarik perhatianku dengan tariannya yang enerjik.

"Sudah lama menunggu ?"

Sosok itu muncul menutupi pandanganku kearah TV. Ia mengenakan coat berwarna hijau lumut dan sepatu boot berwarna krem. Ia kemudian duduk di kursi seberangku dan memanggil seorang pelayan untuk memesan secangkir teh hangat. Entah mengapa, aku hanya terpaku saat melihat wajahnya.

-000-

Namanya Jung Soojung. Gadis itu berjalan tanpa keanggunan melewati area pintu masuk departemen tari terapan. Di tangan kanannya terdapat sapu, sedangkan di tangan kirinya terdapat kemoceng bulu. Hari ini ia dihukum bersih-bersih akibat kecerobohannya mendorong Kim Seolhyun hingga jatuh tertimpa beberapa alat musik di ruang peralatan. Seharusnya Jung Soojung dihukum bersama Kim Seolhyun sekarang, tetapi karena Kim Seolhyun mengeluhkan lengannya sakit maka hukumannya digantikan menulis surat permintaan maaf sebanyak sepuluh lembar dengan tinta biru. Lengan kirinya yang terluka, jadi dia tetap bisa menulis dengan tangan kanannya.

Padahal hari ini adalah hari pertama memulai semester baru dan Soojung sudah naik kelas 3. Hari pertama biasa diisi dengan perpisahan teman-teman sekelas karena pada hari berikutnya mereka semua akan teracak untuk menempati kelas yang berbeda. Namun Soojung malah mengakhirinya dengan bersih-bersih.

Mata Soojung mengawasi kanan kiri papan tanda mencari-cari ruang tujuannya. Ia kemudian berhenti di ujung koridor, tepat didepan ruang latihan dan segera mendobraknya dengan keras.

Alunan musik hiphop yang cukup keras merasuk kedalam telinga Soojung. Ia menjatuhkan sapu dan kemocengnya kemudian segera menutup kedua telinganya karena tak tahan. Seorang laki-laki dengan kaus berwarna putih tengah meliuk-liukkan badannya mengikuti irama musik terdengar sangat nge-beat tersebut. Tampaknya ia tak memperdulikan kehadiran Soojung dan terus melakukan tariannya tanpa kenal lelah.

"Ya ! Geuman !," teriak Soojung padanya. Ia tetap tak peduli.

"Geumanhae Kim Myungsoo !" kali ini lebih keras.

Kim Myungsoo segera mematikan musik lalu mengacak-acak rambutnya yang basah karena keringat dengan kesal. Soojung melangkah untuk mendekati Myungsoo dan menepuk wajahnya dengan kemoceng. Myungsoo langsung terbatuk-batuk akibat debu yang masuk ke dalam hidungnya.

"Ah, wae ? wae ? wae ?, lima belas menit lah, sebentar lagi harus balik ke studio untuk evaluasi" protesnya.

"Kuncinya," Soojung menengadahkan tangannya kepada Myungsoo. Myungsoo mendongakkan kepalanya keatas dan melipat kedua tangannya didepan dada. Ia berlagak tak peduli. Jung Soojung tadinya ditugaskan untuk membersihkan ruang vokal dan toilet departemen tempat ia belajar, yaitu departemen musik terapan. Myungsoo yang tahu bahwa Soojung juga memiliki kunci departemen seni tari segera menodongnya untuk masuk ruang dance.

"kau kira aku ini penjaga gedung ? ah,palli ! Aku harus mengembalikan kuncinya pada Pak Jung, aku sudah janji padanya tadi," omelnya.

Kim Myungsoo tetap pada posenya. Soojung mengepalkan kedua tangannya lalu menendang betis Myungsoo dengan keras. Seketika Myungsoo rubuh mengaduh memegangi kaki kanannya yang menjadi korban kekejaman Jung Soojung.

" Ppalli juseyo idol-nim ! berikan kuncinya padaku," ucap Soojung galak. Myungsoo masih meringis menahan rasa sakit kaki kanan nya dalam posisi meringkuk.

" Argh ! Ya ! Jung Soojung !...Ah, molla !"

Myungsoo kemudian merogoh tasnya untuk mengeluarkan beberapa kunci yang diikat menjadi satu lalu memberikannya pada Soojung. Tanpa mengucapkan apapun Myungsoo langsung melenggang keluar ruangan dengan membawa tas dan jas almamater kuning yang tersampir pada bahunya.

"Eodiga ?"

"Pengadilan tingkat idol" jawab Myungsoo singkat.

Rumah Soojung dan Myungsoo berseberangan sehingga mereka sering bertatap muka tiap harinya. Kim Myungsoo telah menjadi trainee salah satu agensi hiburan di seoul selama empat tahun terakhir setelah gagal dalam berbagai audisi. Myungsoo menyukai menari sejak ia masih kecil. Ia menghabiskan hidupnya untuk sering tidak masuk sekolah dan pergi latihan. Hal ini wajar terjadi pada sekolah mereka. Sekolah tempat Soojung dan Myungsoo belajar adalah Seoul Performing Art School (SOPA), seolah impian para penggemar grup idol. Sekolah ini memungkinkan muridnya yang telah menjadi entertainer maupun peserta latihan mendapat toleransi atas absen kehadirannya di kelas. Gedung yang besar dan luas, seragam kuning kebanggaan, dan idol yang melintas. Layaknya surga bukan ?. Namun Soojung tak peduli itu semua, ia masuk SOPA untuk mengembangkan passion bermusiknya, bukan untuk terkagum-kagum memandang wajah malaikat para idol yang bertebaran di SOPA. Lagipula cukup banyak penggemar tipe stalker di SOPA. Kehadiran murid yang nota bene-nya sudah menjadi idol malah membikin heboh seluruh penghuni sekolah.

"Oh, sudah selesai ?"

Soojung mengangguk pada Pak Jung yang sedari tadi menunggunya selesai mengerjakan hukuman. Ia memberikan kunci-kunci nya kepada Pak Jung dan mengucapkan bahwa ia sudah mengerjakan tugasnya sampai tuntas. Pak Jung terlihat sedang mengetik beberapa tulisan di layar komputer lalu menghidupkan printer. Selembar kertas pernyataan telah menyelesaikan detensi diberikannya pada Soojung.

"Cheogi...," ucap Pak Jung. Saera membulatkan matanya mencoba memperhatikan kalimat selanjutnya.

"Benarkah kamu berkelahi dengan Kim Seolhyun ?," tanya Pak Jung. Soojung hanya diam seribu bahasa.

"Ani.. kau tahu kalau Seolhyun itu bukan sembarang siswa, dia itu idol yang punya banyak penggemar. Kau bisa saja jadi bahan bully-an penggemarnya nanti. Yah, walaupun kau tidak salah sekalipun. Tetap saja, lebih baik kau tak mencari masalah dengan orang sepertinya"

Sekali lagi Jung Soojung hanya terdiam. Kemudian ia tersenyum sambil menjelaskan bahwa peristiwa yang tadi ia lakukan secara tak sengaja karena ia terlalu emosi ketika Kim Seolhyun tak bisa mengerjakan tugas kelompok dengan baik. Yakinlah bahwa itu bukan alasan yang sebenarnya. Soojung hanya mencari aman.

Untunglah Pak Jung mau mengerti. Jung Soojung melirik jam tangan berbingkai silvernya yang berkilauan tertimpa sinar matahari yang masuk melalui jendela ruangan. Ia kemudian berpamitan pada Pak Jung sembari membungkukkan badannya dengan hormat.

-000-

Tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan duduk berjajar disebuah kursi yang dilengkapi meja panjang. Seluruhnya sibuk membolak balikkan lembaran kertas yang kemudian menuliskannya dengan bolpoin ditangan mereka. Dihadapan mereka terdapat sekitar sepuluh peserta latihan yang diharuskan untuk menampilkan pertunjukkan mini mereka di ruangan yang dominan bercat kuning itu.

Kim Myungsoo berjalan dari barisan enam belas peserta latihan ketika juri berjas biru gelap yang merupakan CEO agensinya, DC Entertainment memanggil namanya. Kim Myungsoo melihat keempat juri yang tengah menatapnya bertanya-tanya akan apa yang akan ditunjukkannya pada mereka. Myungsoo merasakan jantungnya berdegup kencang, takut jika penampilannya akan berakhir mengecewakan para juri melihat sebagian besar peserta sebelumnya memperoleh komentar cukup pedas.

Kini Myungsoo tengah bersiap dengan posisinya. Lagu Chris Brown yang berjudul Loyal mulai terputar membuat Myungsoo mulai melakukan dance nya. Myungsoo mensinkronkan gerakan dengan lagunya dengan baik ditambah ekspresinya yang juga ikut 'bermain' mengikuti irama lagu.

Dua menit tak terasa berhasil dilalui Myungsoo melalui penampilannya. Seperti biasa, tak ada suara tepuk tangan seusai penampilan. Memang tak ada yang melarang untuk bertepuk tangan. Tetapi semua orang di ruangan itu tahu kalau ini adalah pertarungan. Sebuah pertarungan yang menentukan karir mereka kedepannya. Alih-alih disini hanya ada tatapan sinis jika seseorang dari mereka berhasil melakukan pertunjukkannya dengan baik.

"Kim Myungsoo, kenapa kau berbohong ?," tanya salah satu juri bertopi miring yang merupakan pelatih koreografi trainee DC Entertainment. Pertanyaan tersebut membuat seluruh orang mengerutkan dahi karena bingung akan maksud sang pelatih, termaksud Myungsoo sendiri.

"Ne ?," mata Myungsoo melebar. Ia masih mengatur napasnya yang terengah-engah. Keringat membasahi sekujur badannya, ia menyeka keringat yang ada didahinya.

Sang pelatih kemudian tersenyum. Tersenyum misterius lebih tepatnya. "Kakimu cidera bukan ? Terus terang saja, aku tak bisa dibodohi karena aku sudah melihat ratusan orang yang keadaannya sama sepertimu, memaksakan diri untuk menari seakan mereka besok akan mati. Kamu sombong Myungsoo. Kamu sombong karena kamu sok kuat menunjukkan tarianmu disaat keadaan kakimu seperti itu."

Orang-orang yang berada diruangan tersebut terkejut mendengar pernyataan sang pelatih. Mereka tak menyangka jika kaki Myungsoo sedang cidera karena selama pertunjukan tadi Myungsoo melakukannya tanpa satu gerakan cacat sedikitpun.

"Omo, aku tak benar-benar menyangkanya. Apakah benar kakimu cidera ?," satu-satunya juri perempuan yang merupakan pelatih vokal bertanya pada Myungsoo.

Myungsoo masih menunduk tak berani menatap keempat juri. Ia kemudian melipat celananya keatas untuk memperlihatkan kakinya yang ditempel plester berukuran cukup lebar. Myungsoo jadi kemudian mengingat kejadian siang hari tadi, saat Soojung membuat keadaan makin parah dengan menendang kakinya cukup keras.

"Jika kau debut sebagai band kelompok nanti kau tidak boleh seperti ini. Satu anggota bisa mempengaruhi performa kelompok. Apakah kau punya hal lain selain menari ? Yang kutahu kau tidak melakukan nyanyian ataupun rap," kata sang CEO.

"Ne, majjayo. Saya tidak bagus dalam hal menyanyi maupun rap. Menari adalah kelebihan saya" jawab Myungsoo.

"Itulah masalahmu," sang CEO kemudian membetulkan kacamatanya. "Jika kau dalam suatu band kelompok, walaupun kau cidera kau masih bisa berada diatas panggung dengan syarat kau menyanyi atau melakukan rap. Kalau tak ada maka tak satupun yang bisa dijual dari dirimu. Kau ini calon penyanyi. jika kau hanya menari, jadilah back dancer saja."

"Jeosonghamnida, saya... saya akan melakukan yang terbaik untuk yang selanjutnya," Kim Myungsoo membungkuk hormat kepada keempat juri.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya ?," tanya sang CEO kembali.

Myungsoo hanya terdiam, tak ada kata yang sanggup diucapnya.

"Jadi kau belum tahu rupanya. Ah, arasseo, kau bisa kembali," pinta sang CEO.

"Ne"

-000-

Jung Soojung membuka pintu kamarnya sambil membawa segelas teh jeruk. Ia kemudian menarik kursi untuk menyalakan komputer. Notifikasi e-mail langsung muncul begitu komputer selesai memuat tampilan desktop. Tangan Soojung bergerak mengarahkan kursor pada icon aplikasi e-mail tersebut. Tatapannya berubah kesal ketika ia mengetahui e-mail nya penuh notifikasi facebook dan langganan surel website lain.

"Ah, mwoya.. setiap hari hanya spam saja," keluhnya.

Jarinya terus melakukan scroll dan akhirnya menemukan suatu e-mail yang memiliki subjek aneh. Subjek itu bertuliskan '42814131'. Dahi Soojung mengerut membaca alamat e-mail si pengirim : [email protected].

"Soojung-ah ! antarkan kimchi ini kerumah paman Kim," teriak ibu Soojung dari lantai bawah.

"Ne, eomma !"

Jung Soojung langsung mengatur komputernya dalam keadaan sleep mengabaikan e-mail aneh tersebut lalu bergegas keluar kamar. Ia kemudian menerima baskom berisi kimchi yang dibuntal dengan kain motif kotak-kotak. Paman Kim yang dimaksud ibu Soojung adalah ayah Kim Myungsoo. Ayah Myungsoo sudah 3 tahun terakhir hidup bersama kedua anaknya karena ibu Myungsoo sudah meninggal. Sedangkan keluarga Soojung baru saja pindah ke Yangpyeong 18 bulan yang lalu. Keluarga Jung cukup dekat dengan keluarga Kim, karena saat kepindahan mereka keluarga Kim sudah banyak membantu.

"Paman !," Soojung berteriak didepan sebuah kedai sushi diseberang rumahnya. Kedai sushi ini milik ayah Myungsoo. Dibelakang toko kelontong ini tersambung langsung dengan tempat tinggal keluarga Kim.

Paman Kim yang berkemeja hijau muda dan bercelemek merah muncul dari balik kelambu dapur kedai. "Oh, Soojung-i ? Yahhh, duduklah disini nak !"

"Eomma menyuruhku untuk mengantarkan kimchi ini untuk paman. Eomma bilang ini untuk makan malam paman bersama Myungsoo dan Yoogeun nanti," ucap Soojung dengan ramah.

"Eo, Jinjja ? Sampaikanlah terima kasih ku pada eomma mu ya, kebetulan paman juga tidak akan sempat untuk makan malam nanti. Paman akan pergi keluar sebentar lagi. Soojung-ah, maukah kau bermain dengan Yoogeun sampai aku atau Myungsoo pulang ?"

"Myungsoo belum pulang, paman ?"

"Belum, biasanya kan dia pulang malam-malam karena harus latihan"

Soojung mengangguk lalu mengamati sekeliling dimana tempat duduk pelanggan telah kosong. Meja-meja pun sudah bersih dari piring dan gelas bekas pelanggan. Semua begitu bersih dan rapi. Walaupun Paman Kim adalah seorang ayah, tetapi ia mampu mengerjakan tugas seorang istri dengan baik pula.

"Paman, Yoogeun-i eodisseo ?," tanya Soojung penasaran karena sedari tadi ia tak melihat Yoogeun.

"Yoogeun-i ?, uhh...mari kita lihat dimana dia"

Paman Kim dan Soojung tak menyadari ada sesuatu terbungkus kain taplak meja bergerak dibelakang mereka. Sesuatu itu terus bergerak mengendap-endap dibelakang Jung Soojung tanpa suara sebelum akhirnya menampakkan diri dari balik kain taplak dengan tangannya yang mencubit pipi kanan Soojung dengan tiba-tiba.

"Jjijjiponggg~!"

"Omo ! kau mengagetkan nuna"

Jung Soojung hampir saja bangkit dari kursinya karena kaget. Disampingnya terdapat Kim Yoogeun yang tertawa menampakkan deretan gigi-gigi kecilnya yang rapi. Kim Yoogeun yang berusia delapan tahun dengan beraninya pernah berkata bahwa kakaknya adalah Jung Soojung bukan Kim Myungsoo. Yoogeun lebih dekat dengan Soojung karena Myungsoo jarang pulang ke rumah akibat jadwal latihan yang padat ditambah Myungsoo sangat tidak respect terhadap appa nya sendiri. Di lingkungan ini sulit mendapatkan teman bermain seusia Yoogeun, itulah sebabnya paman Kim sering meminta Soojung untuk bermain bersama Yoogeun ketika ada waktu luang karena paman Kim harus menjaga kedainya dari jam sembilan pagi sampai jam delapan malam.

"Annyeong, Soojung nuna !" Seunghun melambaikan tangannya dengan lucunya.

"Ne, annyeong meotjin Yoogeun ! mau jalan-jalan sama nuna ?"

"Ne !" sahut Yoogeun dengan semangat.

"Geurae, Yoogeun-ah, kamu main dengan Soojung nuna ya, appa mau pergi sebentar. Tunggu sampai appa atau hyung mu pulang nanti. Appa pergi dulu, arraseo ? Yoogeun annyeong !"

Paman Kim kemudian mengenakan jaket dan tas selempangnya lalu mereka bertiga keluar kedai. Soojung dan Yoogeun tak lupa mengucapkan selamat jalan kepada Paman Lee.

"Soojung-ah, tolong jaga Yoogeun ya. Maaf paman sering memintamu melakukan hal yang sama"

"Ne, paman. Soojung akan memastikan Yoogeun tetap bahagia sampai paman kembali nanti"

Paman Kim terkekeh. Yoogeun dan Soojung melambaikan tangan mereka kepada Paman Kim yang tengah menghidupkan mesin motornya. Paman Kim tersenyum pada keduanya lalu mulai menjalankan motornya pergi.

"Yoogeun-ah, mau es krim ?" tawar Soojung.

Yoogeun mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kajja !"

--------------------

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet