baseball

My Valentine

“Hei, Choi Seungcheol!” Pekik pria mungil yang sedang memakai seragam baseball yang sudah terdapat noda-noda percikan lumpur, mengejar sosok yang terus saja berjalan mengabaikannya di lorong sekolah. Bisa dilihat kalau matahari senja menyapa mereka dan mengatakan bahwa hari sudah cukup sore untuk mereka kembali ke rumah masing-masing.

“Hei―” dan kalimat Jihoon terputus. Jihoon menabrak punggung pria itu karena dengan mendadak pria didepannya itu berhenti.

“Kau kenapa?” Tanya Jihoon heran dan Seungcheol memutar badannya, menatap pria itu dengan tatapan malas.

“Aku tidak mau bermain baseball” Jawabnya singkat.

“Aku tau” Balas pria mungil itu.

“Jadi kenapa kau memanggilku dan mengejarku? Bukankah itu alasanmu?” Jihoon menghela napas setelah mendengarnya. Sebenarnya hal ini juga bukan keinginannya, namun Kang seonsaengnim maupun kepala sekolah sangat mengharapkan sesosok Choi Seungcheol untuk bergabung dalam team baseball sebagai kapten. Dan dengan sebuah harapan, mereka menyuruh seorang mungil Jihoon untuk membujuk Seungcheol masuk menjadi ketua team baseball.

“Aku tau, tapi mereka menyuruhku untuk membujukmu” Jawab Jihoon dan Seungcheol mengela napas singkat kemudian membalas “Jadi apakah aku harus pergi menemui kedua guru itu dan menolak mentah-mentah tawaran mereka?”

Jihoon membulatkan matanya, menatap pria itu dengan jengkel “Hei, kau memang murid baru yang direkomendasikan karena kemampuan olahragamu itu tapi, ayolah”

“Ah ya,ngomong-ngomong karena hari ini aku baru saja menjadi murid disini ada cabang olahraga apa saja disini?” Tanya Seungcheol.

“Voli, basket, baseball, renang, sepak bola, golf, bulu tangkis, beladiri dan beberapa lainnya, aku lupa” Jawab Jihoon sambil menghitung jumlah cabang olahraga dengan menggunakan jarinya. Sekolah yang dimasuki oleh mereka adalah Pledis Sport High School dimana itu adalah sekolah khusus dengan cabang olahraga sebagai pendidikan utama.

“Beladiri? Apa ada taekwondo?”

Jihoon berpikir sejenak, mencoba untuk mengingatnya namun Seungcheol melanjutkan kalimatnya “Ikut aku”

“Kemana?” Tanya Jihoon heran.

“Kau ingat aku siapa?” Jawaban yang menjadi sebuah pertanyaan dari seorang Choi Seungcheol.

“Choi Seungcheol” Jawab Jihoon.

“Maksudku aku adalah murid baru”

“Dan?”

“Kau sudah pendek, sepertinya kau bodoh” Jawab Seungcheol datar dan Jihoon mulai kesal mendengarnya.

“Hei, aku mengejarmu bukan untuk mendengarkan ocehanmu!” Ucap Jihoon sedikit frustasi.

“Jadi kau mau aku ikut dengan team baseball atau tidak?”

Jihoon kembali berpikir dan kemudian menganggukan kepalanya

“Satu syarat”

“Apa?”

“Bawa aku berkeliling ke seisi sekolah ini dan kemudian aku akan mempertimbangkan tawaranmu itu”

“Mempertimbangkan? Ya! Choi Seungcheol! Kenapa kau tidak langsung menyetujuinya saja!” Pekik Jihoon frustasi.

“Tapi setidaknya aku memberikanmu peluang”

“Kau― ah sudahlah” Jihoon memilih menyerah, membuar Seungcheol tersenyum penuh kemenangan.

Mereka berdua berjalan, menelusuri satu gedung ke gedung lain maupun lapangan olahraga dan itu berlangsung hingga satu jam kemudian.

“Sudah jam berapa?” Tanya Jihoon dan Seungcheol melihat jam tangannya.

“Hampir jam tujuh malam” Jawab Seungcheol santai, mereka masih sibuk menelusuri lapangan basket yang terdapat disebelah lapangan baseball.

Jihoon terdiam mendengarnya, mencoba untuk bersikap normal setelah mendengar ucapan “Choi Seungcheol”

“Hm?”

“Aku memiliki satu permintaan”

“Apa?”

“Bisakah kau temani aku sebentar?”

 


 

“Hei... Kau takut gelap ya?” Tanya Seungcheol heran saat memasuki ruang ganti team baseball dan mendudukkan dirinya diatas sofa kecil di ruangan itu. Jihoon diam dan menggelengkan kepalanya, mencoba untuk menyangkal.

“Tidak, tapi tunggu aku sebentar, kau yang membuatku disini sampai sekarang” Jawab Jihoon dan bergegas untuk mengambil bat maupun tasnya.

“Kau yakin kau akan pulang dengan begini saja?” Tanya Seungcheol yang melihat Jihoon dengan sedikit heran.

“Memangnya kenapa?” Tanya Jihoon polos.

“Seragam baseball-mu penuh dengan noda lumpur”

“Ah, benar juga” Balas Jihoon.

“Eum… Seungcheol?”

“Ya?”

“Kau bisa menungguku kan?” Tanya Jihoon ragu.

“Kenapa? Kau takut gelap? Tidak kusangka orang sepertimu―”

“Ah sudahlah jika kau tidak bisa, aku akan pulang sendiri” Potong Jihoon dan kemudian Seungcheol menatap pria mungil itu segera memasuki ruang ganti.

“Hei, mandilah. Aku akan menunggumu” Ucap Seungcheol.

Lima belas menit kemudian Jihoon keluar, dengan rambut yang masih basah dan dia bersiap untuk pulang. Seungcheol kembali menatapnya dengan heran.

“Hei, rambutmu”

“Apa lagi?”

“Keringkan dulu” Dan Jihoon kembali menurut, mengambil handuk ditasnya dan mengeringkan rambutnya. Seungcheol melihatnya dan kemudian keluar dari ruangan itu.

Jihoon segera mengehentikan aktivitasnya dan keluar mencari Seungcheol, namun tidak ada sosok itu diluar.

“Hei Cheol―”

“Apa?”

Jihoon terkejut dan kemudian berteriak, lalu melihat Seungcheol yang ternyata di sebelahnya.

“Hei, kau kemana saja ?” Tanya JIhoon setelah menormalkan detak jantungnya.

Seungcheol menatapnya dengan datar “Aku hanya berjalan ke sekeliling di luar ini dan saat melihatmu keluar aku hanya berjalan mendekatimu”

“Dan kau berteriak cukup keras” Jawab Seungcheol dengan tersenyum usil.

“Tidak mungkin aku dapat melihatmu di dalam kegelapan dan kau datang begitu saja! Aku pasti terkejut bukan!” Pekik Jihoon kesal.

“Apa kau takut gelap?” Lanjut Seungcheol tanpa memperdulikan pria mungil di depannya ini kesal. Jihoon terdiam dan mengangguk pelan, menundukkan kepalanya dan mencoba menghilangkan rona merah di wajahnya.

Dia membenci seseorang mengetahui kelemahannya, dia membenci seseorang yang mengusilinya dengan menggunakan kelemahannya dan sikap menyebalkan Seungcheol membuatnya membenci pria itu.

Seungcheol menepuk pundaknya sekilas dan pria mungil itu menatapnya “Ayo, kuantar kau pulang”

 


 

“Bisakah kita mampir ke minimarket sebentar?” Tanya Seungcheol dan Jihoon mengangguk.

Mereka memasuki minimarket itu, Jihoon hanya melihat Seungcheol yang sibuk memiliki beberapa kaleng minuman dan beberapa bungkus ramyun instan. Setelah itu Seungcheol dengan cepat membayar ke kasir dan Jihoon masih tetap mengikuti dibelakangnya.

Mereka berdua keluar dari minimarket itu dan Seungcheol memanggilnya “Hei, Ji”

Jihoon mengalihkan atensinya ke pria itu dan sesuatu yang dingin menempel diwajahnya.

Orange juice?” Gumam Jihoon pelan dan meraih minuman itu.

“Anggap saja sebagai traktiranku” Balas Seungcheol dan Jihoon mengucapkan terima kasih.

Mereka berdua berjalan dengan diam hingga Seungcheol membuka mulutnya

“Kenapa kau takut gelap?”

Jihoon menatapnya sekilas dengan tatapan yang tidak bisa dibaca dan kemudian menghela napas untuk mengumpulkan seluruh kekuatannya “Dulu aku pernah terkurung di gudang selama semalaman karena kecerobohanku ya sepertinya itu membuatku menjadi phobia”

Dan Seungcheol menarik lengannya, hingga wajah Jihoon menabrak dada Seungcheol kemudian menatap Jihoon “Banyak sekali pengendara yang tidak becus di malam hari dan mobil itu hampir menabrakmu ah ya, kau tidak apa-apa kan?”

Jihoon terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata apapun dan dia hanya menatap Seungcheol. Tubuhnya terasa kaku setelah Seungcheol menariknya. Dan dengan cepat Jihoon menganggukan kepalanya.

“Terima kasih” Ucapnya dan mereka kembali berjalan tidak sampai lima belas menit kemudian mereka sampai didepan rumah Jihoon.

“Rumahmu dekat dengan rumahku ternyata” Jawab Seungcheol.

“Rumahku hanya beberapa blok dari sini” Lanjut Seungcheol dan Jihoon membuka mulutnya “Terima kasih sudah mengantarku”

“Oke, dan ngomong-ngomong” Putus Seungcheol.

“Jika kau pulang sendirian aku bersedia mengantarmu”

“Ya!” Pekik Jihoon kesal karena setelah Seungcheol mengucapkannya dia segera tersenyum usil.

“Hei, Lee Jihoon…”

“Ah ya senang berkenalan denganmu, teman baru. Aku pulang dulu dan yang tadi kukatakan bukan basa-basi, aku memang bersedia” Jawab Seungcheol dengan memamerkan senyum cerahnya dan kemudian berlari dengan secepat kilat.

 

 

Jihoon membenci pria itu

Pertama dia terlalu menyebalkan

Kedua dia tau kelemahannya

Ketiga dia melakukan segala sesuatu diluar prediksi Jihoon

Keempat dia mencoba mendekati dirinya yang pendiam

Namun untuk point yang keempat, Jihoon sedikit menikmatinya dan wangi mint khas tubuh Seungcheol masih dapat dihirupnya melalui hidungnya. Wajahnya sedikit panas dan jantungnya berdetak tidak karuan.

 


 

baseball x taekwondo couple XD

happy Jicheol day all~!

Thank you udah nunggu ya!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
lakeofwisdom
#1
Chapter 1: Nangis aja aku seungcheol modusnya bisa banget :(
sseundalkhom
#2
Chapter 1: Tolonglah aduh tolong bayangin ginian, aduh jicheol *nangis di pojok*
Balalala1717 #3
Chapter 1: Aaaaaa happy jicheol daaaay aa sweet as always authornim~~~