[MARK] Because No Body Tell Him

HOME

"Maaf, tapi kita harus putus."

 

Mark terdiam. Matanya tak sanggup menatap yeoja yang duduk dihadapannya. Bukan ini yang ia harapkan, sama sekali bukan. Tidak seharusnya sekarang juga tidak di kafe ini, Minah.

 

"Oppa... Aku pergi", Minah mulai merapikan roknya dan perlahan berdiri.

 

"Tunggu, aku tak mendengar apapun dari mulutmu", Mark ikut berdiri dan menatap tajam wanita dengan rambut cokelat tergerai indah itu. Pandangan Mark tajam. Ia sudah bertekad tak akan melepaskan yeoja yang membuatnya gila. Mark telah gila karena Minah dan tak mungkin ia bisa melepas Minah dari pandangannya, bahkan semeter.

 

Pertemuan mereka sungguh klasik. Berawal dari keduanya bertabrakan, mungkin terbawa momen dan kemudian hati mereka berdesir. Keduanya entah mengapa, selalu tiba-tiba bertemu. Mark awalnya tak menyangka bahwa dirinya bisa gila hanya karena bertemu secara kebetulan dengan Minah.

 

"Aku mau kita putus." Kini Minah mengatakan dengan tegas. Tapi Mark masih berpura-pura tak mendengar apapun. "Kau bilang apa? Tolong bicara dengan melihat mataku. Lihat mataku, Minah!" Suara Mark mulai meninggi.

 

Minah terdiam, tubuhnya mulai bergetar. Ia menutup matanya sambil mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan putus pada namja yang memang ia suka, sangat ia suka. Minah mulai menatap kedua manik indah di mata Mark. Hatinya berdesir dan berdentum keras, menolak apa yang ingin ia katakan. Tapi ia sudah bertekad, sesuka apapun ia dengan Mark, waktu pasti akan memutuskan mereka. Lebih baik tak usah diulur terlalu lama, dari pada kita harus memendam rasa sakit yang akan bertambah lara.

 

Minah menarik nafasnya, kali ini ia benar-benar harus memutuskan Mark, sebelum suatu saat nanti mungkin Mark yang akan memutuskan dirinya. Minah kini sudah menatap Mark, ia berusaha memberikan tatapan berani pada mata yang pemiliknya pernah memberikan kebahagian  dan kehangan yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Kita harus putus. Minah dan Mark putus hari ini.", yeoja itu mengucapkan sembilan kata itu dengan jelas dan ia benar-benar menatap Mark tegas. Kemudian melangkah pergi.

 

Mark terdiam. Ia tak pernah menyangka ternyata yeoja itu bisa mengucapkan putus dengan mudah bahkan menatap matanya. Tapi ia sadar, ada yang salah dari pandangan Minah. Mark menggingit bibir bawahnya. Sudah, ia tak tahu bagaimana cara mempertahankan Minah lagi. Rambut yang tadi ia rapikan spesial karena Minah memintanya untuk bertemu di kafe pertama kali mereka bertemu kini sudah berantakan. Sudah pasti, Mark telah mengacak-acak rambutnya. Bahkan hingga Minah pergi, Mark duduk tanpa ada energi, bahkan untuk sekedar berdiri kemudian mengatakan jangan pergi. Minah membawa pergi hatinya, seluruh hati Mark. Mark terlanjur memberikan seluruh hatinya kepada Minah, dan sekarang Mark hidup tanpa hati.

 

Itulah mengapa Mark tak pernah banyak bicara. Mark kadang tersenyum ringan namun canggung ketika ia bercanda bahkan bersama teman-temannya. Mark telah kehilangan hatinya. Tetapi yang tak pernah Mark tahu sampai sekarang adalah mengapa Minah meniggalkannya bahkan begitu gigih ingin putus darinya. Bahkan, sedetik pun setelah itu tak pernah ia melihat gadis itu lagi. \

 

No body tell him. 

Jika kau menjadi aku, haruskah kau bilang bahwa Minah telah pergi meninggalkannya, untuk selamanya? 

Leukimia telah mengggerogoti hati Mark yang Minah bawa, juga membawa Minah pergi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet