one water

Into The Sea

one water

 

 

Awalnya, semua berjalan stabil. Tidak ada gangguan yang terlalu mengganggu, mungkin hanya suara ombak yang tidak terlalu keras, malah membuat hati tenang.

Ya, Soojung baru saja pindah ke daerah dekat pantai.

Dia kurang tahu daerahnya awalnya, tapi karena ibunya menginginkan dirinya mandiri, atau dengan kasar bisa dibilang mengusir dari rumah. Padahal tidak ada masalah ekonomi yang mencekik, malah mereka hidup berkecukupan dan Soojung selalu bersyukur karenanya.

Rumah yang Soojung tempati tidak terlalu besar, jendelanya yang terlihat dari depan memang agak kusam. Rumah itu dindingnya berwarna biru seperti birunya laut, catnya ada yang rontok akibat cuaca. Pagar kayu berwarna putih terlihat sedikit rapuh termakan usia, dan pekarangannya tidak terlalu sempit ataupun lebar. Dan memang hal itu sedikit mengecewakan Soojung-sedikit.

Setelah menghela nafas panjang, Soojung melangkahkan kakinya perlahan. Melewati jalan setapak yang menghubungkan pagar dan rumah. Jalan setapak itu terasa lebih kecil dari jalan setapak lainnya. Kerikil-kerikil berwarna-warni tersusun rapi membentuk jalan setapak kecil ini. Rumput-rumput liar yang Soojung yakini sudah sangat panjang, hampir saja membuatnya tersandung, mungkin sudah jatuh jika dia tidak pintar dalam menjaga keseimbangan.

Membuka pintu perlahan, Soojung masuk dan disugihi pemandangan yang membuat dirinya menghela nafas kesal, kenapa tidak? Lihat saja, debu beredar dimana-mana yang membuatnya bersin dua kali sejak baru masuk, sofa-sofa tua yang sudah terlihat remuk, di sudut-sudut ruangan juga terlihat banyak pasir putih yang berkerumun membentuk komunitas. Dan jangan lupakan lampu yang tidak bisa menyala sama sekali.

Dan memang ini adalah suatu takdir yang menyedihkan bukan?

Soojung menoleh ke arah anak tangga yang entah mengarah kemana. Dan segera memutuskan untuk istiharat , mungkin.Ia menaiki anak tangga yang selalu berderit jika diinjak. Lantai 2 memang agak luas dari lantai bawah, isinya hanya satu  kamar tidur, kamar mandi, dan dapur. Soojung melangkah menuju kamar yang pastinya miliknya.

Di dalam hanya ada kasur berukuran king-size dan sebuah lemari kecil yang terlihat tua berada di sampingnya, dan di atas lemari itu terdapat lampu tidur yang ternyata masih dapat menyala. Soojung menghela nafas lagi. Ia ingin memaki rumah ini, tapi apa daya dia memang sudah terlalu lemas untuk memaki karena perjalanan yang nyaris 10 jam itu. Dan ia ingin sekali tidur.

Soojung memutuskan untuk mandi dulu. Ya, mandi.

Menoleh ke dalam kamar mandi, Soojung tidak menyangka, kamar mandinya terlihat lebih bersih dari tempat lain di rumah ini, toh biasanya kamar mandi adalah tempat paling kotor. Soojung melangkah masuk, menoleh ke segala arah. Matanya terfokus pada bak mandi yang berisi air terlihat berwarna biru itu. Soojung diam, padahal dia belum mengisi bak, ia segera menyentuh air itu. Rasanya seperti air biasa. Hanya saja terlihat lebih kasar, seperti ada kerikil atau apalah itu. Soojung memasukkan tangannya lebih dalam ke dalam bak, setelah ujung jarinya menyentuh dasar, Soojung merasakan sesuatu, teksturnya seperti batu.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Soojung mencelupkan wajahnya ke dalam bak, anehnya ia hanya melihat keramik yang merupakan dasar dari bak. Ia mencoba menyentuh dasar lagi, wajahnya masih di dalam air. Dasarnya terasa seperti keramik, berbeda dari yang tadi. Sudahlah ia sudah tidak peduli lagi. Sehun segera keluar dari kamar mandi, dia sudah terlalu capek untuk mandi dan memutuskan untuk tidur hingga esok pagi.

--

“hey.”

“bangun!”

“BANGUN!”

Mata sehun terbuka secara paksa, sinar matahari menyilaukan matanya dan untungnya ada sekumpulan ikan yang menutupi arah datangnya sang mentari-tunggu, ikan?

Soojung hampir saja berteriak jika dia tidak melihat seorang pemuda yang sepertinya seumuran dengannya, rambutnya hitam kelam. Iris matanya biru, sebiru laut. Terlihat ramah dan kulitnya tan. Ia memakai baju kaos berwarna biru pada bagian kerahnya dan celana hitam selutut. Dan dia menatap Soojung dengan tajam, Sehun tarik kembali kata ramah untuk orang ini.

Soojung melihat sekeliling, matanya membelalak kaget. Ikan-ikan berbagai warna berkelompok dan berenang ke sana kemari, batuan indah berwarna hitam kebiru-biruan berjejer dengan tidak teratur. Coral-coral berbagai warna siap untuk dipandang, dan juga bangunan-bangunan yang terlihat seperti sebuah sekolah, apa dirinya salah lihat? Tidak, dia tidak salah lihat. Mungkin ini hanya ilusi biasa, dan mungkin ini adalah mimpinya yang-

“kau siapa?” suara pemuda itu menghancurkan semua konsentrasi Soojung.

Soojung memilih diam, takut jika ia berbicara, ia akan kehilangan nafasnya yang baru saja ia tahan setelah sadar ini lautan.

“hey jawab aku!” pemuda itu mengguncang bahu Soojung yang masih setia bungkam-lebih tepatnya menahan nafas.

Orang ini tidak tahu sopan santun ya!

Si iris biru menyerah dan menatap Soojung dengan malas. Ada keinginan untuk meninggalkan si bocah dungu garis miring Soojung. Tapi ada rasa kasihan menyelimuti pikirannya.

Soojung yang bukam masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi, sambil menerka-nerka bagaimana bisa terjadi. Terakhir yang terjadi adalah, ia tidur dengan tenang di kasur barunya dan terbangun di sini, di dalam laut.

“tenang saja, kau itu bisa bernafas di sini” Soojung percaya apa yang si pemuda katakan.

Soojung menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan, menimbulkan gelembung-gelembung karbon yang melayang di air ataupun menghilang. Soojung ingin bertanya, tapi terlalu takut. Orang ini belum tentu tau dia manusia bukan? Kalau orang ini memang tau, kenapa dia tidak dibawa ke daratan. Soojung menetapkan hati untuk bertanya.

“aku dimana?”

“tentu saja dasar laut, bodoh” pemuda itu menjawab dengan kesal.

“aku tahu! Maksudku ini di laut mana?” Soojung menghela nafas kesal.

“kau baru saja migrasi ya? Selamat datang di Equillera. Namaku Kai!” si pemuda bermata biru itu menampilkan susunan  gigi putihnya, tersenyum.

“eh…. Equil- apa?”  Soojung memiringkan kepalanya ke kanan, bingung.

“sudahlah, lebih baik kamu segera kembali ke keluargamu.” Si pemuda membalikkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan Soojung yang terdiam ditempat.

Soojung, berpikirlah secara rasional. Jika orang itu pergi, kau mau tinggal dimana?! Aku memang bodoh!

“HEY TUNGGU!”

--

“Ini rumahku.” Kai membukakan pintu untuk Soojung. Dan dengan perlahan Soojung masuk , diikuti Kai.

Rumah itu bergaya klasik, dua sofa putih dan satu meja kopi yang menampilkan kesan modern untuk ruang tamu. Dindingnya dicat warna putih dengan garis hitam menjadi bingkainya. Sejujurnya Soojung suka dengan gaya ruangan ini, tidak seperti di rumah barunya. Ruang tamu saja sudah seperti ini, bagaimana dengan ruang di dalamnya?

 

“Hei, kau belum memberitahu siapa kamu” suara Kai mengagetkan Soojung lagi

“Soojung” ucapnya pelan sambil mengeluarkan tangannya, isyarat berjabat tangan.

“kau sudah tau namaku kan? Toh kau mungkin akan tinggal bersamaku sampai kau punya uang.” Ucapan Kai membuat Soojung mendengus kesal.

“Aku juga tidak mau tinggal denganmu, jika aku bertemu dengan orang lain, aku memilih orang lain” Soojung menggerutu dengan perlahan. Untungnya Kai tidak mendengar apa yang si perempuan katakan, dan memutuskan untuk berjalan menuju kamar tamu.

Soojung mengikuti langkah Kai yang berada di depannya. Masih merenungkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa kai itu spesies ikan.

“Ini kamarmu, well besok kita akan pergi ke mall, jadi beristirahatlah” kai segera pergi, punggungnya menghilang setelah si pemuda memasuki dapur.

Soojung segera menghempaskan tubuhnya di kasur, tidak lupa menutup pintu kamar. Matanya menerawang ke langit-langit kamar, dia masih tidak menyangka, kalau dia sedang berada di laut dengan sekumpulan ikan, dan juga manusia ikan yang berada satu atap dengannya. Soojung seperti sedang berada dalam cerita mermaid yang ibunya sering ceritakan, rambutnya memang merah, tapi itu hanya kemungkinan, dan tidak mungkin juga rambutnya ini pembawa sial.

Soojung tidak mau berpikir lagi, dan dirinya memutuskan untuk memejamkan matanya dan tidur, masuk ke alam mimpi memang hal paling baik.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet