Chapter 1

Dakbal

“Bi, seperti biasa ya!” ujar Chorong kepada penjual dakbal favoritnya begitu ia memasuki tempat makan disalah satu sudut kota Hongdae.

“Oh, mana Bomi? Mengapa hari ini hanya datang sendiri? Sudah lama kau tidak makan disini dan sekarang hanya datang sendiri?”

Chorong memajukan bibirnya, ”Bomi sedang bersama pacarnya sekarang, daripada nanti aku bosan sendirian diantara mereka yasudah aku makan sendiri saja, lagipula mau sendiri atau berdua atau dengan berapa orang pun dakbal Bibi akan tetap terasa sangat sangat sangaaaaaaattt enak hihihihi” Chorong memajukan kedua jempolnya.

“Haaaaa begitu. Kalau begitu cepatlah cari pacar juga, pasti makan akan terasa jaaaauuh lebih enak.” Goda Bibi tersebut.

“Bi, aku sudah lapar, biarkan aku makan dulu, ne?” Chorong mengeluarkan jurus aegyonya.

“Aaaah, arraseo arraseo, duduklah, sebentar lagi makanannya akan diantarkan.”

“Gomawo” Chorong menyelipkan senyum terbaiknya.

Begitu melihat ada yang mengantarkan dakbalnya, Chorong hanya memfokuskan pandangannya pada makanan favoritnya itu. Dia mengambil sarung tangan dan langsung makan dengan lahap. Chorong tidak menyadari ada seseorang yang sedari tadi berdiri disamping mejanya yang keheranan dengan tingkah laku cewek dihadapannya. “Woohyun! Cepat kemari!” mendengar namanya dipanggil, cowok tadi beranjak dari meja Chorong.

Setelah bercakap-cakap ringan dengan Bibi penjual dakbal yang sudah lama tidak dikunjunginya itu, atau lebih tepatnya selama dua minggu, dan juga tidak lupa membayar makanannya, Chorong berjalan pulang. Chorong mampir ke swalayan terlebih dahulu untuk membeli beberapa stok bahan makanan yang sudah menipis di kulkasnya. Dengan membawa kantung belanjaan di tangannya, Chorong berjalan dengan pelan sambil bersenandung ringan.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, “Hey!” dengan sigap Chorong memelintir tangan yang sedetik yang lalu berada di pundaknya. “Ya! Ya! Lepaskan tanganku!” rintih cowok pemilik tangan itu. “Mau apa kamu? Kenapa menyentuh pundakku sesuka hati?” Chorong belum melepaskan tangan cowok itu, masih dalam keadaan yang sama. “Ya! Aku tidak tau namamu jadi aku hanya memanggil hey, dan aku menyentuh pundakmu karena kamu tidak menengok ketika aku panggil, dan aku tidak mau berbuat yang aneh-aneh kepada cewek aneh yang hobi makan dakbal dengan mulut yang belepotan.” Begitu mendengar penjelasan cowok didepannya Chorong langsung melepaskan tangannya dan lantas pergi.

Menahan amarahnya, Chorong berkali-kali melepaskan napas panjang sambil memutar bola matanya, dia tidak percaya ada orang yang mencibir makanan kesukaannya dan mengejeknya kalau dia aneh. Bukannya Chorong tidak bisa marah, tapi dia memilih untuk menyimpan energi dari dakbal yang tadi baru dimakannya. Energi dari dakbalku terlalu berarti untuk dihabiskan karena emosi dengan orang yang bahkan baru aku lihat hari ini, pikirnya.

Tersenyum puas melihat reaksi cewek aneh penyuka dakbal tadi, cowok yang masih merasakan sakit di pergelangan tangannya itu berteriak, “Chorong-ssi! Aku menyukaimu!”

Chorong berhenti dan menatap heran pada cowok dengan senyuman lebar dibelakangnya. Cukup dua detik untuk Chorong melihat cowok super aneh itu, karena dia ingin muntah saat itu juga kalau lama-lama melihat muka cowok tadi. Apa-apaan sih, baru ketemu juga hari ini, terus bisa-bisanya bilang kalau suka padaku, hah? Dasar cowo aneh!, umpat Chorong.

Chorong menutup pintu rumahnya kasar. “Salah apa aku hari ini, Tuhan? Mengapa aku bisa sial dan bertemu cowok aneh seperti itu?” rutuk Chorong pada dirinya sendiri. “Eh! Bentar, dia tau namaku darimana? Arrghh! Jangan bilang kalau dia stalker? Awas saja kalau bertemu lagi! Habis kau!” kepalan tangan sudah berada di depan mukanya.

○             ○             ○

“Hah! Yaampun lelah banget latihan hari ini. Cepat-cepat aja deh hari festival tiba. Ngga sanggup kalo latihan kayak gini tiap hari.” Keluh Chorong sambil meregangkan tubuhnya yang lelah karena latihan tari hingga malam hari untuk persiapan festival kampus yang diadakan setiap tahunnya.

Chorong merasakan adanya sesuatu dingin yang menempel di pipinya, refleks dia menjauhkan diri dan bersiap-siap untuk menyerang benda apapun yang ada dibelakanganya saat ini. “Hahahahahaha” lagi-lagi cowok aneh yang beberapa hari yang lalu menyatakan perasaannya ke Chorong. “Ya, stalker! Ngapain kamu disini? Mendekat satu langkah aja, aku pastiin tangan kamu patah!”

“Hahaha siapa juga yang stalker? Ge-er! Aku cuma mau ngasih ini.” Cowok itu memberikan Chorong minuman dingin. “Kamu pasti habis latihan tari kan? Dan rumahku ke arah sana,” menunjuk arah yang dituju Chorong, “Jadi aku tidak mengikutimu.” Ujarnya tenang, sedangkan masih ada satu pertanyaan dibenak Chorong, “Oh ya, satu lagi, pasti kamu mau tau kan aku tau nama kamu darimana, Chorong-ssi?” muka Chorong berubah begitu mendengar penuturan cowok dengan senyum aneh itu, kok dia tau aku lagi memikirkan itu?. “Iyalah aku tau, aku kan bisa baca pikiran wahahaha” tawa terdengar dari sang cowok dan dibalas dengan tatapan malas dari Chorong, aku tidak percaya cowok aneh kayak dia bisa baca pikiran, dan Chorong pun sudah lelah mendengar ocehan cowok itu, dan memulai langkah untuk pulang dan pergi dari si cowok aneh. Tersenyum melihat Chorong yang berjalan melewatinya, cowok itu berkata, “Aku tau namamu dari Boss, pemilik restoran dakbal kesukaanmu. Dan namaku Woohyun, aku yakin kita pasti akan bertemu lagi Chorong-ssi.” Chorong langsung menutup kedua telinganya.

○             ○             ○

Setiap malam dalam perjalanan pulang menuju rumah, Chorong selalu berpapasan dengan Woohyun, entah mengapa mereka selalu bertemu. Chorong pulang malam karena ada latihan tari untuk festival kampus, sedangkan Woohyun baru pulang kerja di restoran dakbal. Tidak melulu pada jam yang sama setiap harinya, tapi mereka selalu bertemu. Dan setiap malam selalu terjadi hal yang sama dan sama lagi. Hanya seorang Woohyun yang mengoceh panjang lebar tanpa didengar oleh Chorong. Mulai dari teman-temannya, pekerjaannya, masa kecilnya, masa sekolahnya, semuanya diceritakan oleh Woohyun kepada Chorong, dan selalu tidak ada balasan yang berarti dari Chorong, mau bagaimana pun menariknya cerita yang keluar dari bibir Woohyun. Bukannya Chorong tidak mendengarkan, semua yang diceritakan oleh makhluk yang dianggapnya paling menyebalkan, aneh, dan cerewet itu ia dengarkan dengan baik, hanya saja Chorong tidak biasa menceritakan kisah dirinya kepada orang lain, kecuali orang-orang terdekat, Bomi salah satunya, sahabat baiknya, yang akhir-akhir ini sibuk dengan pacarnya, sehingga tinggallah Chorong sebatang kara yang sialnya bertemu cowok bernama Woohyun.

○             ○             ○

Hari festival pun tiba. Akhirnya penderitaanku berakhir juga, Chorong bernapas lega dibalik panggung. Tim tarinya sedang menunggu giliran. Acara festival tahunan ini diisi oleh para mahasiswa yang mewakili klubnya, selain tari, ada juga yang mempertunjukkan kebolehan sulap, vokal, band, teater, dan juga ada stand-stand makanan dan barang-barang unik yang dijual oleh para mahasiswa.

“Bagaimana ini kalau nanti aku melakukan kesalahan, aku gugup sekali..” Bomi mulai menggigiti ujung-ujung jarinya.

“Ya! Stop, Bbom-ah! Nanti kukumu rusak. Anggap saja kita sedang latihan, dan tidak ada yang melihat kita, oke? Kita kan sudah mempersiapkan penampilan ini selama sebulan, aku yakin Hoya akan makin menyukaimu saat melihat kamu menari hihihi.” Goda Chorong kepada sahabat baiknya.

Muka Bomi bersemu merah mendengar perkataan cheesy sahabatnya itu. Sebentar lagi giliran mereka tampil, jadi tim tari Chorong bersiap-siap dibelakang panggung.

“Eeeehh? Apa yang dia lakukan disini?” tanya Chorong pada dirinya sendiri begitu melihat Woohyun menaiki panggung bersama satu cowok lainnya yang dia tidak kenal.

“Kenapa?” tanya Bomi.

“Dia, yang diatas panggung. Dia, siapa?” tunjuk Chorong kearah Woohyun.

“Ooooh, itu Sunggyu-sunbae, dari fakultas ekonomi, tapi suaranya sangat bagus loh, aku pernah mendengar dia—” ucapan Bomi dipotong oleh Chorong, “Bukan, bukan, yang satunya.”

“Aaaah, yang itu Woohyun-sunbae, dari fakultas ekonomi juga, satu angkatan dengan Hoya. Wae? Kenapa tiba-tiba kamu menanyakannya? Hayooooo ada apa? Selama ini kamu ngga pernah tertarik sama cowok, dan tiba-tiba—” lagi-lagi ucapan Bomi terpotong, “Ya! Dia itu stalker! Bayangkan saja setiap malam aku bertemu dengannya dijalan menuju rumah dan setiap malam juga dia bercerita bayak tentang dirinya.”

“Hah? Serius? Woohyun-sunbae? Jangan-jangan dia menyukaimu, Chorong hihihihi” goda Bomi.

“Aaarrgghhh mengapa dia harus berada di satu universitas denganku?” Geram Chorong.

“Pokoknya kamu harus menceritakan semuanya kepadaku, tentang apa yang terjadi antara kamu dan Woohyun-sunbae, oke? Bagaimana kalau di restoran dakbal sehabis festival ini? Aaah, aku sangat merindukan dakbal…” pikiran Bomi sudah melayang dan perutnya langsung terasa lapar begitu mengingat dakbal.

“Noo! Jangan disana, ke restoran yang lain saja!”

“Wae? Aku sudah lama tidak makan disana. Ayolaaah, bukannya dakbal makanan kesukaanmu?”

“Pokoknya kalau disana aku ngga akan mau cerita.”

○             ○             ○

Karena rayuan Bomi dan juga kerinduan dan kecintaannya pada dakbal, Chorong pada akhirnya tidak bisa menolak untuk pergi ke restoran itu. Bagaimana tidak, terakhir kali Chorong menginjakkan kaki di restoran itu adalah satu bulan yang lalu, setelah mengetahui kalau Woohyun bekerja di restoran favoritnya. Chorong berharap kali ini dia tidak bertemu dengan Woohyun, sepanjang perjalanan dia hanya berdoa semoga tidak bertemu Woohyun.

Sial. Sial. Sial. Jelas saja dia akan bertemu Woohyun. Chorong kira karena hari ini ada festival kampus, Woohyun meminta izin libur, tetapi perkiraannya salah. “Oh, Chorongie, sudah lama kamu ngga datang kesini, yang biasa?” tanya Woohyun begitu tiba di meja Chorong dan Bomi. Bomi hanya menatap Woohyun dengan aneh, Chorongie?

“Ah, aku juga pesan yang sama dengan Chorong. Terima kasih.” Bomi tidak berani menatap Chorong, karena saat ini dia sedang ditatap intens seolah-olah Chorong akan memakannya saat ini juga.

“Kenapa kamu ngga bilang kalau Woohyun-sunbae kerja disini? Tau gitu..” Bomi merasa bersalah, sebagian dari dirinya menyesal juga karena dijamin dia tidak mendapatkan cerita apa-apa malam ini. Chorong hanya menatapnya dengan tatapan kan-sudah-ku-bilang-tadi.

○             ○             ○

Karena Bomi sudah membayarkan makanannya kali ini, jadi Chorong mau menceritakan kejadian sialnya yang bertemu dengan Woohyun yang ternyata adalah seniornya, walaupun mereka berbeda fakultas. Mereka bercerita sambil berjalan ke arah rumah Chorong, hari ini Bomi menginap di rumah Chorong eksklusif untuk mendengarkan cerita sahabatnya.

“Yaampun, jadi dia sudah menyatakannya? Di hari pertama kalian ketemu? Bahkan setelah kamu memelintir tangannya? Unbelievable!” Bomi menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Chorong hanya mengangguk malas.

“Kok bisa ya? Ga mungkin dia langsung suka sama orang yang baru aja dia temuin, dan abis itu tangannya dipelintir. Ga mungkin ga mungkin, pasti ada kejadian sebelum hari itu yang bikin Woohyun-sunbe suka sama kamu, Chorong. Aku yakin.” Bomi menjentikkan jarinya penuh percaya diri. “Hah, teserah kamu aja lah, aku ga peduli.”

“Hmmmm yakin nih ga peduli? Kalo nanti tiba-tiba Woohyun-sunbae berenti mengikutimu nanti kamu ngerasa kehilangan?” kerling Bomi pada sahabatnya.

“Malah justru bagus dong! Malah lebih bagus lagi kalau dia udah punya pacar, jadi aku bisa bebas! Hahahaha” Chorong mengeluarkan tawa khasnya.

Mereka tidak tahu kalau ada seseorang yang mendengar percakapan mereka.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Alvin_19 #1
Chapter 2: Yaaa... Mesra bgt deh... Woorong!!!! Daebakk!!!