Chapter 11

My Trouble Maker
Please Subscribe to read the full chapter

“Yul.......”

.

Yuri membalikkan badannya dan mendapati Jessica menatapnya. Ia lalu mendekat kembali ke arah Jessica. “Ya??”

.

.

“A—a—aku...aku........” Jessica menghentikan sejenak kalimatnya. Mengatur nafas dan menenangkan hatinya. “Aku akan menemuinya. Tapi tidak sekarang, aku butuh waktu”, Yuri tersenyum mendengarnya.

.

Jessica menatap Yul kembali namun kali ini dengan perasaan bersalah. “Aku juga ingin minta maaf padamu Yul. Selama ini ternyata aku salah dengan semua perhatianmu. Kupikir itu hanya sebuah pertemanan biasa. Aku ingin mengembalikan gelang ini, aku tidak bisa menerima hubungan kita lebih dari teman”, Jessica melepaskan gelang dari pergelangan tangannya.

.

Yuri masih tersenyum dan menggeleng pelan. Hal ini cepat atau lambat akan terjawab. Orang yang ia tunggu ternyata tak memiliki perasaan yang sama terhadapnya. “Tidak apa-apa Sica, aku menerima keputusanmu. Tapi simpan saja gelang ini, ini sudah menjadi milikmu. Aku tak bisa menerimanya kembali”.

.

Jessica terdiam, dia masih enggan untuk menerimanya karena tidak bisa membalas perasaan Yuri. “Ambillah Sica, ini milikmu”, ucap Yuri sekali lagi.

.

“Terima kasih Yul, dan Maaf, ucapnya.

.

“Aku mengerti Sica. Kau tidak perlu meminta maaf, setidaknya aku sudah mendapatkan jawabannya. Sekarang kita murni berteman, bukan?” Yuri mengulurkan tangannya pada Jessica

.

“Tentu Yul”, Jessica menyambut uluran tangan itu dan keduanya berjabat tangan. “Oh ya, aku harus kembali ke apartemen sekarang. Sampai jumpa lagi Yul”

.

“Hmmm, arraseo”, dengan begitu Jessica pergi dan Yuri masih tak melepaskan pandangannya ke gadis itu. Punggung Jessica semakin menjauh pergi, Yuri menghela nafasnya lalu memandang gelang yang ada di pergelangan tangannya, gelang yang sama seperti milik Jessica. “Mungkin dia bukan yang terbaik”, gumamnya.

.

.

.

-------------------------------

.

Sudah 2 hari dan Jessica belum datang, tetapi Yuri masih berharap Jessica mau menyelesaikan sesuatu yang harus diselesaikan bersama Yoong. Yuri duduk di sofa ruang rawat Yoong dan memandang adiknya yang sedang tidur. Disana juga, ia merasa bersalah saat melihat Seohyun yang tertidur di pinggir ranjang.

.

Gadis itu selalu berkunjung setiap saat jika ia sedang tidak bertugas sebagai perawat. Seohyun tetap datang meski Yuri tahu pasti gadis itu juga terluka dengan kenyataan tentang siapa Yoong dan masa lalu kekasihnya.

.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepalanya. Ia segera menghubungi seseorang. “Hai, Soo”, sapa Yuri kepada seseorang di saluran telpon.

.

“YA, kau kemana saja tak menghubungiku. Apa kau lupa punya sahabat se-charming aku?”, ucap Sooyoung pura-pura kesal dan Yuri hanya tertawa.

.

“Maaf, Soo. Keadaan Yoong belum stabil, aku tidak bisa kemana-mana”, jujur Yuri.

.

Terdengar helaan nafas dari Sooyoung. “Aku turut prihatin Yul, dan maafkan aku karena tak bisa menjenguk Yoong. Kuharap Yoong segera sembuh”

.

Yuri berdiri dari sofa dan ia memilih menelpon Sooyoung di luar ruangan. “Terima kasih Soo, aku tahu kau pasti sedang sibuk menghandle pekerjaan yang belum sempat kuselesaikan”

.

“Aish kau ini, itu bukan masalah”, ucap Sooyoung terkekeh. Namja itu berusaha membuat Yuri agar tidak merasa bersalah.

.

“Soo, ada yang ingin kutanyakan padamu”

.

“Apa itu Yul?”

.

Yuri berpikir sejenak sebelum mengeluarkan suaranya. “Hmmm, apa aku bisa bertemu dengan Taeng?”, tanya Yuri dan ia langsung merasakan keheningan dalam sambungan telpon.

.

“..............................”

.

“Soo??”, panggilnya saat ia tak mendapat jawaban dari Sooyoung.

.

Di sisi lain, Sooyoung bingung harus berkata apa. Ia sendiri tak yakin apa Taeyeon mau bertemu Yuri. Taeyeon adalah tipe keras kepala dan saat dia membenci seseorang maka tak ada ruang untuk orang itu.

.

“Aku tak bisa menjawab sekarang Yul, tapi akan kuusahakan untuk bicara dengan Taeng”

.

“Terima kasih Soo, aku akan menunggu kabarmu”

.

“Aku akan mengabarimu secepatnya. Jaga dirimu Yul. See you”

.

Yuri mematikan telponnya. Ia berdiam diri di kursi yang berada di luar ruangan Yoong. Tak lama, sebuah tangan memberikan minuman dingin di hadapannya. Yuri menoleh dan mendapati Victoria yang berdiri di sampingnya.

.

“Kau terlihat lelah, minumlah”, ucap wanita itu dan ia duduk di sebelah Yuri. “Aku datang ke apartemen, kau tak pulang beberapa hari. Lalu aku bertanya pada salah satu maid di rumahmu, ternyata kau disini karena Yoong”, lanjut Victoria. “Apa dia sudah membaik?”

.

Yuri meneguk minuman itu hingga tersisa setengah. “Dokter bilang kondisinya masih belum stabil”, Yuri lalu memainkan kaleng minuman yang sedang ia pegang, menatapnya sambil berfikir sesuatu. Ia lalu memandang lurus ke arah depan tanpa menatap Victoria. “Berapa bulan?”, tanya Yuri.

.

Victoria tak mengerti dengan ucapan Yuri. “Apanya?”, tanyanya balik dan Yuri masih tak mengalihkan pandangannya ke depan.

.

“Kandunganmu”, Victoria detik itu juga kaget karena ia tak menyangka bahwa Yuri mengetahuinya. “Aku mengetahuinya karena dokter yang kau temui adalah temanku”, lanjut Yuri.

.

Victoria dinyatakan positif hamil, namun ia tak memberitahukan Yuri karena ia sadar diri bahwa hubungannya dengan Yuri hanya sebatas friend with benefit dan semua hanya nafsu belaka. Tapi ada satu hal yang tak pernah Yuri tahu, bahwa Victoria mencintainya.

.

Semenjak pertemuan pertama Yuri dengan Jessica 3 bulan lalu, Yuri memang tak pernah lagi berhubungan dengan Victoria. Hanya sesekali Victoria berkunjung dan itupun tidak mendapatkan respon baik dari Yuri. Saar mengetahui dirinya mengandung, Victoria memilih diam dan tak ingin siapapun tahu.

.

Yuri menoleh ke arah Victoria yang masih terdiam. “Apa itu anakku?”, tanyanya sekali lagi.

.

Victoria mengepalkan kedua tangan di atas lututnya dan menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan tangis yang siap keluar detik itu juga. Yuri menepuk lembut pundak Victoria namun ditepis dengan cepat oleh sang empunya. Victoria berdiri dan segera pergi dari tempat itu.

.

Yuri mengejarnya dan menahan pergelangan tangan Victoria. “Ouch”, Victoria merasakan sakit di lengannya karena Yuri mencengkeramnya cukup kuat.

.

“Maaf”, Yuri segera melepaskan cengkeramannya. “Katakan padaku Vic, jangan merahasiakan ini dariku. Aku berhak tahu jika dia memang anakku”, ucap Yuri melembut. Ia tak ingin terpancing emosi.

.

Bukan menjawab tapi Victoria mulai terisak dan airmata yang ia tahan tak mampu dibendung lagi. Victoria menganggukkan kepalanya dan menangis. Yuri menghembuskan nafasnya pelan dan menarik Victoria ke dalam pelukannya.

.

Yuri mengusap punggung wanita itu dengan lembut. “Ayo kita ke apartmen, kita harus menyelesaikan ini semua. Arra?”

.

Victoria mendorong tubuh Yuri agar ia terlepas dari pelukan namja itu. Ia mengusap airmatanya dan memandang Yuri “Aku tidak menuntut tanggung jawabmu Yul, aku bisa mengurusnya seorang diri”, tolak Victoria.

.

“Bukan saatnya untuk bersikap egois, Vic. Kita bisa membicarakan ini”, pinta Yuri. Sebenarnya Yuri juga terkejut saat mengetahui kenyataan bahwa Victoria mengandung, dan disini Yuri ingin memastikan apa itu anaknya atau bukan. Yuri tidak ingin menjadi pria pengecut yang tak bertanggung jawab. Cukup sudah dosa yang ia buat di masa lalu dan ia tak ingin mengulanginya.

.

“Percuma Yul, aku tidak ingin ada keterpaksaan. Kau tidak mencintaiku dan anak ini hanya sebuah kesalahan kita”, Victoria menahan rasa sakitnya saat mengatakan hal itu. Yuri terdiam, ia tak dapat berbicara apa-apa lagi. Perkataan Victoria cukup menyadarkannya akan situasi mereka. Ya, friend with benefit.

.

Victoria tersenyum miris saat melihat reaksi Yuri. Sudah tak ada yang diharapkannya lagi. Ia berbalik dan segera pergi dari sana. Yuri hanya diam mematung memandang kepergian Victoria. Pikiran dan hatinya sedang kacau karena kenyataan ini.

.

Punggung Victoria sudah semakin menjauh. Kejar dia Kwon Yuri, Detik selanjutnya Yuri sadar dan berlari mengejar Victoria. Entah darimana, yang jelas dorongan hati kecilnya berkata bahwa dia harus mengejar Victoria.

.

.

.

***

------------------

.

Hyoyeon baru saja keluar kamar dan melihat Jessica yang duduk di ruang tengah sambil menonton tv tapi pikiran Jessica sedang tidak berada disitu. Hyoyeon mengambil duduk di sebelahnya dan mengambil tangan kiri Jessica untuk ia genggam.

.

“Kalo masih memikirkannya, temui saja dia”, ucapan Hyoyeon menyadarkan Jessica dari lamunannya. Gadis itu menggeleng pelan. “Kenapa?”

.

Jessica mengubah posisi duduknya menghadap ke Hyoyeon. “Dia pasti baik-baik saja Oppa”,

.

Hyoyeon tersenyum dan mengeratkan genggamannya pada tangan Jessica. “Tapi kau tidak baik-baik saja, sayang. Oppa tahu, kau ingin mencari jawaban atas persoalan yang dulu. Pergilah dan dapatkan jawaban itu langsung darinya”, ucap Hyoyeon dengan tenangnya.

.

Jessica justru mempoutkan bibirnya. “Kenapa tidak marah saja? Seharusnya Oppa marah padaku”.

.

Ya, Jessica sudah menceritakan semuanya pada Hyoyeon tentang masa lalunya dengan Yoong dan bagaimana Yoong tiba-tiba menghilang begitu saja. Tapi bukan Hyoyeon namanya jika tidak sabar, justru pria itu menerima penjelasan Jessica dengan baik dan bahkan ia mendukung jika Jessica ingin bertemu dengan Yoong.

.

.

.

Hyoyeon POV

.

“Kenapa tidak marah saja? Seharusnya Oppa marah padaku”, Sica mempoutkan bibirnya, dan itu justru membuatku tertawa. Dia lucu sekali.

.

“Kenapa Oppa harus marah? Bukankah kau menginginkan jawaban itu?”, tanyaku. Dia kemudian diam dan hanya menatapku saja. Ada kesedihan dalam matanya dan itu terlihat sangat jelas bagiku.

.

“Oppa...”, Sica memanggilku dan memajukan wajahnya hingga tak ada jarak diantara kami. Dia menciumku dengan lembut. Aku tidak membalasnya dan membiarkannya melakukan hal itu.

.

Tak lama ia melepaskan ciuman itu dan menatapku kembali. “Wae?” aku bertanya padanya.

.

“Aku selalu berpikir, apa aku pantas untukmu Oppa? Kau terlalu baik untukku”, ia berkata dengan nada sendu. Aku membenci situasi ini, situasi dimana Jessica akan menyalahkan dirinya sendiri.

.

Ku kecup keningnya sesaat dan kuletakkan kedua telapak tangannya yang dingin di pipiku. “Oppa bukan pria sebaik itu Sica. Tidak ada yang berhak menentukan siapa yang pantas dan tidak, semua tergantung bagaimana kau mempercayakan hatimu pada seseorang”, aku masih memegang kedua tangannya dan kini kuletakkan di dadaku tepat dimana ia bisa mendengar d

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eriika
#1
Estaeny
Eriika
#2
Jaya
vikajung #3
Chapter 13: Gmna cra dpt pw nya?
Cestellafeli #4
kalau mau minta password gimana ya caranya?
ita1709 #5
Chapter 4: cara taeyeon melamar tiffany sweet bgt.. gue senyum-senyum sendiri bacanya
sangat suka karakter taeyeon disini
ita1709 #6
Chapter 2: Siapa Jieun? Ada hubungan apa dia dg taeyeon? kepedean yuri udh diambang batas but he's so sweet, right?? ahahaha
ita1709 #7
Chapter 1: ok. baru part 1 ceritanya menarik, seru.. apalagi disuguhi adengan taeny diawal kkekeke.
ijin baca authorr
puglife3847 #8
Chapter 1: Alur ceritanya seruu, TaeNy gimana itu
minhyukcn #9
Chapter 12: Yah masa yul oppa nikah ma victoria, trus jessica gimana?