A Long Journey

Freeze the Moment

“Ada apa Ting, mengapa dari tadi kamu melihat ke arah luar?” Tanya Mashiro yang bingung dengan gerak-gerik temannya itu.

“Entahlah, aku merasa ada yang sedang memperhatikanku.” Jawabnya.

“Kamu yakin?” Tanya Mashiro lagi. Xiaoting mengangguk.

Mashiro kemudian melihat ke arah jendela, namun ia tidak melihat siapapun.

“Aku tidak melihat apa-apa.” Ucapnya.

“Sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja.” Jawabnya.

“Ting, bagaimana kuliahmu?”

“Semakin hari semakin banyak tugas, sepertinya aku harus mengurangi jadwal pemotretanku. Hmm walaupun itu artinya aku akan kehilangan kesempatan mendapatkan won lebih banyak.” Jawab Xiaoting.

“Tidak apa-apa, aku pikir Yujin Eonnie lebih senang jika kamu lebih fokus dengan kuliahmu.”

Xiaoting lalu menghela napasnya ketika mendengar nama Eonnie-nya itu disebut.

“Ada apa?” Tanya Mashiro melihat reaksi temannya itu.

“Shiro, aku dalam masalah besar.”

“Hah, maksud kamu?”

Xiaoting kemudian menggelengkan kepalanya, ragu apakah ia harus menceritakan semuanya pada salah satu sahabatnya itu.

“Ada apa?” Tanya Mashiro lagi.

“aku meminta break dari hubunganku dengan Seungcheol Oppa.”

“Hah, apakah kalian sedang bertengkar? Ada masalah apa?” Tanya Mashiro.

“Itu masalahnya, kami sedang tidak punya masalah apa-apa dan kami sedang tidak bertengkar.”

“Lalu apa masalahnya?” Mashiro semakin bingung dengan jawaban temannya itu.

“Shiro, aku mencintai orang lain.”

“What? Bagaimana bisa? Kamu sedang menjalani hubungan dengan Seungcheol Oppa tapi kamu mencintai orang lain? apakah Seungcheol Oppa kurang meluangkan waktunya untukmu sehingga kamu berpaling darinya? Apakah orang itu teman kuliahmu?” Kini Mashiro membombardirnya dengan pertanyaan.

“Shiro, sejak awal aku tidak pernah berpaling darinya, bagaimana bisa kalau ternyata dari dulu hatiku sudah milik orang lain bahkan sebelum Seungcheol Oppa hadir dalam hidupku.”

“Xiaoting jangan bilang….” Mashiro tidak meneruskan kata-katanya.

Xiaoting kembali menghela napasnya.

“Yujin Eonnie?” Tanya Mashiro.

Xiaoting mengangguk lemas.

“Oh My God, seharusnya aku tidak kaget lagi, tapi aku tetap kaget. Xiaoting seriously? Lalu mengapa waktu itu kamu menerima Seungcheol Oppa?”

“Karena aku belum menyadari perasaanku, dan waktu itu aku terbawa suasana oleh segala perbuatan baik yang dilakukan oleh Seungcheol Oppa.” Xiaoting kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Apa yang harus aku lakukan sekarang, Shiro?” Tanyanya dengan nada putus asa.

“Jujur. Kamu harus jujur, Ting. Pada dirimu sendiri, pada Seungcheol Oppa, dan paling penting pada Yujin Eonnie, dia berhak tahu.”

“Bukankah terlambat? Eonnie sudah bersama orang lain.”

“Xiaoting, kita tidak pernah tahu, apakah kamu tidak penasaran dengan perasaan eonnie padamu?”

Xiaoting kemudian menatap mata sahabatnya itu.

“Shiro apakah ada kemungkinan Eonnie punya perasaan yang sama denganku?”

“Seperti yang tadi aku bilang, Ting, kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak pernah bertanya. Kamu sudah mengenal Yujin Eonnie-mu sejak lama, kamu pasti tahu bagaimana Eonnie-mu itu pintar sekali menyimpan perasaannya.”

Xiaoting mengangguk mendengar perkataan sahabatnya itu.

“Tapi bagaimana jika ternyata Eonnie tidak punya perasaan yang sama, bukankah hubungan kami akan menjadi canggung? Aku tidak mau Shiro, aku tidak mau kehilangan Yujin Eonnie.Biarlah seperti ini saja, aku akan melakukan apa saja asalkan aku tidak kehilangannya, meskipun itu artinya aku harus mencintainya dengan diam.”

Kini giliran Mashiro yang menghela napasnya dengan dalam.

“Jangan keras kepala, kalian berdua sudah sama-sama dewasa, jika salah satu tidak punya perasaan yang sama kalian tinggal bicarakan dengan baik-baik, mungkin akan canggung di awal tapi itu lebih baik daripada kalian berandai-andai dan menyiksa diri kalian sendiri. “ ucap Mashiro, ia  kemudian meminum habis minumannya.

“Memikirkan hubunganmu membuatku jadi haus.” Ucapnya lagi.

Xiaoting memikirkan apa yang dikatakan oleh Mashiro, apakah ia siap untuk jujur pada Yujin? Lalu bagaimana dengan Seungcheol? Bagaimana dengan Seungyeon?

“Shiro, hari ini aku menginap di rumahmu ya.”

“What? Xiaoting aku menyuruhmu untuk bicara dengan Yujin Eonnie bukan malah menghindarinya.” Ucap Mashiro sambil menggelengkan kepalanya.

“bukan begitu Shiro, aku hanya belum siap, aku butuh sehari saja untuk berpikir, pleaseee…” ucap Xiaoting dengan nada memohon.

“Baiklah, tapi hanya semalam, setelah itu kamu harus bicara dengan Eonnie.”

Xiaoting mengangguk,

“Terima kasih Shiro.”

“Sama-sama, by the way, mengapa makanan kita belum datang juga ya? Aku sudah lapar..”

“Sabar, Café sedang dalam keadaan penuh, mungkin mereka sedikit kewalahan…”

Xiaoting kemudian kembali melihat ke luar jendela, ia kembali melihat seorang pria yang ia pikir sejak tadi memperhatikannya. ‘siapa dia?mengapa wajahnya tampak familiar?’ pikirnya.

 

***

Jinnie, apakah kita bisa bertemu?”

Apakah kamu masih marah?”

Jangan marah, pleaseee..”

Aku sudah memarahi teman-temanku..”

Jinnieee…”

Kamu di mana?”

Tolong balas pesanku ini?”

Mengapa teleponku tidak diangkat?”

Hon, Pleaseee…”

Yujin belum membalas semua pesan yang dikirim oleh Seungyeon. Kalau dihitung mungkin sudah ratusan pesan yang dikirim pacarnya itu sejak kemarin malam, rasa bersalah lah yang membuatnya seperti itu.

Akhirnya merasa tidak enak dengan pacarnya itu, ia kemudian memutuskan membalas pesannya.

Seungyeon, aku tidak marah

Maafkan aku, aku butuh waktu sendiri, sebentar saja.”

Jangan khawatir

Ia mengetikan pesan balasannya itu dengan cepat.

Yujin kini sedang berada di dalam mobil di salah satu rest stop di daerah Geumsan, entah apa yang ada di pikirannya ketika ia tiba-tiba menyewa mobil untuk 3 hari. Keinginannya untuk melarikan diri dari orang-orang sepertinya terlalu besar sehingga tanpa sadar keinginan itu membawanya ke sini, Yujin tak punya tujuan, dia hanya ingin berlari untuk sesaat.

Ponselnya kembali menyala, masih pesan dari Seungyeon.

Baik kalau begitu, aku akan memberikan waktu untukmu

Jangan telat makan.”

I Love you.”

Membaca pesan terakhir Seungyeon membuat hatinya terasa sakit. Seungyeon adalah gadis yang sangat baik, Seungyeon adalah orang kedua yang paling penting dalam hidupnya saat ini. Tiap hari Seungyeon selalu memastikan mengatakan tiga kata itu kepadanya tidak menuntutnya untuk membalasnya. ‘Apa yang kamu lihat dariku?’ pikirnya. Andai Yujin bisa mengatur hatinya sendiri, ia akan menyetingnya untuk bisa membalas cinta Seungyeon, semuanya akan lebih mudah, semuanya akan berjalan sesuai tempatnya. Ia tidak ingin untuk menyakiti Seungyeon namun ia pun tak mampu mencintainya.

Ponselnya kembali berbunyi. Pesan dari Xiaoting.

Eonnie, malam ini aku akan menginap di rumah Mashiro.”

Xiaoting…

Orang pertama yang paling penting baginya di dunia ini, orang yang membuatnya tidak bisa mencintai orang lain, orang yang sudah memiliki hatinya bahkan sebelum ia mengerti apa artinya mencintai. Keputusannya untuk pergi spontan seperti ini tidak terlepas karena kejadian malam kemarin. Untuk pertama kalinya ia merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibir gadis yang ia cintai, entah apa motif Xiaoting diam-diam menciumnya, apakah sahabatnya itu hanya penasaran? Yujin sebenarnya ingin marah pada Xioting karena ia menciumnya tanpa izin darinya, namun  Apapun alasannya Ia marah karena Xiaoting sekali lagi berhasil meluluh lantahkan pertahanannya. Saat itu perasaannya kepada sahabatnya itu semakin kuat, kerja kerasnya selama ini untuk menahan rasa ingin memiliki Xiaoting seakan sirnah seketika, mungkin jika ia tidak bisa menahan dirinya malam itu ia akan membalas ciuman Xiaoting, demi Tuhan, pada malam itu Yujin dengan sekuat tenaga menahan hasratnya untuk membalas ciuman gadis yang sangat ia cintai itu.

Puncaknya adalah tadi pagi, ketika ia terbangun dari tidurnya, bukan sekali dua kali ia dan Xiaoting tidur dalam satu ranjang, namun entah mengapa saat ia membuka matanya dan melihat gadis di sampingnya yang masih terlelap ada perasaan aneh yang muncul dalam dirinya, she felt the desire to have Xiaoting completely, she felt the lust she had never felt. Sadar dengan apa yang ia rasakan saat itu, Yujin buru-buru bangun, takut dengan apa yang bisa ia lakukan. Ia kemudian bergegas mandi dan pergi tanpa menunggu gadis yang ia cintai itu terbangun.

Harapannya adalah dengan perjalanan 3 hari ini ia bisa kembali menata hati dan pikirannya.

Fokusnya kembali kepada ponselnya, ada pesan baru dari Xiaoting.

Eonnie apakah tidak apa-apa? Atau kamu ingin aku pulang saja?”

Ia kemudian mengetikan balasannya.

Tidak apa-apa, hati-hati, salam untuk Mashiro.”

Setelah mengirimkan pesannya, Yujin kemudian menyimpan ponselnya ke dalam tas nya. Ia kemudian menyalakan mesin mobil, meneruskan perjalanannya.

 

***

“Xiaoting, daripada kamu terus menatap ponselmu itu lebih baik kamu pulang saja.” Ucap Mashiro.

“Yaah kamu mengusirku?” Tanya Xiaoting sambil mengerucutkan bibirnya.

“Eonnie tidak balas pesanmu?”

“Dia balas kok, hanya saja… “

“hanya saja apa?”

“I don’t know, something kinda off”

Mashiro hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Xiaoting.

“Apakah aku pulang saja yah?” Tanya Xiaoting lagi.

“Ehh, tadi aku hanya bercanda, sekarang sudah jam 11 malam. Lebih baik kamu tidur saja, jika kamu sudah begitu merindukan Yujin Eonnie-mu lebih baik kamu tidur lebih awal jadi besok pagi-pagi sekali kamu bisa menemuinya.”

“Aku tidak se-desperate itu kok.” Jawab Xiaoting kembali mengerucutkan bibirnya.

“Really?” Tanya Shiro sambil menaikan alisnya.

“Hmm, aku tidur duluan deh, aku masuk kamar duluan yaa.. “ Xiaoting lalu pergi meninggalkan Shiro di ruang TV.

“Ckckck.. you are that desperate, Ting..” teriak Mashiro pada sahabatnya.

 

***

 “Shiro… Shiro…”

“Hmm..”

“Aku pulang yaa…”

“hah?” Shiro yang masih setengah sadar kemudian beranjak dari tidurnya, tangannya mencari-cari keberadaan ponselnya di meja sebelah tempat tidurnya. Sambil mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk ia kemudian melihat jam di layar ponselnya.

“Xiaoting, ini masih jam 5 pagi.” Ucapnya dengan nada kaget apalagi setelah melihat temannya itu sudah rapi bersiap untuk pergi.

“Aku tahu, tapi tenang aku sudah memesan taksi..”

“Apakah terjadi sesuatu, mengapa kamu buru-buru sekali?”

“Kamu benar Shiro, I’m that desperate, aku tiba-tiba sangat merindukan Yujin Eonnie-ku..”

“O…. Kay, tapi kamu tidak bisa menunggu beberapa jam lagi? Setidaknya sampai langit lebih terang?”

“Nope. Sudah ya, aku pergi Shiro. Byee.. “ ucapnya sebelum pergi meninggalkan kamar Shiro

“Oh My God. it turns out that falling in love is very scary.” Ucap Mashiro sambil menggelengkan kepalanya. “Ahh masa bodoh, aku mau tidur lagi.” Ia kemudian kembali merapatkan selimutnya.

 

***

Xiaoting bingung ketika mendapati pintu kamar Yujin sedikit terbuka, karena biasanya Eonnie-nya itu akan menutup rapat pintu kamarnya ketika ia tidur. Xiaoting kemudian buru-buru masuk ke kamar Yujin, namun kamarnya kosong dan  kasurnya masih tertata rapi.

“Eonnie semalaman tidak pulang?”

Pikiran Xiaoting kini menjadi tidak karuan, memikirkan segala kemungkinan keberadaan gadis yang ia cintai itu.

“Apakah Eonnie tidur di rumah Seungyeon eonnie?”

Memikirkan kemungkinan itu membuat perasaan Xiaoting tidak nyaman, memikirkan Eonnie-nya dan pacarnya itu tidur dalam satu ranjang. ‘Tentu saja mereka adalah pasangan kekasih, bukankah itu wajar?’ Pikir Xiaoting yang kini sedang menggigit bibir bagian bawahnya.

Ia kemudian berjalan menuju sofa. Ia kini duduk sambil menggerakan-gerakan kakinya, ia sedang menimbang-nimbang apakah dia harus menelepon Yujin atau tidak.

“Tapi bagaimana jika yang mengangkat telepon adalah Seungyeon eonnie? Apakah aku siap?”

Xiaoting kini memejamkan matanya masih berpikir. “Ahh aku tidak peduli, aku harus memastikan eonnie baik-baik saja.”

Ia kemudian mengambil ponselnya, ia kemudian menghubungi nomor Yujin.

Panggilan pertama tidak dijawab, membuat Xiaoting semakin khawatir. Ia kembali mencoba melakukan penggilan untuk kedua kalinya.

Hallo..” suara serak Eonnie-nya terdengar dari seberang sana.

“Eonnie” Jawab Xiaoting.

Xiaoting? “ suara Yujin kini lebih jelas

“Eonnie kamu ada di mana? Mengapa belum pulang?”

Bukannya kamu menginap di rumah Mashiro?”

“Aku sudah pulang”

Hah?bukankah ini masih pagi?”

“Eonnie, kamu belum menjawab pertanyaanku, kamu ada di mana? Dan kenapa belum pulang?

Umm Xiaoting, aku sedang tidak ada di Seoul.

“Apa? Eonnie sedang ada dimana? Apakah eonnie sedang bersama Seungyeon eonnie?” Tanya Xiaoting yang sedang berusaha untuk mempersiapkan hatinya mendengar jawaban dari Yujin.

Aku sendiri.” Jawab Yujin.

Walau hatinya lega mendengar Yujin tidak sedang bersama pacarnya namun kini perasaan cemas muncul di hati Xiaoting.

“Kamu di mana Eonnie?” Xiaoting kembali mengulangi pertanyaannya.

Sekarang aku sedang berada di salah satu penginapan di Daegu.”

“Daegu? Dan kamu pergi sendiri?”

Ya Xiaoting, maafkan aku tidak mengabarimu, terlalu banyak hal di pikiranku.”

“Eonnie, Please share your location.”

Untuk apa?”

“Aku akan menyusulmu.”

Xiaoting tidak usah, aku sudah besar, aku bisa sendiri.

“Aku tidak peduli, aku tetap akan menyusulmu eonnie. Bukankah kemarin kamu mengajakku untuk melarikan diri? Mengapa kamu melarikan diri sendiri?”

Xiaoting, kamu tahu kemarin aku tidak serius?”

“Dan sekarang kamu benar-benar pergi eonnie…”

Aku tidak akan lama, besok lusa aku akan kembali ke Seoul.”

“Eonnie please, aku khawatir jika kamu sendiri….” Kini nada Xiaoting sedikit memohon

Xiaoting…”

“Please, aku tidak akan menganggumu, aku akan memberi space untukmu jika kamu butuh, tapi setidaknya aku harus memastikan bahwa kamu baik-baik saja Eonnie.”

Aku baik-baik saja..

“Eonnie, please..”

Xiaoting bisa mendengar helaan napas Yujin dari seberang sana.

Dengan apa kamu akan ke sini?”

“Aku akan menaiki bus, aku akan mencari jadwal paling pagi.”

Baiklah, aku akan mengirimkan lokasiku” Xiaoting tersenyum lega mendengar jawaban dari Yujin.

“Terima kasih Eonnie.”

Stubborn.” Ucap Yujin.

“I Know you Love me..” Dan kemudian hening.

Xiaoting tak sadar dengan apa yang diucapkannya, kalau dulu ia akan mengucapkan kalimat seperti itu sesuka hatinya pada Yujin, namun kali ini entah mengapa maknanya seperti berbeda.

“Umm Eonnie, kalau begitu aku siap-siap dulu ya, aku ingin sampai di sana sebelum tengah hari.”

Oke, tolong hati-hati di jalan.

“Baik Eonnie, tunggu aku di sana.”

Ok, see you..”

“See you, Eonnie..”

 

***

Sudah lama ia tidak datang ke tempat ini, ‘Temple? Really Yujin?’ pikirnya. Dia bukan gadis yang religious, tapi jika dipikir-pikir sudah lama ia tidak berdoa. Ketika di dalam pun ia tidak tahu apa doa yang harus ia panjatkan, dia bahkan tidak tahu apa yang ia inginkan sekarang. Pada akhirnya ia hanya berdoa untuk kebahagiaan Xiaoting, Seungyeon, Mother Narae, anak-anak di panti asuhan, dan Nyonya Choi, entah mengapa wajah Nyonya Choi melintas di benaknya saat itu.

Kini Yujin berada di sebuah taman dekat kuil, menariknya di area taman tersebut dikelilingi oleh kayu-kayu yang sudah dipahat sedemikian rupa, melihat pahatan kayu itu membuat ia teringat kembali akan Seungyeon, Yujin menghela napasnya untuk sekian kali. ‘apa yang harus aku lakukan?’

Tidak mau terlalu larut dengan pikirannya, Yujin kemudian mengeluarkan kameranya. Ia kemudian memotret semua objek yang menarik perhatiannya di area itu.

“Kamu terlihat paling cantik ketika kamu fokus dengan kameramu, Eonnie..”

Suara Xiaoting sontak mengagetkannya.

“Xiaoting, sejak kapan kamu di sini?”

“Aku baru sampai Eonnie.. untung saja Supir taksinya familiar dengan tempat ini, mengapa kamu berada di tempat terpencil seperti ini?”

“Tempatnya tenang..” Jawab Yujin singkat.

“Kamu benar juga, umm eonnie kamu sedang memotret apa?”

“Aku sedang memotret apa saja yang menarik di sini.”

“Umm Eonnie, jika dipikir-pikir kamu sudah lama tidak memotretku.” Ucap Xiaoting pelan.

“Kamu benar juga, kalau begitu simpan ranselmu di kursi sana, aku akan memotretmu.”

“Oke.” Jawab Xiaoting sembari memberikan senyumnya. Ia kemudian berjalan ke arah kursi taman untuk menyimpan ranselnya.

“Eonnie, aku sudah siap.”

“ Coba kamu berdiri di samping batu itu.” Xiaoting kemudian berjalan ke arah tempat yang ditunjuk oleh Yujin.

Yujin kemudian menghampirinya, Yujin semakin mendekatkan tubuhnya padanya, membuat Xiaoting tiba-tiba gugup, Eonnie-nya itu kemudian menempatkan tangannya ke rambutnya.

“Lepaskan dulu ikatan rambutmu..” ucap Yujin sambil melepaskan ikat rambut Xiaoting, ia kemudian merapihkan rambut Xiaoting, wajah mereka kini sangat dekat, mata Yujin begitu fokus memastikan rambut Xiaoting tertata rapi sehingga ia tak sadar ada mata yang memperhatikannya dan ada jantung yang berdegup begitu kencang akibat kedekatan ini. Yujin kemudian tersenyum ketika ia sudah selesai merapihkan rambut Xiaoting. “Perfect’” bisiknya.

‘No Eonnie, you are the perfect one’ batin Xiaoting.

“Oke kita mulai.” Ucap Yujin sambil memberikan eyesmile-nya.

Yujin pun mulai mengambil gambar Xiaoting dengan berbagai angle. Sahabatnya itu benar-benar terlahir untuk menjadi seorang model, bagaimana mungkin semua hasil jepretannya bisa sesempurna ini.

“Xiaoting coba tertawa..” Xiaoting kemudian berpose berpura-pura tertawa. Yujin kemudian memotretnya.

“Hmm.. kurang tampak natural.”

“Xiaoting lihat sini.” Teriaknya, ia kemudian mencoba membuat mimik-mimik konyol di wajahnya.

“Apa sih Eonnie, tidak lucu, Hahaha…” Walaupun tidak lucu Xiaoting tetap tertawa.

Yujin dengan sigap lalu mengambil gambar sahabatnya itu. “Perfect” ucapnya setelah melihat hasil jepretannya. ‘You are perfect, Ting.. really really perfect’ batinnya. Ia kemudian menggelengkan kepalanya ketika perasaan itu muncul lagi.

Yujin kemudian menghampiri Xiaoting yang tampak sedang fokus melihat batu di sebelahnya.

“Melihat apa? Kenapa fokus sekali?” Tanya Yujin.

Xiaoting kemudian menunjukan tulisan yang ada di batu yang sepertinya ditulis oleh salah seorang pengunjung taman itu.

“Bukankan ini termasuk vandalisme?” Tanya yujin.

“Tulisannya sangat kecil, jadi mungkin tidak ada yang mempermasalahkannya, dan sepertinya yang membuat sedang dalam keaadaan sedih saat menulis ini..” ucapnya.

Yujin pun membaca tulisan yang ada di batu itu.

To love is to suffer. To avoid suffering, one must not love;

but then one suffers from not loving.

Therefore, to love is to suffer, not to love is to suffer, to suffer is to suffer.

To be happy is to love; to be happy then is to suffer, but suffering makes one unhappy;

therefore to be unhappy one must love or love to suffer or suffer from too much happiness.

 

“Sepertinya ini salah satu quote di internet, aku sepertinya pernah membacanya, ahh aku ingat Woody Allen. Quote dari Woody Allen.” ucapnya.

“Woody Allen, aktor kawakan itu?” Tanya Xiaoting.

“Ya, That quote really hit huh?” Tanya Yujin, Xiaoting kemudian kembali membaca tulisan yang ada di batu itu.

“We need to be suffer to be happy.. “ Xiaoting kemudian menggelengkan kepalanya.

“If loving someone is suffering, I don't mind Eonnie, because I will suffer more if I live without loving her..” lanjutnya lagi

‘her? Apakah aku tidak salah dengar?’

“Xiaoting…”

“Umm Eonnie, setelah ini kita kemana?” Xiaoting buru-buru memotong pembicaraan Yujin, ia baru sadar dengan apa yang ia katakan tadi.

“Ahh.. dari awal aku berencana untuk pergi ke Pohang, ikut?”

“Tentu saja, aku sudah jauh-jauh menyusulmu ke sini.”

“Oke, kamu pasti belum makan,setelah makan siang kita langsung melanjutkan perjalanan ya.. aku ingin melihat sunset di sana..”

“Oke Eonnie, aku sudah tidak sabar.. Yay Pantai!!!”

 

***

“Eonnie padahal aku saja yang menyetir”

“Tidak apa-apa kamu sudah naik bus cukup lama dari Seoul, kamu butuh istirahat sedangkan aku sudah cukup istirahat tadi malam.” Ucap Yujin yang sekarang sedang fokus menyetir.

“Baiklah, tapi nanti pulangnya aku yang menyetir yah?”

“Oke, kita akan bergantian..”

“Apakah kamu sudah memesan penginapan?”

“Sudah, aku memesannya tadi pagi.”

Xiaoting pun mengangguk.

Tidak lama ponselnya berbunyi, telepon dari Seungcheol. Ia pun mengangkatnya.

 

“Hallo Oppa..”

 

Xiaoting, kamu dimana?” Tanya Seungcheol.

 

“Aku sedang pergi bersama Yujin Eonnie..”

 

Pergi kemana? Mengapa tidak mengabariku?”

 

“Oppa, aku sudah bilang, aku butuh waktu untuk berpikir.”

 

Xiaoting, butuh berapa lama?”

 

“Aku tidak bisa menjawabmu Oppa, tapi aku tidak akan membuatmu menunggu terlalu lama.”

 

Baik kalau begitu.. Xiaoting, kamu belum menjawab pertanyaanku, kamu pergi kemana?”

 

“Aku sedang dalam perjalanan ke Pohang..”

 

Pohang? Mengapa mendadak sekali?”

 

“ Iya, ini ide Yujin Eonnie, kebetulan juga kami berdua sedang libur kuliah..” Jawabnya.

 

Begitu ya? Baik kalau begitu, hati-hati di jalan. I love you, Xiaoting.” Ucap Seungcheol dengan nada lembut. Xiaoting kemudian memejamkan matanya ketika mendengar kalimat terakhir dari Seungcheol,

 

“Terima kasih Oppa.” Jawabnya sebelum mematikan telepon.

 

Xiaoting kemudian menengok ke sampingnya, Yujin masih fokus menyetir.

 

“Eonnie… “ Panggilnya.

 

“Hmm..” Jawab Yujin.

 

“Aku meminta break dari Seungcheol Oppa..”

 

“Hah? mengapa tiba-tiba?” Jawab Yujin, ia menoleh sebentar ke arah Xiaoting sebelum kembali melihat ke depan.

 

“Aku hanya baru menyadari sesuatu, eonnie..”

 

“Menyadari apa?”

 

That of all the things we can control, feelings are not one of them” Jawab Xiaoting.

 

“Aku tetap tidak mengerti.”

 

“I can’t love him, I tried but I failed.” Jawab Xiaoting. Mendengar jawaban Xiaoting membuat perasaan Yujin berkecamuk. Xiaoting tidak mencintai Seungcheol, Xiaoting meminta break,  lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?

 

‘Tidak akan terjadi apa-apa Yujin, apa yang kamu pikirkan?’ pikirnya, Yujin berusaha tetap fokus menyetir walaupun pikirannya sudah lari kemana-mana.

 

“Lalu Seungcheol setuju?” Ia berusaha untuk bersikap normal.

 

“Dia memintaku untuk memikirkannya lagi, dia bilang dia akan tetap berusaha agar aku bisa membalas perasannya..”

 

“Wow such a hardworking man”  Ucap Yujin.

 

“Eonnie, apakah kamu sama?”

 

“Maksudmu?”

 

“Apakah kamu tipe yang akan berjuang untuk mendapatkan orang yang kamu cintai?”

 

Pertanyaan Xiaoting benar-benar memukulnya keras, berbeda dengan Seungcheol, Yujin tidak pernah memperjuangkan cintanya untuk Xiaoting. ‘1-0 untuk kemenangan Seungcheol’ pikirnya.

 

Yujin kemudian menggelengkan kepalanya. “ Aku tidak sehebat Seungcheol.. “ Jawabnya.

 

“Apakah aku boleh meniru Seungcheol Oppa, berjuang untuk mendapatkan orang yang aku cintai? “

 

Pertanyaan Xiaoting kembali membuat Yujin bingung.

 

“Maksud kamu? Apakah kamu mencintai orang lain dan orang itu bukan Seungcheol?” Yujin kembali menoleh ke samping kanannya.

 

Xiaoting mengangguk. “Ya Eonnie, dan sekarang aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan..” jawabnya dengan mantap.

 

Pandangan Yujin kembali ke depan, otaknya bekerja keras untuk memecahkan semua puzzle yang ada di dalamnya. Ia kemudian teringat oleh ciuman Xiaoting pada malam itu. ‘Apakah mungkin?’

 

“Eonnie sepi sekali, aku putar lagu yaa..”

 

Xiaoting kemudian memutar salah satu lagu Norah Jones yang sering ia dengar belakangan ini.

 

What am I to you?

Tell me darlin' true,To me you are the sea
Vast as you can be, And deep the shade of blue

When you're feelin' low, Oh to whom else do you go?
See I'd cry if you hurt, I'd give you my last shirt
Because I love you so

Now if my sky should fall, Would you even call?
I've opened up my heart, I never want to part
I'm givin' you the ball

When I look in your eyes, I can feel the butterflies
I'll love you when you're blue
But tell me darlin' true
What am I to you?

What am I to you – Norah Jones

https://www.youtube.com/watch?v=gSQ6cwazIDU

 

Kini kedua sahabat itu larut dalam lagu yang Xiaoting putar, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.  Perjalanan dari Daegu ke Pohang seperti perjalanan yang  menentukan untuk mereka.

Yujin  salah, sebelumnya ia menganggap bahwa perjalanannya ke Pohang merupakan pelariannya, ternyata perjalanan ini merupakan penentu hidupnya. Ia harus memilih jalan mana yang akan ia lalui agar sampai ke tujuan.

Bagi Xiaoting, perjalanan ini adalah awal baginya, baru saja ia memantapkan hatinya, ia sudah tahu tujuannya, kini ia ingin menikmati perjalanannya.

***

“Just in time…” ucap Yujin

“The best sunset yang pernah aku lihat.” Jawab Xiaoting.

Kini mereka sedang duduk berdua di pinggir pantai menikmati indahnya langit yang sudah mulai berwarna oranye dan matahari yang perlahan-lahan tenggelam.

“Jika tadi kamu bersikukuh untuk mandi dulu di hotel, kita tidak akan sempat melihat ini.”

“Benar juga, Eonnie. Kapan lagi kita bisa ke sini?”

“Kita bisa saja melakukan perjalanan mendadak seperti ini lagi..” ucap Yujin, ia kemudian mengarahkan kameranya pada pemandangan indah yang ada di depannya.

Xiaoting kemudian mengalihkan perhatiannya kepada gadis di sampingnya.

 

“Eonnie, sini aku pinjam kameramu..”

“Untuk apa?”

“Untuk memotret, memangnya untuk apa lagi?”

“Hahaha, benar juga..” Yujin kemudian memberikan kameranya pada Xiaoting.

Xiaoting kemudian sedikit menjauhkan badannya dari sahabatnya, ia kemudian mengarahkan kamera pada wajah sahabatnya itu.

“Mau memotretku?”

“Yap, aku yakin di kameramu ini tidak ada satupun fotomu.”

“Eonnie, smile..” Yujin pun memberikan senyum terbaiknya tepat sebelum Xiaoting memencet tombol shutter.

“Perfect…” ucap Xiaoting saat melihat hasil jepretannya. Ia kemudian menunjukan hasil fotonya kepada Yujin.

“Sepertinya aku punya bakat fotografi juga..” ucapnya lagi.

“Lumayan..” komentar Yujin saat melihat hasil fotonya.

“Lumayan? Hanya lumayan?” Tanya Xiaoting sambil melebarkan matanya.

“Yap, kamu masih harus banyak berlatih…” Jawab Yujin.

“Kalau begitu selama di sini aku yang akan memegang kamera ini untuk berlatih.”

“Kalau begitu selama di sini aku yang akan jadi foto modelnya.”

“Deal?” Tanya Xiaoting.

“Deal.” Jawab Yujin.

Mereka berdua pun saling memberikan senyum terbaiknya.

“Eonnie..”

“Hmm?”

“Kamu cantik, Kamu paling cantik ketika tersenyum seperti ini..” ucap Xiaoting dengan nada lembut, masih sambil memberikan senyum termanisnya.

Mendengar itu membuat Jantung Yujin tiba-tiba berdegup kencang, ia kemudian memalingkan mukanya kembali melihat ke arah matahari terbenam. Ia mencoba mengatur nafasnya, berusaha menormalkan detak jantungnya.

“Eonnie, aku punya sebuah pengakuan dan aku mau minta maaf padamu terlebih dahulu.. “

Yujin kembali melihat ke arah sahabatnya itu.

“Ada apa? Kenapa tiba-tiba?”

“Eonnie, pada malam itu pada saat kamu sedang sakit aku mengambil keuntunganku sendiri.” Xiaoting kemudian menundukan kepalanya merasa malu. “Aku menciummu ketika kamu tidur.” Xiaoting kemudian menutup matanya bersiap dengan caci maki yang akan dilontarkan oleh Eonnie-nya itu.

Namun setelah menunggu beberapa lama tidak ada tanggapan dari Yujin, Xiaoting kemudian membuka matanya dan melihat ke arah Yujin yang sedang menatap langit yang sudah mulai gelap.

“Eonnie, maafkan aku. Apa kamu marah?” Tanya Xiaoting.

“Aku marah” Jawab Yujin.

Xiaoting kembali menundukan kepalanya. “Maafkan aku.” Ucapnya lagi.

Yujin kemudian menghela napasnya dalam.

“Kenapa kamu menciumku Xiaoting?”

Xiaoting kemudian mengangkat kepalanya lagi dan memandang ke arah orang yang paling penting dalam hidupnya.

“Entah apa yang merasukiku pada malam itu Eonnie, hanya saja pada malam itu semua perasaanku seperti terakumulasi, egoku mengalahkan logikaku..” Tak terasa air mata Xiaoting pun jatuh.

“Aku tidak mengerti Xiaoting, perasaan apa yang kamu maksud?”

“Eonnie, aku mencintaimu.. aku sangat sangat mencintaimu, bukan sebagai adikmu, bukan sebagai sahabatmu, aku mencintaimu sebagai Xiaoting yang mencintai seorang Choi Yujin. Eonnie, I Love you and I want you “ Xiaoting akhirnya mengungkapkan perasaannya.

Mendengar pengakuan Xiaoting tersebut membuat system di dalam tubuh Yujin seolah berhenti bekerja. Ia tidak tahu respon apa yang harus ia berikan kepada Xiaoting, kini Yujin hanya terdiam tak tahu harus berkata apa, tak tahu harus melakukan apa, tatapannya kosong. Melihat keadaan Yujin yang seperti itu membuat Xiaoting khawatir.

“Eonnie, maafkan aku, itu hanya pengakuanku saja, eonnie jangan terbebani, jika eonnie tidak merasakan hal yang sama lupakan saja kata-kataku tadi, kita lanjutkan hidup seperti biasanya. Atau jika eonnie tidak nyaman berada di dekatku, aku akan pergi.. aku memang bilang bahwa aku menginginkanmu tapi aku jauh lebih ingin melihatmu bahagia Eonnie. Maafkan aku Eonnie…”

Air mata kemudian turun dari mata Yujin, ia kemudian menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya, air matanya keluar semakin deras, suara tangisannya kini semakin kencang terdengar.

‘Eonnieee, maafkan aku.. maafkan aku.. maafkan aku..” Xiaoting kemudian mengelus-elus bahu Yujin berusaha untuk menenangkannya.

“Xiaoting… “ ucapnya masih sambil terisak.

“Ya Eonnie..”

“Mau mendengar cerita?” Yujin kini mulai menunjukan wajahnya yang basah oleh air matanya, ia kemudian menyeka air matanya dengan salah satu tangannya.

“ Ketika aku masih berumur 3 tahun, aku dipertemukan dengan seorang bayi cantik yang gemar memainkan jari tanganku. Pada saat aku berumur 10 tahun dan dia berumur 7 tahun gadis yang notabene lebih muda dariku ini sering sekali berkelahi dengan anak-anak yang sering jahil terhadapku, tidak jarang gadis ini dihukum oleh gurunya karena sering berkelahi, namun dia tidak pernah kapok. Pada saat aku berumur 17 tahun dan dia berumur 14 tahun, gadis ini merengek ingin ikut pergi denganku meninggalkan panti asuhan, semua orang sudah berusaha untuk melarangnya, namun tangisan gadis itu semakin kencang, dan akhirnya gadis itu ikut denganku, pada saat itu aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan melakukan apapun untuk melindunginya, aku berjanji akan menempatkan kebahagiannya di atas kebahagiannku. Pada saat aku berumur 20 tahun dan dia berumur 17 tahun, pada saat itu salah satu temannya berulang tahun, aku membelikannya gaun untuk pergi ke pesta, pada saat aku melihatnya dengan gaun itu, pertama kalinya aku melihatnya dengan cara pandang yang berbeda. Gadis yang tumbuh bersamaku itu sudah semakin besar, semakin cantik, semakin pintar, dan perasaan ingin melindungiku semakin besar. Hari demi hari perasaan itu semakin kuat, tanpa aku sadari setiap malam orang yang aku pikirkan sebelum tidur adalah gadis itu, motivasiku untuk giat belajar dan bekerja adalah gadis itu, di setiap aku melihat masa depan selalu ada gadis itu. Xiaoting, apakah kamu bisa jawab perasaan apa yang aku rasakan ini?”

 

Kini giliran Xiaoting yang menangis sejadi-jadinya mendengar cerita Yujin.

“Eonniee., Maafkan aku tidak tahu..” ucap Xiaoting masih sambil menangis.

“Xiaoting, Jika ada kata yang melebihi kata cinta, itulah kata yang bisa mendeskripsikan perasaanku padamu.”

Xiaoting lalu memeluk Yujin dengan erat. Ia bahagia bahwa ternyata Yujin memiliki perasaan yang sama dengannya, namun sekaligus sedih karena Yujin harus menderita karena ketidaktahuannya. Entah sudah berapa lama mereka berpelukan sampai mereka tidak sadar matahari sudah tenggelam sepenuhnya dan langit sudah benar-benar gelap.

Xiaoting yang berinisiatif untuk melepaskan pelukannya, ia kemudian menyeka air mata gadis yang ia cintai, Xiaoting terus membelai pipi Yujin meskipun air matanya sudah kering.

Yujin memperhatikan wajah Xiaoting yang tampak serius menyeka air matanya yang sudah kering, melihat kedekatan mereka membuat dorongan itu muncul lagi di hatinya, Yujin kemudian makin mendekatkan wajahnya ke wajah gadis yang ia cintai, saat bibir mereka akan segera bertemu Ia kemudian memejamkan matanya, tiba-tiba ia teringat sesuatu, Yujin kemudian mengurungkan niat untuk mencium bibir Xiaoting, ia kemudian mendaratkan bibirnya di pipi Xiaoting.

“Maafkan aku..” ucapnya sambil menundukan kepalanya.

“Aku mengerti Eonnie..” Jawab Xiaoting sambil meraih tangan Yujin.

“Aku harus bicara dulu dengan Seungyeon. Ini akan menyakitkan untuknya, sampai hari itu tiba apakah kamu mau menunggu?” Tanya Yujin sambil menatap mata gadis yang ia cintai.

Xiaoting pun mengangguk.

“Gunakan waktumu Eonnie, aku akan menunggumu..”

“Terima kasih… “

Yujin kemudian mengistirahatkan kepalanya di bahu Xiaoting, memandangi ombak yang bersinar di malam hari.

“Perjalanan hari ini sangat melelahkan..” ucapnya.

“Aku harus berterima kasih dengan perjalanan melelahkan ini..” Balas Xiaoting.

 

You must go on a long jouney before you can really find out how wonderful home is

  • - Tove Jansson   -
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you