New People

Freeze the Moment

 

“Arghhh, aku rasanya ingin meracuni makanan bos-mu itu, eonnie..” Ucap Xiaoting setelah Yujin menceritakan apa yang terjadi padanya hari itu.

“Hahaha, jika bisa aku yang akan melakukannya sendiri, Ting. “ Jawab Yujin.

Xiaoting kemudian mendekatkan dirinya ke tubuh Yujin, ia menempatkan kepalanya diantara dagu dan leher Yujin.

“ Eonnie, karena kamu telah melewati hari yang berat, adakah yang eonnie mau minta dariku? I will grant your wish..”

“Anything?” Tanya Yujin.

“Yapp! Apa saja Eonnie..” Jawab Xiaoting.

“then you only need to stay by my side..” Ucap Yujin mengutarakan permohonannya.

“Itu namanya bukan permohonan, tanpa eonnie mintapun aku akan selalu ada di sisi Eonnie.. Ayolah coba pikirkan, apa yang eonnie mau?” Tanya Xiaoting lagi.

Yujin tersenyum mendengar ucapan Xiaoting itu.

“Hmm.. apa yah? Ahh! Tolong pijat aku saja deh, badanku sakit semua karena seharian harus berdiri.” Ucap Yujin.

“Laksanakan!” Jawab Xiaoting yang kemudian beranjak dari tidurnya.

Yujin pun kemudian memposisikan badannya dalam posisi duduk.

Xiaoting mulai memijat pundak Eonnie-nya itu.

“Badanmu kaku sekali, Eonnie.” Ucap Xiaoting. “Mother Narae benar, kamu kurus sekali aku bahkan bisa merasakan tulang-tulangmu.” Lanjutnya lagi.

“Seperti kamu tidak kurus saja,Ting.” Balas Yujin.

“Setidaknya aku lebih atletik darimu.” Jawab Xiaoting. “Eonnie, kamu benar-benar harus mencari pekerjaan baru, coba saja dulu, aku yakin pasti ada yang bisa melihat keahlianmu itu.” Ucap Xiaoting lagi.

“Iyah bawel, mengapa semakin besar kamu semakin lebih cerewet dariku yah?” balas Yujin.

“Karena kalau bukan aku yang cerewet padamu, siapa lagi?” Balas Xiaoting tidak mau kalah.

Xiaoting betul, Yujin hanya memiliki Xiaoting di dunia ini, ada Mother Narae, namun kondisinya berbeda, Xiaoting lah yang selalu ada di sampingnya.

“Xiaoting..” Panggilnya.

“Hmm..” Jawab Xiaoting yang kini sedang serius memijat bagian punggung Yujin Eonnie-nya itu.

“I love You..” ucap Yujin.

“I Love you too, Eonnie.” Balas Xiaoting.

Not the 'I love you' that couples usually say, but it was enough for Yujin. As long as Xiaoting was beside her, it was always enough for her.

***

Yujin berusaha untuk tidak mengeluarkan suara, ia sudah memposisikan kameranya dan menentukan sudut yang tepat untuk mengambil gambar, Yujin pun sudah siap untuk menekan tombol shutter ketika objek yang akan ia ambil gambarnya itu tiba-tiba pergi, terbang jauh meninggalkannya.

“Arghh sial, padahal sedikit lagi..” Gumamnya.

“Jika objekmu tiba-tiba pergi sebelum kamu mengambil gambarnya itu berarti secara naluriah dia tidak ingin ada orang yang mengabadikan momennya pada saat itu. “ Tiba-tiba terdengar suara pria di belakangnya. Yujin pun membalikan badannya.

“Maafkan aku tiba-tiba menginterupsi, aku memperhatikanmu dari tadi.” Kini pria yang juga sedang membawa kamera di depannya memberikannya senyumnya pada Yujin.

“Ohh tidak apa-apa.” Jawab Yujin. “Hmm, sayang sekali padahal jarang sekali aku melihat burung jenis itu di sini.” Lanjutnya lagi.

“Iya, sudah jarang dan sulit untuk diabadikan, mungkin burung itu memang punya naluri untuk hidup lebih misterius.” Jawab pria tadi. “Ngomong-ngomong kamu punya hobi foto juga?” Tanya pria tinggi itu.

“Iya, tapi sebenarnya aku sedang bertugas untuk memotret orang-orang yang sedang tamasya di gunung ini, kebetulan saja tadi aku melihat burung itu.” Jawab Yujin.

“Wah kamu seorang fotografer?” Tanya pemuda itu lagi.

“No, no.. bukan fotografer, aku hanya tukang foto amatiran yang bekerja part time di salah satu perusahaan surat kabar harian.” Jawab Yujin lagi.

“Tetap saja, bagiku orang yang bisa mengambil gambar dengan baik apalagi ia bisa mendapat uang dari situ, aku anggap dia adalah seorang fotografer.” Ucap pria itu sambil memberikan senyumnya.

“Aku tak puya dasar pendidikan fotografi dan aku hanya memotret berdasarkan instingku saja, jadi aku tak percaya diri jika harus menyebut diriku fotografer.” Jawab Yujin. “Dan lagi kamu tahu darimana aku dapat mengambil gambar dengan baik, bahkan kamu belum pernah melihat hasil fotoku.” Ucapnya lagi menambahkan.

“Uhm, aku boleh lihat kameramu?” ucap pria tadi, Yujin kemudian menaikan alisnya, sedikit skeptis.

“Ahhh… ini kamu pegang kameraku, untuk menjamin aku tidak akan mencuri kamera mu.” Pria itu kemudian menyodorkan kameranya pada Yujin. Untuk berjaga-jaga Yujin pun mengambil kamera pria itu dan menyerahkan kamera miliknya.

‘hasselblad H4D ’ ucapnya dalam hati. Yujin yang hobi foto itu sudah hapal dengan jenis-jenis kamera, dan ia tahu kamera yang kini ada di tangannya itu memiliki harga yang sangat mahal.

‘Wow.. hasil foto-fotomu ini luar biasa! Terlalu bagus jika harus disebut hasil jepretan tukang foto amatiran. Bahkan fotografer professional pun belum tentu bisa mengambil foto sebagus ini.” Komentar pria itu dengan antusias. Ia kemudian mengembalikan kamera Yujin dan mengambil lagi kamera miliknya.

Yujin hanya tersenyum mendengar pujian dari orang yang baru pertama kali ia temui itu. “Terima kasih.” Ucapnya.

“Hmm, namaku Choi Seungcheol. “ Pria itu kemudian mengenalkan dirinya, ia kemudian memberikan tangannya kepada Yujin. Yujin pun kemudian membalas jabatan tangan orang yang baru ia kenal itu.

“Choi Yujin.” Ucapnya memperkenalkan diri.

Seungcheol pun kemudian mengambil dompet di saku celananya. Ia kemudian mengambil sesuatu di dompetnya.

“Ini kartu namaku. aku sangat suka dengan fotomu dan umm… aku sebenarnya memiliki studio foto sendiri, jika kamu berminat kamu bisa bergabung dengan kami.” Ucap Seungcheol.

“Benarkah?” Tanya Yujin.

“ Ya, aku tidak pernah bercanda.” Jawab Seungcheol.

“Aku coba pikirkan dulu ya, terima kasih.” Ucap Yujin lagi.

“Baik kalau begitu, tolong hubungi nomor yang ada di kartu itu jika kamu berminat. Kalau begitu aku pamit dulu masih ada yang harus aku lakukan. “Ucap Seungcheol sebelum ia berjalan pergi.

Belum jauh melangkah, Seungcheol kemudian membalikan badannya lagi. “ Yujin, aku benar-benar berharap kamu bisa bergabung dengan kami.” Teriak Seungcheol sebelum akhirnya ia benar-benar pergi.

Yujin kemudian melihat kembali kartu nama yang diberikan oleh Seungcheol.

Hope Photo Studio

Yujin membaca tulisan yang ada di kartu nama tersebut.

‘is this the beginning of my hopes?’ batinnya.

***

“ Eonnie, dari tadi aku perhatikan kamu hanya melihat kartu nama yang ada di tanganmu itu.” Ucap Xiaoting membuyarkan Yujin dari lamunannya.

“Xiaoting, aku sedang berpikir.” Ucap Yujin.

“Tentang?” Tanya Xiaoting.

Yujin kemudian menceritakan tentang perjumpannya dengan Seungcheol.

“Menurut kamu bagaimana?” setelah selesai cerita, Yujin kemudian menanyakan pendapat sahabatnya itu.

“Di sisi lain aku takut orang yang kamu temui itu adalah orang jahat yang hanya berniat menjebakmu namun di sisi lainnya mungkin saja ini kesempatanmu untuk meninggalkan perusahaanmu sekarang.” Ucap Xiaoting sambil mengusap-usap dagunya sambil berpikir.

“Ahh atau begini saja, aku antar Eonnie ke studio itu, kita lihat dulu ke sana baru memutuskan. Bagaimana?” ucap Xiaoting memberikan idenya.

“Benar juga, kenapa tidak terpikirkan olehku.” Jawab Yujin. “kamu pintar juga, Ting..” ucapnya lagi.

“Kamu baru sadar,Eonnie? Kemana saja kamu baru sadar punya sahabat sejenius Shen Xiaoting?” ucap Xiaoting sambil melebarkan matanya.

“Hahaha,  sikap konyolmu itu membuatku lupa bahwa kamu adalah lulusan dengan nilai terbaik di sekolahmu, ngomong-ngomong selamat ya, maaf Eonnie belum sempat membelikanmu hadiah.. “ ucap Yujin.

“Tidak apa-apa Eonnie, lagipula itu tidak penting, pengumuman beasiswa ku yang lebih penting. Mengapa sampai sekarang belum ada yah?” ucapnya tiba-tiba merasa cemas.

“Eonnie yakin kamu akan lolos, kalaupun tidak masih ada tahun depan, yang penting kamu jangan pernah putus harapan.” Ucap Yujin.

Xiaoting pun mengangguk.

“Aku masih harus mencari pekerjaan part time setelah ini.” Ucap Xiaoting.

“Tidak usah terburu-buru, nikmati saja dulu masa kebebasanmu sebelum kamu jadi mahasiswa.” Ucap Yujin.

“Itupun jika aku lolos Eonnie..” ucap Xiaoting

“Kamu pasti lolos.” Ucap Yujin kembali meyakinkan sahabatnya itu.

Xiaoting kembali mengangguk.

“Aku ngantuk, tidur yuk.” Ucap Yujin yang kemudian langsung berjalan ke tempat tidurnya. Xiaoting mengikutinya dari belakang.

“Eonnie hari ini mau tidur dengan lampu menyala atau gelap?” Tanya Xiaoting.

“Lampu menyala.” Jawab Yujin.

“Ok” Xiaoting yang tak jadi mematikan lampu kamar mereka kemudian tidur di sebelah sahabatnya itu.

“Good night, Xiaoting.” Ucap Yujin seraya memejamkan matanya.

“Goodnight Eonnie.” Jawab sahabatnya yang juga mulai memejamkan matanya.

 

***

“Bangunannya besar sekali, apakah benar ini milik orang yang kamu temui kemarin, Eonnie?” Tanya Xiaoting sesampainya mereka pada alamat yang tertera pada kartu nama.

“Kita harus masuk untuk memastikannya.” Jawab Yujin. Ia sudah menelepon nomor Seungcheol dan memberitahukan bahwa ia akan datang.

Mereka pun langsung masuk dan menghampiri resepsionis, Yujin langsung memberitahukan bahwa dia sudah membuat janji dengan Seungcheol. Tidak butuh lama ia dan Xiaoting kemudian diantarkan ke sebuah ruangan.

“Silakan masuk, Tuan Seungcheol sudah menunggu di dalam.” Ucap orang yang mengantar mereka berdua.

Yujin dan Xiaoting pun kemudian masuk.

“Yujin! Terima kasih sudah datang!” Sapa Seungcheol saat Yujin baru saja menginjakan kakinya di ruangannya.

“Astaga, kamu membuatku kaget dengan suaramu.” Ucap Yujin.

“Hahaha.. ayo duduk!” Ucap Seungcheol masih dengan nada antuasiasnya.

Yujin dan Xiaoting pun duduk di kursi di hadapan Seungcheol.

“Seungcheol, maaf aku membawa adikku ke sini.” Ucap Yujin.

“Oh, tidak apa-apa kok.” Ucap Seungcheol memberikan senyumnya pada Xiaoting. “Seungcheol” ucapnya sambil memberikan tangannya.

“Xiaoting..” Jawab Xiaoting membalas memberikan tangannya juga.

“Xiaoting? Namamu seperti bukan nama orang Korea, dan dilihat-lihat kalian tidak mirip.” Ucap Seungcheol.

Xiaoting kemudian mengalihkan pandangannya kepada Yujin seolah meminta gadis yang lebih tua darinya itu yang menjelaskan.

“Long story, nanti kalau ada waktu aku ceritakan.” Jawab Yujin sedikit enggan untuk bercerita lebih banyak kepada orang yang baru dikenalnya itu.

“Baik kalau begitu.” Jawab Seungcheol mengerti bahwa Yujin enggan untuk bercerita lebih lanjut,

“Oke, jadi apa jawabanmu?” Tanya Seungcheol langsung ke intinya.

Yujin langsung mengalihkan pandangannya ke gadis yang ada di sampingnya, matanya menatap mata Xiaoting seperti meminta persetujuan, Xioting pun kemudian menganggukan kepalanya seraya tersenyum padanya, Yujin membalasnya dengan senyum tipisnya. Ia kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada Seungcheol.

“Baik, aku mau untuk bergabung dengan studio ini.” Jawab Yujin sambil mengeluarkan eyesmile-nya.

“Yes, very good! Aku sangat senang.” Ucap Seungcheol, ia kemudian menuliskan sesuatu pada secarik kertas. Setelah selesai menulis ia kemudian memberikan secarik kertas itu pada Yujin.

“Itu  adalah nominal bayaranmu untuk satu bulan.” Ucapnya. “Karena sistemnya masih part time, jadi jumlahnya hanya segitu.” Lanjutnya lagi,

Yujin yang matanya masih terbuka lebar masih tidak percaya dengan nominal yang ia lihat pada secarik kertas itu.

“Seungcheol apakah ini tidak terlalu banyak?” Tanya Yujin masih tidak percaya.

“Nilai itu adalah nilai normal untuk standar seorang fotografer di sini” Jawab Seungcheol.

“Tapi kan aku,,”

“Kamu adalah seorang fotografer, Yujin..” Seungcheol langsung memotong ucapan Yujin.

Yujin lalu menarik nafasnya dan langsung menghembuskannya kembali.

“Oke, aku terima, aku berjanji untuk memberikan yang terbaik di sini.”ucapnya.

“Nah begitu dong..” Jawab Seungcheol tersenyum.  “Aku mau kamu mulai bekerja minggu depan” Ucap Seungcheol lagi.

“Oke.” Jawab Yujin

“Hmm, ngomong-ngomong aku jadi teringat sesuatu, waktu kemarin aku melihat hasil jepretanmu ada bebepa foto yang membuatku begitu kagum, foto seorang wanita dan jika diingat-ingat sepertinya itu adalah foto adikmu ini.” Ucap Seungcheol sambil menunjuk ke arah Xiaoting.

“Ahh, memang betul, adikku ini sering sekali jadi objek fotoku.” Jawab Yujin.

“Xiaoting, apa pekerjaanmu sekarang?” Tanya Seungcheol.

“Aku masih seorang siswa yang sedang menunggu pengumuman beasiswa universitas, tapi aku sedang berpikir untuk mencari pekerjaan part time.” Jawab Xiaoting.

“COCOK SEKALI!” Ucap Seongcheol dengan suara kerasnya.

“Yujin, aku sedang butuh sekali foto model, dan adikmu cocok sekali untuk pekerjaan itu. “Ucap Seungcheol bersemangat.

Yujin sedikit ragu, apakah ia akan membiarkan sahabatnya untuk terjun ke dunia yang tidak pernah dia singgahi? Pandangannya kemudian mengarah kepada Xiaoting.

“Apakah kamu mau?”Tanyanya.

“Jika Eonnie setuju.” Jawab Xiaoting, namun Yujin sangat tahu ekspresi adiknya itu.

“Baiklah aku setuju,” jawabnya kini.

“Yess!!” ucap Seungcheol lagi-lagi dengan nada penuh semangatnya,

“Terima kasih Eonnie.” Ucap Xiaoting.

“Tuh kan kamu memang dari awal mau pekerjaan ini.” Ucap Yujin sedikit berbisik. Xiaoting hanya membalasnya dengan senyuman khasnya.

***

 

Sudah satu bulan Yujin bekerja di studio milik Seungcheol, ia masih tidak memercayai keberuntungannya bisa bekerja di studio sebesar ini. Walaupun ia masih menangani proyek-proyek kecil, Yujin tetap bersyukur.

Pandangannya kemudian beralih ke sosok Xiaoting yang sedang berpose di depan kamera, Seungcheol sendiri yang menjadi fotografer-nya. Baru satu bulan namun Xiaoting sudah banyak mendapat tawaran untuk jadi foto model beberapa rumah mode. Tak heran karena sahabatnya itu memang cantik, ‘sangat sangat cantik’ batinnya.

“Ok, Xiaoting, Good! Aku rasa cukup untuk hari ini..” Seungcheol kemudian menghampiri Xiaoting dan menepuk-nepuk pundaknya.

“Thank You, I’m sure the result will be amazing because of you.” Ucapnya pada Xiaoting.

“Terima kasih.” Balas Xiaoting sambil memberikan senyumnya pada Seungcheol.

Yujin bisa melihat kedekatan Xiaoting dan Seungcheol, semakin hari mereka semakin dekat, tidak heran karena hampir setiap hari mereka bertemu dan bekerja bersama, bahkan mungkin satu bulan ini Xiaoting lebih sering menghabiskan waktu bersama Seungcheol dibanding dengannya. Yujin tahu perasaan yang sedang dirasakannya ini tapi ia coba untuk menekannya.

“Eonnie!” suara Xiaoting membuat ia kembali dari lamunannya. Xiaoting kemudian berjalan menghampirinya.

“Kamu di sini?” Tanya Xiaoting.

“Ya, tadi aku sekalian lewat..” Jawab Yujin.” Good Job, kamu sudah benar-benar seperti model professional.” Ucap Yujin.

“Ini karena Seungcheol Oppa yang jago mengarahkan.” Jawabnya.

“Kamu saja yang memang sudah berbakat.” Tanpa disadari Seungcheol sudah berdiri di samping Xiaoting.

“Tetap saja tanpa Oppa sepertinya aku tidak akan bisa.” Jawab Xiaoting yang kini pandangannya beralih kepada Seungcheol. Seungcheol kemudian memberikan senyumnya kepada Xiaoting.

Sebagai seseorang yang hobi foto, Yujin sedikit mengenali bahasa tubuh dan ekspresi wajah seseorang, tak terkecuali ekspresi wajah yang dikeluarkan oleh Seungcheol saat ini, senyum yang ia berikan kepada Xiaoting berbeda dengan senyum yang ia berikan kepadanya atau kepada orang lain. Matanya kemudian berpindah kepada Xiaoting, Xiaoting yang cenderung sulit untuk dekat dengan orang lain sepertinya sudah nyaman berada di dekat Seungcheol, tidak jarang ia memuji Seungcheol ketika mereka sedang berdua, jika dipikir-pikir satu bulan ini Seungcheol lah orang yang sering dibahas oleh Xiaoting.

‘Seungcheol adalah pria yang baik, It’ ok, Yujin. Xiaoting will be happy and you’ll be fine.’ Batinnya.

“Hmm, sepertinya ponselku bergetar.” Ucap Xiaoting kemudian memeriksa notifikasinya. Wajahnya penuh konsentrasi saat membaca email yang ia terima.

“Eonnie..” ucapnya dengan nada bergetar

“Pesan dari siapa?” Tanya Yujin sedikit panik karena kini Xiaoting seperti sedang menahan air matanya.

“Myongji. Eonnie aku lulus! Aku mendapatkan beasiswa itu!” Jawabnya, ia kemudian memeluk Yujin.

“Syukurlah, I know you can do it. Selamat yah, Ting. Aku bangga sekali.” Ucap Yujin.

“Terima kasih Eonnie, can’t do this without you.” Balas Xiaoting.

Mereka pun melepas pelukannya.

“Selamat Xiaoting.” Ucap pria di sebelahnya, Seungcheol kemudian ikut memeluknya.

“Terima kasih Oppa.” Jawab Xiaoting masih dipelukan Seungcheol.

Yujin tahu mungkin kedepannya pemandangan ini akan sering ia lihat, ia sangat yakin Seungcheol memiliki perasaan lebih terhadap sahabatnya itu, dan untuk Xiaoting? Mungkin hanya tinggal masalah waktu saja.

Yujin menghela napasnya panjang.

‘I have to prepare my heart if that day comes’ batinnya.

“kita harus merayakannya!” ucap Seungcheol. “Bagaimana dengan pizza?” ucapnya lagi.

“Ok, aku yang traktir ya.” Ucap Xiaoting.

“Ok.” Jawab Seungcheol. Xiaoting kemudian mengalihkan pandangannya pada Yujin.

“Kita ke tempat yang sering kita datangi yah.” Ucapnya pada Yujin.

“Hmm, aku masih harus mengedit beberapa foto, kalian berdua saja ya.” Ucapnya.

“Kalau begitu kita tunggu saja sampai Eonnie selesai.” Balas Xiaoting.

Yujin kemudian menggelengkan kepalanya.

“Aku akan lama, kamu bisa mentraktirku di hari lain.” Jawab Yujin. “Ok?” ucap Yujin lagi mencoba meyakinkan Xiaoting.

“Baik kalau begitu, tolong kabari aku jika eonni sudah di apartemen, dan jangan bekerja sampai terlalu malam, aku takut ada yang menculikmu karena badanmu yang kecil itu.” Ucap Xiaoting panjang lebar.

“Iya, Iya, bawel sekali. Sana pergi, aku tidak bisa mulai bekerja jika kamu masih di sini.” Ucap Yujin.

“Oke, kami pergi Eonnie. Please be careful.” Ucap Xiaoting sebelum pergi dengan Seungcheol.

 

***

“Hahaha.. kalian benar-benar anak yang nakal.” Ucap Seungcheol sambil tertawa ketika mendengar cerita masa kecil Xiaoting dan Yujin.

“Kami biasanya tidak pernah seperti itu, tapi anak itu memang menyebalkan, tapi untung saja belum satu tahun ia sudah dipindahkan ke panti di kota lain.” Ucap Xiaoting teringat akan masa kecilnya.

“Aku kagum dengan kalian berdua, hidup berdua di Seoul dengan keringat kalian sendiri, tidak semua orang bisa melakukannya.” Ucap Seungcheol.

“Thanks to Yujin Eonnie, aku tidak bisa melakukanya kalau bukan karena dia.” Balas Xiaoting.

“Kalian sangat dekat ya? Aku hampir percaya bahwa kalian adalah adik kakak, jika bukan karena namamu..” Ucap Seungcheol.

“Tetap saja, Eonnie adalah keluargaku, Rumahku.” Jawab Xiaoting.

“Aku tebak siapapun nanti yang akan menjadi pasangan kalian harus menerima bahwa kalian tidak akan bisa dipisahkan?” Tanya Seungcheol.

“Tentu saja, kami satu paket, jika eonnie tidak setuju dengan pasanganku, aku akan langsung menolaknya.” Jawab Xiaoting.

“Ok, noted.” Ucap Seungcheol tanpa sadar.

“Hmm?” Tanya Xiaoting.

“Ahh bukan apa-apa.” Jawab Seungcheol gugup. Xiaoting pun mengangguk tak ambil pusing.

“Xiaoting, kalau dari namamu sepertinya kamu bukan berasal dari Korea, apakah kamu tidak ada niatan untuk kembali ke Negara asalmu?” Tanya Seungcheol.

“Untuk apa? Bahkan orang tuaku jika memang mereka masih hidup, tidak menginginkanku. Mereka meninggalkanku di depan panti dengan hanya sehelai kain tipis.”

“Namamu siapa yang memberikan?” Tanya Seungcheol penasaran

“Mother Narae menemukannya di keranjang bayi, ada surat dengan tulisan mandarin, dengan bantuan seseorang yang mengerti tulisan Mandarin,  Mother Narae akhirnya mengetahui bahwa namaku adalah Shen Xiaoting.” Jawab Xiaoting.

“Hmm dunia sangat kejam yah?” komentar Seungcheol.

“Tidak masalah buatku, setidaknya aku memiliki Yujin Eonnie.” Ucap Xiaoting lagi.

“Melihat perjuangan kalian, membuatku ingin menjaga kalian..” Ucap Seungcheol.

“Hah? Maksud Oppa? Apakah kamu menyukai Yujin Eonnie?” Tanya Xiaoting.

“Bukan! Bukan itu maksudku.. aku tidak menyukai eonnie-mu, aku… ahh sudahlah..” Ucap Seungcheol gugup.

“Baguslah, jika Oppa menyukai Eonnie, kamu harus berhadapan denganku dulu. Dan Oppa tidak perlu khawatir, kami memiliku satu sama lain untuk saling menjaga ” Jawab Xiaoting.

“Ok, Noted Mam..” Jawab Seungcheol dengan nada bercanda.

Mereka pun melanjutkan obrolan santai mereka.

Xiaoting cukup nyaman berada di dekat Seungcheol karena bisa dibilang Seungcheol adalah pria pertama yang dekat dengannya. Sejak kecil ia dikelilingi oleh wanita, Yujin Eonni-nya, Mother Narae, bahkan teman-temannya di panti semua wanita. Seungcheol cukup berhasil menembus tembok pertahanan Xiaoting.

***

Yujin mencoba memfokuskan kameranya pada objek yang ia ingin tangkap gambarnya, seekor siput yang sedang hinggap di bangku taman.

“Apakah bisa mengambil gambar di malam hari seperti ini?” Ucap seseorang.

Yujin kemudian membalikan badannya, ia menyipitkan matanya untuk mencari tahu siapa wanita yang sedang berdiri di hadapannya.

Wanita itu kemudian duduk di sebelah Yujin. Ia kemudian membuka tudung kepalanya.

Yujin sontak kaget ketika wanita tersebut membuka tudung kepalanya.

“Seungyeon-ssi?” Ucapnya tak percaya.

“Hai, kita bertemu lagi..” Sapa Selebritis yang pernah ia tolong itu.

“Mengapa kamu ada di sini?” Tanya Yujin.

“Memangnya tidak boleh?” Jawab Seungyeon.

“Bukannya begitu, aneh saja melihat selebritis sepertimu ada di sini.” Balas Yujin.

“Aku sering ke sini, sedikit effort karena harus berpakaian seperti ini agar tidak ada paparazzi yang mengambil gambarku. Hmm bukannya kamu salah satu dari mereka?” tanyanya sambil mengerutkan alisnya.

“Hah?” jawab Yujin bingung.

“Paparazi, bukankah kamu Paparazi juga?” Tanya Seungyeon lagi.

“Aku?” Tanya Yujin sambil menunjuk dirinya.

“Iya.” Jawab Seungyeon.

“Bukan! Enak saja, kebetulan saja waktu itu aku harus jadi fotografer pengganti. Lagipula aku sudah berhenti bekerja di perusahaanku dulu.” Jawabnya.

“Hahaha.. ok, aku percaya. Lagipula mana ada Paparazi yang memotret seekor siput.” Ucap Seungyeon sambil tertawa.

Yujin hanya bisa mengerucutkan bibirnya.

“Cute..” Ucap Seungyeon tiba-tiba.

“Hah?” Tanya Yujin kembali dengan wajah bingungnya.

Seungyeon hanya menggelengkan kepalanya. Ia kemudian mengambil sesuatu di tasnya, sebuah bungkus rokok.

“Mau?” Tanya Seungyeon menawari Yujin.

“Aku tidak merokok.” Jawab Yujin.

“Payah.” Jawab Seungyeoun yang kemudian mulai menyalakan rokoknya. “Aku harap kamu tak keberatan dengan asapnya.” Ucapnya kini.

Yujin kemudian memperhatikan selebritis yang sedang merokok di sampingnya itu.

“Kenapa melihatku? Harusnya kamu memotretku, pasti akan menjadi headline.” Ucap Seungyeon lagi.

“Aku sudah bilang aku bukan Paparazi atau wartawan gossip.” Jawab Yujin.

“Hmm.. oke.” Balas Seungyeon singkat.

“Kalau begitu aku pergi yah..” Ucap Yujin.

“Mau kemana? Sini saja dulu temani aku.” Ucap Seungyeon.

“Aku kira kamu mau sendiri?”

“It’s ok, lagipula aku yang mengganggumu lebih dulu, gara-gara aku siputmu pergi.” Ucap Seungyeon sambil menunjuk tempat siput yang tadi hinggap.

“Baik kalau begitu.” Balas Yujin.

“Aku belum bilang terima kasih padamu soal waktu itu, terima kasih sudah membantuku ketika terjatuh.” Ucap Seungyeon tiba-tiba.

“It’s nothing..” jawab Yujin.

“Apakah kamu tidak penasaran dengan berita yang sedang ramai tentangku.” Tanya Seungyeon.

“Sejujurnya aku tidak peduli, itu bukan urusanku.” Jawab Yujin.

“Hmm.. benar juga, kenapa orang-orang senang sekali mengurusi hidup orang lain. Tapi semuanya sudah berakhir, istri simpanan yang asli sudah ketahuan dan orang-orang sudah tahu itu bukan aku. Aku hanya jengkel saja aku jadi tidak bebas kemana-mana gara-gara berita itu.” Ucapnya panjang lebar.

Tanpa sadar Yujin tersenyum mendengar berita itu. “Syukurlah, mudah-mudahan media tidak sembarangan lagi membuat berita.” Ucapnya.

“Tidak mungkin.” Jawab Seungyeon singkat.

“Kamu benar.” Balas Yujin.

“Ngomong-ngomong aku belum tahu namanu.” Ucap Seungyeon lagi.

“Yujin.” Balas Yujin.

Seungyeon pun mengangguk.. “Yujin. Nama yang bagus” Ucapnya.  Ia kemudian berdiri sambil membuang putung rokoknya ke tempat sampah di samping kursi mereka.

“Yujin, sekali lagi terima kasih, jika suatu saat kita bertemu lagi, aku akan meminta nomormu.” Seungyeon kemudian memberikan senyumnya sebelum ia pergi meninggalkan Yujin.

“Aneh sekali.” Gumam Yujin.

Ia kemudian memutuskan untuk pergi meninggalkan taman itu.

‘Apakah Xiaoting sudah kembali ke apartemen?’ batinnya.

**********************************************************************************************************************************************************************************

This story was actually my original idea before FATE, but because I thought the plot would be more complex than FATE, I decided to make FATE first. I hope you enjoy this story as well.

Thank You

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you