What Kind of Love

Freeze the Moment

“Terima kasih, Eonnie..” ucap anak perempuan yang baru saja menerima bingkisan dari Xiaoting.

“Setelah ini kamu janji harus lebih rajin belajar ya..” Pesan Xiaoting pada anak tersebut.

“Baik, Eonnie.” Ucap anak tersebut kemudian memberikan senyum manisnya pada Xiaoting, ia kemudian berlari menuju ke teman-temannya yang lain.

“Itu yang terakhir yah?” Tanya Yujin yang sudah berdiri di sampingnya. Ia kemudian memberikan sebotol air mineral kepada sahabatnya itu

“Iah itu yang terakhir.” Jawab Xiaoting, “Terima kasih, Eonnie.” Ucap Xiaoting ketika menerima minuman dari Yujin.

Xiaoting dan Yujin berinisiatif untuk memberikan hadiah kepada teman-teman kecil mereka di panti, mereka ingin membagikan sedikit berkah yang mereka dapatkan dari pekerjaan baru mereka.

“Habis ini kita kemana?” Tanya Xiaoting.

“ Kamu mau kemana?” Jawab Yujin balik bertanya.

“Hmm… “ Xiaoting sedang berpikir ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi.

“Oppa?” Ucapnya ketika melihat nama yang muncul di layar ponselnya.

Xiaoting! Kamu sedang apa?” Tanya Seungcheol di sebrang sana.

“Aku sedang ada di panti bersama Eonnie..” Jawab Xiaoting.


Apakah kamu masih lama di sana?” Tanya Seungcheol.

“Sebenarnya urusan kami sudah selesai di sini.” Jawab Xiaoting lagi.

Kalau begitu aku mau mengajakmu makan siang, apakah kamu bisa?” Tanya Seungcheol lagi.

“Hmm, sebentar Oppa.. “ Xiaoting lalu menjauhkan ponselnya. “Eonnie, Oppa mengajak kita makan siang.” Yujin hanya mengangguk mendengarnya. Xiaoting kemudian mulai mendekatkan ponselnya.

Oke Oppa.” Jawab Xiaoting.

“Yess! mau aku jemput?” Tanya Seungcheol lagi.

Tidak usah Oppa, lokasi panti cukup jauh di pinggiran kota Seoul, kita bertemu di lokasi saja, bagaimana?” Tanya Xiaoting.

“Baiklah, nanti aku kirim lokasi restaurannya. See You, Xiaoting.” Ucap Seungcheol sebelum menutup teleponnya.

Tidak lama ponsel Xiaoting berbunyi, Seungcheol sudah mengirimkan alamat restaurannya.

“Ayo Eonnie, Oppa sudah mengirimkan lokasi restaurannya.” Ucap Xiaoting.

“Oke, umm Xiaoting aku akan mengantarmu sampai stasiun subway dekat restaurant saja yah. Aku baru ingat aku ada janji dengan seseorang.” Ucap Yujin.

“Kok tiba-tiba?” Tanya Xiaoting.

“Iya aku lupa sekali, aku baru teringat tadi.” Jawab Yujin.

“Eonnie, kamu sudah janji untuk mengosongkan jadwalmu, semenjak aku mulai kuliah dan bekerja kita sudah jarang sekali menghabiskan waktu bersama.” Ucap Xiaoting sedikit marah.

“Maafkan aku, bagaimana kalau besok? “ Tanya Yujin sedikit merasa bersalah.

“Besok aku ada pemotretan, aku kan sudah bilang padamu tadi pagi!” Mendengar nada bicara Xiaoting, Yujin tahu sahabatnya itu marah padanya.

“Jangan marah, Oke, bagaimana kalau nanti malam kita nonton di bioskop? Sepertinya sudah lama sekali kita tidak menonton di sana.” Tanya Yujin berharap itu akan meredam amarah sahabatnya itu.

“Janji ya? Jangan tiba-tiba lupa atau tiba-tiba punya rencana lain lagi.” Ucap Xiaoting.

“Oke, aku janji.” Jawab Yujin memberikan senyum tipisnya pada Xiaoting.

 

***

Yujin berbohong, ia tidak ada janji dengan siapapun hari itu. Yujin hanya tak sanggup untuk menyaksikan kebersamaan Xiaoting dan Seungcheol. Kini ia berada di salah satu minimarket di dekat restaurant tempat Xiaoting dan Seungcheol makan siang, menonton pertunjukan musik di Youtube sambil menyantap cup noodle-nya.

Jinnieee… “ tiba-tiba muncul notifikasi di layar ponselnya. Pesan dari Seungyeon.

“Jinnie?” Balasnya.

Lucu bukan, mulai sekarang aku akan memanggilmu Jinnie:) ”

“Terserah kamu saja, ngomong-ngomong ada apa?” Tanya Yujin

Tidak apa-apa, aku hanya iseng saja.” Jawab Seungyeon

“ ???? “ Ketik Yujin.

Hahaha.. kamu dimana?”

“Memangnya kenapa?”

Ayo bertemu!”

“Jika aku tak mau?”

kamu harus mau! Aku mau menunjukan sesuatu padamu!”

“Apa?”

Kita harus bertemu dulu baru kamu akan tahu

“ Baiklah.. “

Mau aku jemput?” Tanya Seungyeon.

“Boleh, aku akan share lokasiku.” Jawab Yujin, ia sudah cukup lelah untuk bepergian dengan bus atau subway.

Oke! See you Jinnie!”

“See You.”

 

***

“Wow” ucap Yujin takjub.

“ Apa aku bilang, kamu pasti suka.” Sahut Seungyeon.

“Sejak kapan kamu mengumpulkan ini semua?” Mata Yujin masih belum mau lepas melihat karya seni berupa pahatan dari kayu-kayu yang menyerupai berbagai objek. “Sungguh gila, pahatan ini indah sekali, kamu membeli semua ini dari mana?” Tanya Yujin lagi.

Seungyeon menggelengkan kepalanya.

“Ini semua Appa yang membuat.” Jawab Seungyeon

“Oh Wow! Appa-mu luar biasa.” Ucap Yujin sambil memberikan senyumnya.

“Apakah kamu mau memotretku dengan latar pahatan-pahatan ini?” Tanya Seungyeon.

“Oke, tapi sekali ini saja ya, selanjutanya tidak gratis.” Jawab Yujin.

“Hahaha baiklah.. “Jawab Seungyeon.

Yujin kemudian memulai mengambil gambar Seungyeon dengan berbagai angle. As expected, Seungyeon sangat luwes dalam berpose, ia membuktikan bahwa dirinya adalah salah satu selebritis top di Korea.

Setelah selesai Yujin melihat hasil foto yang ia ambil, ia tersenyum puas setelah melihat aslinya.

“Sini, mana aku mau lihat.” Ucap Seungyeon yang sudah berdiri di sampingnya.

Yujin lalu menjauhkan kameranya.

“Nope, aku akan menunjukannya jika sudah selesai aku edit.” Ucap Yujin.

“Hmm, pelit sekali, but Ok, awas saja kalau hasilnya tidak bagus.” Ucap Seungyeon lagi.

“Lihat saja nanti.” Balas Yujin.

“Ummm, kamu pasti lelah. Aku bawakan minum ya.” Seungyeon pun keluar ruangan. Yujin kembali larut memperhatikan karya seni yang dibuat oleh Ayah Seungyeon. Sejak kecil ketertarikan Yujin ada pada seni, ia sangat antusias setiap jadwal mata pelajaran seni di sekolahnya.

“Di kulkas hanya ada ini, nih kamu minum dulu.” Ucap Seungyeon menawarkan orange juice kapada Yujin, Yujin yang memang sedari tadi haus langsung meneguk habis minumannya.

“Terima kasih.” Ucapnya.

“Untuk apa?” Tanya Seungyeon lagi.

“Untuk minumannya dan terima kasih telah mengajaku melihat ini. Tolong sampaikan kepada Appa-mu, dia sangat luar biasa.” Ucap Yujin lagi.

“Appa pasti senang mendengarnya. Aku pasti akan sampaikan.” Ucap Seungyeon kemudian tersenyum.

 

***

Selesai makan siang, Seungcheol mengajak Xiaoting untuk berjalan-jalan di pinggir sungai Han.

“Xiaoting, untuk pemotretan besok, kita akan pergi mendaki ke Gunung Bukhansan, klien kita tidak puas jika kita pake CGI terus menerus. Tidak apa-apa khan?” Tanya Seungcheol.

“Tidak apa-apa, Oppa. Lagipula sudah lama aku tidak mendaki.” Jawab Xiaoting.

“Kamu senang mendaki?” Tanya Seungcheol.

 Xiaoting mengangguk. “Aku bahkan sempat ikut klub pendaki waktu di sekolah.” Jawab Xiaoting.

“Wah, kamu memang keren sekali, apakah Yujin juga suka ikut mendaki denganmu?” Tanya Seungcheol.

“Eonnie? Aku pernah mengajaknya sekali dan belum seperempat jalan dia sudah ingin pulang, aku tidak pernah mengajaknya lagi setelah itu.” Jawab Xiaoting sambil menggelengkan kepalanya.

“Hahaha.. aku bisa bayangkan.” Komentar Seungcheol.

Mereka pun kemudian terdiam, Xiaoting sedang sibuk memperhatikan dua anak perempuan yang sedang bermain kejar-kejaran. Tiba-tiba ia teringat akan masa kecilnya bersama Yujin, Ia teringat bagaimana Yujin Eonnie-nya itu selalu kalah di setiap permainan yang mereka lakukan, Eonnie-nya itu sedikit clumsy, membuat Xiaoting selalu ingin melindunginya walaupun ia lebih muda darinya. Tiba-tiba senyumnya merekah jika ingat semua yang telah ia lalui bersama Yujin Eonnie-nya itu, ‘Come to think of it we protect each other in different aspects.’ Batin Xiaoting.

“Sedang memikirkan apa? Sampai tersenyum sendiri seperti itu.” Pertanyaan Seungcheol membuat Xiaoting kembali ke masa kini.

Xiaoting menggelengkan kepala.” Aku hanya teringat sesuatu.” Jawabnya singkat.

“Xiaoting..” Panggil Seungcheol.

“Iyah Oppa?” Jawab Xiaoting.

Seungcheol kemudian menghadapkan tubuhnya ke arah Xiaoting.

Xiaoting refleks menghadapkan tubuhnya juga ke hadapan Seungcheol.

“Kamu cantik.” Ucap Seungcheol tiba-tiba.

“Umm, aku tahu dan sepertinya Oppa pernah mengucapkan itu juga sebelumnya.” Jawab Xiaoting sedikit bingung.

Seungcheol tersenyum mendengar jawaban Xiaoting.

“Aku tidak akan pernah bosan untuk mengatakan itu, karena kamu memang benar-benar cantik. Luar dan dalam.“  Ucap Seungcheol dengan nada lembut.

Xiaoting yang masih bingung dengan kemana arah pembicaraan Seungcheol hanya mengangguk pelan.

“Xiaoting.. “ Seungcheol diam beberapa saat, tiba-tiba ia terlihat gugup.

“Aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku ingin mengenalmu lebih dalam, aku suka padamu, mau kah kamu memberiku kesempatan untuk kita saling mengenal lebih dalam?” Tanya Seungcheol lagi.

Xiaoting tidak langsung menjawab. Seungcheol adalah pria yang baik,dia adalah pahlawan untuknya dan Yujin Eonnie-nya sehingga kehidupan mereka bisa lebih baik sekarang, tapi selama ini ia tidak pernah memikirkan bahwa ternyata pria itu menyukainya.

“Oppa..” Panggil Xiaoting. “Aku tidak tahu harus menjawab apa. Kamu pria yang baik, tapi aku tidak yakin apakah aku sudah siap untuk memulai suatu hubungan.” Lanjutnya lagi.

Seungcheol kemudian mengangguk, ia seperti sudah memprediksikan jawaban dari Xiaoting. Ia kemudian meraih tangan Xiaoting.

“Tidak apa-apa Xiaoting, tidak harus sekarang. Tapi izinkan aku untuk menunggu dan berusaha.” Ucap Seungcheol.

“Opaa, bagaimana kalau aku tetap tidak bisa.” Tanya Xiaoting.

“Tidak apa-apa itu urusan nanti, yang penting izinkan aku untuk berusaha.” Jawab Seungcheol, matanya menatap Xiaoting seakan memberi pesan bahwa dia sungguh-sungguh.

Xiaoting hanya mengangguk, ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

“Baik, tapi Oppa aku tak menjanjikan apapun.” Jawabnya.

Seungcheol mengangguk sambil memberikan senyumnya kepada Xiaoting.

“It’s fair enough.” Ucap Seungcheol.

Xiaoting kemudian meihat ke kejauhan,sambil berpikir apakah keputusannya ini benar, apakah suatu hari ia bisa memberikan hatinya kepada Seungcheol?

***

“Mengapa kamu diam saja?” Tanya Yujin pada sahabatnya. Kini Yujin dan Xiaoting sedang berjalan menuju stasiun Subway setelah selesai menonton fim.

“Hmm?” Tanya Xiaoting seperti tidak mendengar pertanyaan Yujin.

Yujin hanya menggelengkan kepalanya.

“Are you okay?” Tanya Yujin lagi.

“Aku baik-baik saja.” Jawan Xiaoting singkat.

“Kamu sedang tidak baik-baik saja.” Ucap Yujin. “Kamu bahkan tadi tidak fokus menonton filmnya padahal itu film yang sudah kamu tunggu lama.” Lanjut Yujin lagi.

Xiaoting kemudian menghentikan langkahnya.

“Eonnie..” ucapnya.

“Ya?” jawab Yujin.

“Seungcheol Oppa bilang bahwa ia menyukaiku.” Xiaoting memutuskan untuk jujur pada Yujin.

Yujin tidak tahu harus berkomentar apa, ia tahu Seungcheol suka pada Xiaoting-nya, namun ia tak menyangka bahwa Seungcheol akan mengungkap perasannya secepat itu.

“Eonnie.”

“Hmm?”

“Mengapa diam saja? Apakah Eonnie tidak setuju? Katakan saja jika Eonnie tidak setuju, aku akan minta Seungcheol untuk berhenti jika kamu tidak setuju.” Ucap Xiaoting.

“Maksud kamu?” Tanya Yujin tidak mengerti.

“Aku tidak menjawabnya Eonnie, namun Seungcheol Oppa bilang bahwa ia akan terus berusaha sampai aku bisa menerimanya.” Jawab Xiaoting. “katakan Eonnie, jika kamu tidak setuju, aku akan meneleponnya dan bilang padanya untuk berhenti berusaha.”

Yujin kemudian menggelengkan kepalanya.

“Dia pria yang baik Xiaoting, dari sekian orang, pria maupun wanita yang mendekatimu aku rasa dia yang terbaik. Biarkan dia terus berusaha.” Jawab Yujin.

Entah mengapa ada perasaan kecewa yang hinggap di hati Xiaoting ketika mendengar jawaban Yujin Eonnie-nya itu. Ia kemudian mengangguk lemah.

“Baik Eonnie, kamu tahu aku selalu mendengarkanmu.” Ucapnya dengan nada lemah.

“Xiaoting..”

“Hmm?”

“I Love you.”

“I know, I love you too, Eonnie.”

***

Pendakian ke Gunung Bukhansan awalnya berjalan dengan baik, namun di luar dugaan Seungcheol dan tim-nya, tiba-tiba turun hujan ketika di tengah perjalanan.

“Kita sepertinya harus beristirahat di sini, untunglah ada goa kecil untuk kita berteduh.” Ucap Seungcheol kepada Xiaoting dan tim nya. Mereka semua pun setuju.

“Aneh sekali padahal perkiraan cuaca tadi tidak menyebutkan bahwa akan turun hujan hari ini.”  Ucap Seungcheol pada Xiaoting.

“Kadang ramalan cuaca pun bisa salah, Oppa.” Jawab Xiaoting.

“Kamu benar.” Jawab Seungcheol.

Mereka pun beristirahat di dalam Goa untuk beberapa saat sambil menunggu hujan reda. Pada saat itu Seungcheol mengambil kesempatan untk mengobrol lebih banyak dengan Xiaoting, cukup berhasil karena kini Xiaoting lebih mengenal Seungcheol lebih baik.

“Hyung, sepertinya hujannya sudah berhenti. Apakah kita mau meneruskan perjalanan?” Tanya salah satu staffnya.

Seungcheol kemudian melihat-lihat ke luar. “Kamu benar, Ayo, kita teruskan perjalanan!” Ucap Seungcheol bersemangat.

Seungcheol, Xiaoting, dan para staff kemudian meneruskan perjalanan mereka, mereka harus sangat hati-hati karena track yang mereka lalui sedikit licin karena habis diguyur hujan.

Belum lama mereka berjalan, Xiaoting merasakan ada yang tidak beres, dia seperti mendengar sesuatu dari atas gunung. Pandangannya kemudian beralih ke arah tebing di atasnya. Matanya kemudian melebar ketika melihat ada batu berukuran cukup besar yang sedang bergerak siap jatuh ke arahnya. Xiaoting yang terkejut seperti mematung di tempat bersiap menerima takdirnya.

“Xiaoting Awas!” Suara Seungceol adalah suara terakhir yang ia dengar sebelum ia terjatuh karena ada yang mendorongnya ke samping

“Seungcheol!!!” ia kemudian mendengar suara panik para staff memanggil nama Seungcheol, ia lalu membuka lebar matanya, di hadapannya Seungcheol dengan kepala penuh darah tampak tak sadarkan diri.

***

Ponselnya terus berdering membangunkan Yujin dari tidur siangnya.

“Oh My God, sekali saja aku ingin tidur dengan tenang.” Gumamnya. Hari itu Yujin tidak ada jadwal pemotretan dan ia sudah menyelesaikan semua tugas kuliahnya, ia berekspektasi hari minggunya akan ia habiskan dengan tidur seharian. Ia kemudian berjalan dari tempat tidurnya, ponselnya itu ia taruh di meja kerjanya.

“Xiaoting?” Gumamnya saat melihat nama yang ada di layar ponsel.

“Halo” Jawabnya.

“Eonnie..” Terdengar suara sahabatnya itu tidak seperti biasanya.

“Xiaoting? Apakah kamu habis menangis?” Tanyanya dengan nada khawatir.

“Eonnieee.” Kemudian isak tangis keluar dari mulut Xiaoting. Tentu itu membuat Yujin semakin panik.

“Hei, apa yang terjadi?” Tanya Yujin berusaha tenang.

“Seungcheol Oppa, dia terluka…” Jawab Xiaoting masih sambil terisak.

“Apa yang terjadi?” Tanya Yujin menanyakan hal yang sama.

“Kami sedang mendaki kemudian ada batu yang mau menghadangku, namun Seungcheol Oppa..” tangis Xiaoting kembali pecah. “ Seungcheol Oppa menyelamatkanku, dan sekarang ia terluka, batunya mengenai kepalanya. Eonnie itu salahku, semua salahku..” ucap Xiaoting lagi.

“Kamu tidak apa-apa?” Tanya Yujin panik mendengar cerita Xiaoting.

“Aku tidak apa-apa, tapi Seungcheol Oppa…”

“Kamu ada di mana sekarang?” Tanya Yujin memotong ucapan Xiaoting

“Aku ada di Rumah Sakit Chung-Ang.” Jawab Xiaoting.

“Kamu tunggu aku, Eonnie akan segera ke sana.” Jawab Yujin kemudian menutup teleponnya. Ia lalu bersiap untuk menuju rumah sakit.

 

***

Perasaan Xiaoting sedang tak karuan, sudah satu jam Seungcheol ada di ruangan itu namun dokter masih belum keluar.

Ia dan para staff hanya bisa menunggu di luar sambil berharap-harap cemas, berharap luka yang dialami Seungcheol tidak parah.

Kemudian ia mendengar suara langkah kaki yang seperti sedang terburu-buru, ia kemudian mengalihkan pandangannya pada dua sosok pria dan wanita yang sepertinya umurnya sudah lebih dari setengah abad. Kedua orang itu menghampiri mereka.

“Junsu, apa yang terjadi?” Tanya sosok pria berjas dengan kumis putihnya.

Junsu yang merupakan salah satu staf yang ikut mendaki kemudian berdiri. Ia mengajak pria berjas dan wanita yang sepertinya istrinya itu ke pojok ruangan. Ia bisa melihat wanita tadi menangis ketika mendengar penjelasan dari Junsu, ia tidak bisa mendengar mereka namun ia yakin Junsu sedang menceritakan apa yang terjadi.

Kemudian tiba-tiba ia merasakan ada mata yang menatapnya, ia kemudian melihat ke arah pria tadi yang sepertinya sedang menatap marah padanya. Pria tersebut kemudian menghampirinya.

“Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan?” Tanya pria itu. Xiaoting yang bingung kemudian berdiri.

“Maafkan aku.” Xiaoting tidak tahu siapa pria dihadapannya itu, tapi ia yakin pria itu adalah keluarga Seungcheol.

“Maaf? Apakah kata maaf saja bisa menyelamatkan putraku?” Pria itu kemudian memegang pundak Xiaoting dengan kedua tangannya, ia lalu mengguncang-guncangkan tubuh gadis yang semakin merasa bersalah setelah tahu bahwa pria yang dihadapannya adalah ayah dari Seungcheol.

“Aku tidak akan memaafkanmu jika terjadi apa-apa dengan putraku.” Pria itu kemudian berteriak di depan mukanya, mengguncangkan tubuhnya semakin kencang.

“Tolong hentikan.” Tiba-tiba terdengar suara Yujin tak jauh darinya. Yujin kemudian mendekat ke arah mereka. Ia memegang tangan pria tadi dan sedikit mendorongnya agar melepaskan tangannya dari pundak Xiaoting.

“Jangan sentuh adikku.” Ucap Yujin lagi. Ia kemudian menatap tajam mata pria tadi.

“Siapa kamu?” Kini pria tua itu membalas menatap tajam ke arah Yujin.

“Aku Kakaknya dan aku tidak suka ada yang memperlakukan adikku seperti itu.” Ucap Yujin dengan nada dingin masih sambil menatap tajam pria yang pernah ia lihat sebelumnya ketika di Busan.

“Yeobo, cukup jangan seperti itu.” Kini terdengar suara seorang wanita yang Yujin kenal.

“Yujin?” sapanya ketika melihat gadis yang sedang beradu mata dengan suaminya itu.

“Nyoya Choi.” Sapa Yujin sambil sedikit menundukan kepalanya memberikan hormat.

“Maafkan suamiku.” Ucapnya pada Yujin dan Xiaoting. “Yeobo, kita tahu ini adalah kecelakaan, kamu tidak bisa menyalahkan gadis ini.” Ucap Nyonya Choi sambil memandang ke arah suaminya. Namun Tuan Choi rupanya tidak mau mengakui kesalahannya, ia langsung berbalik arah meninggalkan mereka.

“Sekali lagi maafkan suamiku, tolong maklumi dia, kami pernah kehilangan seorang anak dan tidak terbayangkan jika kami harus kehilangan satu lagi.” Ucapnya.

“Aku mengerti, maafkan aku sudah bersikap tidak sopan pada suamimu, aku hanya tidak suka jika ada yang bersikap kasar pada keluargaku.” Jawab Yujin.

“Aku mengerti.” Nyoya Choi kemudian memberikan senyum tipisnya pada Yujin dan Xiaoting sebelum ia berbalik menghampiri suaminya yang sudah duduk di pojok ruangan.

Perhatian Yujin kemudian tertuju pada Xiaoting yang berdiri seperti patung, matanya merah dan sembab.

“Kamu tidak apa-apa?” Tanya Yujin. Xiaoting menggelengkan kepalanya. “I’m not ok.” Jawabnya jujur.

Yujin lalu memeluk Xiaoting.

“It’s ok, he will be fine. Kita berdoa saja.” Ucapnya. Ia kemudian mengajak Xiaoting untuk duduk.

“He will be fine.” Ucap Yujin lagi. Xiaoting kembali menangis di pelukan Yujin.

Mereka menunggu cukup lama saat dokter ke luar dari ruangan.

Yujin dan Xiaoting menyaksikan Tuan dan Nyonya Choi langsung menghampiri dokter.

“Bagaimana keadaan anak kami dok?” Tanya Tuan Choi, suaranya yang keras terdengar ke seluruh lorong ruangan.

“Syukurlah,pendarahannya tidak parah dan sekarang dia sudah sadarkan diri. Anda boleh melihatnya.” Ucap dokter. Tuan dan Nyonya Choi kemudian bernapas lega dan bergegas masuk untuk melihat putra mereka.

Xiaoting dan Yujin yang mendengar perkataan dokter pun kemudian ikut bernapas lega.

“See? Dia baik-baik saja, berkat doamu dia baik-baik saja.” Ucap Yujin. Xiaoting menganggukan kepalanya, ia mempererat pelukannya pada Yujin. “Syukurlah” ucapnya.

Setelah beberapa lama, pintu ruangan kembali terbuka, Tuan Choi pergi meninggalkan ruangan tanpa menoleh sedikitpun pada mereka, berbeda dengan Nyonya Choi yang menghampiri mereka.

“Xiaoting? Namamu Xiaoting?” Tanyanya pada Xiaoting. Xiaoting pun mengangguk. Nyonya Choi kemudian memberikan senyumnya pada Xiaoting.

“Putraku ingin bertemu denganmu, tolong temui dia.” Ucapnya.

Xiaoting pun mengangguk, ia lalu masuk ke ruangan untuk melihat keadaan Seungcheol.

Nyonya Choi lalu duduk di samping Yujin.

“Hei, kita bertemu lagi, maaf aku belum menyapamu dengan benar.” Ucap Nyonya Choi.

“Tidak apa-apa, sekali lagi maafkan aku, pertemuan kita yang kedua kali harus seperti ini.” Ucap Yujin.

“Kita lupakan saja, yang penting Seungcheol tidak apa-apa.” Ucap Nyonya Choi lagi.

“Hmm, Xiaoting itu adikmu?” Tanya Nyonya Choi.

“Bukan adik kandung, tapi dia sudah seperti adikku sendiri bahkan dia lebih dari sekedar adik untukku.” Jawab Yujin jujur.

“Oh yah? kalian memang kenal sejak kapan?” Tanya Nyonya Choi penasaran.

“Aku mengenalnya sejak Xiaoting masih dengan popoknya, kami tumbuh bersama di panti asuhan.” Jawab Yujin, entah mengapa ia cukup nyaman untuk menceritakan semuanya pada Nyonya Choi.

“Benarkah? Sekarang kalian tinggal dimana?” Tidak tahu kenapa, Nyonya Choi pun makin penasaran dengan kisah hidup Yujin.

“Aku ingin menceritakan semuanya, tapi sepertinya suamimu sudah menunggu.” Jawab Yujin.

“Oh yah, aku sampai lupa, kalau begitu kita harus bertemu lagi, nanti aku akan meminta nomormu pada Seungcheol, janji yah kamu akan cerita semuanya padaku.” Ucap Nyonya Choi seraya tersenyum.

“ Baik, aku janji, Nyonya Choi.” Jawab Yujin.

“Imo, panggil aku Imo, rasanya canggung sekali jika kamu terus memanggilku Nyonya Choi.” Ucapnya.

“Baik, Imo.” Jawab Yujin sambil memberikan senyumnya.

“Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa Yujin.” Ucapnya.

Yujin kemudian memperhatikan punggung Nyonya Choi yang berjalan menjauh darinya. Lagi-lagi perasaan hangat itu menjalar ke seluruh tubuhnya.

***

“Hei..” ucap Seungcheol dengan nada lemah, menyapa gadis yang sudah duduk di samping tempat tidurnya.

“Oppa, maafkan aku.” Ucap Xiaoting yang masih merasa bersalah.

“Tidak ada yang salah, Xiaoting. Itu adalah kecelakaan, tidak ada yang mau itu terjadi.” Ucap Seungcheol kemudian meraih tangan Xiaoting.

“Tetap saja, kalau bukan…”

“Ssshh.. jangan diteruskan, justru aku yang tidak akan memaafkan diriku jika terjadi apa-apa denganmu.” Ucap Seungcheol memotong ucapan Xiaoting. Xiaoting kemudian menitikan air matanya.

“Jangan menangis.”Ucap Seungcheol  lagi.

“Apa yang harus aku lakukan supaya Oppa bisa cepat sembuh?” Tanya Xiaoting.

“Kamu hanya perlu ada di sisiku sampai aku sembuh.” Ucap Seungcheol sambil tersenyum.

“Baik Oppa, aku janji akan menemanimu sampai sembuh.” Jawab Xiaoting.

“Terima kasih. Sekarang tersenyumlah, I miss your smile.” Ucap Seungcheol.

Xiaoting pun tersenyum untuk pertama kalinya sejak kecelakaan tadi pagi.

“Please, cepat sembuh Oppa.” Ucapnya lagi.

Seungcheol menganggukan kepalanya. “Untuk kamu, aku akan berusaha untuk sembuh lebih cepat.” Jawabnya.

 

***

Sudah tiga minggu semenjak kecelakaan yang menimpa Seungcheol. Semenjak itu Xiaoting lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit untuk menemaninya, Bahkan saat Seungcheol sudah pulang dari rumah sakit pun Xiaoting masih sering menghabiskan waktu dengan Seungcheol.

Yujin sudah lupa kapan terakhir kali mereka mengobrol, karena setiap ia pulang ke apartemen, apartemennya itu selalu masih kosong, Xiaoting akan pulang larut sekali saat ia sudah tertidur.

“Kamu harus mengubah kebiasaan melamunmu itu. Aku benar-benar khawatir, kasus penculikan sedang marak belakangan ini.” Ucap Seungyeon yang duduk di sebelahnya.

Ia dan Seungyeon belakangan jadi sering bertemu, Seungyeon secara pribadi memintanya untuk menjadi fotografernya untuk beberapa event, tentu atas persetujuan Seungcheol, ia bisa mengambil proyek di luar proyek studionya.

Kini mereka sedang berada di salah satu pub yang cukup terkenal di Kota Seoul. Yujin memutuskan untuk pulang lebih malam, ia tidak tahan harus pulang ke apartemennya yang sepi karena sahabatnya itu sudah pasti akan pulang malam juga seperti dirinya.

“Seungyeon, apa kamu punya kenalan orang yang dapat menyewakan apartemen dengan harga terjangkau?” Tanyanya.

“Kamu mau pindah dari apartemen lama mu?” Tanya Seungyeon.

Yujin mengangguk .“Aku pikir ini saatnya aku pindah ke apartemen yang lebih besar dengan dua kamar.”

“Ahh begitu rupanya, aku pikir kamu sudah terbiasa tidur berdua dengan sahabatmu itu.” Tanya Seungyeon lagi.

“Mungkin sudah saatnya kami punya space sendiri-sendiri. Kami sudah sama-sama dewasa, we need some privacy.” Jawab Yujin.

“Mengapa baru kepikiran sekarang? Bukankah selama ini tidak masalah.” Tanya Seungyeon lagi.

“Aku pikir sudah saatnya saja.” Jawab Yujin.

Seungyeon pun mengangguk.

“Aku banyak kenalan, nanti aku carikan untukmu.” Jawabnya.

“Terima Kasih.” Ucap Yujin.

“Yujin..” Panggil Seungyeon lagi.

“kenapa?” jawab Yujin.

“Kamu harus belajar jujur dengan dirimu sendiri.” Ucap Seungyeon tiba-tiba.

“Maksud kamu?” Tanya Yujin tidak mengerti.

“Xiaoting.  I know she is the one.” Ucap Seungyeon.

Yujin tak menjawab. Ia kemudian meminum minumannya dengan sekali tegukan.

“Yujin..” Panggil Seungyeon lagi.

“Aku tidak mau membahasnya.” Ucap Yujin. Seungyeon lalu mendekatkan dirinya ke tubuh Yujin, ia lalu meraih gelas yang ada di tangan Yujin mencegahnya untuk meminum minumannya lagi.

“Cukup, kamu sudah banyak minum.” Ucapnya.

“Sudah malam, aku antarkan kamu pulang yah.” Yujin pun mengangguk pasrah.

 

***

Tidak ada suara selama perjalanan pulang dari pub ke apartemen Yujin. Yujin dan Seungyeon seperti sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Saking larutnya dengan pikirannya, Yujin tak sadar mereka sudah sampai di depan apartemennya.

“Yujin, bukankah itu…” suara seungyeon membangunkan Yujin dari lamunannya.

Di depan mereka, Terlihat Xiaoting dan Seungcheol sedang mengobrol di samping mobil Seungcheol. Xiaoting bersandar di pintu mobil Seungcheol dan Seungcheol berdiri di hadapannya, wajah mereka terlihat berdekatan. Tak sampai disitu, ia melihat Seungcheol membelai pipi Xiaoting, dan tidak butuh lama ia melihat wajah Seungcheol semakin mendekati wajah Xiaoting, Xiaoting kemudian menutup matanya. Ia melihat dengan jelas ketika bibir Seungcheol menyentuh bibir sahabatnya, Xiaoting-nya.

“Yujin..” Panggil Seungyeon.

“Seungyeon, bolehkah kamu membawaku pergi, kemana saja, aku tidak peduli, asal tidak di sini. Aku tidak mau di sini.” Ucap Yujin.

“Oke.” Ucap Seungyeon mengerti, ia lalu memutar mobilnya, menjauh dari pemandangan yang menyakiti temannya itu.

***

“Kamu tahu? Tempat ini biasanya dipakai para selebritis untuk berkencan dengan pacar rahasianya.” Ucap Seungyeon.

Seungyeon membawa Yujin ke salah satu area terpencil di dekat Sungai Han, seperti yang ia ucapkan tempat ini biasanya dipakai oleh selebritis untuk menghabiskan malam dengan kekasih rahasia mereka.

“Lalu kenapa kamu membawaku ke sini?” Tanya Yujin.

“Aku tidak tahu mau kemana lagi, aku spontan saja membawamu ke sini.” Jawabnya.

“Umm, Yujin, apakah kamu tidak apa-apa?” Tanya Seungyeon.

“Aku sudah meyiapkan hari ini sejak lama, tak kuduga ternyata masih terasa sakit, aku pikir aku bisa melakukannya.” Jawab Yujin.

“Mengapa kamu harus melakukannya? Bukankah kamu bisa membuat Xiaoting jadi milikmu? kamu punya kesempatan. Dari semua orang di dunia ini, kamu yang paling punya kesempatan untuk memilikinya” Ucap Seungyeon.

Yujin kemudian menggelengkan kepalanya.

“Xiaoting adalah keluargaku, rumahku. Aku tidak bisa bayangkan jika aku mengambil kesempatan itu dan ternyata itu tidak berjalan sesuai kehendaku, aku akan kehilangannya. Aku akan kehilangan keluargaku satu-satunya, aku akan kehilangan rumahku. Biarlah hubungan kami tetap seperti ini.” Jawabnya.

“Walaupun itu menyakitimu?” Tanya Seungyeon lagi.

“Walaupun itu menyakitiku.” Jawab Yujin.

Seungyeon hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Bahkan drama yang kumainkan saja tidak serumit ini ceritanya.” Ucap Seungyeon berkomentar.

“Lalu sekarang bagaimana?” Tanya Seungyeon lagi.

“Tidak bagaimana-bagaimana, sekarang Xiaoting sudah memiliki kekasih, itu artinya kamu harus segera mencarikan apartemen baru untuku, I need to give her some privacy . Akan canggung sekali jika kami masih tidur di tempat yang sama, jika ia dan pacarnya itu.. “ ucap Yujin yang enggan untuk meneruskan kalimatnya itu.

“Mereka bisa melakukannya di apartemen Seungcheol…..  Ups, maafkan aku.” Ucap Seungyeon yang tak sadar dampak dari omongannya.

Yujin kemudian menghela napasnya panjang. Berusaha membuang jauh bayangan itu dari pikirannya.

“Kita akan sampai kapan diam di sini?” Tanya Seungyeon lagi.

“Sampai aku siap melihat Xiaoting lagi, jujur aku belum siap melihat wajahnya sekarang setelah apa yang aku saksikan tadi.” Jawab Yujin jujur.

“Baik kalau begitu kita akan tidur di mobil ini. Hmm.. untung saja, aku membawa skincare ku, setidaknya aku bisa membersihkan muka berhargaku ini.” Ucap Seungyeon.

“Terima kasih Seungyeon.” Ucap Yujin.

Seungyeon kemudian meraih tangan Yujin.  “It’s Ok, that’s what friend are for.” Balas Seungyeon memberikan senyumnya kepada temannya itu.

 

***

Yujin menghela napasnya terlebih dahulu sebelum ia membuka pintu apartemennya. Ketika ia masuk ke apartemennya Xiaoting sudah duduk di kursi panjang yang mereka miliki, Xiaoting yang sedang menyilangkan kedua tangannya itu menatap Yujin dengan tajam.

“Mengapa Eonnie tidak pulang semalam?” Tanya Xiaoting tanpa basa basi.

“Xiaoting, bukankah kamu ada kuliah pagi ini?” Tanya Yujin mengabaikan pertanyaan dari Xiaoting.

“Bagaimana aku bisa pergi kuliah jika semalaman aku mengkhawatirkanmu, Eonnie!” Jawabnya. “Aku bahkan tidak bisa menghubungi ponselmu!” Ucap Xiaoting dengan nada marah.

“Oh baterai ponselku habis, aku lupa mengisi dayanya. Lagipula sekarang aku sudah di rumah, kamu tidak perlu khawatir lagi.” Jawab Yujin.

Xiaoting kemudian berdiri dari tempat duduknya.

“Bagaimana aku tidak khawatir, ini pertama kalinya kamu tidak pulang Eonnie dan aku sama sekali tidak bisa menghubungimu, aku sudah mencoba menelepon Shiro, Dayeon, Chaehyun, bahkan aku menelepon teman-teman kuliahmu yang aku tahu, namun semuanya tidak ada yang tahu keberadaanmu! Dan sekarang dengan santainya kamu  minta aku tidak khawatir!” Ucap Xiaoting panjang lebar, kini Yujin merasa bersalah pada sahabatnya itu.

“Maafkan Eonnie ya, aku mandi dulu sebentar, setelah itu kita bicara.” Ucap Yujin.

“Bahkan tubuhmu bau alcohol.” Ucap Xiaoting tidak menghiraukan ucapan Yujin.

“Ahh, ok aku akan jelaskan setelah aku mandi, ok?” Tanpa menunggu jawaban Xiaoting, Yujin langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

***

Xiaoting masih duduk di kursi panjangnya ketika Yujin keluar dari kamar mandi dan sudah mengganti pakaiannya. ‘setidaknya aku sudah tidak bau alcohol.’ Batin Yujin.

Ia kemudian menghampiri Xiaoting, ia duduk di samping sahabatnya itu.

“Oke, pertama, maafkan aku, aku kemarin semalaman bersama Seungyeon.” Ucap Yujin.

“Seungyeon artis itu?kalian sudah semakin dekat yah?” Tanya Xiaoting. “Dan kenapa kamu menghabiskan semalaman bersamanya? Apa yang kalian lakukan?” Tanyanya lagi.

“Kami tidak melakukan apa-apa selain mengobrol, umm dia sedang ada masalah dan dia memintaku untuk menjadi pendengarnya.” Ucap Yujin berbohong, ia tidak mungkin menceritakan hal sebenarnya.

“Mengapa kamu bau alcohol?”

“Karena kami minum, makanya kami tidak berani pulang dan menunggu pagi datang.” Jawab Yujin.

“Kalian tidur dimana?” Tanyanya lagi.

“Di Mobil Seungyeon.” Jawab Yujin.

“Eonnie itu berbahaya! Bagaimana jika ada orang jahat yang memasuki mobil ketika kalian tertidur.” Ucap Xiaoting sambil menggelengkan kepalanya.

“Mobil Seungyeon cukup canggih untuk mencegah orang luar untuk masuk.” Ucap Yujin berusaha membela diri.

“Tetap saja Eonnie.. “  Xiaoting kemudian menyandarkan tubuhnya ke kursi dan kembali menyilangkan kedua tangannya. “Kamu bahkan tidak berpikir untuk meneleponku, memintaku untuk menjemputmu”

“Maafkan aku, aku tidak mau mengganggumu.” Ucap Yujin.

“Eonnie sejak kapan kamu menggangguku? Eonnie sadar apa yang kamu ucapkan tadi sungguh konyol.” Ucap Xiaoting lagi.

“Maafkan aku.”Yujin kemudian menundukan kepalanya. “Aku tahu tadi malam kamu sedang bersama Seungcheol, aku tidak mau menganggu kalian.” Ucapnya.

“Apakah karena Seungcheol Oppa?” Tanya Xiaoting tiba-tiba.

“Bukan, ini tidak ada sangkut pautnya dengan Seungcheol Oppa, aku sudah bilang aku mendukung hubungan kalian, aku hanya agak mabuk saja jadi lupa harus meneleponmu, aku janji aku tidak akan mengulanginya, ok?” Ucap Yujin kembali berbohong.

Xiaoting hanya mengangguk, ia tidak mau melanjutkan perdebatannya dengan Yujin.

“Eonnie..” Panggil Xiaoting.

“Hmm?” Jawab Yujin.

“Aku sudah menerima Seungcheol Oppa sebagai pacarku, kemarin ia kembali mengungkapkan perasaannya.” Ucap Xiaoting.

“Benarkah? Selamat kalau begitu.” Ucap Yujin berusaha senetral mungkin.

“Dan kemarin ia menciumku, itu ciuman pertamaku. Aku tidak menyangka ia akan menciumku di hari pertama kami menjadi sepasang kekasih” Ucap Xiaoting lagi. Yujin tidak tahu harus berkomentar apa, bukankah Xiaoting terlalu banyak memberikan informasi kepadanya, Yujin tidak perlu tahu.

“Oh. Selamat? Akhirnya bibirmu tidak perawan lagi.” Ucap Yujin mencoba untuk bercanda, walaupun ia tahu bercandanya sama sekali tidak lucu.

“Tapi rasanya aneh, aku tidak merasakan yang dikatakan orang-orang, Butterfly in your stomach? Aku tidak merasakan itu. It feels nice but weird, aku tidak mengerti.” Lanjutnya lagi.

Too much Information, Xiaoting!’ rasanya Yujin ingin meneriaki sahabatnya itu.

“O..Kay. sepertinya kamu tidak perlu menjelaskan detail kepadaku tentang bagaimana rasanya ciuman pertamamu itu, apakah kamu mau pamer padaku bahwa kamu sekarang sudah punya pacar dan Eonnie mu ini masih sendiri?” ucap Yujin masih berusaha untuk pura-pura baik-baik saja.

Xiaoting kemudian menatap mata Yujin Eonnie-nya itu.

“Eonnie apakah kamu akan mencari pacar setelah ini?” Tanya Xiaoting.

“Tentu saja, aku mau juga pamer padamu tentang ciuman pertamaku.” Ucap Yujin dengan nada bercanda.

“Apakah Seungyeon Eonnie?” Tanya Xiaoting lagi.

“Seungyeon? Kami hanya berteman, tapi kalau dipikr-pikir dia cantik juga. Tapi tidak adil buatku, dia sudah banyak mencium lawan mainnya, sedangkan jika aku menciumnya, itu akan menjadi ciuman pertamaku.” Ucap Yujin, ia kemudian mengingat teman barunya itu, ‘konyol sekali kalau aku sampai harus mencium makluk alien itu’ batinnya.

Xiaoting tidak suka dengan yang  apa sedang mereka bicarakan, membayangkan ciuman pertama Yujin Eonnie-nya dengan orang lain membuat perasaannya menjadi tak nyaman.

“Oh Xiaoting, ngomong-ngomong tentang Seungyeon, dia akan mencarikan kita apartemen yang baru. Aku ingin kita pindah ke apartemen yang lebih luas dengan 2 kamar, dengan begitu kita bisa punya privacy masing-masing. Pas bukan dengan momen kamu  yang baru mendapat pacar baru?” Ucap Yujin kembali berusaha mengatakan itu dengan nada netral. dealing with wounds is her specialty.

Lagi Xiaoting tidak suka dengan apa yang didengarnya.

“Aku memang ingin kita pindah ke apartemen yang lebih luas, tapi bukannya selama ini tidak masalah jika kita tidur dalam satu kamar, mengapa sekarang berbeda?” Tanyanya.

“Xiaoting, aku pikir sudah saatnya, suatu saat nanti kita harus menjalani hidup masing-masing. Masa kita akan tidur sekamar terus? Kamu sudah punya pacar dan mungkin sebentar lagi akan menikah, punya suami dan..”

“Eonnie aku bahkan belum lulus kuliah. Mengapa harus berpikir sejauh itu?” ucap Xiaoting memotong ucapan Yujin.

“Ok, jika kamu memang sudah tidak mau sekamar denganku tidak usah melantur seperti itu.” Ucap Xiaoting lagi.

“Bukannya begitu, percaya padaku, ini buat kebaikan kita berdua.” Ucap Yujin final tidak ingin memperpanjang perdebatan mereka.

Xiaoting hanya mengangguk. Perasaannya campur aduk, ia tidak tahu yang ia rasakan sekarang.

“Baik kalau begitu, lagipula aku pernah bilang bahwa aku akan selalu mendengarmu.” Ucap Xiaoting.

Mereka pun terdiam sesaat.

“Eonnie..” Panggil Xiaoting.

“Hmm?” Jawab Yujin.

“I Love You.”

“I Know.”

Perasaannya semakin tak karuan ketika Yujin tak membalasnya.

What kind of love is this?

********************************************************************************************************************************************************************************************

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you