Episode 2 -- H-14

All About Us
Please Subscribe to read the full chapter

"Hmm... bagusnya baju ini atau yang ini, ya?" gumam Sunggyu sambil mencocokkan beberapa potong pakaian didepan cermin.

"Kamu mau berkencan?"

Sunggyu melonjak kaget mendengar suara horror dari pintu. Sung Ah berdiri sambil mengunyah makanan selingannya. Sunggyu mengacuhkan sang kakak dan kembali memilih-milih baju.

"Hei, Kim Sunggyu! Siapa yang mengajarimu untuk mengabaikan orang yang lebih tua?" Sung Ah menggeplak kepala Sunggyu lumayan keras. Adiknya itu meratap pilu di lantai dengan mata yang hilang entah kemana.

"Aku kemarin 'kan udah bilang. Kalian saja yang tidak percaya padaku. Sudah ah, jangan menganggu!" Sunggyu mendorong kakaknya keluar lalu mengunci pintu kamar.

"Heh, jadi kemarin si sipit serius?" kegiatan mengunyah Sung Ah berhenti sejenak. "Ayah, bunda!!!!!!"

 

Ayah, bunda, dan Sung Ah mengintip dari pintu dapur. Mereka saling berbisik dan menyikut saat Sunggyu yang sudah rapi dan wangi duduk manis di teras rumah.

"Ini beneran? Becandanya kok kelewatan," bunda menggenggam erat spatula ditangannya. Dulu Sunggyu pernah dikerjai orang, berkata bahwa ia akan datang mengunjungi rumah Sunggyu untuk meminta izin pacaran. Tapi ternyata, itu hanyalah kejahilan yang dilakukan orang-orang untuk mengejek status 'belok'nya. Makanya bunda sangat skeptis mendengar kejahilan serupa dilakukan pada anaknya.

"Apa ayah harus ganti baju, bun? Siapa tahu bener," ayah mulai merasa tidak enak karena sudah menertawakan si bungsu kemarin. Apalagi saat melihat senyum lebar yang tak henti mengembang di wajah si imut.

"Hmm... bajunya jangan yang terlalu formal, Yah. Nanti si sipit ke gr-an,"

 

Tanpa ketiganya sadari, bisik-bisik yang dikira tertutup itu didengar sepenuhnya oleh Sunggyu. Ia memutar bola matanya mendengar ayah, bunda dan Sung Ah diam-diam naik ke lantai dua untuk mengganti baju.

'Huh, kemarin diberitahu dikira bercanda. Dasar orang-orang labil,' gerutu Sunggyu. Ia memperhatikan jam di ponsel yang sudah menunjukkan pukul 2 siang.

"Kak Woohyun mana, sih? Apa datangnya malam, ya?"

**^^**^^**

"Yah, gimana, nih? Dia masih nungguin. Padahal udah malam," keluh bunda. Ayah ikut menatap teras rumah yang masih setia dihuni Sunggyu meskipun jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Sunggyu memang tidak beranjak dari teras sejak siang, takut Woohyun tersasar katanya. Jadilah, Sunggyu menunggu sekitar 9 jam di teras rumah. Ia menolak makan malam dan bersikeras kalau kali ini bukan candaan orang padanya. Bahkan, setiap kali ada yang lewat, Sunggyu akan melongok untuk melihat siapa orangnya.

Ayah bangkit dari duduknya dan bertekad menasehati Sunggyu.

"Sunggyu, apa lagi yang kamu tunggu? Jelas sekali dia hanya mengerjaimu seperti orang yang dulu. Ayo masuk kedalam. Di luar dingin, banyak nyamuk," ayah berusaha menarik Sunggyu. Tapi, Sunggyu masih saja memperhatikan jalan. Wajahnya memang sudah kuyu dan senyumnya hilang.

"Tapi..."

"Orang ini pasti mengerjai kamu. Sudah, waktunya tidur. Besok biar ayah cari orangnya!"

Akhirnya, setelah melirik jalan untuk terakhir kalinya, Sunggyu mau masuk kedalam rumah. Tak dihiraukannya bunda dan Sung Ah. Sunggyu segera masuk kedalam kamar kemudian menghempaskan tubuh di kasur.

"Aku nggak berniat berpisah sama kamu kok dek. Kalau kamu menerima lamaranku, aku akan tetap sama kamu sampai nafas terakhirku berhembus nanti. Aku sangat yakin, dek. Aku cuma mau kamu yang jadi istriku. Cuma kamu,"

Gombal banget. Apa semua laki-laki memang hanya modal itu?

Air mata Sunggyu menggenang. Dihempasnya ponsel ke lantai sampai pecah berderai. Sunggyu menutup wajahnya dengan selimut.

"Kalau kamu masih ragu, sampai akhir minggu nanti, aku mau ngebuktiin ke kamu. Apa kamu bisa memberiku izin, dek?"

"I-i-i-izin?"

"Iya. Tolong kasih aku izin buat naklukin kamu, dek,"

Dasar brengsek.

 

Tangis Sunggyu akhirnya pecah juga. Rasanya sakit dipermainkan seperti itu. Bukan hanya sekali ia diginikan. Bodoh sekali Sunggyu mau percaya kebohongan orang.

Aku benci manusia.

**^^**^^**

"Sunggyu, bantuin ayah angkat pot bunga, dong," Sunggyu menghentikan kegiatan melipat bajunya lalu membantu ayah mengangkat ini-itu. Hari Minggu memang biasanya digunakan keluarga Kim untuk bebersih rumah. Jadi, sudah tidak asing jika melihat Sunggyu dan ayah yang masih memakai piyama bolak-balik di teras rumah.

"Kamu ini loyo sekali. Makan dulu, gih. Disuruh sarapan gak mau. Pingin sekali ayah ceburin ke empang,"

Sunggyu cemberut. Ia mengerti, itu kode dari ayah untuk menyuruhnya tidak memikirkan kejadian kemarin. Sunggyu mengangguk pasrah dan beranjak ke dapur dengan tubuh penuh debu dan keringatnya. Jam setengah sebelas siang. Pantas saja ia merasa sangat lapar.

"Bunda, Gyu mau makan~" teriak Sunggyu. Bunda mulai mengoceh karena Sunggyu menganggu acara memasaknya yang damai.

 

"Ddu du ddu... burung hantu... ddu du duu," ayah bersenandung sambil merapikan rumput halaman. Setelah membuang sampah, maka kerjaan bagiannya beres.

"Permisi, apa ini kediaman Kim Sunggyu?"

Ayah menoleh dan tidak sengaja memotong pendek salah satu ranting pohon kesayangannya. Silau karena sekelompok orang ganteng tersenyum padanya.

"Heh? Iya. Ada apa, ya, pak?" tanya ayah bingung. Jangan bilang ini modus penculikan terbaru. Bisa masuk TV nanti, fufufu...

"Wah, maaf menganggu pagi-pagi begini, pak. Ini, anak saya mau bertemu Sunggyu," pria paruh baya itu menepuk pundak seorang laki-laki ganteng yang sanggup bikin ayah sedikit iri.

"Bapak ini! Bilang saja terus terang. Jangan bikin calon besan bingung, ah!" satu-satunya wanita disana menepuk pundak si pria paruh baya.

Calon besan?

Sinyal ayah kedip-kedip sejenak sebelum nyambung. Dengan wajah kikuk dan tak percaya, ayah berlari kedalam rumah sambil berteriak keras.

"BUNDA, KAKAK, GYU!!! CALON BESAN DISINI!!!!" teriaknya. Bunda melongokkan kepala dari dapur, diikuti Sung Ah yang masih memegang bawang. Sunggyu sendiri sedang head-stand di samping pintu dapur.

"Halo, dek," Woohyun--dengan baju hitam dan cardigan putih--menyapa Sunggyu yang bengong.

Kediaman Kim berubah menjadi kacau balau. Ayah dan bunda sibuk membereskan beberapa bagian rumah yang masih berantakan sambil mempersilahkan keluarga Woohyun duduk. Sunggyu jungkir balik dari posisi head-stannya lalu merangkak untuk bersembunyi di dapur karena malu Woohyun melihat penampilan acak-acakannya.

"Gyu, si ganteng itu yang mau melamar kamu?" tanya Sung Ah sambil ikut mengintip. Ia juga malu karena rambutnya belum keramas dua minggu.

Sunggyu mengangguk. Sesekali, dia mengintip untuk melihat keadaan. Wajahnya menjadi super merah saat Woohyun memergokinya.

"Heh, ini kenapa masih disini? Ayo mandi, ganti baju! Malu sama tamu!" bunda datang dan menjewer telinga kedua anaknya. Sunggyu dan Sung Ah berteriak kesakitan lalu berlari ke kamar masing-masing.

Habis sudah imej-ku. Kak Woohyun pasti kecewa.

Mengalahkan kecepatan kelapa jatuh ke tanah, Sunggyu sudah beres mandi dan memakai baju terbaik dalam lemarinya. Ia sibuk mengeringkan rambut sambil memasang celananya sendiri.

"Sunggyu, ayo turun!" bunda berteriak dari bawah. Sunggyu melempar handuknya kemudian memoles wajah dengan sedikit krim BB. Setelahnya, Sunggyu melesat kembali ke ruang tamu.

Pipi Sunggyu kembali memerah saat Woohyun tersenyum manis padanya. Segera setelah Sunggyu duduk disebelah ayah yang juga sudah bersih, akhirnya pertemuan keluarga itu dimulai.

"Aduh, maaf ya pak. Kami ganggu pagi-pagi begini. Sebenarnya saya sudah menyarankan agar datang malam saja, tapi anak saya tidak mendengarkan. Sudah tidak sabar sekali nampaknya,"

"Bapak, jangan dibocorin, ah," Woohyun menyikut bapaknya.

"Gak apa-apa, kok pak," ayah tersenyum lebar, tapi matanya jelalatan menatap Woohyun dari atas sampai bawah.

Jadi ini yang mau melamar anakku? Huh!

"Jadi, pagi-pagi kesini mau apa, ya, nak?" tanya bunda pura-pura bingung. Padahal dalam hati dia sudah menjerit kegirangan. Dapat menantu setampan ini, jarang-jarang.

Woohyun berdehem. Ia menbenarkan duduk lalu menatap ayah tepat dimatanya.

"Kedatangan saya kesini hari ini untuk melamar ayah..."

Sunggyu cengo. Ia menatap Woohyun yang masih berpandangan dengan ayah.

"...dan bunda..." kali ini Woohyun menatap bunda yang merasa kembali muda.

"...serta kakak..." Sung Ah meremas tangannya sendiri gemas.

"...untuk menjadi mertua dan ipar saya..." Woohyun kemudian menatap Sunggyu.

"...karena saya ingin menikah dengan Sunggyu,"

Heboh. Itu yang Sunggyu rasakan. Jantungnya berdentum cepat sedang aliran darahnya memburu. Telinganya mulai berdenging sehingga Sunggyu khawatir akan salah dengar.

"Tidak boleh!"

Nah, seperti itu.

...

...

...

...

Loh?

"Kamu punya apa buat melamar anak saya? Sudah bekerja? Penghasilan perbulannya berapa? Masih kuliah? Kerjaanmu punya sendiri atau punya orang?" ayah melipat tangan didada, tanda menantang.

Woohyun tersenyum. Sudah ia sangka ayah akan menjawab begitu. Untung ia sering latihan dengan bapak dan ibu di rumah.

"Saya memang masih kuliah di kampus yang sama dengan Sunggyu, ayah. Tapi, saya sudah bekerja di restoran sebagai asisten koki pertama bagian masakan Asia. Restoran itu bukan punya saya, tapi gaji yang saya terima cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari," jawab Woohyun yakin. Wajah Sunggyu semakin memerah mendengar jawaban pasti Woohyun.

Ayah terkesan juga mendengar jawaban Woohyun. Tapi, beliau tidak bisa menyerah begitu saja. Ia masih harus membalas dendam karena anak ini sudah membuat anaknya menangis kemarin.

"Tetap tidak boleh. Kamu bahkan belum memperkenalkan seluruh keluargamu. Apa kamu pikir pernikahan itu hanya terjadi pada individu saja?!"

Senyum Woohyun hilang mendengar teguran ayah. Saking gugupnya, Woohyun sampai lupa hal yang paling penting. Ia menggeleng cepat.

"Tidak. Saya tahu bahwa pernikahan juga penyatuan dua keluarga. Maaf atas kelalaian saya," Woohyun menunduk malu. Ia melirik Sunggyu yang tersenyum manis padanya lalu kembali menatap ayah.

"Ayah, perkenalkan. Ini bapak dan ibu saya. Ini Kak Boohyun, kakak saya. Mereka Myungsoo dan Moonsoo, saudara jauh kami,"

Ayah tersenyum pada anggota keluarga Woohyun yang lain, tapi kembali berwajah masam pada Woohyun.

"Apa yang kamu persiapkan untuk melamar Sunggyu? Mana cincin lamarannya?" tanya ayah. Sebenarnya, ia bukan orang yang mementingkan lambang seperti itu. Tapi, bukankah wajar jika seorang ayah akan menyeleksi mati-matian orang yang ingin melamar anaknya?

"Saya tidak memilikinya. Biarlah cincin menjadi simbolis kala pernikahan memang sudah terjadi," jawab Woohyun. Ayah mengangkat sebelah alisnya dan berniat men-skakmat Woohyun tapi digagalkan targetnya.

"Sebagai gantinya, saya sudah menyiapkan ini," Woohyun menyodorkan satu set kunci di atas meja.

"Apa ini?" tanya bunda penasaran. Baru kali ini ia melihat orang melamar menggunakan kunci.

"Ini kunci rumah yang sudah saya bangun selama dua tahun belakangan. Memang tidak besar, tapi saya sudah melengkapi isinya. Jika ayah, bunda, kakak dan dek Sunggyu menerima lamaran saya, maka rumah ini siap untuk kami huni setelah menikah,"

Keluarga Kim tercengang. Ayah kehabisan kata-kata. Dulu saat melamar bunda, ia hanya bermodal nekat dan pekerjaan yang masih dalam tahap pengembangan. Jangankan membangun rumah. Mas kawin pernikahan saja ia harus menggadaikan sebagian besar harta.

Bunda juga kaget mendengar fungsi kunci itu. Woohyun sudah menyiapkan rumah untuknya dan Sunggyu sejak dua tahun lalu? Kapan anak muda ini mempersiapkan segalanya?

Sunggyu sendiri sangat tersentuh. Ia tidak menyangka Woohyun seserius ini. Rasanya tangis kemarin malam menjadi sia-sia. Ia masih ingin menanyakan banyak hal pada Woohyun, tapi jika begini, Sunggyu jadi bingung. Tidak bisakah ia langsung menerima lamaran ini sekarang juga?

Ayah mangap layaknya ikan kekurangan air. Bingung harus bagaimana. Anak muda yang ia sangka menipu putranya itu ternyata bukan hanya modal nekat saja. Kalau dia sudah seserius ini, ayah harus bagaim

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
YasuharaNiwa #1
Jarang bngt nemu fanfic infinite yg b. Indonesia. Thank you thank you
akitou
#2
Chapter 21: Perasaan susah bangat mereka mau kisseu aja..... Bang uyon kita melihat bintangny sambil bakar jagung yokkk....
akitou
#3
Chapter 20: Pendek ato panjang yg penting author senang..... Saya pembaca yg sabar kok... (pdhl suka nuntut cpt update) >_<
Yuerim #4
Chapter 20: Sampai lupa gimana alur ceritanya. Thankyou sudah ingetin kalau cerita ini masih eksis. Dan thankyou juga sudah update cerita. Makin bikin penasaran aja ceritanya.
kaisoo_meanie #5
Chapter 20: Pengennya update cepet tapi panjanggggg
irenewijaya06 #6
Chapter 19: Thankyou kak udah update ?? selalu nungguin inii dan setia nunggu perkembangan hubungan woogyu aaaaaa.. ayoo cepet honeymoon ?
kaisoo_meanie #7
Chapter 19: Makasih udah di lanjut, aku nungguin lanjutannya lagiii, kepoo
akitou
#8
Chapter 19: Title hhuawa..... Bikin salah paham kirain bakal ada sesuatu.... Ayah membuyarkan suasana
gari_chan #9
Chapter 18: Woohyun sungguh selow tetap selow, walau di gosipin bodo amat, gyu ikutin woohyun tuh suami mu patut di contoh