Tears are Falling

Freeze the Moment

“Hei.. “

suara Xiaoting menjadi suara pertama yang ia dengar saat ia membuka matanya pagi itu.

“Susah sekali membangunkanmu.. “

“Morning.” Ucapnya sambil memberikan senyum pertamanya hari itu.

“Good Morning too, my sleepyhead bunny..” Balas gadis yang  berbaring di sampingnya.

“Eonnie, sekarang sudah jam 10, kita mau pergi jam berapa?”

“Bolehkah kita di sini saja? Tidak usah kembali ke Seoul?” ucap Yujin yang kembali menarik selimutnya sampai ke bawah lehernya.

“AKu suka idemu, tapiiii,, besok aku ada kelas yang sangat penting dan aku tidak bisa bolos..” Balas Xiaoting.

“Hmm,, oke..” Jawab Yujin lemas.

“Nanti aku saja yang menyetir yah..” Ucap Xiaoting dengan nada lembut, seraya membelai rambut gadis yang ada di sampingnya.

Pandangan Yujin kemudian beralih ke wajah gadis yang ia cintai, ia teringat oleh percakapan mereka kemarin malam, Yujin tidak pernah menyangka bahwa ada waktunya ia bisa mengutarakan perasaannya kepada gadis di sampingnya, ia selalu berpikir bahwa perasaannya ini akan ia kubur selamanya. Dan dari semua hal yang paling mengejutkannya adalah ternyata Xiaoting memiliki perasaan yang sama.

“Xiaoting..” ucapnya.

“Iyah Eonnie..”

“Terima kasih…”

“Hah? Untuk apa?”

Yujin kemudian menggelengkan kepalanya.

“Entahlah, aku hanya ingin berterima kasih setiap melihatmu..” ucapnya.

“Cheesy.. “ Jawab Xiaoting.

“Hahaha… “ Yujin hanya membalasnya dengan suara tawanya.

“Aku harap aku bisa mendengar suara tawamu setiap pagi.” Ucap Xiaoting.

“and now who is more cheesy?” Balas Yujin. Ia kemudian kembali teringat percakapan mereka.

“Xiaoting, terima kasih sudah mau menunggu.. “ ucapnya lagi.

Xiaoting mengangguk.

“Take your time, Eonnie. “ Jawabnya.

 Yujin kemudian memejamkan matanya. “ Aku tidak mau menyakiti Seungyeon.” Ucap Yujin masih dengan mata tertutup. “ Tapi jika aku tidak jujur padanya, dia akan lebih sakit..” Lanjutnya lagi.

“Eonnie, jika aku tidak mengutarakan perasaanku kemarin, apakah kamu akan terus bersama Seungyeon?” Tanya Xiaoting, entah mengapa tiba-tiba perasaan insecure muncul di benaknya.

Yujin mengangguk.

“Maaf Xiaoting, aku harus jujur padamu. Perjalanan spontanku ini adalah misiku untuk benar-benar melupakanmu dan berusaha untuk membalas cinta Seungyeon.”

Xiaoting kemudian menundukan kepalanya.

“Hei…” Yujin kemudian menaikan kepala Xiaoting membuat mata mereka kembali bertemu.

“Meskipun begitu tidak ada jaminan aku akan berhasil, I Love you for a long time dan akan sulit sekali untuk membuang perasaan itu. Dan kamu benar-benar membuat misiku berantakan ketika kamu memutuskan untuk menyusulku ke Daegu. You really changed the direction of my journey..” ucap Yujin sembari membelai pipi Xiaoting

“Aku pulang dari tempat Mashiro pagi-pagi sekali karena aku begitu merindukanmu, tentu saja aku akan menyusulmu ke sini..” Balas Xiaoting, ia kemudian memegang tangan Yujin yang ada di pipinya.

Yujin kemudian menghela napasnya.

“Setelah ini bagaimana?” Tanya Yujin pada gadis di sampingnya.

“Maksud Eonnie?” Tanya Xiaoting yang bingung dengan pertanyaan Yujin.

“Setelah aku bicara dengan Seungyeon dan setelah kamu menyelesaikan urusanmu dengan Seungcheol, lalu setelah itu apa?”

“Ohh.. Hmm.. Bukankah setelah itu kita harus bicara?”

Yujin mengangguk.

“Setelah itu?”

“Eonnieeee.. mengapa kamu terlalu bertele-tele? Setelah itu tentu aku akan menjadikanmu pacarku.” Jawab Xiaoting dengan lugas.

Mendengar itu pipi Yujin berubah kemerahan.

“Eonnie, kamu harus melihat wajahmu di cermin.” Lanjut Xiaoting, ia kemudian mengusap pipi Yujin dengan ibu jarinya. “ Eonnie, when it's all done, I'll say i love you, again and again.”

“Xiaoting, bagaimana kalau di pertengahan jalan semua ini tidak berjalan sesuai yang kita inginkan, aku tidak ingin kehilanganmu.” Keraguan masih menyelimuti hati Yujin.

“Kamu selalu overthinking Eonnie, dalam suatu hubungan pasti akan ada masalah di tengah jalan, tergantung bagaimana kita menyikapinya, aku yakin kita sudah sama-sama dewasa untuk melalui apa yang akan terjadi di depan. Tapi aku berjanji apapun yang terjadi, kamu akan selalu menjadi keluargaku. You are my family, my home, it will never change.”

Yujin masih terdiam, ia tampak masih berpikir.

“Eonnie… please believe in us..”

Yujin kemudian mengangguk.

“Terkadang kamu lebih dewasa dariku, Ting..”

“Tidak juga, aku banyak belajar darimu.” Yujin tersenyum mendengar jawaban Xiaoting.

“Aku juga banyak belajar darimu, Ting..”

“That's proof that we're very compatible, Eonnie..” Jawab Xiaoting.

“Kamu benar, Sekali lagi terima kasih sudah mau menunggu. I will do my best.. tapi sekarang,, kita harus segera mandi, aku tidak mau kita terlalu malam sampai ke Seoul..”

“Salah siapa?”

“Salahku.. hahaha” Jawab Yujin, ia kemudian tertawa. “Pokoknya lain kali kita harus lebih lama di sini..”

“Lain kali jangan mendadak seperti ini, eonnie..”

“Noted, Miss Shen-ku..” ucap Yujin yang sudah beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi hotel.

“Eonnie, jangan terlalu lama di kamar mandi..” teriak Xiaoting.

“Okeee..” teriak Yujin dari kamar mandi.

***

 

“Kamu tidak lelah?” Tanya Yujin kepada gadis yang fokus menyetir.

“Nope, lagipula kita sudah beristirahat beberapa kali tadi.”

Yujin pun mengangguk mendengar jawaban Xiaoting.

“Eonnie, aku merasa seperti ada yang mengikuti kita..” ucap Xiaoting lagi. Yujin lalu melihat kaca spion di sebelahnya.

“Mobil yang mana?”

“SUV putih..”

Yujin melihat mobil yang Xiaoting maksud.

“Xiaoting, kita belok di persimpangan pertama..”

“Baik Eonnie.. “

Xiaoting langsung berbelok ketika sampai di persimpangan yang dimaksud.

“Eonnie, tolong lihat apakah mobil itu masih mengikuti kita?”

Yujin pun langsung melihat ke belakang.

“Sepertinya dia sudah tidak mengikuti kita…”

Xiaoting lalu menghela napasnya lega.

“Kamu yakin mobil tadi mengikuti kita?” Tanya Yujin lagi.

“Aku yakin Eonnie, aku lihat mobil itu ketika kita beristirahat di Rest Stop pertama. Ahh tapi mungkin hanya kebetulan saja, untuk apa orang itu mengikuti kita?” ucap Xiaoting.

“Kita tidak pernah tahu, Ting.. tapi mudah-mudahan hanya kebetulan, buktinya dia tidak mengikuti lagi....” Balas Yujin.

Xiaoting hanya mengangguk, ia belum cerita kepada Yujin terkait orang yang beberapa hari ini seperti mengikutinya. ‘Nanti saja lah, aku tidak ingin membuat eonnie khawatir.’ Pikirnya.

Tak Lama ponsel Yujin berdering, panggilan masuk dari nomor tak dikenal.

“kenapa tidak diangkat Eonnie?”

“Aku tidak kenal nomornya.”

“Angkat saja Eonnie, siapa tahu penting..”

Yujin kemudian mengangkat telepon tersebut.

“Hallo?”

Yujin?” Yujin tidak familiar dengan suaranya.

“ Maaf ini dengan siapa?”

Aku Arin, teman Seungyeon..

Yujin pun langsung ingat dengan teman barunya yang ia temui waktu di pesta ulang tahun teman Seungyeon.

“Oh Arin.. ada apa? Mengapa tiba-tiba meneleponku?” Tanya Yujin.

Seungyeon.  Dia terus memanggil namamu..”

“Maksud kamu? Ada apa dengan Seungyeon?”

Yujin, Seungyeon masuk rumah sakit..”

“Apa yang terjadi?” Tanya Yujin dengan nada khawatir.

Ada pemotor mabuk yang tak sengaja menabraknya ketika ia sedang menunggu supirnya, bisakah kamu ke rumah sakit sekarang? Seungyeon terus memanggil namamu..”

“Rumah Sakit mana? Aku akan segera ke sana..”

Rumah sakit Hanyang, aku tunggu yah..

“Oke..” ucap Yujin sebelum menutup teleponnya.

“Xiaoting, tolong antar aku ke Rumah sakit Hanyang..”

“Ada apa Eonnie?”

“Seungyeon sakit, tolong cepat Xiaoting..” ucap Yujin, perasaan khawatir tampak di wajahnya.

“Baik Eonnie..” Jawab Xiaoting yang kemudian memutar arah ke rumah sakit.

***

“Yujin, akhirnya kamu sampai.. ayo masuk, Seungyeon sudah menunggumu..” ucap Arin saat melihat Yujin yang baru sampai di depan ruang perawatan.

“Apakah dia tidak tidur?” Tanya Yujin.

“Dia baru saja bangun, kamu masuk saja dulu.. sekalian aku pamit yah, aku ada urusan jadi aku titipkan Seungyeon dulu padamu.” Ucap Arin yang dibalas oleh anggukan kepala Yujin.

Yujin kemudian mengajak Xiaoting masuk. Saat mereka masuk, Seungyeon tampak sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Yujin dan Xiaoting kemudian berjalan mendekat ke arah Seungyeon. Sadar ada yang mendekatinya, Seungyeon lalu melihat ke arah Yujin dan Xiaoting, senyum kemudian merekah di bibirnya.

“Yujin… Xiaoting… kalian datang.” Ucapnya sambil tersenyum lemah.

“Seungyeon, apa yang terjadi? apa saja yang sakit?” Tanya Yujin dengan nada khawatir.

“Aku tidak apa-apa..”

“Apanya yang tidak apa-apa? Lihat dirimu, kepalamu bahkan sampai harus diperban.. kakimu harus di gips, siapa orang yang menabrakmu, apakah dia sudah masuk penjara?”

“Hei, it’s ok..  I just need your hug, I miss you..” ucap Seungyeon dengan nada memohon.

Karena rasa khawatir yang begitu besar, tanpa pikir panjang Yujin langsung memeluk Seungyeon, ia memeluknya dengan hati-hati karena takut Seungyeon terluka.

“Ehm Eonnie.. aku tunggu di luar yah..”

Mendengar suara Xiaoting, Yujin lalu melepaskan pelukannya perlahan. Ia merasa bersalah karena membiarkan Xiaoting melihatnya berpelukan dengan Seungyeon, tapi mau bagaimana lagi, Seungyeon membutuhkannya sekarang.

“Ok,, umm Seungyeon aku ke luar sebentar yah.. nanti aku kembali..”ucap Yujin kepada gadis yang masih terbaring lemah itu. Seungyeon hanya menganggukan kepalanya.

Saat keduanya sudah berada di luar ruangan, Yujin lalu meraih tangan Xiaoting.

“Maafkan, kamu harus melihat aku memeluk Seungyeon..”

“It’s Ok Eonnie, she needs you.. “

“Xiaoting… “ Yujin kemudian menghela napasnya. “ Sepertinya aku harus menunda pembicaraanku dengan Seungyeon sampai dia sembuh, apakah tidak apa-apa?”

“Aku kan sudah bilang aku akan menunggu…”

“Maafkan aku..” Yujin kemudian menundukan kepalanya. Xiaoting lalu memeluk gadis yang ia cintai itu.

“Kenapa harus minta maaf, tidak ada yang menginginkan kejadian ini. Kita doakan saja Seungyeon eonnie cepat sembuh ya…” Ucap Xiaoting sambil membelai rambut gadis kesayangannya.

Yujin mengangguk, ia kemudian melepaskan pelukan mereka.

“Lebih baik kamu pulang sekarang, sepertinya semalaman ini aku akan menemani Seungyeon, apakah kamu tidak apa-apa di apartemen sendirian?”

“Tidak apa-apa Eonnie..”

Kedua gadis itupun masih terdiam dengan posisinya, masih sambil beradu pandang, keduanya enggan untuk beranjak.

Is it possible that we already miss someone even though that person is still in front of us?” bisik Xiaoting pada gadis di hadapannya.

Mendengar ucapan Xiaoting tersebut membuat pipi Yujin memerah. “ Aku tidak menyangka kamu bisa seperti ini, Ting..”

“Aku juga tidak tahu aku memiliki sisi ini, itu karena kamu Eonnie..”

“Please stop it…” ucap Yujin sambil memegang pipinya.

“Hahaha.. aku harus segera pergi sebelum pipimu semakin merah..”  Xiaoting kemudian mengusap-usap puncak kepala Yujin. “ Sudah lama sekali aku ingin melakukan ini..” ucap Xiaoting sambil tersenyum. “Eonnie aku pulang yaa.. “ lanjutnya sebelum ia pergi meninggalkan Yujin yang masih diam terpaku.

“She will be the death of me..” ucapnya sambil memegangi dada kirinya, jantungnya belum berhenti berdegup kencang karena ulah gadis cantik bernama Xiaoting.

 

***

Seungyeon kembali memberikan senyumnya ketika melihat Yujin kembali .

“Xiaoting sudah pulang…” ucap Yujin pada Seungyeon seraya duduk di kursi di sebelah ranjangnya. Seungyeon pun mengangguk.

“Apa yang terjadi, apakah kamu tidak sempat menghindar ketika pemotor itu berjalan ke arahmu?”

“Aku tidak sempat, saat itu aku sedang merokok dan.. “

“Seungyeon..” Yujin memotong ucapan Seungyeon. “Aku sudah memintamu untuk berhenti merokok, itu tidak baik untuk kesehatanmu, mengapa kamu tidak menurutiku?”

“Hari itu terlalu banyak yang ada di pikiranku, aku membutuhkannya..”

Yujin lalu menghela napasnya dalam.

“Maafkan aku, pasti semua gara-gara aku..” Seungyeon lalu meraih tangannya.

“Hei, itu tidak benar..  itu semua salahku, tidak ada yang menyuruhku untuk terus menerus memikirkanmu..” ucap Seungyeon.

Mendengar itu membuat perasaan bersalah kembali muncul di hati Yujin. Ia kemudian membelai rambut Seungyeon.

“Sudahlah, sekarang yang terpenting adalah kesembuhanmu..”

“Kamu akan menemaniku di sini kan?” Tanya Seungyeon dengan ekspresi penuh harap.

“Tentu saja, aku akan menemanimu sampai kamu sembuh..” ucap Yujin seraya memberikan senyumnya kepada Seungyeon.

“Bisakah kamu menemaniku selamanya?”

Pertanyaan Seungyeon tersebut sontak menghapus senyum di bibirnya, bagaimana mungkin ia bisa menjanjikan sesuatu hal yang sudah ia janjikan kepada orang lain?

“Jangan terlalu dipikirkan, aku hanya asal bertanya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti…” ucap Seungyeon yang berusaha menyembunyikan kekecewaannya atas respon yang Yujin berikan.

“Maafkan aku..”

“Aku bosan mendengar kata maafmu, kamu bahkan tidak salah apa-apa.. sini aku masih ingin memelukmu.. “

Yujin pun kemudian memeluk gadis yang sudah mulai ia sayangi itu. Perasaan bersalah masih belum hilang dari benaknya. ‘Ketika waktunya tiba aku harap aku tidak akan terlalu menyakitimu, Oh God.. Help Me… ‘

***

Bohong  kalau Xiaoting bilang ia tidak cemburu membayangkan gadis yang ia cintai harus menemani gadis lain sepanjang malam, namun ia bisa apa? Seungyeon sedang sakit, dia sangat membutuhkan Yujin dan yang paling penting Yujin masih berstatus sebagai pacarnya.

Ia memejamkan matanya berusaha untuk tidur, namun rasa kantuk tidak kunjung tiba. Suara Ponselnya yang berdering membuatnya mengurungkan niat untuk tidur. Ia kemudian berjalan keluar menuju ruang tengah tempat di mana ia terakhir kali menaruh ponselnya.

“Seungcheol Oppa?” ucapnya saat melihat nama yang tampil di layar ponselnya.

“Hallo Oppa? “ Jawabnya.

Xiaoting.. apakah kamu sudah di apartemen?”

“Iyah Oppa, umm ada apa dengan suaramu? Mengapa tidak seperti biasanya?”

Xiaoting, apakah kamu sudah memikirkan jawabannya?” Seungcheol mengabaikan pertanyaan Xiaoting.

“Oppa aku…”

Xiaoting, jangan dulu dijawab, bisakah kamu membuka pintu apartemenmu? Aku ada di depan..

“Hah kamu serius?” Tanya Xiaoting sambil berjalan ke arah pintu apartemennya, ia kemudian melihat ke lubang pintu dan mendapati Seungcheol sedang berdiri di depan pintu apartemennya. Melihat itu ia langsung membukakan pintunya untuk Seungcheol.

“Oppa mengapa malam-malam…” Xiaoting belum selesai bicara saat Seungcheol tiba-tiba memeluknya.

“Sshhh.. biarkan aku memelukmu dulu, I need this, I need your hug, Xiaoting..” ucap Seungcheol seperti menahan tangis.

Xiaoting pun mengangguk, ia membiarkan Seungcheol memeluknya.

***


“Oppa minum ini, ini akan menghangatkanmu..” Xiaoting menaruh secangkir teh di meja.

“Terima kasih..” Balas Seungcheol sebelum meminum teh buatan Xiaoting. “Maaf mengganggumu malam-malam…” ucapnya lagi seraya menaruh kembali cangkir ke atas meja.

“Apa yang terjadi Oppa?” kini Xiaoting sudah duduk di samping Seungcheol.

“Aku bertengkar dengan Appa-ku.. dia memintaku untuk mengakhiri hubunganku denganmu..”

Xiaoting tidak tahu harus berkomentar apa setelah mendengar itu.

“Xiaoting, apakah ini yang kamu inginkan? Apakah kamu sudah menemukan jawabanmu?”

Xiaoting kemudian menundukan kepalanya.

“Oppa, maafkan aku…”

“Kamu tidak perlu meminta maaf, sepertinya memang sudah nasibku. Semua orang tidak menginginkanku.” Seungyeol kemudian tertawa kecil. “Seharusnya aku sadar diri bahwa tidak akan ada orang yang mencintaiku..”

“Oppa, jangan bicara seperti itu..”

“Apa aku salah? Orang tuaku tidak pernah menganggap aku ada, sepanjang hidup mereka, mereka hanya meratapi kepergian adikku yang sudah tiada. Aku bahkan masih kalah bersaing dengan adikku yang sudah tidak ada di dunia ini..”

“Oppa, jangan bicara[i]seperti itu..” Xiaoting kemudian memegang pundak Seungcheol berusaha untuk menenangkannya

“Xiaoting, tidak bisakah kamu mencoba mencintaiku? Aku tidak peduli jika orang tuaku tidak bisa mencintaiku, yang penting adalah dirimu, aku hanya butuh kamu untuk mencintaiku, Xiaoting..”

Mata Seungcheol menatap mata Xiaoting berusaha meyakinkannya.

“Oppa, I’m sorry I can’t..”

“siapa? Orang yang kamu cintai itu siapa namanya?”

“Oppa, aku tidak bisa memberitahumu..”

“Apakah aku kenal?”

“Oppa…”

“Siapa pria brengsek yang kamu cintai itu Xiaoting? Kamu sendiri yang bilang bahwa dia sudah memiliki kekasih. Mengapa kamu masih mencintainya?! Mengapa  kamu harus mencintai orang yang tidak bersyukur seperti itu? How can you love someone who doesn't love you back?!” Seungcheol mengucapkan kalimat terakhinya dengan suara keras.

“Oppa kamu salah, dia mencintaiku. Dia bilang bahwa dia juga mencintaiku”

“Lantas di mana dia sekarang? Apakah kalian sudah berpacaran?”

“Oppa, tidak semudah itu. Dia masih memiliki pacar dan dia harus bicara dulu dengannya.”

Seungcheol kembali tertawa kecil. “Seriously Xiaoting? Orang seperti itu yang kamu cintai? Jika itu aku, aku tak akan membuang waktuku seperti itu, aku akan segera menjadikanmu milikku. Kamu yakin dia benar-benar mencintaimu?”

Xiaoting memejamkan matanya berusaha menemukan jawabannya. ‘she loves you… Yujin Eonnie Loves you,  Xiaoting. Apa yang kamu ragukan? Kamu tidak boleh terpengaruh oleh perkataan Seungcheol Oppa..’ Xiaoting berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

“Xiaoting…”

“Oppa, urusanku dengannya biarlah jadi urusan kami, kamu tidak usah ikut campur. Sekali lagi maafkan aku, aku sudah berusaha untuk belajar mencintaimu tapi itu tidak berhasil. Aku yakin di luar sana ada wanita yang akan tulus mencintai pria sebaikmu, Oppa..”

Seungcheol pun menggelengkan kepalanya, ia masih belum bisa menerima keputusan Xiaoting, namun ia tidak tahu harus berkata apa lagi untuk meyakinkan gadis yang sangat ia cintai itu.

“Oppa…”

“Boleh aku menginap di sini?”

“Oppa, kamu tahu itu tidak mungkin, Yujin Eonnie sedang tidak di sini, apa kata orang-orang?”

“Tidak ada yang tahu dan aku berjanji tidak akan berbuat macam-macam, aku akan tidur di sofa dan kamu bisa mengunci kamarmu jika kamu masih tidak percaya padaku. Aku hanya tidak sanggup untuk menyetir malam ini. Aku terlalu lelah secara fisik dan emosi…”

Karena khawatir akhirnya Xiaoting mengizinkan Seungcheol untuk menginap, ia memberikannya bantal dan selimut.  Untuk berjaga-jaga Xiaoting tetap mengunci pintu kamarnya.

 

***

“Mengapa berantakan sekali.. Xiaoting apa yang… “ Yujin yang baru saja masuk ke apartemennya tiba-tiba terdiam ketika melihat Seungcheol yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk menggantung di lehernya.

“Yujin, kamu baru pulang?”

“Oppa, kamu menginap?”

Seungcheol menganggukan kepalanya. “Kamu tidak pulang semalam?” Seungcheol balik bertanya.

“Aku menjaga Seungyeon di rumah sakit, orang tuanya baru datang tadi pagi..”

“Oh yah, aku sudah dengar tentang Seungyeon, aku berdoa mudah-mudahan ia cepat sembuh.”

“Terima kasih Oppa..” ucap Yujin yang melirik kanan-kirinya mencari keberadaan Xiaoting.

“Xiaoting sedang ada di dapur, membuatkan sarapan..”

“Ahh begitu rupanya.. “ ucapnya tidak tahu harus berkata apa lagi melihat situasi ini.

“Eonnie kamu sudah pulang?” Kini Xiaoting keluar sambil membawa piring yang cukup besar di tangannya.

“Ayo kita sarapan, aku sudah membuatkan nasi goreng Kimchi, cukup untuk kita bertiga..” ucapnya sambil menyimpan piring tadi di meja makan.

Suasana sarapan pun terasa canggung, setidaknya untuk Yujin. Sulit untuk menjernihkan pikirannya setelah melihat Seungcheol pagi-pagi sudah ada di apartemennya. ‘Aku mengerti mereka masih berstatus pacaran tapi bukannya Xiaoting..’

“Aku tidak terlalu lapar dan sedikit mengantuk.. aku masuk kamar dulu ya..” ucapnya sebelum meninggalkan Xiaoting dan Seungcheol di meja makan.

***

“Eonnie, boleh aku masuk?” terdengar suara Xiaoting dari balik pintu.

“Masuk saja.. “ Jawabnya.

Xiaoting kemudian berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya.

“Kamu pasti marah..”

“Aku tidak marah, bagaimanapun dia pacarmu, jadi wajar saja jika dia menginap di sini. Aku bahkan tidak akan bertanya dia tidur dimana..”

“Kamu marah..”

“Aku tidak marah!” Suara Yujin sedikit kencang.

‘kamu marah..”

“Xiaoting, aku tidak marah!” Suara Yujin semakin kencang.

“Oke, tapi mengapa nada suaramu seperti orang marah?”

Yujin kemudian menghela napasnya.

“Kamu benar, aku marah.. setelah yang kamu katakan kemarin kenapa kamu lakukan ini? Jika masih ingin bersama Seungcheol mengapa harus mengutarakan perasaanmu kepadaku? Mengapa membuatku bingung?”

“Eonnie, apakah kamu masih bingung dengan perasaanmu?” Entah mengapa mendengar perkataan Yujin mengingatkan Xiaoting dengan perkataan Seungcheol kemarin malam.

“Mengapa  jadi berputar ke masalah itu lagi? Aku tidak pernah bingung dengan perasaanku..”

“Eonnie bagaimana perasaanmu sebenarnya kepada Seungyeon Eonnie?” entah mengapa Xiaoting masih belum puas dengan jawaban yujin

“Aku menyayanginya..” Xiaoting kemudian menundukan kepalanya mendengar jawaban Yujin.

Yujin kembali menghela napasnya ketika melihat reaksi Xiaoting.

“Tidak seperti aku menyayangimu, Xiaoting. Perasaanku padanya berbeda dengan perasaanku padamu.  Apakah aku harus membuat essay lagi untuk menjelaskan bagaimana perasaanku padamu?”

“Entahlah Eonnie, aku tiba-tiba merasa insecure. Aku baru melihatmu sekhawatir itu kepada orang lain. Aku takut di tengah jalan kamu baru menyadari bahwa ternyata kamu mencintai Seungyeon Eonnie..” Xiaoting akhirnya menumpahkan kegelisahannya , sepanjang malam pikiran negatif memenuhi kepalanya.

“Xiaoting apa yang kamu pikirkan? Jika kamu mengalami hal yang sama seperti Seungyeon aku akan seribu kali lebih khawatir! Ohh.. apakah kamu hanya mencari-cari alasan untuk mundur? Apakah kamu menyesali perkataanmu waktu di Pohang? Apakah kamu baru sadar bahwa kamu ternyata mencintai Seungcheol setelah kamu bercinta dengannya…?”

“EONNIEE!!!!” Teriak Xiaoting sambil menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut gadis yang ia cintai itu.

“Apakah aku salah?” Tanya Yujin.

“Kamu bahkan tidak bertanya Eonnie, apakah kamu pikir aku akan melakukan itu?”

“Bukankah dia pacarmu? Jadi wajar jika kalian melakukannya..”

“EONNIE!!! Apakah kamu pikir aku orang seperti itu? Aku sudah bilang berkali-kali bahwa KAMU.. KAMU orang yang aku cintai! Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya dengan orang lain? Apakah setelah bertahun-tahun hidup dan tumbuh bersama, kamu masih belum mengenalku? Atau memang selama ini Xiaoting yang kamu kenal adalah orang seperti itu?” Kini air mata sudah membanjiri pipi Xiaoting.

Sadar dengan apa yang telah dikatakannya, Yujin kemudian menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya, rasa bersalah kini menghinggapinya.

“Maafkan perkataanku tadi, aku sedang tidak berpikir jernih.”

“Eonnie.. tidak terjadi apa-apa, Seungcheol Oppa tidak bisa pulang kemarin malam karena dia kelelahan, dia tidur di sofa dan aku tidur di tempar tidurku dengan pintu terkunci.” Xiaoting kemudian berdiri dari tempat tidur. Ia kemudian berjalan ke arah pintu.

“Dan Eonnie.. aku dan Seungcheol Oppa sudah putus, aku sudah memutuskan hubungan kami berdua kemarin malam.” Ucapnya sebelum menutup pintu kamar Yujin.

Kini Yujin benar-benar menyesali semua perkatannya.

“What have I done?”


***

“Jinnie, kamu melamun lagi…”

“Ahh.. maafkan aku..”

“Dan kamu meminta maaf lagi…” Seungyeon kemudian membelai pipi pacarnya itu.

“Ada masalah apa? Apakah tentang Xiaoting lagi?”

Yujin mengangguk.

“Sekarang apa masalahnya?”

“Kali ini salahku, aku menuduhnya melakukan sesuatu yang tidak ia lakukan, kini Xiaoting tidak mau bicara denganku. Kurang lebih sudah satu minggu kami tidak saling menyapa..”

Seungyeon kemudian mendekap wajah Yujin dengan kedua tangannya.

“Mengapa kalian seperti anak kecil? Dan kamu sebagai yang lebih tua seharusnya mengerti, jika Xiaoting belum memaafkanmu berarti ia memandang permintaan maafmu tidak tulus..hmm memangnya kamu menuduh dia apa?”

Kali ini Yujin tidak bisa jujur pada Seungyeon mengenai penyebab pertengkarannya dengan Xiaoting. Ia kemudian memalingkan wajahnya.

“Kalau dipikir-pikir itu hanya masalah kecil, konyol sekali harusnya aku meminta maaf lebih tulus lagi..” Yujin tidak mau melihat mata Seungyeon.

“Yujin, apakah ada yang kamu sembunyikan?”

“Tidak ada. Hmm.. kenapa dokternya lama sekali?” Yujin berusaha mengalihkan pembicaraan. Seungyeon hanya bisa menghela napasnya, ia tahu ada yang pacarnya itu sembunyikan, namun ia tak mau memaksanya untuk bercerita.

“Jadwal kunjungan dokter memang masih 1 jam lagi.” Jawab Seungyeon.

“Oh yah aku lupa.”

“Ckckck.. ada apa denganmu?” Seungyeon kemudian mencubit pipi Yujin.

“Jinnie, setelah aku pulang dari rumah sakit, aku ingin jalan-jalan ke pantai. Bagaimana kalau kita liburan berdua ke Busan?”

“Umm, I’m not sure, maksudku aku tidak bisa bolos kuliah dan aku juga ada pekerjaan..”

“Kamu bisa izin sehari atau dua hari dan kita pergi ketika weekend jadi kamu tidak perlu izin terlalu lama.. ayolah.. Please…”  Seungyeon memasang mimik memohon.

Yujin pun mengangguk, ia tidak bisa menolak Seungyeon jika sudah seperti itu.

Kini pikirannya kembali ke gadis yang masih tak mau bicara dengannya. Perasaan bersalah kembali menggerogotinya, sampai kapan ia akan mengulur waktu dan sampai kapan ia akan membiarkan Xiaoting menunggu.

***

“Xiaoting, kamu sudah tidur?”

Ia merasakan ada yang membelai rambutnya, tak perlu untuk membuka mata ia sudah tahu siapa yang melakukannya.

“Maafkan aku. Aku emosi waktu itu dan perasaan cemburu menguasaiku, ketika melihat Seungcheol pagi-pagi sudah ada di apartemen ingin sekali aku melempar semua yang ada di depanku ke mukanya..”

Mendengar itu membuat Xiaoting tidak tahan untuk tidak tersenyum. Ia kemudian membuka matanya.

“Jangan begitu, bagaimanapun juga dia adalah bos-mu.” Ucapnya.

“Maafkan aku..” Yujin mengulangi permintaan maafnya.

Xiaoting kemudian beranjak dari tidurnya, kini ia duduk bersandar di sandaran tempat tidurnya diikuti oleh Yujin yang duduk di sampingnya.

“Aku sangat marah Eonnie, hatiku sangat sakit ketika mendengar kata-kata itu keluar dari mulutmu.”

Yujin menundukan kepalanya , ia tahu yang ia katakan kepada Xiaoting sangat menyakitkan dan menunjukan bahwa ia tidak percaya pada gadis yang ia cintai itu.

“Apa yang harus aku lakukan supaya kamu memaafkanku?”

“Tidak ada, karena aku sudah memaafkanmu, Eonnie..”

“Jangan begitu ,Ting. Itu hanya membuatku semakin merasa bersalah…”

Xiaoting lalu menghelas napasnya. “Jika aku meminta sesuatu, apakah akan kamu kabulkan?”

Yujin mengangguk.

“I want You… “ ucap Xiaoting

“I’m Yours..” Jawab Yujin dengan suara berbisik.

“Not Yet..”

“Xiaoting…”

“ I Know Eonnie, maafkan aku, aku yang bilang sendiri bahwa aku akan menunggu.”

Kini giliran Yujin yang menghela napasnya panjang.

“Sepulang dari Busan, aku akan bicara dengan Seungyeon..”

“Busan?”

“Ummm aku dan Seungyeon akan pergi ke Busan setelah dia sembuh, dia meminta untuk kami pergi ke sana berdua..” Yujin kemudian melihat ekspresi wajah Xiaoting yang berubah menjadi gelap. “Maafkan aku, ini adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan untuknya..”

“Mengapa aku merasa bahwa kamu sendiri yang tidak ingin berpisah dengannya.”

“Xiaoting…”

“Eonnie, I feel like a cruel person. Setiap hari aku bertanya-tanya kapan kamu akan putus dengan pacarmu? Bukankah itu jahat? Mari kita hentikan. Kamu tidak perlu berjanji apa-apa lagi denganku. Jalani saja hubunganmu dengan Seungyeon Eonnie, jangan pikirkan aku.”

“Xiaoting, bagaimana mungkin aku tidak memikirkanmu? I love you! You know it!”

“Eonnie, cinta saja tidak cukup. Let fate decide whether we will be together or not. For now, you go your way and I’ll go mine. “

Yujin menggelengkan kepalanya.

“We love each other, mengapa harus seperti ini?”

“We need time, I need time, and you are the one who needs it the most. You need time to decide what you want….  who you want”

Yujin kemudian memejamkan matanya.

“Dan kamu akan tetap menunggu?”

“Selama perasaanku tidak berubah aku akan tetap menunggu..”

“Dan jika perasaanmu berubah?”

“it means fate has decided that we are not meant to be.”

Xiaoting kemudian meraih tangan Yujin. “Eonnie, tolong buka mata kamu..”

Yujin kemudian membuka matanya,  Xiaoting lalu membelai pipinya dengan satu tangannya.

“Aku sudah berjanji bahwa apapun yang terjadi, kita adalah keluarga.”

“ Is it enough?” Tanya Yujin.

Xiaoting mengangguk.

“Then it is enough.. “ Yujin kemudian meraih tangan Xiaoting yang menempel di pipinya.

“Kalau begitu jangan menungguku, It’s not Fair for you. if someone manages to win your heart, go for it. It’s ok. I’m Ok..”

Xiaoting hanya menggelengkan kepalanya. “I don't know if I can love someone else”

Mendengar itu Yujin kemudian memeluk gadis yang dicintainya itu.

“I Love you..”

“I Love you too Eonnie..”

***

 

 

 

 

“Besok kamu ikut kan?” Tanya Chaehyun bersemangat.

“Apakah aku boleh tidak ikut?” Tanya gadis yang berjalan di sebelahnya.

“Tentu saja tidak boleh, semua harus ikut!” Balas Chaehyun lagi.

“lalu untuk apa bertanya?”

“Ketus sekali jawabanmu, Ting.  Eonnie kemana?”

“Mengapa tiba-tiba menanyakan Eonnie?”

“Biasanya mood jelekmu ini ada hubungannya dengan Yujin Eonnie..”

Xiaoting kemudian menghentikan langkahnya.

“Bisa tidak untuk tidak membahasnya sekali saja?”

“Woaaah, sekarang aku makin yakin mood jelekmu ini karena Yujin Eonnie, apa yang terjadi?” Tanya Chaehyun penasaran.

“Tidak ada yang terjadi.” Xiaoting kemudian meneruskan langkahnya.

“Apakah Yujin Eonnie besok bisa ikut bermain bowling dengan kita?”

“Eonnie sudah 3 hari ini ada di Busan..”

“Urusan pekerjaan?”

Xiaoting menggelengkan kepalanya. “Dia sedang berlibur dengan kekasihnya.”

“Ohh begitu rupanya, pantas saja..” Chaehyun tidak bodoh, dia bisa merasakan ada sesuatu diantara kedua sahabat itu

“Hmm, pantas saja apa?” Tanya Xiaoting.

“Tidak apa-apa.. “ Chaehyun kemudian melihat ke kanan kirinya. “Di sini tempatnya kan?” Tanya Chaehyun pada gadis disebelahnya.

“Sepertinya iya, tapi kenapa Mashiro dan Dayeon belum datang yah?”

Keempat sahabat itu berencana menginap di rumah Dayeon dan berencana untuk pesta Barbaeque di sana,  mereka membagi tugas, Chaehyun dan Xiaoting bertugas untuk membeli snack dan buah-buahan sedangkan Mashiro dan Dayeon bertugas untuk membeli daging di tempat khusus langganan orang tua Dayeon. Mereka sepakat untuk berkumpul di tempat yang telah ditentukan sekalian Mashiro dan Dayeon yang membawa mobil akan menjemput Chaehyun dan Xiaoting di tempat itu.

“Mungkin mereka terkena macet..” Jawab Chaehyun. Xiaoting pun mengangguk.

“Tumben sekali malam ini tampak lebih sepi dari biasanya.” Xiaoting melihat sekelilingnya.

Chaehyun mengangkat bahunya.

“Entahlah, mungkin orang-orang sedang malas keluar.”

“Umm Chaehyun, apakah kamu merasa ada yang memperhatikan kita?”

“Di mana?”

“Mobil sedan putih..” jawab Xiaoting. “Entah mengapa aku seperti merasa orang di dalam mobil itu seperti sedang memperhatikan kita..”

Chaehyun lalu melihat ke arah mobil yang ditunjuk Xiaoting.

“Ting, sepertinya mobil itu berjalan ke arah kita..” ucap Chaehyun dengan nada sedikit takut.

“mengapa mereka menyorotkan lampu jauhnya ke arah kita…” Tanya Xiaoting.

“Xiaoting mereka semakin mendekat…”

“Chaehyun..”

“XIAOTING!!!!”

 

***

“Aku pikir tujuan kita ke sini adalah untuk bermain di pantai, tetapi kenapa kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk belanja?”  Ucap Yujin yang langsung menghempaskan tubuhnya di tempat tidur sesampainya di kamar hotel mereka.

“Sudah lama sekali aku tidak belanja semenjak kecelakaan itu. “

“Jika melihatmu belanja tadi, orang-orang tidak akan pernah menyangka kamu baru mengalami kecelakaan 2 bulan lalu.. mengapa energimu banyak sekali?”

“Itu karena aku rajin berolahraga. Makanya kalau aku ajak untuk pergi ke tempat Gym kamu harus mau, ckckck…” kini Seungyeon ikut berbaring di sampingnya.

“Jinnie, terima kasih sudah ada terus di sampingku..” ucapnya sambil membelai pipi gadis di sampingnya itu.

“Aku senang kamu sudah sehat kembali..” ucap Yujin seraya memberikan senyumnya.

“Apakah Xiaoting tidak apa-apa di apartemen sendiri?”

“Kemarin aku meminta Mashiro untuk menemaninya di apartemen dan hari ini dia akan menginap  di rumah Dayeon. Dan sebenarnya kita tidak perlu mengkhawatirkannya, Xiaoting pernah ikut taekwondo waktu di sekolah..”

“Oh yah? Pantas saja dia tampak atletis..”

“Hmm.. dia selalu bangga dengan badan atletisnya..” ucap Yujin sambil membayangkan wajah Xiaoting ketika ia menyombongkan bentuk badannya.

“kamu rindu padanya yah?”

“Mengapa aku harus rindu padanya? kita baru pergi 3 hari saja..” ucapnya. ‘Dipikir-pikir kami tidak pernah saling berjauhan selama ini..’ pikirnya.

“Yujin, jika suatu hari aku memintamu untuk tinggal bersamaku, apakah tidak apa-apa jika kamu meninggalkan Xiaoting? Maksudku kalian sudah biasa hidup bersama, namun akan sangat canggung buat Xiaoting jika harus tinggal bersama kita.”

“Seungyeon, apakah boleh kita memikirkan itu nanti? Maafkan aku tapi aku belum bisa membayangkan untuk meninggalkan Xiaoting, dia memang atletik dan secara fisik lebih kuat dibandingkan denganku namun dia masih suka lupa untuk makan jika tidak aku ingatkan, dia masih suka lupa dimana ia menaruh alat gambarnya,bahkan kemarin dia lupa untuk mencabut kabel setrikaan karena tiba-tiba ada temannya yag menelepon dan aku masih harus mengingatkannya untuk tidur ketika ia begitu fokus dengan tugas kuliahnya…”

“Oke oke.. ckckck, kamu seperti ibunya saja. Aku seperti berpacaran dengan janda beranak satu…”

Yujin hanya tersenyum mendengar komentar Seungyeon. Dia bisa menjadi apa saja untuk Xiaoting. ‘You can be anything for Xiaoting except being her lover.’ Pikirnya.

Tanpa Yujin sadari tubuh Seungyeon sudah semakin dekat dengannya, jarak antar wajah mereka sudah semakin dekat saat tiba-tiba ponsel Yujin berbunyi.

“Seungyeon, wait.. aku harus mengangkat teleponnya.”

Seungyeon pun mengangguk. Yujin bergegas mengambil ponselnya yang ia simpan di atas meja sebelah tempat tidurnya.

“Mashiro?” ucapnya. Ia buru-buru mengangkat teleponnya.

“Hallo, Shiro ada apa?”

Eonnie, Xiaoting….”  Suara mashiro terdengar seperti orang yang habis menangis dan itu membuat perasaan Yujin menjadi tak tenang setelah ia mendengar nama gadis yang ia cintai disebut.

“Ada apa dengan Xiaoting?” Tanyanya, ia menggenggam ponselnya dengan sangat erat, kecemasannya semakin menjadi-jadi.

Xiaoting sedang ada di kamar operasi. “ tangis Mashiro semakin menjadi-jadi.

“Kamar operasi? Apa maksudmu Shiro? Bukannya dia sedang ada di rumah Dayeon? Bukannya kalian sedang pesta barbeque?!” Kini suara Yujin semakin meninggi. Mendengar itu Seungyeon lalu menghampirinya. “Ada apa?” Tanyanya. Yujin hanya menggelengkan kepalanya.

“Shiro, kamu sedang bercanda kan?” Tanya Yujin lagi dengan nada lirih.

Eonnie maafkan aku, aku seharusnya tidak terlambat menjemput mereka, jika saja aku tidak kembali untuk membeli daging tambahan, aku tidak akan terlambat menjemput Xiaoting. Dan Xiaoting tidak akan tertembak..

“Tertembak? Siapa yang tertembak?”

Eonnie, Xiaoting terkena tembakan di dadanya.” tenggorokannya seperti tercekik mendengar berita yang baru ia dengar, seketika ia tak mampu bicara.

Eonnie.. Eonnie.. apakah kamu masih di situ? Maafkan aku eonnie..

Air mata jatuh di pipinya.

“Jinnie, ada apa? Mengapa kamu menangis..”

Yujin masih belum bisa mengeluarkan suaranya. Pikirannya kini dipenuhi oleh hal-hal negatif. Tidak. Ia tidak bisa kehilangan Xiaoting. Ia akan mati, bagaimana bisa ia hidup di dunia tanpa ada Xiaoting di dalamnya. Dia tidak bisa. Dia tidak bisa.

“JINNIE!!!” teriakan Seungyeon membangunkannya dari pikiran negatifnya.

“Seungyeon..” kini ia mendapatkan suaranya kembali.

“Ada apa?”

“Xiaoting sedang dioperasi, ada yang jahat padanya, ada yang menembakan peluru ke dadanya.. Seungyeon, aku tidak bisa kehilangan Xiaoting..” Yujin mengatakan semua itu dengan tatapan kosongnya.

Mendengar itu semua sontak membuat Seungyeon kaget, air matanya ikut mengalir deras.

“Shhh she will be okay, Xiaoting akan selamat, tidak akan ada yang kehilangan siapa-siapa, Xiaoting akan selamat. Xiaoting akan kembali padamu..” ucapnya sambil menepuk-nepuk pundak Yujin berusaha menenangkannya.

Yujin hanya mengangguk lemas.

Seungyeon kemudian mengambil ponsel yang ada di tangan Yujin.

“Hallo, ini aku seungyeon.. dimana Xiaoting dirawat?”

Seungyeon pun menutup telepon ketika Mashiro sudah memberikan informasi rumah sakit dimana operasi Xiaoting sedang berlangsung.

“Ayo kita harus bersiap-siap kembali ke Seoul.. “ ucapnya.

 

Sepanjang perjalanan dari Busan ke Seoul, Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir Yujin. Malam itu ia hanya berdoa semoga  kali ini Tuhan berbaik hati padanya, semoga Tuhan tidak mengambil orang yang paling ia cintai di dunia ini. Dan Semoga Xiaoting tidak mengingkari janjinya untuk terus berada di sisinya.

Under the moonlight, tears are falling

 

***

Pray......  


 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you