No One Else

Freeze the Moment

“Hei.. “ sapa seseorang yang baru datang.

“Hei” Jawab Yujin sambil memberikan senyum manisnya.

“Mengapa melamun? Aku bisa melihatmu dari jendela luar. Aku lihat minuman mu juga masih utuh.” Tanya Seungyeon yang kini sudah duduk di sebelah Yujin.

Yujin hanya menggelengkan kepalanya.

“Babe, you can tell me everything.” Ucap Seungyeon sambil meraih tangannya.

“Ini tentang Xiaoting.” Jawab Yujin, ia kemudian melihat ekspresi wajah Seungyeon yang berubah setelah mendengar nama sahabatnya itu.

“Forget it.” Ucap Yujin lagi ketika melihat perubahan ekspresi Seungyeon.

“Hei, it’s ok…” Jawab Seungyeon dia berusaha untuk kembali menormalkan ekspresi wajahnya. “Tell me, ada apa dengan Xiaoting?” Tanya Seungyeon lagi.

“Belakangan ini dia jadi aneh, dia seperti menghindariku.” Jawab Yujin. “Aku jadi bingung, apakah aku punya salah?” lanjutnya lagi.

“Kamu sudah bicara dengannya?” Tanya Seungyeon.

“Belum, aku tidak tahu harus memulai dari mana, takutnya ini hanya pikiranku saja.” Jawab Yujin.

“lebih baik jika kamu segera bicara dengannya.” Ucap Seungyeon lagi.

Yujin kemudian mengangguk.

“Jinnie, besok temani aku ya.”

“Kemana?”

“Ulang tahun temanku, mereka memintaku membawa pasangan.” Jawab Seungyeon.

“Apakah tidak apa-apa? Maksudku, teman-temanmu itu kebanyakan selebritis, apakah kamu tidak malu membawaku?” Ucap Yujin.

“Bicara apa sih? Aku akan pamer kepada teman-temanku bahwa aku punya pacar yang cantik dan luar biasa.” Jawab Seungyeon.

Yujin tersenyum kecil mendengar pujian dari pacarnya itu.

“Oke.” Jawabnya.

“kalau begitu setelah ini kita belanja ya, aku mau membelikanmu dress untuk acara besok.”

“Aku tidak mau. Setiap ada event, kamu pasti membelikanku baju baru.” Ucap Yujin.

“Kamu kan pacarku jadi itu wajar saja, Yujin.” Jawab Seungyeon.

Yujin menggelengkan kepalanya.

“Untuk besok aku akan memakai dress-ku sendiri dan mulai sekarang kamu tidak usah membelikanku apa-apa lagi, ok?”

Seungyeon tidak menjawab pertanyaan pacarnya itu, ia kemudian menyilangkan kedua tangannya.

“Hei, jangan marah..” bujuk Yujin kepada pacarnya.

“Aku tidak suka, aku ingin bebas membelikanmu apa saja, itu aku lakukan karena aku mau.” Jawab Seungyeon.

“Oke, kamu boleh membelikanku sesuatu TAPI hanya jika ada occasion tertentu, misal ulang tahunku atau anniversary kita, bagaimana?” tawar Yujin pada pacarnya.

“Baiklah, walau aku tetap tidak suka, tapi jika itu yang kamu mau..” Jawab Seungyeon pasrah.

“Thank you.” Jawab Yujin sambil memberikan senyumnya pada Seungyeon.

 

 

***

Malam sudah larut ketika Yujin memasuki apartemennya, seperti biasa keadaan di ruang tengah sudah gelap yang berarti Xiaoting sudah tidur di kamarnya. Yujin yang sangat penasaran dengan apa yang sedang terjadi dengan sahabatnya itu memutuskan untuk berjalan ke arah pintu kamar Xiaoting. Ia kemudian mengetuk pintu kamar temannya itu.

“Masuk Eonnie.” Jawab Xiaoting dengan suara seraknya. Yujin kemudian membuka pintu kamar.

“Hei” sapanya sembari berjalan menuju tempat tidur Xiaoting.

Xiaoting yang sedang berbaring kemudian duduk menyandarkan badannya di sandaran tempat tidurnya. Yujin kemudian duduk di sebelahnya.

“Maaf menganggu tidurmu.” Ucap Yujin.

“It’s ok Eonnie, lagipula aku belum benar-benar tidur.” Jawab Xiaoting.

Yujin kemudian memandangi wajah sahabatnya itu, cukup lama sehingga membuatnya Xiaoting salah tingkah.

“Ehm, kenapa kamu melihatku seperti itu?” Tanya Xiaoting.

“Aku sedang mengingat wajahmu, aku takut lupa dengan wajahmu itu karena sepertinya selama seminggu ini aku baru melihatmu sekarang.” Jawab Yujin.

“Kamu berlebihan sekali, Eonnie.” Jawab Xiaoting.

“Tapi aku tidak salah kan? “ Ucap Yujin lagi.

“Kamu sibuk, aku sibuk, that’s why” Jawab Xiaoting.

“Tapi sepertinya minggu ini kamu lebih sibuk dari sebelum-sebelumnya”

“Tugas kuliahku semakin banyak dan jadwal pemotretanku juga semakin padat.” Jawab Xiaoting.

Yujin hanya mengangguk mendengar jawaban Xiaoting, ia kemudian menundukan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Ada apa Eonnie?” Tanya Xiaoting tiba-tiba khawatir dengan sahabatnya yang tiba-tiba terdiam itu.

“I miss you.” Ucap Yujin dengan suara pelannya.

‘Heart, please, kenapa kamu harus berdegup begitu kencang sekarang.’ Xiaoting berusaha untuk menetralkan ekspresi wajahnya.

Xiaoting kemudian membuang napasnya perlahan.

“Eonnie.. “ Pangilnya.

“Hmm..”

“Sepertinya kamu harus membiasakan kondisi seperti ini, kedepannya aku akan semakin sibuk.” Ucap Xiaoting. ”Eonnie aku mengantuk, kita lanjutkan besok yah mengobrolnya.” Ucapnya lagi

“Xiaoting, apakah kamu membenciku?” Tanya Yujin tiba-tiba.

Xiaoting kaget mendengar pertanyaan Yujin.

“Apa yang Eonnie katakan? Mana mungkin aku bisa membencimu.”

“Entahlah, melihat gerak-gerikmu, kamu seperti alergi padaku, kamu bahkan tak tahan berlama-lama satu ruangan denganku.” Ucap Yujin.

“Maafkan aku Eonnie, aku hanya mengantuk saja, aku lelah seharian tadi kuliah.”

Yujin hanya mengangguk mendengar jawaban Xiaoting. Ia kemudian berdiri hendak meninggalkan kamar Xiaoting, tangan Xiaoting kemudian dengan sigap meraih tangan sahabatnya itu, menahannya untuk pergi.

“Eonnie, please jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi. Aku tidak akan pernah membencimu.” ucap Xiaoting.

“Kalau begitu besok siang mau pergi denganku?” Tanya Yujin.

Xiaoting kemudian melepaskan tangannya dari tangan Yujin.

“Eonnie, maaf tapi besok aku sudah ada janji dengan Seungcheol Oppa.”  Jawab Xiaotng sambil menundukan kepalanya.

“Ok.” Ucap Yujin singkat.

Ia kemudian berjalan meninggalkan kamar Xiaoting,

Xiaoting kemudian menghela napas panjangnya,

“I miss you too..” bisiknya.

“This is hard..” ucapnya lagi masih berbisik.

 

***

“Makanannya tidak enak yah?” Tanya Seungcheol kepada gadis yang dari tadi hanya memainkan pastanya.

“Hmm?” Xiaoting yang dari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri tak mendengar pertanyaan Seungcheol.

“Aku Tanya apakah makanannya tidak enak?” Tanya Seungcheol lagi.

“Oh enak kok.. maaf aku melamun.”

“Apa yang kamu pikirkan, belakangan ini kamu jadi sering melamun.” Tanya Seungcheol.

“Tidak apa-apa Oppa, aku hanya sedang memikirkan tugas kuliahku saja.”

Seungcheol kemudian memegang tangan Xiaoting.

“Ada yang bisa aku bantu?”

“It’s ok Oppa.” Ucap Xiaoting sambil pelan-pelan melepaskan tangannya dari genggaman Seungcheol.

Melihat itu membuat Seungcheol semakin bingung dengan tingkah pacarnya itu. Seperti ingin memastikan bahwa hubungan mereka baik-baik saja Seungcheol kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Xiaoting, namun ketika ia hendak mencium bibir pacarnya itu, Xiaoting kemudian memalingkan wajahnya.

Seungcheol lalu memejamkan matanya, mencoba menahan emosinya.

“Xiaoting, What’s wrong?” Tanya Seungcheol. “Sudah satu minggu ini kamu tidak mengizinkan aku untuk menciummu? Apa aku ada salah?” Tanyanya lagi dengan nada putus asa.

Mendengar itu membuat Xiaoting merasa bersalah, semenjak ia menyadari perasaannya pada Yujin secara tidak sadar ia menghindari segala bentuk skinship dengan pacarnya, semuanya terasa salah baginya.

“Oppa… I think we need a break.” Ucapan Xiaoting itu tentu membuat Seungcheol kaget.

“Maksud kamu? Kenapa tiba-tiba?”

“AKu sedang merasa bingung dengan perasaanku sendiri, maafkan aku Oppa, aku harus jujur padamu, akan tidak adil jika aku berpura-pura tidak terjadi apa-apa.” Kini Xiaoting mulai mengeluarkan air matanya.

“Apakah usahaku belum berhasil? Apakah sampai sekarang kamu belum bisa mencintaiku?” Tanya Seungcheol masih dengan nada putus asa.

“Maafkan aku.” Jawab Xiaoting yang kini menundukan kepalanya.

“Apakah ada orang lain?” Tanya Seungcheol lagi dengan suara pelannya.

Xiaoting tidak tahu ia harus jujur dengan Seungcheol atau tidak. Ia kemudian menggelengkan kepalanya menolak untuk menjawab.

Melihat itu Seungcheol seperti sudah menemukan jawabannya.

“Ada orang lain.” Ucapnya pelan.

“Oppa..” ucap Xiaoting pelan.

“Siapa?” Tanya Seungcheol.

Lagi-lagi Xiaoting terdiam, menolak untuk menjawab.

“Apakah aku kenal?”

“Lupakan Oppa, lagipula aku tidak mungkin bersamanya, dia sudah punya seseorang.” Jawab Xiaoting.

Seungcheol kemudian menggelengkan kepalanya perlahan.

“Kalau begitu bisakah kamu tetap bersamaku? Aku tidak masalah jika kamu belum bisa membalas perasaanku. Aku akan lebih berusaha lagi.” Seungcheol masih belum menyerah

“Itu tidak akan adil untukmu, Oppa.” Ucap Xiaoting.

“It’s Ok, Xiaoting. Please.. “

Xiaoting masih terdiam.

“Kalau begitu kamu tidak usah jawab sekarang, aku akan memberikan waktu untukmu berpikir, please pikirkan lagi…” Kini Seungcheol mengucapkan kata-kata itu dengan nada memohon.

Xiaoting kembali merasa bersalah kepada Seungcheol, ia kemudian menganggukan kepalanya.

“Baik, aku akan berpikir lagi.” Jawab Xiaoting.

Seungcheol kemudian meraih tangan Xiaoting. “Terima kasih, tolong pikirkan baik-baik dan tolong ingat bahwa aku sangat sangat mencintaimu. I can’t live without you.” Ucapnya sebelum mencium tangan Xiaoting.

Mendengar itu membuat Xiaoting semakin merasakan beban di hatinya, ia tidak tahu apakah ia bisa menerima cinta Seungcheol sedangkan di hatinya hanya ada nama sahabatnya. Bagaimana caranya ia menghapus perasaannya terhadap Yujin?

***

Laki-laki paruh baya itu memandang marah ke arah televisi, matanya tidak berkedip sedikitpun menyaksikan berita mengenai kebebasan seseorang yang sangat ia benci.

“Shen Yichen” ucapnya dengan nada penuh dendam.

“Kamu boleh bebas dari hukum Negara ini, tapi tidak dariku. Aku akan membalaskan apa yang kamu perbuat kepada putriku.” Ucapnya dengan mata berapi-api.

Ia kemudian merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya.

“Yeobo, tolong lupakan masa lalu, dia sudah mendapat hukumannya.” Ucap istri dari pria tersebut.

“Bagaimana aku bisa memaafkan orang yang telah membunuh putriku?”

“Kejadian itu sudah berlalu, anak kita sudah tenang di sana. Dan kita masih punya Seungcheol.”

Tuan Choi lalu membalikan badannya menghadap istrinya.

“Sayang, tapi kita punya 2 anak, bagaimana mungkin aku bisa melupakan putriku, bagaimana aku bisa melupakan Yujin?! Anak itu baru saja bisa berjalan saat orang-orang itu membawanya pergi!! Bahkan ia belum sempat memanggilku Appa!!” ucap Tuan Choi kemudian menangis.

Melihat suaminya seperti itu membuat Nyonya Choi ikut menangis, ia kembali teringat dengan kejadian mengerikan 20 tahun lalu, kejadian yang membuat mereka harus kehilangan putri mereka satu-satunya.

Nyonya Choi kemudian teringat sesuatu.

“Yeobo, kamu ingat gadis yang waktu itu makan bersama kita? salah satunya bernama Yujin, mirip dengan nama putri kita.” Ucap Nyonya.

“Aku tidak peduli, dia bukan Yujin kita.” Jawab Tuan Choi.

“Mengapa kamu dingin seperti itu? “

“ Kanghee, apakah kamu tidak belajar dari kesalahan kita di masa lalu? Bagaimana kita berbaik hati kepada Yichen dan Hana? Bagaimana mereka berdua membuat malapetaka untuk keluarga kita?”

Mendengar perkataan suaminya itu membuat Choi Kanghee memejamkan matanya, berusaha menghapus memori terburuk dalan hidupnya

“Kanghee, aku minta kamu jangan terlalu dekat dengan anak itu, aku tahu kamu mencoba untuk menggantikan putri kita dengan anak itu karena kemiripan nama mereka, tapi dia bukan anak kita, Yujin kita akan menangis jika tahu ibunya mencoba mencari pengganti posisinya.”

“Jisung, aku tak pernah berniat sepert itu! Tidak akan pernah ada yang menggantikan posisi anak kita, tapi sadarlah, sikapmu ini terlalu obsesif, anak kita sudah tenang di sana, kamu harus belajar mengikhlaskannya.”

“Aku tidak akan pernah bisa mengikhlaskannya sampai Shen Yichen menerima ganjarannya. “ Tuan Choi kemudian meninggalkan istrinya yang masih berdiri terpaku di ruang tengah.

Entah apa yang harus ia lakukan lagi untuk melunakan hati suaminya yang sudah seperti batu, Choi Jisung masih belum bisa merelakan kepergian Yujin putri yang sangat mereka sayangi.

Pikirannya kemudian beralih ke sosok Choi Yujin, gadis dari panti asuhan. Senyumnya merekah mengingat wajah gadis itu, dia tidak peduli dengan yang dikatakan suaminya, meski dilarang ia akan terus menemui gadis itu. Walaupun ia bukan Yujin-nya, namun kehadiran gadis itu seperti cahaya yang masuk ke hidupnya.

***

Seperti dugaannya, pesta ulang tahun teman Seungyeon dihadiri oleh teman-teman artisnya, acara yang sengaja dibuat intimate di suatu restaurant mewah dengan hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. Namun ‘beberapa orang saja’ untuk circle pertemanan Seungyeon berarti adalah artis-artis papan atas Korea.

Yujin tiba-tiba merasa menyesal menolak tawaran Seungyeon untuk dibelikan baju baru untuk pesta ini, karena sekarang ia merasa benar-benar underdress berada di sekeliing orang-orang kaya ini.

‘No Yujin, tidak ada yang boleh disesali, kamu harus teguh dengan pendirianmu.’ Batinnya, ia berusaha untuk tampil percaya diri, tidak ingin membuat Seungyeon malu.

“Yujin-ssi,,” sapa seseorang yang duduk di depannya, Yujin mengenali gadis ini sebagai salah satu pemain drama yang sedang naik daun.

“Ya?” Jawabnya.

“Apakah kamu sudah lama berpacaran dengan Seungyeon?” Tanya gadis itu dengan senyum ramahnya.

“Belum lama.” Jawab Yujin singkat tak lupa membalas senyum gadis dihadapannya.

“Kalian kenal dari mana?” Tanya gadis itu lagi.

Yujin lalu menoleh ke sebelahnya, Seungyeon menganggukan kepalanya seperti memberi izin Yujin untuk menceritakan pertemuan pertama mereka.

“Kami bertemu saat aku bertugas menjadi fotografer yang harus meliput beritanya pada waktu itu.”

“Apa? Kamu seseorang paparazzi?” sahut seorang wanita yang duduk di ujung meja mereka.

“Bukan, aku dulu seorang fotografer untuk surat kabar harian.” Jawabnya.

“Bukannya sama saja?” Tanya wanita yang sama.

“Berbeda, aku tidak pernah memotret orang secara diam-diam.” Jawab Yujin masih mencoba untuk tersenyum.

“Hmm, maaf aku masih skeptis mengapa kamu bisa memacari Seungyeon kami, apakah tidak ada misi khsusus dari bos mu? Seperti mencari rahasia Seungyeon lalu setelah dapat kamu akan menyebarkannya?”

“Gaeun!” Ucap Seungyeon cukup keras mencoba memperingati temannya.

“Seungyeon, kamu harus lebih berhati-hati, sudah berapa kali kamu jadi buruan media masa, dengan sifat naifmu ini kamu bisa jatuh ke lubang yang sama.”

“Aku tahu, tapi aku lebih mengenal Yujin daripada kamu. Dan Yujin sekarang sudah tidak kerja di kantor berita harian lagi, sekarang dia bekerja di studio milik keluarga Choi” Jawab Seungyeon.

“Kamu pasti seorang fotografer yang hebat, apakah kamu mengambil jurusan fotografi?” Tanya Arin gadis ramah yang duduk di hadapannya.

Yujin menggelengkan kepalanya.

“Tidak, aku mendapat beasiswa untuk berkuliah di jurusan akuntansi.” Jawabnya.

“Ahh kamu pasti pintar sekali untuk mendapat beasiswa seperti itu.” Ucap Arin lagi masih dengan senyumnya.

“Yujin, Apakah kamu mengambil jurusan itu untuk membantu perusahaan orang tuamu?” Tanya Gaeun lagi.

“Orang tuaku tidak punya perusahaan dan jujur aku tidak tahu mereka di mana atau apakah mereka masih ada karena aku besar di panti asuhan.” Jawab Yujin jujur.

“Seungyeon yang benar saja? apakah kamu yakin dia tidak akan memanfaatkan kekayaanmu?”

“Gaeun! Kamu sudah keterlaluan!” ucap Seungyeon penuh emosi.

Di sebelahnya, Yujin berusaha sabar karena ia masih menghormati Seungyeon, membuat keributan adalah hal terakhir yang ia inginkan.

“Seungyeon, lagi-lagi kamu terlalu naïf, kamu tidak pernah belajar dari hubunganmu sebelum-sebelumnya. “

“Seungyeon, Gaeun benar, saat ini banyak orang aneh yang pura-pura polos di depan kita tapi dia bisa kapan saja menusuk kita. Kamu harus berhati-hati.” Minah gadis yang duduk di sebelah Gaeun ikut berkomentar.

“Ada apa dengan kalian? Kalian tidak mengenal pacarku ini.” Jawab Seungyeon.

“Kami juga tidak mengenal mantan-mantanmu dulu, lalu bagaimana akhirnya? Kita tidak tahu apakah dia akan menjadi lintah seperti mantan-mantanmu itu.”

“Kalian benar-benar keterlaluan.” Ucap Seungyeon . “Yujin, ayo kita pergi..” Seungyeon sudah siap untuk beranjak dari tempat duduknya ketika Yujin menahannya untuk tetap duduk.

“Kamu duduk saja.” Ucap Yujin, suaranya terdengar lebih berat dari biasanya.

Pandangannya kemudian berpindah ke arah Gaeun dan Minah. Ia kemudian menghela napasnya dengan dalam.

“Aku memang tidak punya apa-apa, tidak punya orang tua, tidak punya uang banyak, tidak punya perusahaan sendiri, tidak punya baju bagus, tapi demi Tuhan seumur hidupku aku selalu berusaha untuk bertahan dengan usahaku sendiri. Lintah? Setidaknya seekor lintah masih bermanfaat untuk manusia, bisa dimanfaatkan untuk dunia medis? untuk kesehatan? tidak seperti orang-orang yang tidak sabar untuk menjelekan seseorang ketika orang itu ada didepannya, tidak bisakah kalian menungguku keluar terlebih dahulu? Jika kalian pikir orang miskin sepertiku itu  bebal dan tidak  punya perasaan, kalian salah.”

Yujin kemudian beranjak dari tempat duduknya.

“Seungyeon, aku pulang duluan.” Ucapnya sebelum pergi meninggalkan restaurant.

“Yujin tunggu!!” Seungyeon kemudian mengejar pacarnya itu.

Seungyeon berhasil mengejar Yujin, kini mereka berada di luar restaurant.

“Hei, ayo aku antar pulang.” Ucap Seungyeon. Yujin lantas menggelengkan kepalanya.

“Aku mau sendiri, kamu kembali saja ke dalam. Aku tidak enak kepada Arin, ini adalah hari ulang tahunnya.”

“Aku tidak mau ke dalam lagi, aku mau menemanimu pulang.”

“Please, I need to be alone.” Jawab Yujin.

Seungyeon akhirnya pasrah, ia tidak ingin memaksakan kehendaknya, ia kemudian mengangguk.

“Hati-hati di jalan.”

Yujin hanya menganggukan kepalanya, ia kemudian pergi meninggalkan Seungyeon.

***

 

Xiaoting dengan sigap pergi dengan membawa payungnya ketika mendapat telepon dari Seungyeon yang menanyakan keberadaan Yujin. Menurut Seungyeon Yujin sudah pergi dari 2 jam yang lalu, namun sahabatnya itu sampai sekarang belum sampai apartemen. Yujin bahkan mematikan ponselnya, membuat Xiaoting semakin khawatir.

Kini ia sudah berada di dekat halte dekat apartemen mereka ketika ia melihat Eonnie-nya yang basah kuyup itu duduk di kursi halte, ia kemudian buru-buru menghampiri Yujin.

“Eonnie sedang apa di sini? Ayo pulang, bajumu basah semua.” Ucapnya.

“Xiaoting..” Sapa Yujin dengan suaranya yang pelan.

“Ayo Eonnie.” Xiaoting masih berusaha mengajak Yujin pulang.

“Temani aku duduk sebentar.”

“Bajumu basah, nanti kamu sakit.”

“Please… sebentar saja.” Jawab Yujin.

Xiaoting hanya bisa menghela napasnya. Ia kemudian duduk di sebelah Yujin. Ia kemudian membuka jaketnya dan mengenakannya ke tubuh Yujin yang basah kuyup karena kehujanan.

“Terima kasih.” Ucap Yujin sebelum menyandarkan kepalanya di bahu Xiaoting.

“Ada apa Eonnie?” Tanya Xiaoting.

Yujin masih terdiam.

“Lupakan saja, nanti saja di apartemen kamu ceritanya, ayo kita harus pulang.” Bujuk Xiaoting lagi.

“Sebentar lagi.” Kini Yujin semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Xiaoting, melingkarkan tangannya ke pinggang sahabatnya itu.

Xiaoting kemudian menoleh ke sampingnya, tangannya kemudian merapihkan rambut Yujin yang sedikit berantakan.

“Aku pikir semakin dewasa aku akan semakin terbiasa dengan hinaan orang-orang, tetapi mengapa masih terasa sakit?” tiba-tiba Yujin mulai bercerita. “Kenapa aku tidak sadar diri, levelku terlalu berada jauh di bawah Seungyeon. Sebelumnya aku berpikir bahwa kita semua sama, tapi ternyata itu tidak benar.”

“Eonnie, apakah kamu bertengkar dengan Seungyeon Eonnie?” Tanya Xiaoting.

“Kami tidak bertengkar, dia terlalu baik, itu yang membuatku semakin sedih.” Jawabnya.

“Apakah eonnie benar-benar mencintainya?” Tanya Xiaoting seketika menyesal dengan pertanyaannya, tak sanggup mendengar jawaban sahabatnya itu.

“Xiaoting..” Yujin tidak menjawab pertanyaannya.

“Hmm..”

“Bagaimana kalau kita pergi jauh dari tempat ini, bagaimana kalau kita pindah ke pedesaan terpencil, menjadi petani? Hidup jauh dari keramaian orang-orang, melarikan diri dari orang-orang?” Tanya Yujin tiba-tiba.

“Bagaimana kalau jadi nelayan saja Eonnie? Kita melarikan diri ke pulau yang sepi penghuni, setiap hari kita makan ikan sampai bosan, berenang, berjemur, bermain ombak?” Giliran Xiaoting yang bertanya.

“Hmm idemu bagus juga, tapi tidak deh, aku masih mau melihatmu menjadi arsitek.” Ucap Yujin, kini senyum mulai merekah di bibirnya.

“Xiaoting, mengenai pertanyaanmu tadi, aku bingung, aku belum bisa mencintai Seungyeon padahal ia sangat baik, itu yang membuatku sedih.”

Mendengar pernyataan Yujin tadi membuat perasaan Xiaoting campur aduk, ‘apa maksudmu, Eonnie?’ batinnya.

Ia lalu menggelengkan kepalanya, bukan saatnya untuk memikirkan hal itu, ia kemudian mengajak Yujin untuk berdiri, ia tidak bisa menunggu lebih lama, Yujin-nya akan sakit jika mereka berlama-lama duduk di sini. Yujin yang sudah lemas kini menuruti perkataan Xiaoting untuk pulang ke apartemen.

***

Benar saja, Yujin kini berbaring lemas di tempat tidurnya, suhu badannya tinggi ketika Xiaoting memeriksanya menggunakan thermometer. Xiaoting mencoba mengkompres kepala Yujin agar suhu badan Yujin kembali ke angka normal.  Xiaoting yang merasa khawatir terus berada di samping tempat tidur Yujin, ia tidak akan tenang sampai suhu badan Yujin kembali normal. Kini Yujin sudah tidur berkat obat yang diberikan Xiaoting kepadanya

Xiaoting kemudian memandangi wajah gadis yang ia cintai itu. ‘bahkan saat sakit seperti inipun kamu masih kelihatan sangat cantik, Eonnie.’ Ucapnya dalam hati.

Xiaoting kemudian membelai pipi Yujin perlahan-lahan takut membangunkannya,  Tangannya kemudian berpindah ke alisnya, Kelopak matanya, hidungnya, dan terakhir bibirnya. Ketika tangannya menyentuh bibir Yujin, perasaan itu kembali bergejolak dalam dirinya.

Perasaan yang menurutnya lebih berbahaya dari perasaan cintanya kepada Yujin, perasaan ingin memiliki.

Love is about giving and giving, love is about feeling grateful,  Love is about feeling hurt when the person you love is hurt, love is feeling sad but also happy. Xiaoting pikir bahwa ia cukup mencintai Yujin dari jauh, ia cukup melihat Yujin bahagia dengan orang yang ia cintai. Namun mengapa perasaan egois kini hadir di tengah-tengah rasa cintanya, kini ia ingin memiliki gadis yang kini sedang tertidur di hadapannya.

Tanpa sadar Xiaoting semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Yujin, Mengabaikan jantungnya yang berdetak begitu cepat, kini bibirnya sudah bertemu dengan bibir tipis milik wanita yang ia cintai. Xiaoting memejamkan matanya ketika bibir mereka bertemu, mencoba meresapi segala perasaan yang berkecamuk dalam dirinya, ia kembali bisa merasakan gelitikan di dalam perutnya, dan yang paling jelas adalah perasaan ingin memiliki yang semakin kuat.

Xiaoting masih memejamkan matanya ketika Yujin terbangun dari tidurnya. Tanpa Xiaoting tahu perasaan ingin memiliki tidak hanya tumbuh dalam dirinya, tapi juga dalam diri orang yang sedang ia cium bibirnya.

Saat Xiaoting mulai membuka matanya, Yujin buru-buru menutup matanya kembali. Xiaoting kemudian menjauhkan wajahnya dari wajah Yujin. Ia kemudian kembali membelai pipi gadis yang ia cintai.

“Tidur yang nyenyak Eonnie.” Ucapnya berbisik.  Ia kemudian tidur di samping Yujin sambil memegang tangan gadis yang ia cintai itu.

Yujin yang sebenernya sudah terbangun kemudian mempererat pegangan tangan mereka, ia kemudian kembali tidur.

 

Even though I was born a thousand times

There won't be anyone like you again

Someone like you who will make warm my sad life

Thank you very much.

And for you, my heart

Could be hurt definitely.

 

Even if I can't say that I love you

I will still look at you from afar

To give you everything that I have

Even though I am sad, I am happy...

 

It was the first time my heart shaking since born

There is no such love, not ever!

 

It's the only love that I've buried very deep in my memories.

So for you, all of those painful tears

I could resist them forever.

 

Even if I can't say that I love you

I will still look at you from afar

To give you everything that I have

Even though I am sad, I am happy...

 

I don't want anybody else

Only your smile can make me feel happy

Because love is about giving

So I am just giving

Even if I am sad, I am happy...

(No One else - Lee Seung Cheul)

https://www.youtube.com/watch?v=l9U7ulA9Mw4

 

 

 

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you