You'll Be In My Heart

Stay

Hari ini merupakan pertemuan kedua setelah dia resmi menjadi anggota baru dari klub buku. Pertemuan pertama hanya diisi oleh perkenalan sesama anggota dan penugasan untuk membuat review salah satu buku yang pernah dibaca. Sejauh ini Xiaoting tidak menemukan kendala apapun, karena ia mereview salah satu buku favoritnya yaitu ‘How To Win Friends and Influence People’ karya Dale Carnegie.

“Baik teman-teman, hari ini kita akan mendengar penjelasan dari tiga orang mengenai hasil review yang telah kalian kerjakan. Karena dalam me-review buku pun kita memerlukan sebuah usaha, alangkah baiknya untuk tidak membuang maupun menyembunyikan usaha kalian hanya karena takut untuk mempresentasikannya kepada kita semua.” Ucap Yujin di hadapan para anggota klub buku yang hadir.

Xiaoting mengangguk setuju dengan penjelasan Yujin. Sehingga kala Yujin bertanya siapa yang akan ber-volunteer untuk maju ke depan, tanpa ragu Xiaoting mengacungkan tangannya. Yujin yang melihat itu tersenyum kepada Xiaoting dan mempersilahkan nya untuk maju kedepan. Yurina yang berada di sebelahnya pun ikut tersenyum seraya menyemangati Xiaoting ketika ia berdiri dari kursinya.

“Halo teman-teman semua, nama saya Xiaoting, disini saya akan membahas mengenai review singkat dari buku yang berjudul ‘How To Win Friends and Influence People’ karya Dale Carnegie. Buku ini dipublikasi pada tahun 1936, dan telah banyak diterbitkan sebanyak 15 juta kopi di seluruh dunia. Poin-poin penting yang dapat saya ambil dari buku ini yaitu pertama jangan mengkritik seseorang, mengutuk atau pun mengeluh, yang kedua beri apresiasi yang jujur dan tidak dibuat-buat, yang ketiga anda dapat mengukur kapasitas seseorang dilihat dari apa saja hal-hal yang membuat individu itu marah, yang keempat cara terbaik untuk memenangkan sebuah argument yaitu dengan menghindarinya, yang kelima berikan respect kepada opini orang lain dan jangan pernah menghakimi bahwa seseorang itu salah, yang keenam…”

Xiaoting pun menjelaskannya secara detail, dimulai dari introduksi buku tersebut, poin-poin penting yang dibahas, kelebihan dan kekurangannya serta pendapat pribadinya mengenai buku tersebut. Itu merupakan presentasi yang mengagumkan bagi siapapun yang melihat, terlihat dari cara Xiaoting menjelaskannya secara singkat namun dapat difahami orang lain, bagaimana Xiaoting berjalan tanpa menunjukkan keraguan sedikitpun, bagaimana tangannya ikut bergerak ketika menjelaskan untuk menekankan pernyataannya dan banyak aspek-aspek mengagumkan lainnya dari seorang mahasiswa baru bernama Xiaoting.

Setelah dia menyelesaikannya pun terdengar tepuk tangan yang meriah, di ikuti oleh anggukan dari Yujin seolah dia menyetujui hasil presentasi Xiaoting. Ia juga melihat Yurina memberikan acungan jempol membuat Xiaoting semakin tersenyum dengan lebar.

“Baik, sebelum saya memberikan feedback kepada pembicara pertama, saya persilahkan untuk teman-teman semua jika ada yang ingin ditanyakan ataupun jika ada pendapat yang ingin disampaikan kepada Shen Xiaoting.” Ucap Yujin setalah apresiasi sudah mereda.

Akan tetapi setelah beberapa jeda Yujin hanya bertemu dengan keheningan, tidak ada yang mengacungkan tangan ataupun berbicara dari puluhan orang yang berada di ruangan itu.

“Baik jika begitu saya akan memberikan feedback dan pendapat saya. Shen Xiaoting, buku ini merupakan buku self-growth yang terbilang cukup tua, apakah menurut anda isi materi yang dipaparkan dalam buku ini masih relevan untuk diterapkan mengingat perubahan era dan globalisasi teknologi yang semakin meningkat?” Tanya Yujin sambil matanya fokus menatap Xiaoting.

“Terima kasih pertanyaannya Yujin-ssi. Buku ini memang terbilang cukup tua akan tetapi keadaan psikologis manusia tidak berubah hanya karena perkembangan zaman yang semakin cepat. Banyak hal-hal yang bisa dipetik sebagai acuan agar keadaan psikologis kita semakin membaik. Pun meskipun pengalaman dan contoh nyata yang banyak dibahas di buku ini merupakan contoh-contoh yang biasa terjadi pada tahun dimana buku tersebut di publikasi, akan tetapi setelah 90 tahun lebih buku ini masih disebar luaskan menunjukkan kebutuhan khalayak terhadap poin penting yang ingin didap-“

Belum sempat Xiaoting menyelesaikan perkataanya, Yujin memotongnya dengan segera.

“Enough, jawaban anda sangat bertele-tele dan tidak dapat dimengerti. Saya merasa kebingungan mengapa orang-orang disini memberimu apresiasi yang meriah. Penjelasan anda tidak berbobot juga pendapat anda mengenai buku ini tidak berdasar dari data-data yang ada. Anda hanya berbicara apapun yang ada dalam fikiran anda tanpa menyaringnya terlebih dahulu bukan, am I right?” Ucap Yujin tanpa memberi jeda kepada Xiaoting untuk memproses bagaimana orang di hadapannya ini bisa berbanding terbalik dengan Yujin yang telah ia kenal selama 2 bulan. Mukanya memanas dan seluruh sel dalam tubuhnya mendidih karena dipermalukan di depan umum oleh seorang Choi Yujin, sosok wanita yang ia hormati dan kagumi.

“Am. I. right?” Tanya Yujin dengan menekankan setiap kata-katanya sebagai balasan atas keheningan Xiaoting yang masih sibuk menahan amarah. Orang-orang di hadapannya mulai berbisik-bisik membuat Xiaoting semakin tegang dan gugup.

“Jika anda merasa bahwa diri anda sehebat itu, silahkan anda berbicara disini dan tunjukkan kepada kami seperti apa penjelasan yang berbobot itu.” Jawab Xiaoting akhirnya memilih untuk menantangnya karena sejujurnya dia tidak mengetahui bagaimana caranya untuk merespon. Yujin yang mendengar itu hanya tertawa kecil seperti mencemooh jawaban Xiaoting yang tidak berdasar. Hal ini membuat Xiaoting semakin marah, bahkan kepalan tangannya pun sudah sangat kuat tanpa ia sadari.

“Xiaoting saya hanya menanyakan pertanyaan yang mudah kepada anda, saya tidak mengajak untuk-“ Belum sempat Yujin menyelesaikan perkataannya, kini giliran Xiaoting yang memotong ucapannya.

“Oh ya? Jika anda sebegitu takut untuk menunjukkannya, saya rasa anda pun tidak sehebat itu. Anda pun hanya pintar dalam mengkritik hasil orang lain tanpa ada contoh yang nyata.”

Yujin kemudian menghela nafasnya. Sejenak di dalam ruangan itu sangat hening, semua orang terlalu terkejut dengan perkataan Xiaoting yang mengimplikasikan kalimat ejekan kepada seorang Choi Yujin. Tidak ada yang berbicara satupun, semua pandangan mata berfokus atas reaksi apa yang akan Yujin berikan. Yujin pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Xiaoting yang saat ini masih terlukis jelas di raut wajahnya bahwa ia sangat kesal. Yujin pun memegang tangan Xiaoting untuk melemaskan kepalannya yang sangat kuat. Seisi ruangan sangat kebingungan atas apa yang terjadi saat ini.


“Baik, mari kita beri apresiasi sekali lagi kepada saudari Shen Xiaoting yang telah mempresentasikannya dengan sangat baik. Silahkan Xiaoting untuk kembali menuju tempat duduk anda.”

Xiaoting semakin menujukkan raut kebingungannya namun ia tetap mematuhi perkataan Yujin dan berjalan menuju Yurina yang saat ini mencemaskannya.

“Ting, are you okay?”

“No I’m not, she just mocking me in front a lot of people, what the hell is wrong with her? Oh God I’m so mad right now.”

Yurina hanya mampu bersimpati dan memegang tangan Xiaoting yang saat ini tengah menatap intense tepat ke arah Yujin.

“Tadi merupakan contoh nyata yang anda semua bisa pelajari hari ini. Apakah presentasi dan penjelasan Xiaoting tidak dapat dimengerti? Tentu tidak, dia melakukannya dengan sangat baik. Lalu apakah poin-poin yang disampaikannya tidak terlalu jelas? Definitely not. Lalu apakah mungkin pendapatnya yang salah? Tentu bukan, karena setiap opini dan pemikiran orang berbeda-beda, kita tidak bisa memaksakan apa yang akan orang lain ucapkan. Lalu apa yang salah? Yang salah adalah ketika kita membaca sebuah buku dan kita tidak mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebutkanlah itu buku self-growth, novel, majalah, buku fiksi, sejarah, dan buku apapun itu, pasti ada satu pelajaran yang bisa kita ambil untuk merubah keadaan kita menjadi lebih baik. Saya hanya mengetes sejauh mana saudari Shen Xiaoting memahami dengan betul apa esensi dari buku tersebut. ‘Jangan mengkritik seseorang, anda dapat mengukur kapasitas seseorang hanya dilihat dari apa saja hal-hal yang membuat seseorang itu marah, cara terbaik untuk memenangkan sebuah argument yaitu dengan menghindarinya, berikan respect kepada opini orang lain dan jangan pernah menghakimi bahwa seseorang itu salah’, lalu apakah kita melihat contoh nyata dari poin-poin tersebut?”

Seluruh anggota yang mendengarkan penjelasan Yujin menganggukkan kepala nya secara otomatis menyetujui apa yang Yujin sampaikan.

“Anyway, mari kita beri tepuk tangan sekali lagi kepada Xiaoting yang telah memberanikan dirinya untuk maju kedepan. Untuk yang ingin menjadi pembicara kedua, bisa acungkan tangan.” Ucap Yujin melanjutkan acara kembali.

Xiaoting merasa sangat marah dan kesal saat ini, karena bagaimanapun fikirannya mengatakan bahwa ucapan Yujin sepenuhnya benar akan tetapi perasaannya berkata lain. Dia pun hanya terdiam memasang wajah datar hingga acara berakhir, tidak memedulikan pandangan Yujin yang kadang ditujukkan ke arahnya.

***

Yujin sedang membersihkan tangannya di wastafel toilet ketika pintu terbuka. Dia tersenyum melihat siapa yang masuk, bukan lain adalah Xiaoting dengan raut wajahnya yang sangat kusut. Setelah orang di hadapannya menyadari keberadaan dirinya, dengan cepat ia memegang tangan Yujin dan mendorong tubuhnya ke arah wastafel sehingga kini Yujin dihimpit antara tubuh Xiaoting dan tumpuan wastafel.

“What the hell was that?” Tanya Xiaoting mengeluarkan amarahnya tanpa basa-basi.

“What?”

“You just humiliating me in my fisrt presentation, in front a lot of people.”

“Did I hurt your pride?” Jawab Yujin tanpa sekalipun merasa gentar meskipun lawan bicaranya memiliki tubuh yang lebih tinggi darinya.

Xiaoting tidak menjawab pertanyaan Yujin.

“I’m truly sorry if I hurt your pride, but your reaction there wasn’t a good one too.” Ucap Yujin menyerang langsung ke arah dimana Xiaoting berusaha untuk menghindarinya. Kini Yujin bisa melihat mata Xiaoting mulai berkaca-kaca. Namun telapak tangannya tidak menunjukkan reaksi yang sama, justru yang ada semakin kuat menggenggam pergelangan tangan Yujin.

“Aku meminta maaf jika aku menyakiti perasaanmu, but I have my own reason Ting. The lesson should be teached and it would even better with an example being present.”

“By using me?”

“I’m sorry Xiaoting.”

Yujin mengalihkan pandangannya ke arah lantai menunjukkan bahwa dia pun sangat menyesal. Setelah Xiaoting kembali tenang, ia pun melepaskan tangan Yujin dan memberinya ruang. Akan tetapi ekspresinya tidak membaik. Yujin pun memegang tangan Xiaoting dan mengelusnya dengan ibu jarinya secara perlahan. Ia menatap mata Xiaoting dalam-dalam.

“Tetapi presentasi kamu, penampilan kamu, penjelasan kamu, itu semua sangat mengesankan. Kamu yang terbaik di antara semuanya. Aku harap kamu tahu itu.” Ucap Yujin sambil tersenyum berharap Xiaoting bisa merasakan ketulusannya.

“I know. But I hope you never do that again.” Balas Xiaoting sambil menghela nafas dengan lelah.

“I promise. Forgive me for hurting you, Xiaoting.” Ucap Yujin sambil mengusap air mata Xiaoting yang sudah mengalir di pipinya.

Yujin yang menyadari betapa intimnya keadaan mereka saat itu buru-buru menarik tangannya dengan cepat. Dan kemudian perasaan aneh itu muncul kembali. Jantungnya berdetak lebih kencang dan ia merasa gugup ketika menyadari betapa dekatnya tubuh mereka saat ini. Ia menatap wajah Xiaoting kembali dan Yujin bisa melihat di hadapannya berdiri wajah kemerahan Xiaoting dengan sisa-sisa air mata yang mengalir. Perasaan yang tak terbendung pun muncul dalam hatinya, perasaan untuk melindunginya dalam keadaaan apapun, perasaan untuk menghapus kesedihannya saat itu juga, perasaan untuk membahagiakannya dengan segenap jiwanya dan perasaan bersalah karena telah membuat orang di hadapannya kini menangis karena dirinya sendiri.

Ini baru pertama kalinya bagi Yujin merasakan getaran aneh seperti ini. Yujin menyadari sejak kecil bahwa dirinya juga tertarik dengan perempuan, tapi itu hanya sebatas perasaan kagum yang Yujin rasakan. Dan apa yang ia rasakan saat ini lebih jauh dan lebih dalam daripada itu. Apakah mungkin ia menyukai Xiaoting? Atau bahkan lebih parah lagi jatuh cinta kepada juniornya yang baru saja ia kenal selama dua bulan?

***

“Seungyeon-ah, sebaiknya kamu pulang saja lebih dulu. Ada beberapa hal yang harus aku kerjakan dan aku sedang menginginkan waktu sendiri saat ini.” Ucap Yujin terhadap sekretarisnya itu.

Seungyeon dan Yujin memang tinggal bersama dalam mansion yang Yujin tinggali saat ini. Seungyeon merupakan sahabat Yujin sejak kecil yang Yujin temui ketika ia sedang mengikuti appanya dalam sebuah kunjungan ke panti asuhan. Sejak saat itu keduanya bersahabat sangat dekat, hingga suatu ketika Yujin tidak ingin meninggalkan Seungyeon dan memohon-mohon kepada appanya untuk membawanya pulang. Appanya pun tidak memiliki pilihan selain menerima permintaan Yujin kecil yang terus menangis di hadapan pengurus panti asuhan. Mereka pun tumbuh bersama dengan sangat dekat hingga saat ini.

Namun Seungyeon yang merasa sungkan jika terus menerima bantuan dari keluarga Yujin, akhirnya ia pun meminta untuk diberi pekerjaan. Yujin yang tidak tega jika harus melihat sahabatnya harus bekerja sebagai pembantu/asisten rumah tangga, akhirnya meminta kembali kepada appanya untuk menjadikan Seungyeon sebagai sekretaris pribadinya. Tentu Seungyeon sangat bahagia menerima tawaran itu, meskipun dia harus menjalani pelatihan yang berat terlebih dahulu dari sekretaris yang bekerja pada perusahaan Yujin.

“Baik Yujin-ssi.” Ucap Seungyeon setelah mendengar perintah dari Yujin dan setelah itu ia pun membungkuk hormat kepada Yujin sebelum akhirnya meninggalkan ruangannya.

Seungyeon beradaptasi dengan baik selama menjadi sekretaris Yujin. Dia bisa memisahkan hubungan mereka jika sedang bekerja dan hubungan di luar pekerjaan. DIa sangat menghormati Yujin sebagai penerus perusahaan dan juga sebagai sahabatnya. Alih-alih merasa iri, dia sangat bersyukur bisa bertemu dengan Yujin kecil yang baik hati memberinya sebuah kehangatan keluarga. Bahkan lebih dari sekedar keluarga bagi Seungyeon, ia bersyukur bisa mengenal Yujin dan jatuh cinta kepada orang terbaik yang pernah ia temukan di dunia ini.

***

Yujin menatap jam tangannya dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ini belum terlalu larut namun tubuh dan fikirannya sudah sangat kelelahan karena padatnya jadwal yang harus ia jalani hari itu. Ia pun akhirnya memutuskan untuk membereskan laporan-laporan yang belum sempat ia baca untuk dikerjakannya di rumah.

Baru 10 menit dia menyetir, dia mendapati sebuah kerumunan di hadapannya. Yujin yang penasaran memutuskan untuk memberhentikan mobilnya di bahu jalan untuk melihat apa yang terjadi. Di hadapannya ia melihat 2 mobil yang hancur pada bagian depan akibat kecelakaan yang cukup parah. Selain itu dia melihat seorang supir yang terluka dengan hebat dan tidak sadarkan diri. Juga dia mendengar suara teriakan yang cukup familiar di telinganya.

‘Suara ini… Xiaoting?’ batin Yujin.

Dengan panik ia mencari asal sumber suara dan alangkah terkejutnya Yujin ketika ia menemukan Xiaoting sedang terduduk dengan air matanya yang berlinang di lantai halte bus yang tidak jauh dari tempatnya berada. Yujin pun dengan segera berlari ke arahnya.

“Xiaoting.. Xiaoting.. hey hey look at me, Xiaoting..” Ucap Yujin sambil mengguncang-guncang tubuh Xiaoting yang saat ini bergetar sangat hebat dengan fikirannya yang sedang melayang entah kemana. Yujin semakin panik kala ia tidak mendapat respon dari Xiaoting. Ia pun mengikuti arah pandangan Xiaoting yang hanya terpaku melihat supir mobil kecelakaan yang saat ini sudah bersimbah darah. Melihat ini Yujin pun memindahkan tubuhnya ke hadapan Xiaoting untuk menghalanginya menatap hal tersebut. Seolah-olah Xiaoting baru saja terbangun dari tidurnya, ia pun dengan segera mengenali unnienya dan menangis dengan keras.

“Xiaoting hey it’s me, it’s okay, I got you, I’m here Ting” Ucap Yujin sambil memeluk tubuh Xiaoting yang masih bergetar dengan hebat. Ia pun mengusap-usap punggung Xiaoting dan membiarkan Xiaoting menangis di pelukannya.  

“It’s okay, you got me now, you got me now.” Yujin tidak kuasa melihat orang yang ia sayangi dalam keadaan seperti ini. Tanpa sadar air matanya pun jatuh mendengar tangisan Xiaoting yang tidak kunjung mereda. Seperti mantra yang ia harap mampu memberikan sedikit kenyamanan bagi Xiaoting, selama 20 menit mereka dalam keadaan seperti ini, Yujin tidak pernah berhenti membisikkan kalimat ‘it’s okay, you have me now’ tepat di telinga Xiaoting. Ketika tangisannya sudah mereda, Yujin pun menuntun Xiaoting menuju mobilnya.

“Here.” Ucap Yujin sambil memberikan earphonenya kepada Xiaoting setelah mereka berada dalam mobil Yujin.

Yujin yang melihat Xiaoting belum fokus sepenuhnya saat ini untuk merespon, memutuskan untuk memasangkan langsung ke telinga Xiaoting.

“Cobalah untuk tidur, aku akan bangunkan ketika sudah sampai, okay?”

Xiaoting yang mendengar perkataan Yujin hanya mampu menganggukkan kepalanya pelan dan memejamkan matanya. Yujin pun memutar salah satu lagu favoritnya berjudul ‘You’ll be In My Heart’ oleh Phil Collins dalam versi akustik, berharap setidaknya hal ini dapat mengalihkan perhatian Xiaoting dan membuat perasaannya lebih baik. Setelahnya dengan tidak terburu-buru Yujin melajukan mobilnya menuju tempat Xiaoting dengan hampir sepanjang perjalanan tangannya menggenggam tangan Xiaoting.

Come stop your crying
It will be alright
Just take my hand
Hold it tight

I will protect you
From all around you
I will be here
Don't you cry

For one so small,
You seem so strong
My arms will hold you,
Keep you safe and warm

This bond between us
Can't be broken
I will be here
Don't you cry

'Cause you'll be in my heart
Yes, you'll be in my heart
From this day on
Now and forever more

Why can't they understand the way we feel?
They just don't trust what they can't explain
I know we're different but deep inside us
We're not that different at all

And you'll be in my heart
Yes, you'll be in my heart
From this day on
Now and forever more

When destiny calls you
You must be strong (you gotta be strong)
I may not be with you
But you've got to hold on
 

'Cause you'll be in my heart
Believe me, you'll be in my heart
I'll be there from this day on,
Now and forever more

Oh, you'll be in my heart (you'll be here in my heart)
No matter what they say (I'll be with you)
You'll be here in my heart (I'll be there) always

***

“Diminum Ting.” Ucap Yujin sambil memberi secangkir hot chocolate kepada Xiaoting yang sedang terduduk sambil melamun di atas kasurnya.

Tempat tinggal Xiaoting tidak begitu luas, bahkan masih lebih luas dibandingkan kamar Yujin di mansion. Tempat tidur, ruang tamu dan juga dapur berada dalam ruangan yang sama tanpa ada dinding penyekat meskipun masih berada dalam jarak yang cukup jauh. Sehingga Yujin bisa memperhatikan Xiaoting pun sebaliknya Xiaoting bisa memperhatikan Yujin.

“Makasih, unnie” Jawab Xiaoting sembari menerima hot chocolatenya.

Yujin menganggukkan kepalanya namun setelah itu tidak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka. Setelah jeda yang cukup panjang akhirnya Yujin bisa mendengar perkataan lirih dari mulut Xiaoting.

“And thank you.. for not asking me anything.” Ucapnya sambil memandang unnie di hadapannya.

“You don’t owe me any explanation Ting. But if you want and only if you ready, you know I will always be here.” Jawab Yujin sambil mengeluarkan senyumnya.

Setelah Xiaoting membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya menjadi setelan tidur, ia pun kembali menuju tempat tidurnya.

“Here, let me help you big girl” Ucap Yujin sambil menyelimutinya setelah Xiaoting berbaring. Namun belum sempat Yujin melangkah mundur, Xiaoting menggenggam tangan Yujin.

“Unnie can you stay with me for tonight? I don’t want to be alone.”

Yujin sejenak menimbang-nimbang pertanyaan Xiaoting, karena ia sangat ingin untuk bisa menemaninya apalagi dalam situasi sepert ini, namun masih banyak laporan-laporan yang harus ia tuntaskan dengan segera hari itu juga. Akan tetapi perasaan Yujin terhadap Xiaoting lebih besar dibandingkan rasa khawatirnya terhadap pekerjannya yang masih tercecer.

“Of course I will stay with you, now go to sleep.” Jawab Yujin memastikan Xiaoting bahwa ia tidak akan pergi kemana-mana.

“Thank you unnie, for being here. Sini tidur bareng aku juga” Lanjut Xiaoting sambil menepuk-nepuk space tempat tidur di sebelahnya. Yujin pun dengan patuh menuruti dan kini ia berhadapan dengan Xiaoting di bawah satu selimut.

Yujin terkadang akan merapikan rambut Xiaoting yang menutupi matanya dan menepuk-nepuk pelan tangan Xiaoting sebagai pengganti ‘nina bobo’ untuk membuatnya lebih cepat terlelap. Setelah satu jam lamanya ia menemani Xiaoting terlelap, ia pun beranjak dari tempatnya dan kembali membuka laptop juga berkas-berkas yang ia bawa, kemudian ia mengerjakannya di lantai bersebelahan dengan tempat tidur Xiaoting. Sambil sesekali melirik Xiaoting untuk memastikan jika ia baik-baik saja, Yujin akhirnya mampu merampungkan pekerjaannya setelah 4 jam berlalu.

Setelah itu Yujin pun beranjak untuk berbaring kembali di sebelah Xiaoting.

“It’s okay, I will protect you now, you are safe with me Xiaoting.” Lirih Yujin sembari mengusap pipi Xiaoting sebelum akhirnya kantuk memaksa dirinya untuk terlelap.

.

Apa yang tidak Yujin ketahui adalah fakta bahwa selama 4 jam itu pula lah Xiaoting yang saat ini tangannya di genggam dengan erat oleh Yujin, mengetahui apa-apa saja yang baru terjadi, karena fikirannya tidak pernah sekalipun tertidur.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Elsha95 #1
Chapter 3: The story is good, I hope u can update soooonnn
PLAPLE #2
Chapter 3: WOOOWW
This story is getting better and better by every chapter
waiting for the updatee 😁😁
PLAPLE #3
Chapter 1: <span class='smalltext text--lighter'>Comment on <a href='/story/view/1509253/1'>If You Don't Know Me By N...</a></span>
THE STORY IS SO GOOD!!!

I am really in need of more XiaoJin stories!!!

please continue thisss

I loved it