Kesempatan?

Kesempatan?
Please Subscribe to read the full chapter

Sunggyu, hari ini kerja? Aku jemput, ya?

--6.30

Seen

 

Sunggyu, semangat ya kerjanya. Tadi aku samperin ke rumah, kata bunda udah berangkat. Maaf aku terlalu lama.

--07.45

Seen

 

Woohyun menghela napas. Dadanya berdenyut nyeri, melihat mantan kekasih yang tidak lagi responsif padahal masih saling sayang.

“Woohyun, stop main ponsel! Istirahat selesai!” Woohyun meletakkan ponselnya, kemudian lanjut latihan rutin menjelang konser tunggal yang akan diadakan enam bulan lagi.

Nam Woohyun, bagian dari grup idola INFINITE. Grup veteran yang berusia lima belas tahun. Mereka sekarang berada pada pertengahan tiga puluh. Beberapa membernya bahkan telah menikah, seperti Dongwoo dengan tetangganya di Guri, Howon dengan cinta pertamanya saat di Busan dulu, bahkan Sungyeol dengan lawan mainnya didrama sebagai pengantin baru. Myungsoo sibuk meniti karir, trauma memulai hubungan karena permasalahan dulu, walau sebenarnya dia terlihat menaruh hati pada Hyesun, rekan main dramanya. Sungjong, si bungsu bahkan sedang melakukan pendekatan pada kenalannya dari bidang fashion.

Tampaknya hanya Woohyun yang tidak mengalami pergerakan apa-apa. Lontaran kalimat bahwa dia hanya butuh INSPIRIT, akan menikah dengan INSPIRIT saja, sebenarnya tidak sepenuh hati diutarakan. Ya, siapa manusia normal diusia dewasa yang tidak ingin menghabiskan waktu bersama orang yang dicintai. Woohyun bahkan iri pada Dongwoo yang sudah beranak satu. Dia ingin.

Sayang, dia tidak bisa. Woohyun tidak akan bisa.

 

Sambil menarikan koreografi The Eye, Woohyun dibayangi wajah Sunggyu. Kekasihnya. Kekasih rahasia, tepatnya.

Ini Korea. Apa yang kamu harapkan dari negara berkultur tinggi dengan maskulinitas kuat seperti ini?

Homoseksualitas tidak diterima. Ada, sih, artis yang terang-terangan mengaku sebagai penyuka sama, sebut saja Holand yang beberapa tahun lalu sempat terkenal. Namun karirnya padam secepat sinarnya menyala.

Sekali lagi, apa yang diharapkan dari negara berkultur tinggi dengan maskulinitas kuat?

 

Mereka salah.

Mereka menentang Tuhan.

Mereka melanggar kodrat.

 

Masih membekas diingatannya. Caci maki, sorakan tidak setuju, penolakan, bahkan harapan mati yang dilempar netizen saat rumornya berkunjung ke klub gay muncul. Rumor yang sebenarnya memang hanya rumor, namun mampu menghancurkan kisah asmara yang susah payah ia jaga.

Sunggyu akhirnya meminta putus, setelah hubungan sebelas tahun mereka dirasa tidak lagi bisa dijaga. Sunggyu adalah produser musik yang membantu Woohyun saat debut solonya dulu. Awalnya, mereka hanya tertarik. Menolak perasaan yang muncul. Sunggyu dengan pekerjaan, Woohyun dengan kegiatan sebagai pacar penggemar. Masa denial setahun akhirnya membawa mereka untuk mencicipi cinta terlarang.

 

Tidak akan berhasil.

Kalian hanya akan sakit hati.

Keluarga seperti apa yang akan kalian bangun?

 

Mereka sudah melalui cukup banyak penolakan. Dari keluarga Woohyun, keluarga Sunggyu, para member, teman dekat Sunggyu, bahkan agensi tempat Woohyun bernaung. Empat tahun pertama berhasil mereka lalui walau penuh tantangan. Hasilnya? Mereka mendapat respon setuju, walau tidak sepenuh hati.

Lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh...

Semua berjalan baik. Bahkan, bayangan pernikahan sudah muncul saat mendengar Woohyun-Sunggyu. Mereka terlihat baik saja. Tidak ada konflik berarti. Saling memahami. Saling dukung dalam ragam kondisi.

Kenapa pada tahun kesebelas mereka harus berpisah?

“Oke, istirahat sebentar!” Dongmin, koreografer Woollim mematikan musik. Ia merivew kembali penampilan mereka tadi. Woohyun terbaring di lantai. Nafasnya satu-satu. Sesak mengingat hubungan yang begitu ia jaga hilang dari genggaman.

“Hiks!”

Sebuah isakan pelan lolos dari bibirnya. Woohyun menutup wajah. Menghapus air mata yang sudah bercampur dengan keringat.

 

Mengapa sulit sekali lupa?

 

“Woohyun, nih, minum.” Diterimanya uluran botol dingin dari Sungyeol. Masih sambil tidur, Woohyun meletakkan botol itu pada matanya. Berharap sensasi dingin mampu membekukan air mata yang hendak mengalir.

 

Ini sudah dua tahun.

Mengapa sulit sekali untuk rela?

 

“Oke, gerakannya sudah cukup. Jangan lupa habis ini kalian latihan vokal. Kutinggal, ya.” Dongmin keluar dari ruang latihan.

Tidak ada yang bicara. Semuanya hanya diam, menunggu kesempatan Woohyun tenang.

Ini sudah dua tahun. Mereka sudah hapal rutinitas Woohyun jika lepas kendali di ruang latihan.

“Hyung, untuk penampilan spesialku nanti bagusnya apa, ya? Aku masih belum memberi rancangan pada produser.”

Myungsoo menyambar dari balik naskah drama. “Apapun asal bukan tarian grup wanita. Kamu sudah 32 tahun, sudah tidak cocok menari seperti itu.”

Sungjong melempar Myungsoo dengan handuk penuh keringatnya. “Akupun tidak mau membuat malu. Hyejin akan datang ke konser nanti. Aku harus berkarisma.”

Mereka sudah tidak muda lagi. Tarian penuh aksi, menggemaskan, atau cover girlgroup sudah bukan lagi ranah mereka. Biarlah grup baru yang melakukan. Ini saatnya mereka fokus pada potensi pribadi.

“Pikirkan penampilan yang mampu menarik perhatian Hyejin. Kalau perlu, nyatakan cintamu disana.” Saran Sungyeol asal. Mereka tertawa, membicarakan reaksi INSPIRIT yang mungkin berteriak heboh dan iri.

“Woohyun, bagaimana dengan penampilanmu? Apa sudah ada rancangan?” Dongwoo mengguncang bahu Woohyun. Pemiliknya membuka mata, lantas tersenyum tipis yang entah kenapa menyayat hati.

“Aku punya beberapa rancangan, tapi belum memutuskan.”

**^^**^^**

“Ibu, aku lapar.” Seru Woohyun begitu masuk ke restoran ibunya. Beberapa pengunjung terkesiap melihatnya. Woohyun melempar senyum tipis, kemudian memeluk ibunya yang duduk tenang dikasir.

“Astaga, anak ibu kenapa semakin tirus? Apa kamu tidak makan dengan baik, hm?”

Woohyun menggeleng pelan. Biasanya, Sunggyu yang mengurus makannya. Kekasihnya itu suka makan, walau kadang lupa jika sudah bekerja. Setidaknya, dia jauh lebih disiplin dari Woohyun mengenai kesehatan.

“Eunji, tolong siapkan makanan untuk Woohyun, ya?” pinta ibu. Woohyun menatap gadis cantik itu. Seulas senyum ia tampilkan saat ia memberikan Woohyun air minum.

“Astaga, Woohyun, kantung matamu tebal sekali!” komentarnya. Eunji dulu bekerja paruh waktu di Meok&Sam. Sekarang bisa dibilang ia manajernya. Menggantikan ibu mengurus restoran ini agar ibu bisa istirahat. Boohyun dan istrinya mengurusi restoran ayah mereka.

“Padahal aku berniat membalasmu, Eunji,” sambut Woohyun. “Apa yang terjadi padamu? Kok rasanya jadi lebih cantik? Dua bulan tidak bertemu sudah merubahmu, ternyata.”

“Dia punya kekasih.” Ibu menyahuti. Beliau menata makanan pelengkap dimeja Woohyun. “Sudah beberapa pekan ini selalu datang dengan riasan diwajah.” Goda ibu.

Eunji tersenyum lebar. “Belum kekasih. Masih pendekatan. Dia baru saja berpisah dengan kekasihnya, jadi tidak mungkin aku langsung menempati hatinya, bukan?”

Woohyun melirik jenaka. “Oho, calon kekasih? Apakah dia sudah move on?”

Eunji menggembungkan pipi. “Sedang proses, kurasa. Kamu tahu, dia bertingkah sangat dingin pada orang lain, tapi sangat lembut padaku. Sesekali dia akan manja. Itu berarti tanda baik, ‘kan?”

Woohyun tertawa. “Mengapa bertanya padaku? Pengalaman cintaku nyaris nol, loh.”

Candaan yang ia lontarkan berhasil menangkap perhatian ibu. Memang, wanita yang amat ia hormati itu sangat tahu kondisi hatinya. Woohyun sama sekali tidak pernah melupakan Sunggyu. Tidak pernah rela. Cukup mengagetkan candaan ini keluar dari mulutnya.

Kapan waktunya lupa?

**^^**^^**

“Selamat pagi, bunda.” Sapa Woohyun pada wanita cantik yang membukakan pintu untuknya.

“Pagi, Woohyun. Ayo masuk. Sunggyu sedang didalam.”

Woohyun melepas sepatunya, kemudian masuk kedalam rumah minimalis kediaman Sunggyu dan keluarga. Ini rumah yang mereka cari bersama saat keluarga Sunggyu memutuskan pindah ke Seoul.

“Pagi, ayah.” Sapa Woohyun pada ayah yang menikmati kopi pagi.

“Woohyun, kenapa kamu kurus sekali?” ayah mengernyit tidak suka. Woohyun tertawa canggung dan menggaruk tengkuk.

“Persiapan konser, ayah. Nanti ayah dan bunda datang, ‘kan?”

Ayah mengangguk. “Tetap saja, jaga makanmu. Ini kurusnya sudah terlihat jelas, loh. Nanti kamu sakit.”

“Paman Woohyun!”

Woohyun nyaris tersungkur saat Yoonho menabrak dari belakang. Woohyun menunduk sedikit untuk memeluk keponakan favoritnya.

“Pergilah ke atas, Woohyun. Mumpung dia belum berangkat.”

Woohyun mengangguk, kemudian pamit menuju kamar Sunggyu. Diketuknya pintu kayu itu tiga kali. Tidak ada jawaban.

Tanpa menunggu, Woohyun langsung masuk kedalam. Melihat Sunggyu sedang menata penampilan dicermin, ia menghampiri dan menatapnya.

“Apa sudah selesai? Kamu mau berangkar sekarang?”

Sunggyu melirik Woohyun sekilas. Wajahnya datar tanpa ekspresi, menutupi perasaan sebenarnya.

“Sudah kubilang untuk berhenti menemuiku. Kita sudah berakhir, Woohyun.” Ujarnya dingin. Woohyun menghela napas.

“Aku tidak menerima, jadi bagiku tidak ada yang berakhir diantara kita.”

Sunggyu menyentak lengannya yang digenggam Woohyun. Netranya menggelap oleh emosi. “Berhenti seperti itu. Kita benar-benar berakhir. Aku sudah menjelaskannya dua tahun yang lalu.”

Emosi Woohyun mulai tersulut juga. “Kenapa, Sunggyu? Apa yang salah dari kita hingga kamu ingin mengakhirinya?”

“Semuanya! Aku sudah memberitahumu dulu. Aku lelah berpura-pura, lelah bersikap seolah kita tidak ada hubungan apa-apa. Kamu figur publik, bukan orang biasa yang bisa kencan dengan santai. Aku lelah tersenyum palsu saat kamu dipasangkan dengan banyak perempuan. Aku lelah bersembunyi dari kejaran media. Aku lelah, Woohyun, tidak bisakah kamu mengerti itu?”

Woohyun mengeratkan rahang. “Kita sudah melewati fase itu, Sunggyu. Kita sudah terlalu lama lepas dari belenggu lelah sembunyi. Kita sudah bersiap untuk menempuh hidup baru saat kontrakku berakhir, mengadakan pernikahan dan tinggal layaknya keluarga di tempat yang menerima kita. Bukankah persiapan kita sudah cukup matang? Mengapa kamu menyerah saat kita h

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
yulianichang #1
Chapter 1: endingnya huhu
inspiritly_beauty
#2
Chapter 1: Pengen pake soundtracknya Rossa. Ku menangiiiiss... 😭😭😭
Kenapa endingnya mesti begitu? Gantung dan sedih...
Woohyun82 #3
Chapter 1: No words. It's hurt