Prolog
Club Friday The Series 6 Fanfic verDi ruangan sebuah apartemen kecil, lebih tepatnya di cermin meja rias yang terdapat banyak foto polaroid. Salah satunya foto polaroid seseorang bermain gitar dan memegang mike yang bisa kita duga sebagai pemilik apartemen tersebut. Polaroid lainnya tampak dia bersama lelaki beradu wajah tampannya dan yang paling mencengangkan dibawahnya terdapat foto pemilik apartemen tersebut memakai dress putih tanpa lengan yang tadinya kita asumsikan seorang lelaki ternyata adalah gadis tomboy. Dia berpose dengan lelaki yang sama bak sepasang kekasih dengan senyuman yang manis dan terlihat feminim. Gadis tomboy tersebut adalah amber.
Amber menatap benci dirinya yang sedang berpenampilan layaknya perempuan. Dia menangis. Diambilnya tisu, dihapusnya make up yang tidak biasa dia pakai dengan kasar. Warna merah di wajahnya entah karena kerasnya dia menghapus make up atau karena tangisan dan kemarahan yang dia tahan. Diambilnya gunting, dia potong secara acak rambut sambung yang menghabiskan uang sakunya. Amber tidak peduli lagi. Amber menangis terisak sambil memotong rambutnya hingga kembali seperti biasa. Dicabutnya anting-anting ditelinganya dan dibuang sembarang arah. Diraut acak rambutnya yang pendek, diusap kasar wajahnya dan terus menangis, membuat kita berasumsi Amber membenci dirinya.
**
Hari selanjutnya amber duduk di tepi ranjangnya dengan kaus putih kebesaran. Dilihat raut wajahnya, amber terlihat normal sambil menelepon salah satu stasiun radio terkenal. Radio tersebut terkenal dengan cerita cinta dari para pendengarnya. Dan hal tersebut lah yang Amber lakukan.
“Bagaimana cerita cinta anda?” tanya ramah wanita di sebrang telepon tersebut yang adalah salah satu penyiar radio tersebut.
“Mmm.. pernahkah anda mendengar tentang tomboy yang merubah pikirannya? Sejujurnya saya tidak suka sebutan tersebut tapi tomboy tersebut adalah saya. Ketika saya kecil, saya tumbuh besar bersama tetangga saya yang semuanya laki-laki. Saya melakukan semua yang biasa mereka lakukan. Seperti bermain sepak bola tapi bagaimanapun saya tidak merasa bahwa saya laki-laki. Dan pada saat sekolah menengah, saya bersekolah di sekolah perempuan. Mereka semua mengagumi saya, mereka memberi saya hadiah dan bunga layaknya fans terhadap idol mungkin. Dan saya pikir itu menyenangkan ketika banyak perempuan menyukai saya. Dan akhirnya saya yakin bahwa saya seorang tomboy.”
“Pada saat berkemah, masing-masing tenda diisi oleh dua murid. Sebut saja angel, dia teman satu tenda saya. Dan dia merebut ciuman pertama saya.”
“Boleh kah saya bertanya apa yang ada rasakan saat itu?”
“Well, saya tidak bisa mengatakan apa yang saya rasakan. Saya tidak bisa mengatakan that it felt good. Tapi saya tidak bisa bilang that i didn’t like it. Tapi intinya saya menyukai bahwa orang-orang adoring me.”
***
Comments