[#3] All Paths Lead To You

Description

Prompt : Dewi Dewi - Begitu Salah Begitu Benar

Genre : Romance, Boys Love

Rated : T

Summary    : Baekhyun memiliki sesuatu yang ada di dalam dirinya, dan Chanyeol berpikir bahwa dia pasti sudah mulai gila.

#ChanBaekRoom1stAnniv #CBR_GAMEFF

Foreword

Hari ini Baekhyun terbangun dengan lima panggilan tidak terjawab dan dua pesan masuk. Itu semua datang dari sebuah nomor baru dan begitu juga dengan pesannya. Baekhyun membaca pesan-pesan itu dan langsung melompat di atas kasur. Berteriak kepada Ibunya yang sedang memasak di dapur bahwa anak semata wayangnya itu telah diterima bekerja di sebuah perusahaan.

Baekhyun turun dengan tergesa, memeluk ibunya yang sedang membalik pancake dan bergoyang-goyang seperti beruang.

“Aah eomma! Anakmu yang manis ini sekarang bukan pengangguran lagi!”

********

Cosmodata International adalah perusahaan yang kini menjadi naungan Baekhyun. Perusahaan yang bergerak di bidang distribusi notebook itu terhitung lumayan besar di kalangannya, dan itu cukup untuk membuat kepala Baekhyun agaknya membesar.

"Jadi Byun Baekhyun-ssi, mulai hari ini anda sudah resmi menjadi karyawan di sini, selamat datang." Laki-laki dengan name tag 'Junki Lee' itu menyalami Baekhyun.

Dia adalah Human Resourch and Capital atau yang lebih dikenal dengan HRD di tempat kerjanya. Lelaki yang duduk di depannya sangat ramah dan itu cukup untuk membuat rasa gugup Baekhyun berkurang.

"Saya akan bekerja keras! Mohon bimbingan anda."

"Aah jangan terlalu kaku, mari kita saling berteman dan menjadi lebih dekat. Lagipula itu akan membuatmu merasa lebih nyaman dalam bekerja bukan?"

"Ya, tentu saja. Terimakasih-" Junki melihat Baekhyun kesulitan untuk memberinya sebutan.

"Hyung! Panggil saja hyung. Ok?"

"Aah baiklah, Hyung. Mohon bimbingannya!"

Junki berkata bahwa Baekhyun ditempatkan sebagai staff di divisi promosi dan dia memiliki tiga orang senior. Awalnya, Baekhyun diajak untuk berkenalan dengan semua karyawan office dan yang terakhir dia dibawa ke ruangan divisinya. Di depan pintu kaca itu tertulis 'Promotion Room' dan tiba-tiba Baekhyun mendapat serangan panik. Dia berkeringat dingin dengan wajah pucat dan Junki melihatnya, hanya tersenyum kecil.

"Nah! Ini ruangan dimana kau akan melakukan pekerjaanmu. Ayo masuk, para seniormu pasti sudah menunggu."

Di dalam ruangan bernuansa putih yang cukup besar itu terdapat tiga laki-laki yang sudah pasti adalah seniornya. Sedang sibuk dengan sebuah rapat kecil dan Junki berdehem karena tiga orang tersebut memandang Baekhyun layaknya tengah melihat alien.

"Halo semuanya, hari ini seperti rencana, divisi kalian akan kedatangan anggota keluarga baru. Ayo Baekhyun, perkenalkan dirimu."

Si anak baru maju selangkah dengan rikuh dan membungkuk sejajar sembilan puluh derajat.

"Selamat pagi, namaku Byun Baekhyun. Mohon bimbingannya."

Seorang dengan ukuran tubuh serupa Baekhyun berdiri, menyalami karyawan baru itu dengan senyuman serupa malaikat.

"Halo Baekhyun, namaku Suho. Aku kepala divisi disini, selamat datang."

"Senang bertemu denganmu. Aku akan bekerja keras."

Junki sedikit mengganggu pembicaraan dengan berkata bahwa dia harus segera pergi. Suho mempersilahkan lelaki itu dan membawa Baekhyun untuk duduk di meja kerjanya.

"Jadi Baekhyun-ssi, aku akan memperkenalkan mu kepada dua partnermu yang lain. Yang pertama ada Kris."

Baekhyun bersalaman dengan seorang pria dengan tinggi yang tidak wajar. Wajahnya memiliki sedikit goresan orang barat dan Baekhyun akui, dia sangat tampan.

"Halo Baek, mari berteman."

"Ah ya, mohon bimbingannya Kris Hyung."

"Hey! Jangan pakai Hyung, itu mengerikan. Kris saja, ok?"

Suho tertawa dan suasana menjadi sangat santai saat seseorang yang lain tiba-tiba berteriak.

"Hey jangan lupakan aku!"

Suaranya husky, tinggi badannya hampir menyamai Kris dan dia adalah laki-laki pertama yang memiliki lekukan mata paling indah yang pernah Baekhyun lihat.

"Ah ya Baekhyun, dia partnermu yang lain, namanya Park Chanyeol. Dia yang paling berisik!" Suho berbisik main-main untuk kalimat terakhir dan Chanyeol menyikut kepala divisinya itu.

Ia pikir divisinya adalah salah satu yang terbaik karena diisi dengan orang-orang yang terlihat menyenangkan dan di juga wajah mereka tidak memperlihatkan tekanan yang terlalu banyak.

Sebelumnya, Baekhyun sempat mampir ke beberapa divisi yang lain dan mereka terlihat begitu kaku dan dingin. Mungkin tekanan pekerjaan atau gangguan stres, dan Baekhyun begitu bersyukur karena divisinya tidak seperti itu. Setidaknya sampai saat ini, Suho, Kris dan Chanyeol masih terasa menyenangkan dan sangat welcome terhadap kedatangannya.

"Hey Baek, aku pikir tadi kau itu perempuan."

Kris mendapat tendangan di tulang keringnya. Suho mencela dengan bibirnya dan itu semua malah terlihat lucu di mata Baekhyun.

“Apa? Baekhyun saja tidak keberatan. Ya kan, manis?”

“Ya, tidak apa.”

********

Siang datang dengan membawa hawa dingin dan langit yang gelap. Mungkin karena sudah hampir memasuki musim dingin jadi Chanyeol menyuruh Baekhyun untuk memakai mantel dan kaos kaki yang tebal untuk besok.

Mereka berdua berjalan bersebelahan, menuju ke sebuah tempat makan yang berada tidak jauh dari kantornya. Suho dan Kris tidak bisa untuk ikut makan siang bersama karena tiba-tiba mereka harus mendatangi sebuah meeting.

"Makanan di sini enak, kau akan langsung menyukainya dalam sekali telan."

Chanyeol membuktikan ucapan Suho bahwa dia adalah yang paling berisik. Dia jadi pihak yang memesankan makanan, menceritakan tentang pekerjaannya dan dua partnernya yang lain. Dan apapun. Celotehannya tidak berhenti hampir setengah jam sejak mereka duduk di restoran.

"Yang ini favoritku, aku hampir setiap hari memesannya."

"Jjajangmyeon? Serius?" Baekhyun tersenyum dan Chanyeol melihatnya serupa lengkungan yang sangat cantik.

Yang lebih besar menggeleng. Berkata kepada pikirannya sendiri tentang bagaimana dia bisa menyebut senyuman Baekhyun itu cantik padahal seharusnya dia tidak memanggil itu cantik karena, Baekhyun itu laki-laki.

"Y-yeah. Rasanya tidak membosankan, dan ini enak." Ada keanehan tersendiri saat cara bicaranya menjadi agak gagap dan Chanyeol berubah sedikit panik.

"Ok, aku sudah sangat lapar. Mari makan!"

Jjajangmyeon adalah favorit Chanyeol, seperti yang dia katakan tadi. Hari ini lelaki tinggi itu kembali memesannya dan makanan itu menjadi dingin dengan lebih cepat. Chanyeol jarang menyentuhnya dan terkadang mencuri pandang kepada sosok di depannya, yang juga tengah makan.

Visual Baekhyun sempat membuatnya bingung pada saat pertama kali Chanyeol lihat. Dia begitu mungil, begitu kecil dan Chanyeol pikir dia bisa saja menyembunyikannya didalam pelukan. Wajahnya terbentuk dengan rapi dan dia memiliki garis rupa seperti tokoh anime jika dilihat dari samping. Baekhyun memiliki rambut hitam dengan poni turun yang terlihat sangat lembut.

"Chanyeol?"

Yang dipanggil terlonjak kaget, menjatuhkan sumpitnya dan berkedip kebingungan. Oh tidak, Baekhyun memergokinya.

"Jjajangmyeon-mu bisa dingin, kenapa tidak dimakan?"

Rikuh dan bingung, Chanyeol merasa wajahnya terbakar rasa malu. Baekhyun dengan sangat jelas memasang wajah geli dan itu cukup untuk menjelaskan bahwa dia tahu apa yang baru saja Chanyeol lakukan.

"Ayo cepat dimakan, bukankah kita harus segera kembali?"

Baekhyun menyematkan sumpit yang Chanyeol jatuhkan kembali ke tangannya dan memasang senyuman 'sialan' itu lagi. Seperti itulah bagaimana Chanyeol menamai senyuman manis Baekhyun dengan menyematkan kata 'sialan' dibelakangnya.

********

Memasuki bulan kedua masa kerja Baekhyun. Pria mungil itu terlihat sudah sangat beradaptasi dan dia menemukan dirinya mulai dihadapkan pada dateline dan tekanan. Ini akhir tahun dan Suho bilang bahwa divisi merekalah yang paling sibuk.

Ada banyak promosi yang akan mengatas namakan event akhir tahun dan itu menekan divisinya sampai ke dalam.
Kris jadi yang lebih sering mengeluh dan Suho yang paling sering bertahan di kantor sampai malam. Chanyeol konsisten dengan pekerjaannya dan Baekhyun juga ingin bisa seperti itu.

"Kepalaku sakit. Kenapa mereka meminta laporan dengan jangka waktu yang tidak masuk akal, huh?" Tatanan rambut Kris adalah hal yang paling berharga, namun untuk kali ini sepertinya Kris tidak perduli.

"Tadi malam aku pulang pukul sebelas dan aku masih harus bekerja di rumah sampai pukul satu. Aah akhir tahun sialan!"

Sudah memasuki jam makan siang dan Baekhyun menjadi kasihan karena dua rekannya terlihat begitu kewalahan. Dia menjadi malaikat dengan menawarkan diri untuk membelikan makanan dan Suho sangat berterimakasih dengan itu.

"Terimakasih, manis. Tapi aku sudah memiliki janji makan siang dengan seseorang." Kris berkedip di salah satu matanya dan itu cukup untuk membuat Baekhyun merinding.

Di sudut sana, Chanyeol tiba-tiba berdiri. Meregangkan tubuhnya dan menguap dengan sangat lebar. Menatap Kris dengan malas lalu beralih kepada yang paling mungil di ruangan.

"Ayo Baek, aku juga mau makan siang."

Jadilah, mereka berdua makan siang bersama. Seperti dulu saat hari pertama Baekhyun bekerja dan hari-hari lainnya. Ya. Chanyeol menjadi rekannya yang paling sering menghabiskan waktu bersama dan itu membuat mereka menjadi akrab dengan sangat cepat. Baekhyun juga pribadi yang berisik dan mereka berdua berubah sangat rusuh saat sedang bersama.

"Chanyeol, bukankah itu Kris?" Baekhyun menunjuk sosok tinggi di depan pintu masuk restoran.

Lelaki itu, dengan lelaki yang lain berjalan di sebelahnya memasuki restoran dengan senyuman mencapai telinga. Ternyata itu benar Kris, dia terlihat merangkul laki-laki lain dan entah kenapa kedekatan mereka terlihat begitu janggal di mata Baekhyun.

"Itu kekasih Kris, namanya Zitao."

Chanyeol mengira Baekhyun akan bereaksi dengan sangat kaget dan mungkin juga akan merasa jijik. Namun pria mungil itu hanya mengangguk dan melanjutkan makannya, dengan sangat santai.

"Mereka gay?"

"Ya, mereka sudah berpacaran sejak dua tahun."

Aura di keduanya menjadi abu-abu dan Chanyeol merasa sangat bingung untuk mengangkat sebuah topik pembicaraan. Entah kenapa atmosphere berubah menjadi aneh setelah topik singkat tentang Kris mereka angkat. Baekhyun berdehem.

"Chanyeol, apa kau homophobic?"

Makanan di depannya berubah tidak menarik dan Chanyeol merasa perutnya kenyang dengan tiba-tiba.

"Aku?" Baekhyun mengangguk.

"Biasa saja." Jawab Chanyeol seraya mengedikkan bahu.

"Kenapa? Punya alasan?"

Di sudut sana, Chanyeol melihat Kris dan kekasihnya tengah berbincang dengan sangat santai. Keduanya terlihat begitu menikmati momen mereka dan itu cukup untuk membuatnya berpikir tentang seberapa pentingnya quality time.

"Ya. Menurutku cinta itu tidak harus melulu antara wanita dan pria." Kening si mungil berkerut bingung.

Chanyeol tersenyum bergigi dan langsung menyuruh Baekhyun untuk segera menghabiskan makanannya sebelum bibir tipis itu bertanya lebih jauh. Rambut hitam Baekhyun dia sibak, Chanyeol membuatnya berantakan dengan gerakan yang terlihat begitu gemas.

Itu cukup untuk membuat Chanyeol tertawa dan meninggalkan Baekhyun untuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Si mungil tetap memakan makanannya, dengan bibir yang kelu dan tangan yang sedikit gemetaran.

********

Memasuki bulan Desember di hari ke 16. Mobil Baekhyun, peninggalan ayahnya mengalami ban bocor dan salju sedikit demi sedikit mulai turun. Chanyeol menawarkan tumpangan dan Baekhyun menerima dengan senang hati.

Setelah memesan layanan perbaikan mobil, Chanyeol membawa Baekhyun kembali ke rumahnya. Salju terus turun dan kini disertai dengan angin, jadi Chanyeol langsung berkata iya saat Baekhyun menawarkan untuk mampir.

Lagipula jarak pandang menjadi sangat pendek dan sekedar informasi, Chanyeol memiliki minus di matanya.

"Duduklah, akan aku buatkan coklat panas. Anggap saja rumah sendiri, Chanyeol."

Rumah Baekhyun dipenuhi aroma kue jahe. Nuansa hangat tercipta begitu saja hanya dengan melihat interior dan furniture yang didominasi warna coklat pastel. Kediaman yang terasa lembut.

"Ibuku sedang berada di luar kota sejak tiga hari lalu, jadi maaf kalau agak berantakan." Dua gelas coklat panas diletakan di atas meja.

"Apartemenku lebih berantakan jika kau belum tahu." Baekhyun tertawa bergigi dengan cara yang santai sekaligus imut.

Terkadang Chanyeol harus mati-matian untuk berkata pada dirinya sendiri agar sedikit saja tidak kagum dengan senyuman itu. Namun dirinya yang lain selalu saja berkhianat. Salahkan Baekhyun yang memiliki senyuman yang begitu cantik!

"Itu wajar karena kita laki-laki." Chanyeol membela diri dan Baekhyun mengibaskan tangannya.

Mereka berbincang, mengangkat apapun sebagai topik pembicaraan dan tiba-tiba Baekhyun merasa terlempar kembali ke masa dimana ia masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir.

"Aku melakukan crossdressing di pesta halloween sebelum wisuda. Hahaha ya Tuhan itu sangat memalukan!"

"Crossdressing? Aku juga pernah melakukannya."

"Serius?"

"Yap! Dan aku akan menunjukan milikku jika kau juga mau menunjukkan punyamu. Bagaimana?”

Keduanya sepakat dengan mudah dan mulai sibuk dengan ponsel masing-masing.  Chanyeol menjadi yang pertama untuk menemukan fotonya dan mengatakan kepada Baekhyun untuk tidak tertawa.

"Jangan tertawa, ok?" Baekhyun mengangguk antusias dan itu cukup untuk membuat wajahnya terasa hangat dialiri kegugupan.

Layar ponsel Chanyeol menampilkan fotonya, berdiri dengan canggung karena sepatu heels dan itu terlihat menggelikan karena lelaki tinggi itu memakai dress kuning yang sangat ketat. Baekhyun merasa pipinya jadi kesemutan hanya dengan melihat jepit rambut di kepala Chanyeol terpasang miring. Yang lebih mungil menahan tawa, memegangi perutnya yang sudah terasa kaku dan nyeri dalam waktu yang bersamaan.

"Ok ini sudah cukup, giliranmu Baek."

Beberapa hembusan nafas dibuang dan itu membuat Baekhyun sedikit lega. Chanyeol menatapnya penuh tuntutan dan itu hanya membuat Baekhyun semakin geli.

"Chanyeol, kau juga tidak boleh tertawa!" Yang lebih besar memberi isyarat tangan sedang menarik zipper untuk mengunci bibirnya.

Baekhyun mengangkat ponselnya ke depan wajah Chanyeol, memperlihatkan sosok Baekhyun dalam balutan seragam pelajar Senior high school. Rambutnya coklat panjang tergerai dengan sangat rapi. Ada bando putih di atas kepalanya dan itu semakin membunuh Chanyeol dalam rasa kagum karena lelaki dihadapannya menjadi sangat, sangat cantik.

Oh tidak...

"Sudah cukup! Aah ini memalukan, seharusnya aku tidak menyimpan ini."

Diam-diam, di dalam hatinya Chanyeol mulai berdoa. Bertanya kepada Tuhan tentang bagaimana bisa seorang laki-laki menjadi begitu cantik bahkan melebihi wanita tulen. Baekhyun tersenyum sendiri hanya dengan melihat foto dirinya dan itu hanya semakin membunuh Chanyeol dalam pesona.

"Kau tahu, waktu itu bahkan sampai ada beberapa kakak senior laki-laki yang meminta nomor ponselku. Kekeke itu mengerikan."

Senyum sialan itu muncul lagi, dengan imajinasi Chanyeol yang menggambarkan seolah Baekhyun yang ada di hadapannya ini adalah Baekhyun dalam balutan seragam sekolah dan rambut coklat panjang.

Sangat cantik, sangat manis dan sangat mendebarkan. Chanyeol berakhir dengan keringat dingin dan kepala yang terasa berputar.

Menurutku cinta itu tidak harus melulu antara wanita dan pria

Park Chanyeol merasa ingin mati hari itu juga.

********

Malam ke 17 di bulan Desember. Chanyeol terbangun dengan celana yang basah dan itu bukanlah mengompol. Itu siklus hormonal laki-laki dan hal ini sangatlah normal. Tubuhnya berkeringat seperti biasa, namun jantungnya berdebar tidak jelas.

Ada sesuatu yang membuatnya merinding hanya dengan mengingat mimpi seksualnya barusan. Semua terasa seperti biasa, di dalam mimpinya dia bersetubuh dengan orang lain dan jantung Chanyeol seperti bom dengan sisa waktu tiga detik karena hal yang paling banyak dia ingat adalah saat Baekhyun mendesah di bawahnya. Dengan wajah kemerahan yang sangat hancur oleh rasa nikmat.

"Oh !"

********

Hari ini ruangan kerja Baekhyun hanya diisi oleh tiga orang karena Chanyeol ijin tidak masuk kerja. Suho bilang dia terserang demam jadi Chanyeol rasa dia harus bed rest untuk seharian penuh. Baekhyun menjadi yang paling merasa bersalah karena mungkin Chanyeol jatuh sakit karena kemarin mengantarnya pulang.

"Suho hyung, apa kau tau rumah Chanyeol?"

********

Salju masih turun, namun dengan volume yang tidak terlalu deras. Baekhyun mengikuti suara navigator dari ponselnya yang memberi petunjuk menuju kediaman Chanyeol. Dia memeriksa tab notifikasi dan tidak ada pesan balasan dari lelaki tinggi itu. Sebelum Baekhyun berangkat menuju kediaman rekannya itu, dia mengirim pesan terlebih dahulu hitung-hitung sebagai pemberitahuan.

Sebuah rumah dengan halaman yang besar menjadi pemberhentian. Baekhyun memarkir mobilnya di halaman dan dengan cepat berlari menuju teras. Memencet bel itu beberapa kali dan akhirnya seseorang dari dalam sana membukanya.

"Hai Chanyeol."

"Hai, masuklah."

Chanyeol menggantung sebuah selimut tebal di punggung dan dia menggunakan benda itu untuk membungkus tubuhnya. Baekhyun bertanya tentang seberapa sakit dia hari ini dan Chanyeol entah kenapa menjadi lebih dingin dari biasanya.

"Berapa suhu tubuhmu?"

Tangan Baekhyun ditepis dengan agak kasar saat si mungil hendak menyentuh dahi Chanyeol. Keduanya bertatapan selama sedetik dan yang lebih tinggi memecah keheningan dengan menawarkan minum.

Mungkin Chanyeol memang akan berubah sedingin ini jika sedang diserang demam. Mungkin Chanyeol memang tidak menyukai untuk saling bersentuhan saat dia sedang diserang demam. Mungkin Chanyeol berubah sedikit menghindar darinya hanya saat dia sedang diserang demam. Mungkin...

Dia datang dengan teh hangat dan gelas itu diletakan tepat di depan Baekhyun.

"Aku mungkin yang telah menyebabkanmu sakit karena kemarin mengantarku pulang dan membuatmu kembali saat larut malam. Maaf karena merepotkanmu Chanyeol."

Wajah pucat itu bergeming, tersenyum dalam sedetik dan berkata bahwa itu semua bukan salah Baekhyun dengan suara yang serak.

"Apa kau sudah makan?"

"Ya sudah."

"Sudah minum obat?"

"Mm hm."

"Bagaimana suhu tubuhmu? Aku akan mengantarmu ke rumah sakit jika itu perlu."

"Tidak perlu, terima kasih."

"Chanyeol apa-"

"Ini sudah malam, Baekhyun. Pulanglah."

Baekhyun terdiam dalam semenit, mencoba mengingat kesalahan apa yang sudah dia perbuat sehingga dia bisa mendapat sikap dingin Chanyeol yang seperti ini. Memang apa yang telah dia lakukan sampai dia diusir begini? Dia hanya ingin menjenguk lelaki ini karena dia merasa andil dalam penyakit yang menimpa Chanyeol.

Selain itu, bukankah sesama rekan kerja harus saling memperdulikan? Kenapa Chanyeol bisa serumit ini hanya karena terserang demam?

"Yah ini memang sudah malam."

"Ya. Kau harus istirahat."

Mereka berdua berjalan dalam diam dan rasa canggung. Hampir setengah tahun mereka berteman dan bahkan pada hari pertama Baekhyun bekerja, dia tidak pernah merasa secanggung ini dengan Chanyeol.

"Aku pulang. Cepat sembuh, Chanyeol."

"Ya, terimakasih sudah menjenguk."

Baekhyun pulang dengan dada yang terasa sesak dan Chanyeol berdiri di teras rumahnya dengan leher yang terasa tercekik.

********

Dua hari berlalu sejak Baekhyun menjenguk rekan kerjanya itu, dan hari ini Chanyeol sudah kembali bekerja. Suho merangkum tugas Chanyeol yang menumpuk dan Baekhyun sudah tahu kalau itu sangat banyak hanya dengan mendengarnya.

Sampai siang menjelang, Kris menjadi yang paling berisik dan mengambil peran sebagai moodmaker. Posisi itu biasanya diisi Chanyeol namun sepertinya dia sedang disibukan dengan pekerjaanya yang sudah menunggu.

"Waktunya makan siang! Baekhyun ayo makan denganku, aku yang traktir." Kris memang moodbooster Baekhyun untuk hari ini.

Mereka berakhir di restoran di samping kantor mereka dan menghabiskan makan siang mereka dalam obrolan ringan. Sesekali Kris menceritakan tentang bagaimana sosok Zitao, kekasihnya itu kepada Baekhyun.

"Permisi!" Chanyeol tiba-tiba muncul serupa hantu, hampir tak bersuara dan tak satupun dari mereka menyadarinya.

"Seingatku kau yang akan membayar makan siang, jadi aku bergabung."

"Ya! Park Chanyeol kau mengganggu kencan-ku dengan Baekhyun." Itu hanya bercanda dan Baekhyun menangkap maksut ucapan Kris dengan cepat.

"Aku hanya akan makan satu meja denganmu dan anggap aku tidak ada."

Seperti permintaan Chanyeol, dua orang yang lain berbincang dengan enjoy seolah tidak ada orang lain di meja mereka. Ada sedikit penyesalan dalam diri Chanyeol namun rasa itu tergantikan oleh kemarahan saat pipi chubby Baekhyun dicubit dengan gemas oleh tangan besar Kris.

"Aku akan menendang bokongmu kalau kau menjadi sangat menggemaskan begini, Baekhyun!"

"Tendang bokongku dan aku akan membantingmu ke tanah. Aku atlet hapkido jika kau belum tahu."

"Aku lebih suka kalau dibanting ke atas ranjang." Kris berkedip kepada Baekhyun dan Chanyeol melihatnya, dengan rasa muak.

"Aku selesai." Chanyeol berlalu, meninggalkan semangkuk makanan yang masih setengah.

Selama satu menit meja makan Kris dan Baekhyun menjadi sangat tenang. Yang lebih besar melanjutkan makannya dan Baekhyun lebih suka larut dalam pikirannya sendiri.

"Tidak apa-apa. Dia memang harus diperlakukan seperti itu. Namanya proses pendewasaan, Baek."

Sementara Baekhyun masih sibuk dengan pikirannya, di tempat lain, tepatnya di dalam kantor. Suho dibuat bingung hanya karena Chanyeol berubah uring-uringan tanpa sebab.

"Apa yang baru saja dia makan?" Suho mungkin menjadi yang paling tidak tahu, dan itu tidak masalah selama itu tidak menyangkut pekerjaan.

********

Hari ke 20 di bulan Desember. Ban mobil Baekhyun bocor lagi dan salju juga turun. Baekhyun memesan layanan perbaikan mobil dan seperti de javu, Chanyeol datang dengan menawarkan tumpangan.

Mereka bertahan dalam diam selama perjalan dan saling bercakap hanya saat Chanyeol bertanya arah. Mobil sedan itu diparkir di halaman depan. Baekhyun mengambil tas kerjanya di kursi belakang dan berpamitan, sekaligus berterimakasih. Dengan cara yang sangat formal, dan itu hanya membuat Chanyeol muak.

"Baekhyun."

Salju turun semakin lebat dan kini sedikit disertai angin. Baekhyun menatapnya sedingin udara di luar dan itu menyiksa Chanyeol dengan cara yang aneh.

"Maaf, karena aku bersikap menyebalkan belakangan ini. Aku sungguh minta maaf Baek."

Ada air terjun di atas kepala Chanyeol dan itu membuat dadanya berdesir lega. Lelaki di sampingnya menunduk, beberapa kali menarik nafas dan itu terlihat dari gerakan bahunya.

"Kenapa kau melakukannya?"

"Aku juga tidak tahu."

"Chanyeol kau pasti tahu."

"Aku tahu, tapi aku-"

Ada jeda dan Chanyeol terlihat begitu frustasi hanya untuk melanjutkan. Baekhyun menatapnya dengan tatapan menuntut dan itu terasa seperti menggilas jantunganya.

"-aku tidak bisa mengatakannya."

"Aku pergi." Baekhyun menjadi sangat ahli dalam hal mengancam, jadi dia bisa membuat Chanyeol memohon agar dia tidak keluar dari mobilnya.

"Ok! Aku akan mengatakannya. Tapi, aku harap tidak akan ada yang berubah dari hubungan kita setelah ini."

"Ya, kau bisa mengatakannya sekarang."

Chanyeol tidak pernah tahu apakah ini salah atau tidak, hanya saja yang dia inginkan sekarang adalah mengembalikan segala sesuatu yang tidak pada tempatnya. Dan juga menghilangkan tatapan menuntut itu dari wajah Baekhyun.

"Aku tahu ini terdengar sangat gila tapi belakangan ini kau selalu ada di dalam kepalaku, Baek. Aku akan merasa kepalaku seperti akan meledak hanya karena selalu ada kau di sana. Mungkin aku sudah menjadi gila hanya karena merasa terkadang aku merindukanmu sepulang kerja, tapi semua itu berubah mengerikan saat kau-" Ada jeda karena seolah ada rasa panas yang mencekik kerongkongan Chanyeol.

"Saat aku?"

"-ada di dalam wet dream ku."

Chanyeol bernafas tersengal selayaknya seorang yang baru saja menangis hebat. Wajahnya dirubungi rasa panas dan kediaman Baekhyun seperti siraman air garam. Hanya menambah parah rasa panas itu dan membuat kulitnya melepuh.

"Baekhyun, katakan sesuatu." Wajah mungil itu menoleh dengan ekspresi tak terbaca.

"Kau menyukaiku?"

"Apa? Aku menyukaimu? Uh Baekhyun aku bisa jelaskan. Mungkin akan sedikit berbelit-belit tapi kau harus mendengarku samapai aku menyelesaikannya. Aku tahu ini aneh karena kita berdua laki-laki tapi-"

"Bukankah kau pernah berkata bahwa cinta tidak harus melulu antara wanita dan pria?"

"Aku tahu Baekhyun, tapi-"

"Bagaimana kalau aku juga menyukaimu?"

Natal datang lima hari dari sekarang dan seharusnya semua orang bersuka cita menyambutnya. Salju juga dengan setia tetap turun untuk membungkus bumi dengan warna putih bersih. Seingat Chanyeol, dia tidak memiliki banyak hal untuk dikenang saat natal, tapi sepertinya tahun ini adalah yang paling berkesan. Baekhyun datang dengan segala sihirnya dan mengubah udara dingin bulan Desember menjadi hangat nyaris terasa panas.

Tatapan itu, mata sabit itu membuat kontak dengan cara yang menyiksa. Chanyeol dibungkam dengan wajah itu dan bernafas-pun sudah terasa sulit.

"Aku akan ambil dua kemungkinan. Pertama, jika kau memang tidak menyukaiku, kau tidak perlu bersikap dingin kepadaku dan semuanya akan tetap baik-baik saja."

Chanyeol yakin bahwa dia melihat mata itu menjadi lebih berkilau dari biasanya.

"Kedua, jika kau memang menyukaiku, jangan buat semuanya jadi rumit. Kau sendiri yang mengatakan padaku kalau cinta tidak harus selalu antara wanita dan pria. Lalu dimana masalahnya? Kau hanya tinggal membuat aku tahu tentang perasaanmu dan aku juga akan melakukan hal yang sama. Chanyeol kau tidak harus membuat semuanya serumit ini."

"Aku tahu Baekhyun tapi, aku pikir aku berada di jalan yang salah. Kris memang memiliki jalan kehidupannya sendiri tapi ini hidupku."

"Kau hanya tinggal mengatakan kau menyukaiku atau tidak, Chanyeol."

Chanyeol digerogoti kebingungan yang sangat dalam. Lelaki itu menjadi sangat payah dalam berpikir dan itu membuatnya mengira bahwa dia setara dengan seekor keledai. Chanyeol merasa apa yang dia rasakan kepada Baekhyun adalah hal yang manusiawi. Namun yang membuat semua itu menjadi salah adalah saat perasaan itu tumbuh kepada teman sesama jenisnya. Chanyeol merasa putus asa dan Baekhyun menatapnya juga dengan rasa yang sama.

"Baekhyun aku-"

Baekhyun mencium bibir Chanyeol sebelum kalimat itu tuntas. Hanya menempelkannya saja dan tidak ada pergerakan apapun disana. Baekhyun memejamkan matanya, mengangkat jemarinya dan menyentuh garis rahang Chanyeol. Mengelus tulang tegas itu hingga ke dagu dan sesuatu Baekhyun rasakan berada di antara rambutnya.

Tidak ada penolakan dari Chanyeol justru malah tangan besarnya terasa meremas helaian rambut itu bersamaan saat belahan bibirnya mulai berani mengecap Baekhyun. Semakin lama semakin dalam, semakin hangat dan terikat. Chanyeol tidak membiarkan ada jarak diantara keduanya dan Baekhyun menempel dengan sangat dekat.

Mereka bergelut dalam rasa haus dan kerinduan. Dua kepala itu bergerak, mencari kesenangan dari lidah ke lidah. Saling menyentuh sampai bagian terdalam. Chanyeol merasakan setiap bagiannya dengan hikmat. Baekhyun terasa sangat menyenangkan dalam caranya menyambut lidah Chanyeol. Ada setetes liur yang lolos dari dagu Baekhyun dan sedetik kemudian yang lebih kecil terengah.

Chanyeol melepas bibir adiktif itu dan larut dalam pesona rona merah di pipi lelaki mungil di hadapannya. Baekhyun dipenuhi bunga imajiner di atas kepala dan semua hal terasa manis di detik itu juga. Chanyeol meraih tangannya, menyentaknya pelan, membuat wajah mungil itu menatapnya dalam rasa malu.

Chanyeol menciumnya sekali, dua kali. Hidung mereka bertabrakan dan itu terkadang membuat mereka kesulitan bernafas.

"Kenapa kau-“ Tangan besar Chanyeol menyentuh pipi kemerahan itu Baekhyun menatapnya, sangat manis seperti anak anjing.

“-sangat cantik?"

Bibir yang baru saja bertemu dengan milik Chanyeol itu tersenyum. Meskipun ucapan Chanyeol terasa salah di pendengarannya, itu tidak menjadi masalah karena akan selalu benar jika itu Chanyeol yang mengatakannya.

"Kuanggap itu sebuah pujian."

"Kalau begitu maaf karena aku lebih sering memujimu di dalam hatiku."

"Itu tindakan ilegal."

"Kau akan menuntutku?"

"Apa yang bisa aku dapatkan dari laki-laki sepertimu?"

Ada senyuman kecil di bibir Chanyeol dan Baekhyun menangkapnya serupa seringai. Tangan Chanyeol menekan tengkuknya, membelai rambut hitam itu dengan cara yang erotis, menggoda Baekhyun dengan cara yang kelewat menyiksa.

"Pengakuan cinta mungkin?"

END

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet