BOY NEXT DOOR (CHAPTER TWO)

The Boy Next Door

Aku dan si pemilik mmonggu ada di satu sekolah yang sama? Kami tetangga dan kini dia juga teman sekolahku? Lalu kenapa aku senang sekali mengetahuinya? Kenapa aku begitu bersemangat?

"Deg... Deg... Deg.. Deg" aku dapat merasakan detak jantungku lagi, telapak tanganku dapat merasakan dentuman jantungku yang mulai berlarian. Ada apa denganku?

 



 

"Aku pulaaang.." Teriakku pada seisi rumah, aku membuka kedua sepatuku dan menggantinya dengan sandal rumah milikku. Kubiarkan sepatu sekolahku tergeletak begitu saja tanpa membereskannya.

"Nona jung kau sudah pulang?" Tiba tiba saja song ahjumma datang entah dari mana datangnya.

"Astaga.." Tubuhku melonjak kaget, "ahjumma kau mengagetkanku" aku mengelus elus dadaku.

"Hehe.. Maafkan aku non" katanya sambil meringis, kulihat headset melingkar di lehernya "ahjumma.. Kau bekerja sambil mendengarkan musik ya?" Tanyaku,

"Agar tidak membosankan non.." Jawab song ahjumma aku hanya mengangguk anggukan kepalaku memaklumi,

"Mom dan grandma kemana ahjumma? Rumah sepertinya sepi sekali" aku meletakan tas sekolahku di kursi meja makan dan kutarik kursi sebelahnya lalu kurebahkan tubuhku diatasnya.

"Nyonya besar sedang berkunjung ke panti non, dan nyonya jung belum pulang kantor" jelasnya. "apakah kau lapar non? Akan ku buatkan makanan untukmu" katanya.

"Nee.. Perutku lapar sekali ahjumma" aku menumpukan kedua lenganku dan menyimpan daguku diatasnya. "Aku ingin minta dibuatkan ramyun dan kimchi apakah boleh ahjumma?" Aku mengangkat daguku dan memasang wajah aegyo.

"Dengan senang hati non.." Jawab song ahjumma, ia lantas pergi kedapur untuk membuatkan aku ramyun.

Aku menumpukan kembali daguku diatas kedua tangannku, entah mengapa kejadian di kantin hari ini terus berulang ulang didalam otakku dan anehnya aku jantungku kembali bergemuruh saat wajah si pemilik mmonggu itu hadir dikepalaku.

"Kim Jong In.." Kataku, dan kedua tepi bibirku kompak terangkat. Aku menenggelamkan kepalaku diatas meja makan. Ada apa denganku? Padahal aku baru mengenalnya kemarin kenapa dia muncul terus menerus didalam pikiranku? Kenapa aku ingin sekali rasanya bertemu dengannya lagi?

 

Aku berdiri didepan jendela kamarku, membuka gordennya yang berwarna satin lebar lebar sehingga aku dapat melihat sangat leluasa pemandangan didepanku. Kamar di sebrangku yang selalu tertutup dengan gordennya namun kali ini lampunya menyala tak seperti sebelum sebelumnya. Aku penasaran sekali siapa yang ada didalam sana? Walau besar sekali harapanku kamar disebrangku itu kamar si pemilik mmonggu. Tak henti henti aku menatap jendela kamar tersebut dengan isi kepalaku yang hanyut dalam pikiranku sendiri. Tiba tiba saja aku dikejutkan oleh gordennya yang tiba tiba saja bergoyang goyang, kulihat tangan seseorang bersiap untuk menarik gorden tersebut untuk membukanya. Reflek aku tundukan tubuhku, kujatuhkan tubuhku di atas karpet dan bersembunyi dibalik sofa yang ada di dekat jendelaku.

"Omg! Apakah seseorang melihatku tengah mengintip?" Ujarku setengah berbisik, "stupid!" Aku mengetuk kepalaku pelan. Aku takut ketahuan tengah mengintip, tapi akupun penasaran siapa orang yang membuka gorden tersebut? Apakah dia pemilik kamar itu? Apa dia Kim Jong In? Aku membeku di tempatku karna takut, aku samasekali tak berani berbalik walaupun hanya untuk mencuri curi pandang mencari tahu. Aku hanya diam di posisiku untuk beberapa lama.

 

***


 

"Huwaaa ayam goreeeng!" Seorang pria tinggi dan tampan datang dengan rambutnya yang masih basah dan handuk yang melingkar di lehernya. Ia menyambar ayam goreng yang ada diatas meja makan dan melahapnya dengan segera.

"Ya! Kkamjongie.." Seorang wanita dewasa memukul tangan lelaki yang ia panggil kkamjong tersebut, namun pukulannya meleset lelaki tersebut sudah mendapatkan potongan ayam yang ia inginkan. Lelaki tersebut duduk di samping wanita yang lain yang juga terlihat lebih dewasa darinya.

"Kim Jong In" tegur seorang lelaki paruh baya yang duduk di bagian paling ujung di meja makan berukuran besar tersebut.

"Mianhae appa, aku tak bisa menahannya jika itu ayam goreng" ujar jong in, potongan ayam bagian paha yang ia makan sudah tersisa tulang dalam sekejap.

"Kau ini kebiasaan" ujar seorang wanita cantik dengan celemek berwarna hijau di tubuhnya. Ia meletakan sup ditengah meja makan lalu dengan cepat melepaskan celemeknya dan bergabung dengan yang lain.

"Mianhae omma.." Jawab jong in

"Kajja kita makan.." Kata omma. "Kajja!" Balas appa, "Selamat makan.." Ujar kim min young dan kim nana dua kakak perempuan jong in tersebut secara bersamaan. "Selamat makaaaaan.." Kata jong in begitu bersemangat. Mereka semua terlihat menikmati makan malam hari ini sambil berbincang bincang satu sama lain.

"Jong in, malam ini kau bisa tidur di kamarmu pak cho sudah selesai mengecatnya.." Kata omma

"Ne omma.." Jawab kai singkat, ia masih begitu menikmati ayam goreng masakan ibunya hingga menambah beberapa kali.

"Jangan lupa bereskan semua barang barangmu di ruang tv" tambah appa, "buku buku, dan playstationmu" ujarnya.

"Ne arraseo..." Jawab Jong In.

 

Jong in membereskan semua barang barangnya yang berserakan didepan tv. Buku buku komiknya, playstation, bantal serta selimut ia bawa naik keatas kedalam kamarnya satu persatu. Ia berdiri di ambang pintu, menyimpan kedua tangannya di pinggang sambil menatap kesetiap sudut kamarnya yang sudah bersih dan rapih. Tembok kamarnya sudah di cat warna putih dengan satu sisi temboknya berwarna hitam. Sudah tak ada lagi poster poster superhero jaman kecilnya yang tertempel di tembok, semua sudah bersih dan ia bisa memulai untuk menatanya kembali. Lelaki tampan tersebut masuk kedalam dan menutup rapat pintu kamarnya, ia berjalan kearah jendela besar yang tertutup gorden berwarna hitam dengan hiasan titik salju di mana mana. Ia membukanya lebar lebar, jong in juga membuka pintu balkonnya sehingga udara masuk menyegarkan seisi kamarnya. Ia berjalan keluar balkon menikmati udara malam saat ini dengan anginnya yang berhembus lumayan kencang, dreamcatcher berwarna abu yang tergangung di pinggir balkonnya berterbangan kesana kemari.

"Eoh.." Jong in terkejut menatap kamar yang ada di sebrangnya, kini lampunya menyala tak terlihat seperti kamar kosong lagi. "Kamarnya menyala" gumamnya pada diri sendiri. Jong in sering sekali diam di balkon menikmati udara malam sambil bermain gitar dengan pemandangan rumah disebelahnya. kamarnya yg gelap dan gordennya selalu tertutup rapat. Saat ini gordennya terbuka lebar jong in dapat memandang jauh kedalam kamar tersebut. Tembok kamar berwarna biru ice, dan beberapa hiasan perempuan disana sini lengkap dengan kaca tinggi yang dapat memperlihatkan seluruh tubuh seseorang yang berkaca didepannya.

"Apakah gadis itu pemilik kamarnya?" Jong in terlihat penasaran, ia mencoba mencari cari pemilik kamar tersebut namun tak terlihat siapa siapa didalamnya.

"Kenapa jendelanya dibiarkan terbuka? Dia bisa masuk angin nanti" katanya. Tiba tiba saja jong in tersenyum simpul, ia mengingat kembali gadis manis yang tak sengaja bertemu dengannya di sungai han beberapa waktu lalu. Jong in menikmati pemandangan malam itu, jika benar pemilik kamar disebrangnya tersebut adalah si gadis manis yang ketakutan saat melihat mmonggu itu pasti akan seru sekali pikir jong in.

 

***


 

"Hahaha.. Jinjja?!" Aku tertawa ditengah tengah cerita sulli, ia menceritakan beberapa kelakuan konyol teman teman kelas baruku.

"Benar aku tidak bohong! Bahkan ia pernah tak sengaja membuat wajah guru park kotor belepotan spidol hitam" sulli bercerita penuh semangat seperti biasa.

"Mwo?! Hahaha..." Aku tertawa membayangkannya, pak park salah satu guru yang lumayan killer di sekolah ini, dia mengajar pelajaran sosial. Wajahnya yang sangar dan kumisnya yang tebal tak singkron dengan tubuhnya yang mungil dan pendek ia kerap sekali dijadikan bahan lelucon oleh murid murid lain namun ia cukup di takuti oleh semua murid.

"Ya! Karna in guk tak benar mengisi tinta spidol alhasil tintanya belepotan kesana kemari saat pak park memakainya ia tak menyadari kedua tangannya di penuhi tinta dan tak sengaja ia mengelap keringat diwajahnya dan kau bayangkanlah bagaimana lucunya dia...." Aku tak kuasa menahan tawa membayangkan hal tersebut sampai akhirnya.

"GUBRAK!" Seseorang menghatamku, aku terjatuh diatas aspal lapangan basket outdoor saat istirahat berlangsung. Semua buku buku pelajaran bahasa inggris yang di perintahkan guru song untuk kubawa jatuh berserakan.

"So jung-ah.." Ujar sulli, ia menyimpan sebagian buku yang ia bawa didekatku lalu mengecek keadaanku, "kwaencana?" Aku memegangi bahuku kesakitan, bola basket berkekuatan penuh menghantam bahuku secara tiba tiba. Sulli membantuku berdiri, kami berdua bersama sama membereskan buku buku yang berserakan.

"Kwaencana?" Seseorang menghampiriku, ia berdiri dihadapanku dengan menatapku penuh maaf. "Kau baik baik saja?" Tanyanya sekali lagi. Lelaki tampan dengan wajahnya yang tirus dan warna kulitnya yang begitu putih mulus rambutnya berwarna coklat singkron dengan kedua maniknya.

"Aku baik baik saja.." Jawabku singkat, ia membantuku membawakan buku yang berserakan lalu menyimpannya diatas tumpukan buku buku yang sudah kugenggam kembali.

"Maafkan aku, aku tak sengaja.. Sungguh!" Katanya tulus.

"Ne.. Kwaencana, aku baik baik saja" jawabku.

"Sulli apa kau juga kena? Maafkan aku" laki laki tersebut berbicara dengan sulli sepertinya mereka saling mengenal.

"Tidak apa apa, kami baik baik saja" jawab sulli malu malu, suaranya setengah teredam tak seperti sulli sesungguhnya. Aku mengangguk mengiyakan.

"Sekali lagi maafkan aku.." Katanya. Kami berdua mengangguk bersamaan.

 

***


 

"Hyung oper padaku!" Teriak sehun, wajah tampannya terlihat dipenuhi keringat.

"Sehun tangkap!!" Balas baekhyun. Sehun, baekhyun dan chanyeoul tengah bermain basket menghabiskan waktu istirahat mereka. Sehun dan baekhyun berada di satu tim untuk melawan chanyeoul yang seorang diri, tubuh tingginya membuat chanyeoul mahir dalam bermain basket sendirian pun tak masalah baginya. Sedangkan Jong in hanya duduk di tepi lapangan menikmati musik dari ipod miliknya dengan memakai hedset. Ia duduk dibawah pohon sambil menyandarkan dirinya kesana, kedua matanya tertutup lelaki tampan itu hampir terlelap sampai suara hantaman menyadarkannya.

"GUBRAK!" Suaranya cukup keras untuk membuat jong in melepaskan satu hedset yang menempel di telinga kirinya. Ia membuka matanya dan melihat apa yang sedang terjadi.

"Kwaencana?" Ujar sehun, "kau baik baik saja?" Seorang wanita tak sengaja terkena lemparan bola sehun yang terkenal amatir dalam bermain basket. Gadis tersebut hingga tersungkur ke tanah akibat ulah sehun. Jong in memperhatikan dari kejauhan, rasa ingin tahu yang sangat besar datang dari dalam dirinya. Ia memfokuskan pandangannya pada si gadis yang tersungkur tadi. Gadis manis yang tak asing di matanya, ia yakin gadis tersebut salah satu gadis yang ia kenal "dia.." Gumam Jong in dalam dirinya sendiri.

 

"Apa kau melihat gadis tadi? Yang terkena bola lemparanku?" Tanya sehun dalam perjalanan kembali ke dalam kelas.

"Yang terjatuh tadi? Kasihan sekali dia" ujar baekhyun.

"Lemparanmu semakin amatir saja setiap harinya" kata chanyeol.

"Yaaa aku serius!" Rengek sehun, "sepertinya aku baru melihatnya, apakah dia anak baru?" Sehun menyenggol jong in yang berjalan disebelahnya, jong in melepaskan hedset di telinganya.

"Ne?" Kata jong in.

"Wanita yang bersama sulli tadi, sepertinya dia duduk di kelas 2 juga" ujar sehun. "Aku harus mencari tahu tentang dia" katanya.

"Ya ya ya!! Berhenti mendekati gadis lagi, kau tak puas di tampar min ah kemarin?" Kata baekhyun.

"Yaaa! Jangan membahas itu, itu ceritanya berbeda" sanggah sehun.

"Apanya yang berbeda, aku yakin kau akan berakhir sama seperti kemarin kemarin kalau tidak di tampar ya di lempari minuman" ujar chanyeol, "apanya yang keren soal itu..!" Tambahnya.

"Berhentilah membuat masalah seperti itu, tak baik untuk debut kita sebentar lagi! Kau malah akan mengumpulkan anti bukan fans" tiba tiba Kyung soo datang entah dari mana, dengan datar ia berbicara sembari berjalan melewati mereka berempat.

"Hyuungg...!"

"Yaaaa.." Semuanya terkejut atas kedatangan kyung soo, "dari mana kau datang.." Kata baekhyun. Mereka semua berlari mengejar kyung soo. Kai hanya diam dan berjalan setengah melamun, di kepalanya masih teringat wajah gadis manis yang bertemu dengannya di sungai han waktu lalu. Senyum jong in merekah saat mengetahui gadis tetangga barunya tersebut ternyata ada di sekolah yang sama dengannya.

"Kenapa dia sering sekali terjatuh.." Bisik jong in pada dirinya sendiri, ia terkekeh geli sambil tersipu malu.

 


 

"Almost... Almost is never enough.." . "So close to being in love.." So jung bernyanyi berbarengan dengan ariana grande yang ia dengar dari hedsetnya. Ia berjalan sendirian dalam perjalanan pulang saat langit mulai gelap.

"Then maybe we wouldn't be two worlds apart.. But right here in each other arms" ia begitu mengkhayati menyanyikan lagu tersebut. ".. And we almost, we almost knew what love was.. But almost is never enough.." Suara merdunya terdengar sendu, begitu kontras dengan warna langit yang gelap keemasan.

"Prok..prok..prok.." seseorang bertepuk tangan cukup keras hingga terdengar sampai ketelinga so jung yang tengah memakai hedset. So jung melonjak kaget, ia sontak membalikan tubuhnya kearah sumber suara tersebut.

"Astaga.." Ujarnya, ia kaget bukan main. So jung membalikan tubuhnya dan lelaki tampan tengah tersenyum kepadanya.

"Suaramu bukan main ya.." Katanya. Ia mengangkat jempolnya kearah so jung. Sedangkan gadis tersebut hanya terdiam kaget.

"Sejak kapan kau ada dibelakangku?" Tanyanya polos. lelaki tersebut adalah kim jong in, teman sekolah so jung juga tetangga barunya dan pemilik anjing bernama mmonggu.

"Sejak awal kau bernyanyi kira kira" ia memutar kedua bola matanya, berakting memikir namun wajahnya tetap terlihat cool. So jung menjatuhkan tatapannya ke kedua sepatu yang ia pakai, ia tak kuasa melihat jong in terlalu lama gadis tersebut terlalu malu karna nyanyiannya didengar jong in.

Mereka berjalan bersamaan, menyusuri komplek rumah mereka dan berjalan beriringan untuk sampai kerumah mereka yang bersebelahan.

"Apa bahumu baik baik saja?" Jong in menunjuk kearah bahu kanan so jung.

"Ne?" So jung memegangi bahunya yang siang tadi terhantam bola.

"Kurasa bola basket td menghantamu cukup keras" ujar jong in, gadis disebelahnya lagi lagi terkejut. Ia tak menyangka jong in melihat kejadian tersebut karna so jung sama sekali tak melihat jong in ada disekitarnya.

"Hmm.. Aku baik baik saja" kata so jung, "kwaencana.." Ia tersenyum pada jong in. So jung sangat senang mendapati bahwa ternyata lelaki tampan tersebut tahu bahwa mereka ada disekolah yang sama.

"Luka ditanganmu waktu itu bagaimana?" Tanya jong in, mereka berhenti tepat didepan rumah so jung.

"Sudah sembuh.." So jung memperlihatkan luka di sikutnya yang hampir memudar sambil tersenyum.

"Syukurlah.." Jong in membalas senyuman so jung. "Masuklah dan beristirahat.." Kata jong in.

So jung mengangguk malu malu, "kalau begitu aku masuk dulu" katanya.

Jong in membalas dengan anggukan dan tak berkutik di tempatnya, lelaki tampan tersebut ingin memastikan so jung baik baik saja sampai kedalam rumah.

"Aiya.." Kata jong in, "mulai sekarang kita bisa saling menyapa satu sama lain bukan, chinggu?" Kedua mata mereka saling bertemu, jantung so jung berdetak kencang saat ini. Tatapan jong in meluluhkan hatinya.

So jung tersenyum, lalu mengangguk penuh semangat. Jong in membalas senyuman so jung dengan senyumannya yang menawan. Gadis cantik tersebut masuk dan menghilang dibalik pintu. Jong masih menatap pintu gerdang di hadapannya dengan tersipu malu untuk beberapa detik. Jantungnya berdegup begitu kencang tak dapat dikendalikan.

 

So jung melemparkan tubuh ke atas ranjang miliknya, ia menatap langit langit kamarnya dengan seluruh kepalanya yang berisi Kim Jong In.

"Mulai sekarang kita bisa menyapa satu sama lain bukan, chinggu?"

Mengingat kata kata tersebut membuat so jung senang bukan kepayang, wajahnya mulai merona. Ia mengambil bantal didekatnya dan menutupi seluruh wajahnya dengan bantal tersebut. Jantungnya menggebu gebu, gadis tersebut tak sabar untuk kembali bertemu dengan jong in.

"Sedang apa kira kira dia sekarang?" Gumamnya.

 


 

Jong in berdiri di balkon kamarnya, ia menyimpan kedua sikutnya di pagar balkon. Lelaki tampan tersebut melamun sambil menatap kamar yang ada disebrangnya. Malam ini gordennya tertutup rapat sehingga ia tak dapat mengintip seperti kemarin malam. Lampu kamar tersebut masih terlihat menyala. Jong in tersenyum, tiba tiba saja ia mengingat kembali kejadian sebelumnya.

Pulang bersama sama dengan si gadis cantik tetangga barunya tersebut, walaupun so jung tak menyadari keberadaannya karna asik mendengarkan musik di smartphone miliknya. Tanpa so jung tahu jong in diam diam mengikuti gadis tersebut dari halte dekat sekolah tempat berpisahnya so jung dan sulli karna arah rumah mereka yang berlainan. Lelaki tersebut selalu berjalan didekatnya tanpa sedikitpun so jung menyadarinya, ia memperhatikan so jung dan menjaganya dari belakang. Hal tersebut membuat jong in senang, ia ingin selalu melakukannya untuk so jung.

Jong in memegang dada kirinya, ia dapat merasakan jantungnya berdetak hebat saat memikirkan gadis tersebut. Didalam sana ada perasaan aneh yang muncul saat nama so jung disebut. Jong in tersenyum sumeringah, ia semakin semangat menunggu kesempatan lain untuk bersama sama dengan gadis cantik tersebut.

 

***


 

So jung sampai kesekolah tepat sebelum bel masuk berdering. Hari ini ia mengambil kursi paling belakang dekat jendela, jendelanya ia biarkan terbuka membuat sinar matahari pagi berhamburan menyilaukan matanya. So jung menyandarkan punggungnya kesandaran kursi merilekskan tubuhnya sedikit kaku. Gadis cantik tersebut menatap keluar jendela, melihat pemandangan murid murid yang berlarian karna sebentar lagi bel akan berbunyi. Kelas so jung berada di lantai 2 dan pemandangan dari sini terlihat begitu jelas. So jung menegakan kembali tubuhnya, memperhatikan lebih serius. Seseorang menarik perhatiannya, kedua matanya fokus menatap seseorang di bawah sana. Wajahnya berubah merona dan terlihat begitu bersemangat.

Lelaki tampan tengah berjalan sendirian, seperti biasa hedset selalu terpasang di kedua telinganya. Ia berjalan lebih tenang dari pada yang lain, dan kedua mata so jung memperhatikan begitu fokus. Sampai akhirnya lelai tersebut menatap keatas, tiba tiba saja kedua mata mereka bertemu secara tak sengaja. So jung mematung, ia tertangkat tengah memperhatikan Jong in saat ini tak ada yang dapat mereka lakukan. Jong in memperlambat langkah kakinya, ia tersenyum lebar tangannya terangkat keudara ia tengah melambaikan tangannya ke arah so jung saat ini dan so jung terkejut. Wajah gadis cantik tersebut mendadak merona merah, jantungnya berdetak begitu hebat ia sampai kikuk tak tahu apa yang harus ia lakukan. Wajah jong in terlalu tampan walaupun dilihat dari kejauhan seperti ini.

So jung membalas senyum jong in, ia membalasnya dengan senyuman yang sangat menawan. Wajahnya so jung sangat cantik saat tersenyum. So jung menganggukan kepalanya pada jong in sampai akhirnya jong in menghilang di balik gedung sekolah ini.

"Yaaa..!" Tiba tiba saja sulli datang dan menganggetkan so jung.

"Yaaa..." So jung berteriak kaget

"Mwoya...? Kenapa kau balas berteriak" kata sulli.

"Kau membuatku terkejut.." So jung mengelus elus dadanya.

"Apa yang kau lihat di bawah sana! Serius sekali.." Sulli mendekatkan wajahnya kearah jendela, "selamat pagi.." Dan guru song menghalangi niatnya.

"Sulli mengapa kau belum duduk ditempatmu? Ayo duduk pelajaran akan segera dimulai" kata guru song.

"Ne songsaengnim.." Sulli duduk di meja samping so jung, dan melirik curiga kearah gadis tersebut sedangkan gadis disampingnya itu pura pura menatap guru song didepan kelas dan berakting tak ada apa apa.

 

 

Bel istirahat pertama berbunyi dan guru song mengakhiri pelajarannya dengan segera. Beberapa teman kelasnya sudah hilang ditempatnya beberapa yang lain yang mayoritas adalah perempuan masih sibuk membereskan peralatan mereka dan sekelompok kecil sibuk merias wajahnya.

"So jung, jika kau sudah selesai temui ibu di kantor ya untuk mengambil baju olahragmu dan juga beberapa form yang harus kau isi untuk masuk kelas khusus" jelas guru song, setelah melihat so jung mengangguk ia lantas pergi tanpa lupa melemparkan senyum pada seluruh wali muridnya yg tersisa didalam kelas.

"Hey apa perlu aku mengantarmu?" Tanya sulli.

"Anniya kau makan siang saja, kurasa aku menghabiskan banyak waktu" ujar so jung.

"Hmm joengmal..? kwaencana?" Kata suli, "kau tau letak kantor guru kan?"

So jung mengangguk yakin, "aku tahu tenang saja.." Katanya.

 

"Untuk kelas khusus, kau harus mengambil 2 jurusan utama yang ingin kau dalami" jelas guru song, "kau akan mempelajari jurusan pilihanmu tersebut secara khusus sampai kau lulus nanti" tambahnya. "Walaupun secara umum kita mempelajari semua kelas seni secara umum... Apakah kau mengerti so jung-a?" Ia tersenyum pada so jung.

"Ne songsaengnim.." Jawab so jung.

"Kau bisa memikirkannya dirumah, ku harap kau dapat memilih keputusanmu secepatnya" kata guru song. "Jika kau sudah mengisinya kau bisa memberikannya lagi padaku.. Arraseo?"

So jung megangguk mengerti, "ne.. Arraseo songsaengnim..." Ujarnya.

"Kurasa itu saja, oiya baju olahragamu ukuran S kan?" Guru song membawa sebuah bungkusan dibawah meja kerjanya. "Ini baju olahragamu, sudah bisa kau pakai saat kelas olahraga nanti eoh?" katanya,

"Nee..kamsahamnida" Angguk so jung. "Jika tidak ada lagi aku akan kembali ke kelas.." Katanya.

"Ya.. Baiklah kurasa sudah cukup" ujar wanita mungil berambut pendek tersebut.

"Kamsahamnida songsaengnim" so jung berdiri dari tempat duduknya dan membungkuk pada guru song lalu berjalan keluar dari ruang guru.

 

Gadis cantik tersebut berjalan sambil membaca kertas di tangannya. Ia membaca isi dari formulir tersebut sekali lagi, di dalam kepalanya so jung tengah berpikir keras jurusan apa yang harus ia pilij. So jung hanya memikirkan tentang menyanyi hal tersebut yang menjadi alasannya masuk ke sekolah ini tapi tak ada lagi yang dapat ia pikirkan selain itu,  Gadis cantik tersebut tak memiliki kepercayaan diri dengan hal lain selain bernyanyi.

"Hmm.." Tiba tiba saja so jung menghentikan langkahnya, "sepertinya aku tadi tidak lewat jalan ini" gumamnya sendiri. So jung melirik kesekitarnya, tak ada orang yang bisa ia tanyai. So jung menatap kesekitar koridor tempatnya berdiri, ada taman kecil dengan gemercik air mancur di tengahnya di ujung koridor ada sebuah ruangan yang cukup besar berlantai dua terdapat celah yang cukup besar antara ruangan tersebut dengan gedung sekolah. Entah mengapa so jung tertarik untuk melihat ada apa di balik gedung yang terlihat kurang populer dikalangan murid murid disekolah ini.

Sebuah lapangan kosong, dengan hamparan rumput hijau yang terlihat rajin di pangkas. Serta pohon pohon besar di sekelilingnya yang membuat tempat tersebut terlihat teduh. Seseorang terlihat tertidur diatas tempat duduk yang terbuat dari batu, seorang laki laki dengan hedset di telinganya. So jung berjalan mendekati lelaki tersebut, tak ada yang ia pikirkan gadis cantik tersebut hanya mengikuti rasa penasarannya. Angin di sekitar sini terasa begitu sejuk dan membuat so jung jatuh cinta dengan tempat yang baru ia temui ini. "Eoh.." Gumam so jung, ia terkejut menatap lelaki yang tengah tertidur pulas di siang bolong seperti ini. "Kim jong in?" Gumamnya pelan pada diri sendiri. So jung terkejut bahwa seseorang yanh tertidur di tempat sepi & terlihat jarang sekali di jamahi orang itu adalah kim jong in. Ingin sekali so jung pergi sebelum jong in sadar bahwa lagi lagi ia ketahuan sedang memperhatikannya tapi pemandangan saat ini terlalu indah untuk dilewatkan. So jung masih terpaku di tempatnya, ia memeluk bungkusan yang berisi baju olahraga di dadanya. Senyuman mengembang dari wajah cantik so jung, detak jantungnya kembali berdetak sangat kencang, ada perasaan berdesir didalam hatinya tapi so jung terlihat begitu menikmatinya sampai lelaki yang ia tatap menggeliat di tempatnya memberikan tanda tanda untuk so jung agar segera pergi dari tempatnya sekarang. So jung membalikan tubuhnya dan bersiap untuk pergi tapi..

"Kau mau kemana?" Terdengar suara di tengah desiran angin siang ini, suara tersebut membuat so jung terkejut dan malu bukan kepayang ia tak berani untuk membalikan badan dan menghadapi lelaki tersebut. "Kau mau kabur setelah menatapku?" Godaan jong in berhasil membuat so jung membalikan tubuhnya.

"Mianhae aku tak bermaksud begitu" so jung membungkukan kepalanya cepat dan menyembunyikan wajahnya yang memerah padam. Jong in terkekeh geli melihat tingkah so jung.

"Aku bercanda.." Kata jong in, "duduk.." Jong in menepuk nepuk tempat kosong disebelah tempat duduknya. So jung menatap tempat tersebut dan berfikir sejenak tapi tiba tiba saja jong in menggapai tangannya dan menarik tubuh so jung untuk duduk disebelahnya hal tersebut berhasil membuat aliran darahnya berdesir lebih kencang dari angin yang berhembus saat ini.

"Karna kau sudah datang kesini setidaknya kau haru menikmatin udara disini sebentar.." Kata jong in, ia menatap so jung dan tersenyum kepadanya. "Ngomong ngomong kenapa kau bisa tahu tempat ini? Tak banyak yang tahu & tertarik untuk datang kesini" ujar jong in, kedua manik coklatnya menatap so jung tak sabar mendengar jawaban dari gadis cantik tersebut.

"Hmm.. Sebenernya aku datang kesini karna aku kesasar.." Jawa so jung polos.

"Nee?" Kedua mata jong in terbuka lebar, "jinjja.. Haha.." Ia terkekeh lagi karna so jung.

"Waeyo?" So jung tak terima, "sekolah ini kan sangat besar, aku baru disini jadi wajar saja kan.." Kata so jung, ia mengatupkan bibirnya kesal.

"Haha.. Arraseo arraseo.." Kata jong in, "mianhae, hanya saja jawabanmu tak seperti yang aku harapkan.." Katanya.

"Apa yang kau harapkan.." Gumam so jung, ia menunduk menyembunyikan lagi wajahnya yang memerah karna malu.

"Mianhae..." Jong in menepuk nepuk pangkal kepala so jung, sontak membuat gadis tersebut membeku bagai es batu.

"Apa itu?" Jong in penasaran dengan apa yang dibawa so jung.

"Baju olahraga" so jung membuka bungkusan yang ada dipangkuannya dan memperlihatkan pada jong in.

"Dan ini.." Jong in meraih lembaran kertas yang dipegang so jung. "Aaa formulir untuk kelas khusus.." Katanya sambil membaca tulisan tulisan yang ada didalam kertas tersebut.

"Hmm.." Jawab so jung sambil mengangguk anggukan kepalanya.

"Kau mau mengambil kelas apa?" Tanya jong in tertarik ingin tahu.

"Entahlah, aku masih memikirkannya.." So jung mengangkat kedua bahunya. Kegelisahannya kembali muncul saat mengingat formulir yang diberikam guru song tersebut.

"..hmm biar kutebak.." Jong in meletakan ibu jari dan jempolnya yang terbuka didagunya, ia juga menatap so jung sambil memicingkan matanya.

So jung menatap jong in tak mengerti.

"Bagaimana jika kelas menyanyi?" Kata jong in bersemangat.

"Ne.?!" So jung melototkan matanya terkejut.

"Bukankah kau memiliki suara yang merdu?" Jong menggodanya dengan mengangkat kedua alisnya kearah so jung. Ia kembali mengingatkan kejadian dimana jong in secara tak sengaja mendengar so jung bernyanyi diperjalanan pulang kerumah.

"Oh my god!" Gumam so jung, ia menutuk wajah dengan kedua telapak tangannya. "Sangat memalukan.." Ujarnya.

"Haha.. Waeyo" jong in terkekeh geli, ia melihatkan double eyelidnya yang begitu menawan. "Apa yang memalukan? Suaramu sangat merdu! Jinjja!" Katanya, ia menyenggol tubuh so jung dengan sikutnya pelan.

"Huuh.. Haruskah aku mengatakan terima kasih padamu.." Canda so jung polos dan membuat jong in terkekeh lagi.

"Aku tak bermaksud membuatmu malu" kata jong in, "mianhae" katanya tulus, sembari menepuk nepuk pangkal kepala so jung, sontak hal tersebut membuat gadis cantik itu membatu dan dadanya berdebar semakin kencang. So jung hanya mendunduk menyembunyikan wajahnya yang saat ini mulai terasa panas.

"Kurasa kau harus memikirkannya matang matang.." Jong in berkata serius, terlihat dari wajahnya.  "Kau harus memilihnya sesuai dengan pilihanmu, sesuai dengan apa yang kau suka yang datang dari hatimu" jong in menunjuk kearah dada so jung dari jauh.

So jung memperhatikan setiap kata kata jong in.

"Bagaimana denganmu?" So jung terlihat penasaran.

"Aku?" Kata jong in, "hmm.." Anggung so jung.

"Aku suka menari.." Jong menatap langit, kedua matanya terlihat berbeda saat mengatakan hal tersebut. "Dan musik, tentu saja.." Ia beralih menatap so jung dengan senyuman di wajahnya, senyuman tersebut hampir membuat so jung tak sadar. "Satu kesatuan yang indah jika di padukan, musik yang indah akan menciptakan gerakan yang indah juga kan?" Katanya.

So jung tersenyum, jong in terlihat begitu menarik saat berbicara passion dalam dirinya seperti dalam hatinya ikut berbicara. Gadis cantik tersebut mengangguk setuju.

 


 

Siang ini kantin begitu riuh dan gaduh, istirahat makan siang kali ini sepertinya seluruh siswa datang di waktu bersamaan untuk memakan makan siang mereka dapat terlihat dari meja kantin yang begitu penuh.

"Ommo.. Penuh sekali kantin hari ini" keluh sulli yanh berhasil mendapatkan tempat duduk setelah harus melewati beberapa kegaduhan akhirnya mereka berdua duduk di meja paling pojok dan jauh dari keramaian.

"Untuk saja kita dapat tempat untuk makan" kata so jung sembari meletakan nampan yang berisi makan siangnya hari ini.

"Aaaah perutku lapar, selamat makaaan!" Kata sulli sangat bersemangat.

"Selamat makan.." Sahut so jung, mereka berdua menyantap makan siang hari ini dengan lahap.

"Apakah kau sudah mengisi formulir yang diberikan guru song kemarin?" Tanya sulli.

So jung menggelengkan kepalanya, "aku masih memikirkannya.."

"Waeyo?" Tanya sulli lagi.

"Entahlah aku masih bingung harus memilih apa, bagaimana denganmu? Apa jurusan yang kau pilih?"

"Aku memilih menyanyi dan akting.." Jawab sulli begitu percaya diri. "Apa yang kau bingungkan? Kau kan tinggal memilih saja" katanya.

So jung mengangkat bahunya, "entahlah, aku tak yakin dengan bakat yang ku miliki" katanya.

"Eiy.. Selalu saja begitu! Tak perlu banyak dipikirkan toh kita semua disini sama sama sedang belajar" kata sulli, "kau hanya perlu memilih apa yang kau suka, dengan begitu kau akan menjalani kelas khusus tersebut dengan hati yang senang benar kan?" Jelasnya dan so jung mengangguk setuju, hal tersebut penjelasan yang sama seperti yang dikatakan jong in di halaman belakang sekolah kemarin namun versi yang lebih sederhana.

 

"Terima kasih untuk hari ini dan hati hati dijalan ya anak anak.." Kata guru shin, guru kelas peroformance yang berlangsung di jam terakhir.

"Kamsahamnida songsaengnim.." Teriak seisi kelas bersamaan.

 

"Sulli-ah aku keduluan ya, aku harus kekamar mandi" so jung berakting aneh, ia melompat lompat kecil seperti tengah menahan sesuatu.

"Wae..waee?" Kata sulli yang belum selesai membereskan peralatannya.

"Aku tak tahan ingin buang air kecil.." So jung menggeliat semakin menjadi, "ahh aku tak ada waktu, aku harus kekamar kecil secepatnya..!" So jung berlarian keluar kelar.

"Ku tunggu di gerbang so jung-a!!" Teriak sulli.

"Nee..!" Balas so jung terdengar dari kejauhan.

 

"Oh my god! I'm free.." Gumam so jung, sekeluarnya dari kamar mandi. Wajahnya kembali terlihat lebih berwarna dari sebelumnya. Ia berjalan tak ada beban menyusuri koridor yang sudah terlihat begitu sepi. Ia menatap jam di tangannya, sudah menunjukan pukul 4 sore "pantas saja sudah sepi.." Katanya, kelas performance tadi menghabiskan waktu yang lama dari kelas kelas sebelumnya. Tiba tiba saja langkah gadis tersebut terhenti, sebuah musik dengan beat yang cukup kencang terdengar di telinganya dan datang dari kelas besar dengan pintunya yang terbuat dari kaca tembus pandang. So jung merasa tertarik, ia berjalan mendekati kelas tersebut dan berdiri didepannya.

Kelas tersebut terlihat seperti sebuah studio yang cukup besar dengan cermin besar yang mendominasi sebagian sisi temboknya. So jung melihat seseorang tengah menari mengikuti beat lagu yang tengah berputar mengiringinya. Seseorang tersebut terlihat seperti lelaki tampan dengan kedua matanya yang begitu serius menatap cermin dan ia begitu fokus menggerakan tubuhnya menyatu dengan musik. So jung sangat terpukau melihat kemampuan lelaki tersebut menari, gerakan gerakannya tak terlihat umum dan gampang untuk dilakukan. Lelaki tersebut sangat mempesona, dan so jung merasa mengetahui lelaki yang tengah menari didalam sana. Ia memperhatikannya dengan sangat fokus dan menyadarinya.

"Kim jong in.." Bisiknya, dan gadis cantik itu tersenyum.

 

"Kau harus memilihnya sesuai dengan pilihanmu, sesuai dengan apa yang kau suka yang datang dari hatimu" kata kata tersebut terngiang di kepala so jung, ia tak henti hentinya tersenyum saat bayang bayang jong in tengah menari begitu fokus di studio sekolah sore tadi. Ia seakan mengerti sebagaimana lelaki tersebut begitu mencintai dunia tari dan hal tersebut membuat so jung tertarik, jong in telah membuatnya terpesona.

 

Lampu sorot berwarna putih menyala di sisi sebuah meja belajar, menerangi sang pemiliknya yang tengah serius menulis diatas sebuah kertas. So jung tengah mengisi form yang diberikan guru song padanya, malam ini ia seakan sudah yakin dan percaya diri dengan apa jurusan yang akan dia pilih.

 

Singing,

 

So jung menulis di kolom pilihan yang sudah tertera di formulir tersebut. Pulpennya terhenti beberapa saat ketika akan menulis pilihan terakhirnya. Ia tersenyum dan melanjutkannya...

 

Dance, Tulisnya lagi.

 

 

to be continued...



 

yeeaayy!! chapter dua sudah selasaiiii :> jujur deh aku seneng bgt bikin FF ini, antusias sekali mikirin moment moment manis kai & krystal yg bakalan banyak terjadi di chapter selanjutnya soooo tungguin terus chapter chapter selanjutnya yaa chingudeul semoga kalian sukaaaa, enjoooy >.<

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Warda-ssi #1
Chapter 3: Boleh minta no. Jongin juga gak? Aaaaaaa :D
Warda-ssi #2
Chapter 2: Aaaa akhirnya soojung pilih dance. Soalnya suka. Suka. Jongin. Haha
Siapa tau merek sekelas yah. Aamiin kkkkkk
Warda-ssi #3
Chapter 1: Suka part 1 nya unnie :)
Kelihatan soojung yg suka duluan yaaa. Sukaaaa bgt :)
Warda-ssi #4
Seruuu kayaknya nih. Aku baru buka aff x_x
Jadi ketinggalan...
affexions
#5
Chapter 3: so cuuuuute^^ update soon please
dhedho
#6
Chapter 3: Ah manis bgt ceritanya thor.. banyak bgt moment kaistalnya (^.^)suka deh sama tiap momentnya hehe.. jongin selalu ada buat soojung.. kya'nya soojung udah suka bgt ya sama jongin?? Hehe
Apalagi kyungsoo tau kalo ada apa" antara jongin sm soojung hehe.. bantulah mereka kyungsoo (^-^) hahaha
Chap ini manis bgt lah momentnya... sukasuka ^^
lee-jungjung #7
Chapter 3: Annyeong thor-nim.. suka deeh sama cerita ini... .jongin so sweet banget ke soojung.. dan sepanjang cerita bikin senyum2 sendiri... hehehe
Nahh.. si sehin ngapain tuuh?? Adih jgn sampe gara2 dia persahabatan soojung sulli berantakan.. dan kyungsoo??? Dia kaistal shipper ya?? Hahaha..
Okee.. next chap ditunggu... fighting
dhedho
#8
Chapter 2: Iya author.. sama rasanya sneng bgt baca moment" mereka (^-^)
Romantis tp gemesin jg hehe ditunggu chap selanjutnya ya author..
dhedho
#9
Chapter 1: Yeaaa... soojung akhirnya ketemu jg sama si jongin.. tp itu jongin sm tmn"nya trainee SM yah?? Moga" aja pendekatan soojung sm jongun lurus" aja .. Hahaha ga ada hambatan gtu.. Ditunggu part selanjutnya ya author..
afrinadarwisyah #10
Chapter 1: Nextt pleasee :/ aq harap yg sulli lihat itu bkn kai yaa jgn sampai krystal sama sulli berantem nanti hohoho fighting :)