Hurt

Description

“Jangan tangisi sebuah kematian, tangisilah dirimu yang ditinggalkan”

Kini sendiri bersama bayang dirinya, yang takkan pernah hilang dan kan selalu dikenang. Gadis itu mencoba kuat akan kematian satu-satu adiknya. Tetapi dia bisa berbuat apa. Yang dia tahu rencana Tuhan tidak pernah buruk. Dia percaya ada pelangi setelah hujan, begitu pun kebahagiaan akan muncul setelah semua kesedihan ini.

 

 

“Kau tanggalkan pagiku dalam senja, berlalu tuk iringi malam nya”

 

Pada akhirnya dia menyadari kehilangan salah satu kesayangan nya. Meninggalkan gadis itu dengan mimpi-mimpi yang mereka buat.

 

“Ketika di ujung kesakitan ku adalah menghilangnya terang, maka biarkan gelap ini terus membayang”

 

Bahkan mungkin gelap ini akan terus menyelimutiku. Hingga dia tak sadar dirinya berada dalam gelap itu, dengan sakit yang telah lama ada.

“Terkadang aku enggan bertemu sang malam. Karena bayang mu selalu menyelinap dibalik sunyi nya”

Dia takut dihancurkan sepi dikala riuh bahagia mulai menjemputnya. Seolah mimpi itu terus mendesaknya untuk maju. Dia tidak punya pilihan lain.

Aku ingin seperti fajar yang menyuguhkan butiran segar, tanpa pernah membawa sisa debu kemarin”

Bagai butiran udara yang mengisi sisa hidup nya. Perlahan gadis itu bangkit saat kesempatan mendekatinya. Bagaimana pun, dia harus melanjutkan hidup nya.

“Kita pernah berbagi kebahagiaan, mungkinkah kali ini giliran dirinya untuk membahagiakan ku?”

Saat gadis itu mulai bangkit. Telah mencapai apa yang ia dan adik nya tuju. Tidak tahu bagaimana takdir mempermainkan kehidupannya, saat gadis itu dipertemukan oleh lelaki idaman adiknya, bolehkah dia egois untuk merasakan kebahagiaan bersama lelaki itu?

“Aku hanyalah dedaunan kering, yang mustahil kembali ke cabang hatimu?”

Gadis itu hanya bisa membiarkan dirinya teduh dalam bayangan, hingga angin berhembus menyapu. Dia masih takut untuk memulai, dia takut membayang masa lalu.

“Dalam setiap sudut kesunyian malam, kusimpan semua angin tentang dalamnya perasaan ku terhadap mu”

Lelaki itu tidak akan pernah tahu bagaimana perasaan nya. Gadis itu tidak pernah memberitahu nya. Dia masih diselimuti oleh ketakutannya.

“Bukan langkah ku yang tak bisa kembali kepada mu, hanya saja hatiku yang belum siap melangkah menuju mu”

Gadis itu tidak tahu apa yang telah dia lakukan dan apa yang harus dia lakukan. Bagaimana perasaan nya tersiksa harus menahan segala nya yang ia rasakan.

“Dan lelaki itu selalu datang, lagi dan lagi. Seperti akar yang memberikan segalanya, walau kadang sang bunga tak pernah melihatnya”

Lelaki itu merasa diambang. Apa yang telah dia lakukan terhadap gadis itu dan apa yang harus dia lakukan. Lelaki itu, juga merasakan sakit dan tersiksa dicelah dirinya mencoba mendekati gadis itu.

“Biarkan aku mencintai mu dalam diam, agar tidak ada yang bisa memusnahkan rasaku.”

‘Bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Aku lelah berpura-pura.’ Hanya itu yang ada dipikiran gadis dan lelaki itu.

“Mungkin kau lupa, aku adalah bahasa yang tidak pernah mampu kau ucapkan”

Sekalipun jika lelaki itu tidak pernah diberitahu akan perasaan si gadis, dia tahu bahwa tatapan gadis itu berbeda jika melihat dirinya, hanya saja gadis itu tidak mampu untuk menunjukannya secara jelas.

“Tolong lihat dan rasakan cintaku. Yang selama ini kau tepis dengan keacuhan mu”

‘Beri aku kesempatan untuk memilikimu. Agar kau tahu betapa dalamnya cintaku padamu.’ tanya lelaki menatap gadis itu dalam.

 

“Karena waktu dan keadaan tak pernah mengizinkan. Mengizinkan kau dan aku menjadi kita.”

 

“Maaf…” hanya itu kata yang bisa gadis itu ucapkan.

Foreword

Anna Choi –Choi Ji Eun- dan Ariel Choi –Choi Eun Ri- hidup seperti kembar yang tidak bisa dipisahkan meskipun mereka bukanlah anak kembar. Anna Choi yang lebih tua setahun adalah kakak satu-satu nya bagi Ariel Choi. Begitu pun sebaliknya. Ariel yang selalu ceria, banyak bicara, dan humoris berbeda dengan Anna. Tetapi dengan perbedaan itu mereka saling melengkapi dengan kehidupan mereka yang bukan berada di tanah kelahiran ayahnya.

 

Ariel yang selalu peduli dan rindu terhadap kampung halaman nya, Korea. Hingga perkembangan artis di Korea tidak pernah terlewatkan oleh Ariel. Tetapi hanya satu lah dari mereka yang mampu melelehkan hati Ariel, grup lelaki yang dia ketahui terganteng dan terhebat di Korea, EXO. Segala tentang EXO dia ketahui lebih baik dibanding dirinya sendiri. Berbeda dengan Anna yang mencoba untuk menjalani kehidupan nya sejak ia dilahirkan di New York. Bagi Anna sama saja di Korea mau pun di Amerika, selagi dia bisa bernafas dan makan, dia akan baik-baik saja.

 

Walaupun mereka berbeda, tetapi mereka berada diminat yang sama. Mereka berdua mengambil kelas modelling di Juilliard School, yang status sekolah mereka tidak pernah diragukan oleh dunia. Ariel sendiri memilih modelling memiliki mimpi bisa menjadi model terkenal dan bertemu dengan idola nya berbeda dengan Anna yang memang hobi dengan segala kegiatan modelling.

 

Mereka memang berbeda, tetapi itu lah mereka. Saling melengkapi. Melakukan hal gila bersama. Belanja dan menonton bersama. Tanpa ada rasa bosan yang menghampiri mereka. Tidak terpisahkan satu sama lain.

 

Tetapi apa yang bisa mereka lakukan saat takdir berkata lain? Saat kondisi kesehatan Ariel juga mengikuti perbedaan mereka?

 

 ***

“Kakak ku yang baik, setidak nya jika aku pergi, akhirnya salah satu mimpi ku bisa bertemu dengan lelaki idaman ku itu telah aku gapai, jika aku aku harus meninggalkan mu terlebih dahulu, kau harus bisa melanjutkan mimpi ku juga ya, mimpi kita” -Ariel Choi=

 

“Adik ku, aku telah mencapai satu persatu mimpi kita, hingga aku bertemu dengan lelaki mu itu. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Disisi lain aku membenci nya tetapi disisi lain hatiku berkata lain, apa yang harus aku lakukan?” -Anna Choi-

 

 

“Dia berbeda. Aku tidak tahu bagaimana perasaan ini muncul, tetapi aku menyukai tatapan dingin nya. Aku menyukai nya hingga memimpikannya. Aku pun tak pernah menginginkan lebih tetapi semakin hari aku melihatnya aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Apa yang harus aku lakukan?”

 –Chanyeol Park-

 

“Aku mengetahui dirimu bukan hanya hari ini, tetapi sudah lama. Bagaimana tidak, bagi ku diantara mereka kau lah yang paling bersinar. Dan sekarang aku diberi kesempatan untuk lebih dekat dengan mu. Tetapi aku tidak sepenuhnya senang, jika benar bisa nya diriku memiliki dirimu tetapi tidak cinta mu, apa yang harus aku lakukan?” -Jongin Kim-

 

“Aku tidak pernah memaksa dirimu. Aku membiarkan mu hidup dengan pilihan mu. Apapun yang kau lakukan dan berapa banyak kau menghancurkan hatiku, aku akan selalu tersenyum pada mu seperti ini. Selama kau tidak membuat dicelah diantara kita, itu sudah melebihi cukup bagi ku” -Wu Yi Fan.

 

 

So this is (not) my first story. But it is first story that I post to a blog. Aku tidak berani berharap banyak tetapi aku hanya berharap satu hal kalau kalian suka, terus tinggalin beberapa komentar yang mungkin akan membantu aku untuk post lebih banyak cerita lagi. Cukup sekian dan terimakasih. Xoxo~

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet