I [Never] Regret[ted] You [Indonesian]

I [Never] Regret[ted] You [Indonesian]

Waktu terus berjalan dan Baekhyun menunggu dengan sabar tanda-tanda bahwa Chanyeol akan pulang.Ia melihat jam dan sadar bahwa sekarang sudah lewat dari jam dua belas.

Happy Anniversary...

Pikirnya,ia sudah menambah semua waktu saat menunggu suaminya untuk pulang—menambah waktu untuk makananan yang kini berubah dingin,sedingin ruangan dimana ia berada merasakan pahit dan kesepian.

Matanya menatap pada cincin di tangan dan ingat kebahagiaan yang ia rasakan ketika Chanyeol berlutut dengan satu kaki dan memintanya untuk hidup bersama— menikah,saling mencintai untuk selamanya —tapi tidak ada yang abadi. Kemudian,kenangan indah yang ada berubah dengan cincin yang menghilang dan bulan penuh perdebatan dan perkelahian memenuhi kepalanya.

Mereka masih muda ketika mereka menikah tahun lalu. Tak satu pun dari mereka berpikiran bahwa pernikahan itu akan terasa sangat sulit . Bagi mereka,menikah adalah tentang pasangan yang bahagia yang tidak akan pernah bertengkar dan selamanya saling mencintai,tapi kemudian mereka sadar bahwa pernikahan berarti lebih dari itu.






Kepercayaan.Adalah sesuatu hal yang mereka berdua pikir meraka miliki,tapi jam kerja yang panjang dan malam-malam panjang yang diisi dengan bekerja atau bahkan mengorbankan kesedirian.Rasa tidak percaya itu akhirnya timbul dan setiap kali mereka berusaha untuk bicara tentang perasaan mereka dan memperbaiki "Rasa tidak percaya" ini selalu berakhir dengan perkelahian—berteriak tentang kurangnya kepercayaan yang mereka memiliki satu sama lainnya.

Akhirnya Baekhyun akan mengambil tempat tidur dan Chanyeol tidur di ruang tamu—meskipun baru,Chanyeol terpaksa meninggalkan apartemen dan tidak akan kembali hingga hari berikutnya yang hanya Tuhan yang tahu dia dimana.
Baekhyun tidak ingin tahu. Ia tidak ingin tahu di mana atau dengan siapa Chanyeol menghabiskan malam karena begitu banyak pertengkaran membuatnya marah, ia masih mencintai pria tinggi itu dan meskipun itu menyakitkan saat ia menyadarinya. Setidaknya menjadi tidak peduli bukan berarti ia bisa terus hidup dengan rasa sakit setiap kali Chanyeol pergi,tapi di bagian paling dalam dari hatinya,Baekhyun memikirkan hal sebaliknya.

 


Surat perceraian telah diletakkan di atas meja. Itu adalah hasil dari salah satu pertengkaran mereka dan Baekhyun telah hancur dan menangis. Chanyeol berdiri di depannya,menatap suaminya yang lebih kecil darinya itu menangis dengan frustasi dan patah hati. Di dalam hatinya, Chanyeol tidak menginginkan ini—semua yang di khayalkannya untuk mereka kini telah berantakan dan dia sudah tidak tahan lagi.

"Mari kita bercerai ..." Ucapnya dengan suara tegang dan serak.

Baekhyun mengangkat kepalanya dengan air mata yang masih menggenang di matanya yang memerah karena menangis. Wajahnya berubah, memberikan Chanyeol sebuah tatapan yang paling menyakitkan padanya. "Apa?"

Chanyeol tidak tahan menatapnya. Matanya turun menatap lantai. "Ini tidak akan berhasil, Baek ..."

Baekhyun sangat marah, tapi hanya air mata yang keluar. Ia tidak pernah berpikir untuk menyakiti Chanyeol hingga sejuta tahun, tetapi kenyataan yang ia miliki saat ini adalah bahwa dia sendiri yang menyarankan perceraian—cara terbaik untuk semua ini—membuatnya sakit.

Mengepalkan tangan, Baekhyun mulai memukul dada Chanyeol seraya menangis tak terkendali. Chanyeol membela diri dengan meraih dan memegang pergelangan tangan Baekhyun dan menjauhkan tangan itu darinya.Mengetahui usahanya itu sia-sia, Baekhyun menarik tangannya menjauh dengan marah ia menyeka air mata dari wajahnya.

"God damn it, Chanyeol ..." Ucap Baekhyun. "Kau benar-benar bodoh ..."

Chanyeol menelan ludah saat ia mencoba melangkah maju dan menyentuh Baekhyun. "Aku hanya— "

Baekhyun mundur kebelakang dan menolak untuk menatap mata Chanyeol. Mengerucutkan bibirnya, Chanyeol menurunkan tangannya di sisinya dan mengatup rapat rahangnya. Tanpa berkata apa-apa lagi kepada suaminya yang menangis itu, Chanyeol menyambar jaketnya dari rak mantel dan meninggalkan apartemen.
 

 


Meskipun semua pertengkaran dan kata-kata telah berubah pahit— bahkan perceraian—Baekhyun masih berusaha memberikan segalanya. Ia masih ingin bersama Chanyeol seperti janjinya di altar karena ia masih mencintai pria tingginya yang bodoh itu.Setelah berpikir tentang hal itu untuk waktu yang lama, ia memutuskan bahwa ia bersedia untuk memperbaiki kesalahannya jika Chanyeol bersedia untuk berusaha memperbaiki kesalahannya dalam hubungan mereka.


Usaha pertama Baekhyun adalah pada malam itu— hari jadi mereka,satu tahun setelah pernikahan sederhana mereka.Ia pergi ke toko, membeli hadiah yang ia buat sendiri, dan membeli bahan-bahan makanan yang di butuhkan untuk membuat makanan kesukaan Chanyeol, tapi seiring waktu berlalu tanpa panggilan dan tanpa pesan—bahkan tidak ada satu pun balasan—Baekhyun merasa semua usahanya sia-sia.


Menyadari bahwa Chanyeol tidak akan pulang ke rumah,Baekhyun berdiri dan mulai membersihkan semua kerja kerasnya dari meja.Ia mengambil makanan yang ia masak dengan hati-hati dan menaruhnya di atas piring,yang kemudian ia letakkan di luar untuk seekor kucing.Setidaknya ada yang cukup menghargainya.


Bakhyun baru saja selesai mencuci semuanya dan menyeka tangannya, ponselnya berdering. Berpikir bahwa mungkin itu adalah Chanyeol, Baekhyun dengan cepat meraihnya dan menjawab panggilan yang ternyata adalah Kai.

"Hei, Baek..."

Baekhyun harus berkonsentrasi. Musik dan suara latar belakang yang keras membuatnya agak sulit mendengar Kai. "Hei ... Apa yang terjadi?"

"Tidak ada apa-apa—kau belum tidur kan?"

Baekhyun menipiskan bibirnya. "Tidak ... aku sedang menunggu Chanyeol ..."

Ada jeda di ujung sana sebelum Kai bicara lagi. "Apakah itu malam ini?" Ketika ia tidak menjawab, Kai tahu.
"Baekhyun—"

"Tidak," Baekhyun dengan cepat memotong. "Jangan minta maaf untuknya..."

"Tapi dia mengacaukannya, damn it," umpat Kai .

"Yeah, tapi aku sudah tidur dengannya, sekali, jadi malam ini tidak apa-apa," gumam Baekhyun. "Kenapa kau menelepon, Kai?"

Kai menghela nafas. "Chanyeol bersama ku dan dia mabuk. Dia bahkan tidak bisa melihat atau berpikir jernih lagi."

"Oh ..."

"Baek, jemput dia." Kemudian Kai mengatakan sesuatu yang lain yang memicu percikan api kecil di dalam diri Baekhyun. "Cepatlah jemput dia sebelum ia pulang dengan salah satu dari gadis-gadis ini."

 

~*~*~

 

Baekhyun meninggalkan apartemen secepat mungkin. Ia mengenakan jaket karena udara malam yang dingin dan membawa jaket lain untuk Chanyeol kalau-kalau dia kedinginan sejak dia pergi tadi pagi tanpa mengenakan jaketnya.

Ketika ia tiba di bar dimana Kai menyuruhnya pergi tadi, Baekhyun menyelinap masuk. Ia melewati beberapa orang yang tampan dan cantik, tapi semuanya bertindak tidak senonoh. Ia merasa semua mata menatapnya seolah-olah mereka membuka semua bahan pakaian yang ia kenakan. Sejujurnya, Baekhyun merasa tidak nyaman karena berbagai alasan. Ia tidak suka orang-orang menatapnya dengan tertarik kecuali mata milik Park Chanyeol. Kemudian ia juga merasa tidak nyaman memikirkan Chanyeol mengunjungi tempat seperti ini. Mungkin ini adalah tempat di mana Chanyeol menghabiskan waktu berjam-jam untuk "Lembur".

Baekhyun mengenyahkan pikiran itu. Ia mengingatkan dirinya bahwa itu karena mereka memiliki masalah kepercayaan.

Saat Baekhyun hendak berputar ke sudut bar, ia berhenti di tengah jalan ketika ia mendengar tawa Chanyeol yang berbeda dan suara keras di luar sudut itu. Ia mencoba untuk bergerak lagi, tapi kemudian ia mendengar namanya sendiri muncul.

Apa yang Baekhyun dengar selanjutnya melukainya. Chanyeolnya—pria dengan senyum bodoh yang membuatnya jatuh cinta ; pria yang ia nikahi; orang yang secara "Tidak sengaja" mengambil pesanan kopinya hanya untuk berbicara dengannya —Chanyeol yang seperti itu sudah hilang.Sebaliknya—bahkan tanpa melihat nya—Baekhyun mendengarnya mabuk, menyebutkan namanya dan semua daftar penyesalannya, tapi tidak sampai rasa penyesalan itu berakhir Baekhyun merasa dadanya menyempit.
 


"Aku menyesali ini ..."

Baekhyun mendengar sebuah denting kecil meskipun suara keras di sekelilingnya. Itu pasti Chanyeol yang tengah memukul cincin kawinnya pada beberapa gelas seperti benda itu tidak ada artinya. Setiap kali Baekhyun mendengarkan suara yang semakin tajam itu, hatinya berdarah.

"Tuhan, berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk ini?" Chanyeol tertawa sejenak sebelum membiarkan rasa pahit itu mati. "Aku bisa menghabiskan uang pada sesuatu yang benar-benar ku inginkan ..."

Baekhyun merosot ke dinding dan mencoba untuk menahan tangis yang terasa menyakitkan ketika ia mendengar sisanya.

"Aku bahkan tidak tahu jika menginginkan ini lagi ... Tuhan, aku sudah lelah..." Chanyeol terkekeh . "Setiap kali aku melihat ini, aku ... Aku tidak tahu. Aku tidak merasakan apa-apa lagi ... Semua yang kami lakukan adalah bertengkar dan seluruh pernikahan ini, rasanya seperti sebuah kepalsuan..."

Sebuah botol di banting dengan kasar sebelum Baekhyun mendengar Chanyeol mendengus.

"Aku tidak ingin mengatakan ini ... Bukan maksud ku... Kami terlalu cepat menjalani semua ini..."

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" seseorang bertanya.

Baekhyun mengenali suara itu adalah suara Kai.

"Aku mulai menyesal pernah menikahinya ..."

Baekhyun berdiri dan berlari ke kamar mandi terdekat. Ia mendorong semua pemabuk ke samping dan mengunci diri di kamar mandi. Pintu menutup dan di dalam kamar mandi itu tangisannya menggema. Ia mendengar sesuatu yang pecah.Mungkin itu beberapa pemabuk di luar yang telah terpeleset dan menjatuhkan botol mereka, hancur, tapi untuk Baekhyun, itu adalah suara hatinya sendiri yang akhirnya pecah berkeping-keping.

Menit berlalu sebelum Baekhyun mengatakan pada dirinya sendiri untuk mendapatkan pegangan dan memasang wajah yang kuat. Ia meninggalkan bilik kamar mandi dan mencuci tangannya, dan kemudian ia memercikkan air ke wajahnya,kembali mengingatkan dirinya .

Ketika ia selesai membuat dirinya terlihat senormal mungkin, Baekhyun keluar kamar mandi dan kembali untuk menjemput suaminya seperti yang telah direncanakan. Saat ia berbalik ke sudut dimana ia telah mendengarkan Chanyeol bicara tentang mereka tadi, ia melihat bahwa Chanyeol telah pingsan.

Kai menatapnya, tapi tidak berkomentar tentang raut wajahnya. Dia, sebaliknya, membantu Baekhyun membawa Chanyeol ke dalam taksi, dia bahkan ikut naik dan mengantar sampai ke apartemen mereka dan membantu Baekhyun menjatuhkan Chanyeol di tempat tidur. Setelah Baekhyun mengucapkan "terima kasih", Kai pergi, meninggalkan Baekhyun menatap cinta dalam hidupnya, yang menyesal pernah menikahinya.

Baekhyun menghela napas berat dan sepenuhnya merasakan bahwa dadanya terasa sakit sehingga sulit untuk berfungsi. Melepaskan sepatu Chanyeol, Baekhyun membuka kancing atas kemeja Chanyeol karena suaminya tidak pernah menyukai sesuatu yang terlalu ketat di sekitar lehernya itu agar membuatnya nyaman. Setelah mendapatkan kain basah, Baekhyun dengan lembut mengusap wajah Chanyeol yang bersih. Ia tidak bisa menghilangkan bau suaminya karena minuman keras dan mungkin wanita, sehingga hal yang bisa ia lakukan adalah membersihkan wajahnya yang bersih dengan lembut.

Tubuh Chanyeol terlalu besar bagi Baekhyun untuk mengganti pakaiannya jadi Baekhyun membiarkannya seperti apa adanya. Ia menarik selimut di atas tubuh pria tingginya dan dengan lembut menaruh kepalanya di atas bantal. Ia membenahi setiap sisi tempat tidur dan memastikan bahwa Chanyeol aman diletakkan disana sebelum ia melangkah mundur.

Baekhyun terus menatap suaminya yang sedang tertidur itu, Baekhyun merasa dirinya seperti tertarik, tapi ia sadar bahwa ia harus terus bergerak. Menunduk, Baekhyun mencium pipi Chanyeol. Ia bermaksud untuk menarik diri dengan segera, tapi bibirnya bertahan di sana selama beberapa saat sebelum ia menyadari bahwa ia mulai menangis lagi.

Baekhyun dengan perlahan menarik diri dan melangkah mundur. Ia menatap Chanyeol untuk terakhir kalinya sebelum berjalan ke lemari mereka, mengambil salah satu koper mereka.

 

~*~*~

 

Ketika Chanyeol terbangun keesokan harinya, hari sudah sore dan ia merasa kepalanya benar-benar sakit. Ia mengerang, mengusap wajahnya. Ia bisa mencium dirinya sendiri dan ia membencinya. Detik berikutnya sebelum ia memaksa dirinya untuk duduk dan melihat sedang berada di hotel—mana ia menginap semalam. Ketika segala sesuatunya tampak familiar, ia menyadari bahwa itu adalah kamar tidur Baekhyun dan kamar tidurnya. Menatap seluruh ruangan, Chanyeol melihat dua pil dan segelas air, itu jelas Baekhyun yang menyiapkan untuknya.

Ia duduk di tempat tidur selama sepuluh menit, mencoba untuk mengumpulkan nyawanya dan ber istirahat sejenak sebelum ia melemparkan selimutnya. Dengan perlahan Chanyeol berjalan sendiri dari kamar tidur, memanggil nama Baekhyun. Ia mendengarkan, tapi ia tidak pernah mendapat jawaban.

Chanyeol terus memanggil karena di pikirannya, Baekhyun selalu ada disana. Dia selalu di rumah setiap kali Chanyeol membutuhkannya—dan dengan sakit kepala ini, ia sangat membutuhkan Baekhyun.

Tiba di dapur, Chanyeol berharap Baekhyun berada di sana, mungkin memasak dengan headphone, karena itu tidak dapat menjawabnya, tapi Chanyeol tidak melihat suaminya itu di manapun. Yang bisa ia lihat disana hanya sebuah meja.

Di atas meja, vas kecil berada di tengah dengan beberapa bunga segar yang Chanyeol pikir Baekhyun membelinya untuk memperindah dekorasi. Piring di atas meja, tapi ditutupi dengan sebuah tutup aluminium agar menjaga makanan tetap hangat.

Ketika Chanyeol mengangkat tutupnya, ia melihat makanan dan sebuah catatan kecil berada di atas sebuah benda di bawahnya. Mengabaikan catatan itu, tangan Chanyeol mengambil sepiring makanan, tetapi segera memasukkannya kembali ketika ia merasakan bahwa makanan itu sudah dingin.

Mengira bahwa Baekhyun mungkin saja berada di apartemen, Chanyeol memanggil namanya lagi, tapi seperti sebelumnya,yang bisa ia dengar hanya suaranya yang nyaring. Jantung Chanyeol mulai ber degup gugup ketika ia menyadari bahwa Baekhyun tidak berada di apartemen. Ingin tahu di mana suaminya itu berada, Chanyeol mengeluarkan ponsel dari sakunya ditempat ia meninggalkannya semalam.
Ia terus memanggil nomor Baekhyun berulang-ulang, tapi setiap panggilan langsung masuk ke pesan suara. Sebuah suara kecil dalam kepalanya mengatakan pada Chanyeol bahwa ada sesuatu yang salah mengingat fakta bahwa Baekhyun telah mematikan ponselnya , hal yang tidak pernah dilakukannya.

Chanyeol pindah ke ruang tamu dan menjatuhkan dirinya di sofa. Ia mengerjap selama beberapa detik sebelum berbaring di kursi. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidur lagi, berpikir bahwa ketika ia bangun, Baekhyun akan berada di rumah.

 

 


Ternyata Chanyeol tidur lebih lama dari biasanya. Ketika Chanyeol terbangun, ia melihat jam dan melihat bahwa ini sudah jam enam sore.

"Baek?" Panggilnya dengan suara serak. "Baekhyun, kau di mana?"

Tidak mendapat jawaban, Chanyeol melihat ke sekeliling apartemen. Ketika Baekhyun tidak terlihat, Chanyeol mencoba menelponnya lagi, tapi ponsel itu mati atau dimatikan. Ia tidak punya cara untuk menghubungi suaminya yang kecil dan lembut itu, dan matahari mulai terbenam.

Di mana dia? Chanyeol mulai panik karena kemungkinan apa yang bisa saja terjadi pada Baekhyun muncul di kepalanya. Suaminya yang kecil itu bisa saja sudah berjalan pulang dan diculik. Bahkan mungkin dibunuh.

Pikiran buruk lainnya mulai menyerbu Chanyeol, ia baru saja akan menelepon polisi dan melaporkan kasus orang hilang.

Ia baru saja akan meninggalkan apartemen untuk menemukan suaminya yang hilang, Chanyeol tiba-tiba teringat catatan itu; catatan di samping makanan dingin yang ia ambil ketika ia bangun.

Berlari ke ruang makan, Chanyeol melemparkan ke samping tutup dan menyambar catatan itu. Sebuah benda kecil berada di atasnya. Sebelum Chanyeol bisa mulai membaca catatan kecil itu, matanya terpaku pada cincin kawin yang ada di sana.

Menyadari semua masalah yang mereka memiliki, Chanyeol tiba-tiba menjadi takut bahkan untuk membaca catatan kecil yang hanya berisi beberapa kata itu. Tangannya gemetar ketakutan dan semua yang bisa ia pikirkan adalah "Tidak, tidak, tidak, tidak ..."

Kemudian, saat ia menyadari semua itu ia merasa seperti telah di pukul oleh satu ton batu bata— ia telah melewatkan hari jadi mereka karena dia pergi ke bar sebagai gantinya.

Rasa bersalah dan penyesalan itu menghinggapinya, dan Chanyeol tidak tahan untuk mengetahui apa isi catatan tersebut, tetapi kemudian, ia mengumpulkan keberanian kecil untuk membaca pesan kecil yang telah di tinggalkan suaminya bersama dengan cincin pernikahannya.
 


Pernikahan kita memang tidak sempurna. Kita terlalu banyak bertengkar dan mungkin kita menikah terlalu cepat,tapi Aku tidak pernah menyesal menikah denganmu

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Cbhhkscm #1
Chapter 1: Astagaa TT
hyera832 #2
Chapter 1: Oh my god, aku bener2 nangis bacanya
jekyung12 #3
Knp cerita sesingkat ini bisa bikin air mata aku jatuh? :( knp singkat banget ceritanya? Baekhyun kemana? Chanyeol butuh baekhyun. Please comeback :(