TWO

ABOUT MIRACLE

5 Juni 2014

 

"Eonnieeeeeee......"

 

"Huh...huh...huh..." nafasku tersenggal senggal, suara teriakan tersebut kembali menjadi mimpi burukku. Teriakannya memekakkan kedua telingaku. Lagi lagi aku terbangun dalam kondisi lelah dan dipenuhi keringat. Entah mengapa sejak pertama kali aku bangun dari komaku 6 bulan yang lalu aku selalu tidur dengan mimpi yang sama. Selain itu teriakan melengking panjang seorang wanita selalu ku dengar disetiap tidurku.

 

Aku terduduk di atas ranjangku, ranjang kayu yang tingginya tak lebih 50cm dari ubin kamarku. Ranjang single yang dipenuhi bantal bertuliskan kitab suci yang kuyakini dapat menjagaku dari mimpi buruk namun hal tersebut tak terjadi padaku. Bahkan dreamcatcher yang ku gantung di langit langit kamar tepat didekat kepalaku tak berjalan seperti fungsinya.

 

Namaku yoona, Im Yoona. Umurku genap 24 tahun dan aku datang dari jepang begitulah yang aku tahu tentang diriku-setidaknya itulah yang aku dengar dari dokter Andy lee beserta bukti bukti tanda pengenalku yang ditemukan disaat kecelakaan silam lebih dari itu semuanya 0 besar. 

 

Apakah yoona memang aku? Seorang seperti apa sebenarnya aku? Apa yang aku lakukan dikehidupanku sebelumnya? Aku benar benar tak mengetahuinya. tak ada yang tersisa dari diriku, selain namaku Im Yoona. 

http://i61.tinypic.com/2z7etrt.jpg

Aku datang dari jepang? Lalu apa tujuanku datang ke seoul? Mengapa aku bangun di salah satu rumah sakit Korea Selatan? Untuk apa aku datang kesini hal itulah yang membuatku penasaran sampai mati. Rasa ingin tahuku sangat besar sampai menguasai diriku sendiri.

 

Kecelakaan yang menimpaku tak meninggalkan sedikitpun memory dikepalaku. Aku mengalami amnesia, begitulah yang lagi lagi ku tahu dari dokter lee. Aku mengalami masa hidup dan mati selama 1 tahun lamanya, ia bilang nafas serta organ tubuhku berfungsi normal saat ini adalah sebuah keajaiban.

 

Tidak hanya itu, aku memiliki keajaiban lain dalam kehidupan keduaku ini-begitulah aku menyebutnya. Setelah sekian lama kedua mataku terpejam, kini keduanya kembali terbuka dan kembali berfungsi dengan baik. Namun aku tak yakin apa kedua mataku berfungsi normal atau tidak, karena kedua mataku kini dapat melihat semuanya. Yaa semuanya! Yang kasat dan tak kasat aku dapat melihatnya. Aku dapat melihat apa yang orang normal lihat dan tidak dapat dilihat.

 

Aku dapat melihat arwah...

 

Aku melihat arwah yang berbeda beda disetiap harinya, di berbagai tempat, dengan wujudnya yang tak dapat kuduga. Perempuan, Anak kecil, Pak tua semua datang karena urusan mereka sendiri sendiri.

 

Setelah kejadian aneh dirumah sakit lalu, kini semakin banyak kejadian kejadian serupa yang menggangguku. Mereka menampakan wujudnya tidak hanya untuk menerorku atau sekedar memperlihatkan kepadaku bahwa mereka ada. mereka datang menghampiri aku. Mempermainkan aku, menakut nakutiku dengan wujud menyeramkan mereka , mengganggu hariku agar aku menuruti permintaan mereka yaitu urusan dunia yang membuat mereka bergentayangan penasaran.

 

Penglihatanku ini seolah mengundang mahluk tersebut mendekat padaku...

 

***


 

"Anyeong haseyo songsaengnim.." yoona muncul dari balik pintu ruang praktik dokter lee, setengah tubuhnya muncul dari balik pintu berwarna putih tersebut. Wajahnya terlihat begitu bersemangat menunggu dipersilahkan masuk oleh dokter lee.

 

"Kau.." Kedua mata dokter lee melotot jahil, "masuklah.." Ia melambai sebelah tangannya mempersilahkan masuk.

 

Dengan girang gadis bertubuh kurus tersebut masuk kedalam ruangan praktik dokter lee yang berada di rumah sakit tempatnya tersadar 1 tahun lalu.

 

"CHAN..!" Ia mengangkat sebuah bungkusan dari balik punggungnya, "makan siaaaang... Lee songsaengnim" yoona membungkuk sopan kearah dokter lee sembari terkekeh jahil lantas gadis tersebut duduk tepat di hadapan dokter lee.

 

"ck... Mwoyaaa" sahut dokter lee sedikit terkejut, "apakah kau membawakan aku bekal?" Tanyanya tak percaya.

 

"Sudah tak perlu bertanya makan saja..." Gerutu yoona sembari mengeluarkan dua kotak persegi dari dalam bungkusan yang ia bawa, "selamat makan songsaengnim.." Ujarnya berakting sopan sembari memberikan sumpit pada dokter lee.

 

"Ckck.." Sahut dokter lee terkekeh geli.

 

"Jadi ada apa ini?" Tanyanya tetap mendesak yoona. "Apa kau menginginkan sesuatu?" Tambahnya, "katakanlah padaku.." Ujarnya cuek sembari melihat lihat isi bekal yang dibawa yoona

 

"yaa oppaa...." Ujar yoona kesal.

 

Dokter lee lagi lagi terkekeh jahil.

 

"hmm.. sebenarnyaaa, aku ingin mengatakan sesuatu.." ujar yoona dengan nadanya yang rendah.

 

"waeyo?" dokter lee menatap gadis dihadapannya sembari mengunyah makanan dimulutnya.

 

"... oppa sepertinya aku... Aku akan memulai hidupku"

 

Dahi dokter lee berkerut tak mengerti, "maksudmu?" Tanyanya penasaran.

 

"Hmm.. Aku akan memulai hidupku yang baru" yoona membalas tatapan dokter lee, nada bicaranya tak lagi rendah, kedua matanya terlihat yakin.

 

"Aku akan mencari tempat tinggal baru, juga akan mencari pekerjaan.. Seperti orang orang normal menjalani hidupnya" jelasnya semangat.

 

"Maksudmu... Kau akan pindah dari rumahku?" Tanyanya lagi.

 

"Mmh.." Angguk yoona cepat, "mungkin tidak dalam waktu cepat, tapi aku akan segera pindah setelah menemukan sewa rumah yang cocok"

 

"Yoona... Aku sudah pernah mengatakan padamu, jangan terlalu memaksakan diri soal ini. Aku sama sekali tak keberatan kau ada dirumahku" kata dokter lee.

 

"oppaaa..." sanggal yoona, "selama ini sudah banyak yang kau lakukan untukku, mungkin sampai kapanpun aku tidak bisa membalas kebaikanmu tapi setidaknya aku hanya tidak ingin merepotkanmu lagi.."

 

"Lagipula aku tidak bisa terus berdiam diri dan menunggu hingga ingatanku kembali, aku tetap harus menjalani kehidupanku jikalau ingatanku tak kunjung kembali pun aku tak akan menyesal..." Tambah gadis tersebut.

 

Dokter lee menatap yoona tak bergeming. "... Arraseo...jika itu yang kau inginkan, lakukanlah..." Katanya sembari tersenyum hangat.

 

Yoona membalas dengan senyuman kegirangan. "Oppa.... Kamsahamnida.." Ujarnya girang.

 

Dokter lee mengangguk senang, "ingat kau harus tetap menghibungiku jika terjadi sesuatu, kau mengerti?!" Dokter lee mengangkat sumpitnya tepat kearah wajah yoona.

 

"NE SONGSAENGNIM!" Jawab yoona sigap sembari hormat jari pada dokter dihadapannya, hal tersebut membuat dokter lee terkekeh geli.

 

***


 

One week later

 

Aku berjalan menaiki rentetan anak tangga menuju ke lantai paling atas sebuah rumah di kawasan selatan seoul.

 

"Air disini sangat bersih, kau tak perlu khawatir karena air tersedia sangat baik" jelas seorang ahjumma pemilik rumah tersebut. dengan nafas yang menderu wajahnya terlihat begitu kelelahan naik ke rootop rumahnya.

 

Aku hanya mengangguk angguk sembari menatap ahjumma yg berjalan didepanku tak tega.

 

"Lihatlah, pemandangan disini indah bukan?" Ujarnya saat sampai di tangga paling atas, disini angin langsung menderu kencang menyembur wajahku beda sekali dengan di lantai dasar sebelumnya.

 

aku menatap kesekeliling, gedung gedung tinggi berkumpul mengelilingi atap rumah ahjumma. Berdiri disini terasa antara kau sedang dilindungi atau kau tengah dikepung.

 

"Kajja kita lihat kedalam..." Ajak ahjumma padaku.

 

"Ah nee.." Sahutku sembari mengikutinya.

 

Diatap berukuran persegi yang cukup besar tersebut, terdapat sebuah kamar  yaa mungkin dapat kukatakan bangunan tersebut seperti rumah berukuran kecill yang didalamnya semua ruangan menjadi satu.

 

Kamar yang rencananya akan kusewa tersebut terlihat indah, bahkan kubilang sangat indah. Aku terkejut saat mengetahui wujud dari kamar tersebut. Aku tak menyangka kamar loteng bergaya sedikit eropa, dengan loteng kamarnya berbentuk segitiga dan terdapat jendela besar menghadap langit tersebut disewa dengan harga rendah yang tak masuk akal.

 

"Silahkan masuk aggashi.." Wanita paruh baya tersebut mempersilahkan aku masuk setelah membukakan pintu untukku. Aku berjalan masuk kedalamnya dengan rasa penasaran. Mulutku tercengang menatap seisi rumah tersebut. Langit langitnya yang tak terlalu tinggi berbentuk segitiga keatas berlapis kayu berwarna gelap. Sinar matahari yang masuk dari jendela yang menghadap langit membuat biasan berwarna tenang. Furniture didalam rumah ini masih tertata rapih ditempatnya.

 

Dapur kecil yang terlihat begitu aku membuka pintu rumah ini, dengan meja bar mungil ditengahnya lengkap dengan sepasang kursi berwarna biru langit marna kesukaanku Tak ada meja makan namun aku menemukan sepasang kursi single dengan meja bulat berwarna putih ditengahnya menghadap kearah tembok yang berlawanan dengan arah dapur. Terdapat rak rendah berwarna putih yang lumayan panjang. Dibalik sekatan tembok terdapat sebuah kamar mungil dengan ranjang single yang terbuat dari kayu percis seperti ranjangku di rumah dokter lee namun yang ini lebih tinggi. Terdapat sepasang jendela kecil tepat diatas ranjangku sehingga sinar matahari dengan bebas masuk menyinari ranjang tersebut.

 

"Kau bisa memakai furniture yang ada disini" ungkap ahjumma yang sedari tadi tak kusadari kehadirannya saking terpesonanya aku pada rumah ini.

 

"Kapan aku bisa pindah kesini ahjumma?" Tanyaku penuh semangat.

 

Ahjumma berambut putih tersebut tersenyum, "secepat yang kau inginkan"

 

***


 

"Ne..ne saya mengerti" ujar seorang lelaki kepada seseorang dibalik telfon, "nee mianhae, joengmal mianhaeyo.." Tambahnya sembari membungkuk seolah sang penelfon berada didepannya.

 

"Nee.. Arraseo.. Secepatnya saya akan....." Kalimatnya menggantung di udara, gagang telfon tiba tiba sesenti lebih jauh dari telinganya. Wajahnya baby face lelaki tersebut terlihat mengkerut tak jelas. Dengan lemas ia menyimpan kembali gagang telfon ditempatnya.

 

"Huuh.." Dengusnya kesal.

 

"Waeyo?" Ujar seorang lelaki satunya dari balik meja kerjanya, lelaki beralis tebal tersebut tengah terlihat serius menatap layar komputer didepannya.

 

"Hyung! Bagaimana ini..."

 

"Wae..?! Ada masalah apa?" Ujar si lelaki yang masih fokus pada layar dihadapannya.

 

"Kurasa aku melakukan kesalahan hyung.."

 

"Kesalahan?" kedua matanya beralih dari layar komputer, lelaki berkulit putih pucat tersebut beralih menatap lelaki baby face yang tengah duduk dimeja kerja yang bersebrangan dengannya.

 

"Hyung sepertinya informasi klien minggu lalu tertukar dengan klien yang akan kita foto minggu ini..." Jelasnya dengan muka bersalah, "Aku salah menentukan temanya sehingga ia meminta jadwal untuk pemotretan ulang.." Tambahnya dengan suara yang rendah.

 

"Mwo?!!"

"Ya Choi Minho! Apa yang kau lakukan?! Apa kau sedang bermain main?!"

 

Sontak lelaki yang dipanggil minho tersebut terkejut mendengar teriakan marah atasannya tersebut. "Mi..mianhae kyuhyun hyung.." Sahutnya sembari tertunduk.

 

"Aissh!!" Gerutu lelaki bernama kyuhyun, ia bangkit dari tempatnya dengan meraih hoodie yang menggantung di sandaran kursi kerjanya.

 

"Hyung.. Kau mau ke..."

 

"Jaga studio! Aku akan mengurus semuanya..." Potongnya. Dengan cepat ia berlalu pergi meninggalkan lelaki berwajah baby face bernama minho tersebut dengan wajah bersalahnya.

 

 

 

"Ottoke hyung? Apa semua baik baik saja?" tanya minho penasaran.

 

"lusa kita akan mengadakan pemotretan ulang.." Jelas kyuhyun singkat, "karna dirimu kita harus melakukan pemotretan free untuknya, dan akan kupotong dari gajimu"

 

"Hyuuuuung..." Gumam minho kesal.

 

"Waeyo?!" Kedua mata kyuhyun menatap tajam dan mendesak.

 

"Anniya..." Bantah minho cepat, "sudah kukatakan hyung kita harus merekrut pegawai baru, setidaknya 1 orang untuk mengurus data data klien.. aku tak bisa mengurus klien sebanyak ini sendirian.." Keluhnya.

 

"Merekrut pegawai?" Sahut kyuhyun terdengar tertarik.

 

"Mmhh.." Angguk minho cepat. "Akhir akhir ini klien kita semakin banyak, kita tak bisa mengurusnya hanya berdua hyung, setidaknya tambahan 1 orang bisa membuat pekerjaan kita semakin cepat dan tepat" jelasnya.

 

"ckck.. kau tidak sedang mencari cari alasan kan?" kyuhyun menatap minho curiga.

 

"ya hyuuung, aku sedang berbicara serius.." bantah minho.

 

"Arraseo arraseo.... baiklah aku setuju" angguk kyuhyun, "tapi karena ini idemu, kau yang harus mengurusnya, arraseo?"

 

"Mwoooo??" Rahang minho terjatuh dari tempatnya.

 

***

 

"Kira kira yang harus kumasak? Omurice...? Hmm atau sebaiknya aku membuat spaghetti?" Gumam seorang gadis seorang diri, ia berjalan santai sembari memutar isi kepalanya.

 

"Sebaiknya aku mencari resep yang paling mudah dan cepat" Tangan kurus gadis tersebut merogoh kedalam kantong cardigan yang dipakainya.

 

'Cling.......' sebuah logam terjatuh dari dalam kantongnya,

 

"Eoh...eoh.." Gadis berambut panjang tersebut berlari kecil mencoba mengejar koin yang berputar semakin menjauh darinya. Karena jalanan yang menurun membuatnya sedikit kesulitan untuk berlari, berbanding terbalik dengan koin miliknya yang menggelinding bebas semakin jauh.

 

"haiiiiiyyaaa.." gadis tersebut berhasil membuat koinnya berhenti menggeliding, uang koin 100 won tersebut kini tak berdaya dibawah kakinya. "Haha.. Aku mendapatkanmu!" Ujarnya sembari menyipitkan sebelah matanya. Dengan cepat ia merunduk dan meraih koin tersebut kembali kepadanya.

 

"Kau tak bisa pergi.." Sahutnya girang seolah berbicara kepada koin 100 won tersebut. Setelah memasukkan kembali uang itu kedalam saku cardigannya. Gadis tersebut kembali bangkit dari tempatnya, berniat untuk berdiri dan meneruskan kembali perjalanannya ke supermarket yang letaknya sudah tak jauh dari tempatnya kini.

 

Namun, "AAW!!!" Gadis cantik tersebut berteriak keras. Tak berhasil bangkit berdiri, gadis dengan kunciran di atas kepalanya tersebut terjatuh diatas jalanan. Ia mengerang kesakitan sembari menggosok gosok atas kepalanya.

 

"Aaaaah..." Erangnya. Tiba tiba saja sebuah tangan menjulur kearahnya, menawarkan sebuah pertolongan. Tanpa berpikir panjang ia meraih uluran tangan tersebut dan bangkit berdiri dari tempatnya.

 

"Mianhae... Joengmal mianhae.." Ia membungkuk sopan meminta maaf. Ia sangat yakin bahwa ia baru saja menyundul seseorang dengan kepalanya.

 

Kedua manik coklatnya terbuka lebar sehingga seluruh bulatannya dapat terlihat penuh. Betapa terkejutnya gadis tersebut saat menatap lelaki yang berdiri di hadapannya kini. Lelaki tinggi yang tampan dengan rambut hitamnya yang sedikit berantakan membuat terlihat mempesona.

 

"Fiuh.." Yoona menghembuskan nafas lewat mulutnya,

 

***

 

"Bocah tengik itu berani beraninya memerintah aku..." Gumam seorang lelaki kesal, "bisa bisanya dia menyuruhku menempelkan iklan lowongan kerja ini! Bukankah sudah jelas ini adalah tugasnya.." Gerutunya sembari meremas remas salah satu dari tumpukan lembaran warna warni yang ada ditangannya.

 

"Mengesalkan!!" Sahutnya emosi. "hoaaam.." Ia menguap.

 

"Aish.. Aku ngantuk sekali!!!" keluhnya sembari menggaruk garuk kepalanya yang sama sekali tak gatal. "awas kau choi minho!" Ia kembali melanjutkan langkahnya.

 

 

"Ahjumma bolehkah aku menempel sebuah iklan di depan tokomu?" Teriaknya pada seorang wanita paruh baya pemilik restaurant ramyun yang terlihat tengah sibuk melayani pembeli.

 

"Ne.. ne.. Silahkan lakukanlah sesukamu" ujar ahjumma tersebut cepat lalu kembali melayani pembeli ramyunnya.

 

"Kamsahamnida.." Bungkuknya sopan dengan ogah ogahan. Lelaki tersebut kembali menggaruk garuk kepalanya dan berjalan keluar dari restaurant tersebut.

 

"jam tidurku berkurang akibat si bocah kurang ajar itu" dumelnya pelan, "ada pertemuan keluarga?! Cciih, apakah itu alasan yang sangat mendesak sampai ia berani menyuruh atasannya?" . "Ckck bocah tengik..."

 

'Wuusss..'

 

Tiba tiba saja kertas yang akan ia tempel terlepas dari tangannya, entah datang angin dari mana sehingga kertasnya lepas dari genggamannya. Seperti hembusan seseorang yang sengaja meniup kertas tersebut.

 

"Brengsek.." Gerutunya. Dengan segera ia menoleh kearah jatuhnya kertas tersebut, tanpa melihat keadaan didekatnya ia membungkuk berniat untuk mengambil kembali kertas yang terjatuh tersebut.

 

Namun, "BLETAK" seseorang tak sengaja menyundul hidungnya cukup keras hingga tubuhnya terdorong selangkah kebelakang.

 

"Aaw!!" Erangnya kesakitan, otomatis kedua tangannya menutup hidung miliknya.

 

"AAW" ia melihat seorang gadis tergeletak diatas tanah, terduduk sembari menggosok gosok kepalanya. Kepala yang menyundul hidungnya barusan.

 

Karena tak tega ia lantas menjulurkan tangannya berniat untuk membantu gadis tersebut bangkit dari tempatnya.

 

"mianhae... Joengmal mianhae.." Kata gadis tersebut setelah berhasil bangkit berdiri. Ia membungkuk beberapa kali sembari tetap memegangi kepalanya yang terlihat kesakitan.

 

Ia tercengang, sesaat isi kepalanya tak dapat bekerja dengan baik. Ia terkejut menatap gadis yang tengah berdiri di hadapannya kini. Ia seperti berada didalam mimpi namun terlihat begitu nyata. Dalam waktu yang cukup lama mereka berdua tak mengeluarkan suara apapun.

 

"Ommo...! Hidungmu..." Gadis tersebut menunjuk kearah wajah kyuhyun dengan terlihat terkejut.

 

"Hi..hidungmu.. Berdarah" ungkap gadis dengan kuncir kecil diatas kepalanya tersebut khawatir.

 

Akhirnya kyuhyun tersadar dari mimpinya, dengan cepat ia menyeka hidung miliknya dan benar saja.. Ditangannya terdapat darah segar berwarna merah pekat dan pada saat itu pula rasa sakit dihidungnya baru dapat ia rasakan. Darah segar mengalir bebas dari dalam hidungnya.

 

'GUBRAK'

 

Kyuhyun jatuh terkapar diatas aspal dengan tak sadarkan diri setelah melihat darah yang mengalir dihidungnya.

 

***

 

"huh..huh..huh..." Kyuhyun tersadar dari pingsannya dengan nafas yang tersenggal senggal. Ia bangun dari tidurnya dengan posisi terbaring diatas sofa panjang berwarna hitam yang ada di studio miliknya.

 

"Hyung kau sudah sadar?" Minho berlari kecil menghampiri hyungnya sembari membawakan segelas air putih dari pantry kecil yang ada di studio.

 

"Kau baik baik saja hyung?" Tanyanya khawatir.

 

"Kenapa aku ada disini?" Tanya kyuhyun bingung, nafasnya masih terdengar menderu.

 

"Seseorang menghubungiku dan mengatakan bahwa kau pingsan hyung.." Kata minho, "aku meninggalkan acara keluargaku dan berlari ke toko bimbimbap tempat kau berada" tambahnya.

 

"Aku pingsan..?" Kyuhyun terlihat tak percaya.

 

"Mmh.." Angguk minho yakin, "seorang gadis berkata padaku bahwa kau pingsan setelah melihat darah mengalir dari hidungmu.." Jelasnya.

 

"Hyung... Aku tidak tahu kau takut darah" kata minho sembari menatap kyuhyun dengan sebelah mata.

 

"aissh!! seenaknya saja menyimpulkan sesukamu" kyuhyun merampas gelas berisi air dari tangan minho dan dengan cepat meminumnya.

 

"kau baik baik saja hyung? apa kita perlu kerumah sakit untuk memeriksamu?"

 

"Tidak tidak.. Tidak perlu aku baik baik saja.." Tolak kyuhyun dengan cepat, "soal gadis yang kau bicarakan, apakah dia si gadis dengan poni yang diikat keatas itu?" Tambah kyuhyun penasaran.

 

"Hmm..." Minho terlihat berpikir, ia mencoba mengingat ingatnya. "Sepertinya benar memang dia, waeyo hyung?"

 

"Apa kau tanya siapa namanya?" Tanya kyuhyun lagi penuh semangat.

 

"Aah benar juga.. Aku lupa menanyakan hal itu hyung.." Jawab minho polos, "eiiiiy.. Hyung! Apa kau pingsan karena melihat wanita cantik itu?" Tanya minho dengan tatapan menggoda.

 

"Ya!" Kyuhyun dengan gemas menjitak kepala minho, "jangan asal bicara!"

 

"Hyuuung..! Sakiiit!!" Protes minho sembari menggosok gosok kepalanya.

 

 

"Siapa sebenarnya dia? Siapa gadis itu?"

 

"Kedua matanya, garis wajahnya semua mengingatkanku pada seseorang.."

 

Kyuhyun terus bertanya tanya pada dirinya sendiri. Wajah gadis tersebut masih terekam jelas didalam kepala kyuhyun, ia tak dapat berhenti memikirkannya. Kyuhyun amat penasaran dan ingin tahu banyak tentang gadis tersebut, namun ia putus asa memikirkan bagaimana caranya untuk bertemu lagi dengan gadis siang tadi.

 

***

 

"spaghettiiii..." Ucap yoona sembari membawa dua piring penuh spaghetti dikedua tangannya. "untuk lee songsaengnim, dan ini untuk suster sulli" yoona menaruh spaghetti tersebut diatas meja dokter lee dan suster sulli yang sedari tadi sudah duduk rapi dimeja bar.

 

"Whoaa kelihatannya enak.." ujar suster sulli sembari mencium aroma spaghetti di hadapannya.

 

"Makanlah..." yoona mempersilahkan.

 

"Selamat makan" sahut dokter lee, dengan lahap ia menyantap spaghetti buatan yoona. "Hmm... kemampuan masakmu mulai bertambah" komentarnya sembari mengunyah.

 

"Apakah enak?" Tanya yoona dengan wajah tak yakin.

 

"hmm.. Ini.. Enak sekali.." Komentar suster sulli sembari mengangkat sebelah jempolnya.

 

"Huaa, benarkah?" Tanya yoona kegirangan.

 

"Mmmh.." Angguk suster sulli sembari melahap lahi spagetthinya.

 

"Syukurlah.." Ujar yoona lega. Yoona membuka kulkas yang letaknya tak jauh darinya dan membawakan 2 gelas air segar dari dalamnya lalu meletakannya didekat piring dokter lee dan suster sulli.

 

"Kau tak makan?" Tanya dokter lee.

 

"Aku sudah kenyang mencicipinya.." Jawab yoona.

 

"Memangnya kau mencicipi seberapa banyak? Dua centong?" Celetuk dokter lee dan kembali menyuapkan spagetthi kedalam mulutnya.

 

Yoona memutar kedua bola matanya sebal.

 

"Ngomong ngomong rumah ini berapa kau mendapatkannya?" Tanya dokter lee.

 

"Aku mendapatkannya dengan harga miring oppa, bahkan terlalu miring sampai aku tak percaya apakah rumah ini akan bertahan jika ada angin puting beliung" jelas yoona berlebihan, "bahkan semua furniture yang ada disini dapat kupakai dengan bebas..." Tambahnya.

 

"Whoaa jinjja??" Tanya suster sulli tak percaya,

 

"Mmmh" angguk yoona cepat.

 

"Apakah ada lagi rumah sewaan seperti ini" kata suster sulli, "kau sangat beruntung sekali yoona ya..."

 

Yoona tersenyum sumeringah.

 

"Bagaimana tentang pekerjaan? Apa kau sudah mendapatkannya?" tanya dokter lee.

 

"Oh benar juga! Aku mau mempelihatkanmu..." Yoona terlihat tengah merogoh kedalam kantong celana jeans belel yang tengah dikenakannya. "....ini..." ia mengeluarkan sebuah kertas dengan lipatan kecil dari dalam kantong belakang celananya.

 

"mwoya?" tanya dokter lee penasaran, ia meletakan sendok dan garpunya lalu meneguk sedikit air putih miliknya dan meraih kertas tersebut dari tangan yoona. Ia membuka lipatan demi lipatan kertas tersebut hingga terbuka sempurna. Suster sulli yang ada di sebelahnya sedikit menggeser kepalanya kedekat dokter lee sehingga dapat ikut membaca isi dari kertas tersebut.

 

"Lowongan kerja di sebuah studio pemotretan, bagaimana menurut kalian?" Tanya yoona.

 

"Studio pemotretan?" Ujar suster lee, "sepertinya terdengar menyenangkan..." Tambahnya sembari kembali meluruskan duduknya. "Apa kau sudah datang ke studionya?" tanyanya terlihat tertarik.

 

"Hmm belum.." Geleng yoona cepat, "aku mendapatkan kertas tersebut dari seseorang tadi siang, rencananya besok aku akan datang kesana" jelasnya, "letak studionya sepertinya tak jauh dari sini.." Tambahnya.

 

Suster sulli mengangguk anggukan kepalanya. sedangkan dokter lee hanya diam sembari menatap kertas di tangannya sangat serius. Entah apa yang ia pikirkan saat ini namun sepertinya ia larut dalam pikirannya sendiri.

 

***


 

Kutarik nafasku dalam dalam, udara pagi hari memang paling menyegarkan. Seketika kurasakan udara segar menyambar keseluruh tubuhku, membuat senyumku mengembang otomatis. Aku berjalan santai, menikmati pagi hariku dengan suasana yang begitu damai di taman hari ini. Matahari menyorotkan sinar keemasannya, menyinari orang orang yang sibuk dengan kegiatannya di pagi weekend ini.

 

"TENDANG.. TENDANG..!" teriak sekumpulan anak laki laki yang tengah bermain bola di tengah lapangan.

 

'DASH'

 

Sebuah bola tendang berwarna putih menghantam kakiku cukup keras, saking kerasnya ia tak berhenti menggelinding dan jatuh kedalam sungai kecil di taman ini.

 

"Aaw.." Erangku.

 

Seorang laki laki kecil berlari kearahku,

 

"Maafkan saya..." Ujarnya sembari membungkuk sopan.

 

"Eoh?... Ne kwaencana.." Aku tersenyum membalasnya. Bocah kecil itu lantas berjalan kearah sungai kecil dibelakangku dan menatap bola tendangnya yang mengambang diata air.

 

"Jauh sekali" gumamnya sendiri.

 

Aku berjalan mendekat kearah bocah lelaki itu, berdiri ditepi sungai buatan yang sepertinya dibuat lumayan dalam ini.

 

Tiba tiba saja tubuhku menegang, kedua mataku membelalak dan bulu kuduk di seluruh tubuhku berdiri.

 

"menyeramkan" bisikku sendiri.

 

Sepasang mata berwarna merah menyala muncul kepermukaan, menatapku dengan aura hitam di sekitarnya. Energi negatif jelas jelas dapat kulihat dari arwah yang berasal dari dasar sungai itu.

 

"Waeyo noona?" Tanya bocah lelaki itu mendongak kearahku.

 

"Anniya..." Kataku menggeleng cepat.

 

"Bagaimana caranya aku mengambil bola itu..." Katanya sembari melangkah semakin dekat kedalam sungai, kulihat sebuah tangan keluar kepermukaan. Tangan dengan uratnya yang menonjol dan jari jemari yang keriput sangat menyeramkan, tangan tersebut mendekat kearah kaki bocah lelaki didepanku siap untuk mencengkramnya.

 

"JANGAN!" Teriakku cepat, seketika langkah bocah tersebut terhenti. Ia berbalik menatapku kebingungan.

 

Tangan menyeramkan tersebut semakin dekat dengan kaki bocah lelaki ini, dengan cepat ketarik tubuhnya menjauh dari tepi sungai.

 

"Noona ada apa denganmu?" Protesnya, wajahnya kesal bercampur tak mengerti.

 

"mmh..." kulirik lagi tangan yang kini sudah menghilang kembali kedasar sungai. "Sebaiknya kau beli bola yang baru saja ya? Eoh? Aku akan membelikan satu untukmu"

 

"Anniyaaa..!" Tolaknya, "itu bola hadiah dari ayahku, selain itu dibola itu terdapat tanda tangan asli park ji sung! Aku tidak mau yang baru!" Teriaknya keras.

 

"Arraseo.. Arraseo!!" ujarku tak kalah keras.

 

"Aa..aku..." Kembali kulirik kearah sungai kecil dibelakangku, "aku akan... Mengambilkannya untukmu..." Ujarku sangat ragu.

 

"Mmh...?" Bocah tersebut menatapku bingung.

 

"Kau diam disini! Jangan mendekat ke sungai!!" ancamku. "Mengerti?"

 

"Ne.." Angguknya.

 

Aku berjalan kearah tepi sungai selangkah demi selangkah. Tubuhku bergetar takut, hal yang paling ku benci dalam hidupku adalah melihat arwah yang berasal dari air. Arwah biasa saja masih dapat kutangani, namun jika itu menyangkut air aku benar benar takut. Entah mengapa mereka semua sangat menyeramkan, selain itu aura yang ada didekat mereka selalu hitam diikuti dengan energi negatif yang menguras habis energi dalam diriku.

 

Kakiku berjalan tak singkron, tubuhku bergetar hebat. Kutelan ludahku berat. ku pejamkan kedua mataku, mencoba menarik nafas dalam dan mengumpulkan keberanianku. Namun kurasakan kakiku digenggam sesuatu, sesuatu yang sangat dingin. Kurasakan sakit karena cengkramannya yang kuat. Kurasakan tubuhku terjatuh dan tertarik kedalam sungai.

 

"Aaaaaa....."

 

***


 

"Hyung peralatannya sudah siap.." Teriak minho. Ia duduk diatas kursi kayu panjang dengan peralatan memotret di sampingnya.

 

"Kebetulan sekali hari ini ramai.." Ujar kyuhyun yang kembali dari kegiatannya mencari angel angel yang ingin ia ambil pagi ini. Ia duduk di ujung sisi yang lain.

 

"Kau akan memulai dari mana hyung?" Tanya minho sembari mengintip dari balik kamera ditangannya.

 

"mungkin dari anak anak di tengah lapangan sana.." kyuhyun menunjuk kearah kumpulan bocah lelaki yang tengah bermain bola di tengah lapangan taman pagi ini.

 

"Hari libur memang asyik bermain di taman" gumam minho dengan kedua matanya yang berkeliling. Menatap setiap kegiatan orang orang di taman pagi ini.

 

Kyuhyun lantas berdiri dari tempatnya dan berlarian ketengah kerumunan bocah laki laki dengan kamera DSlr ditangannya. Sampai akhirnya terdengar

 

"Aaaaaa....." teriakan seorang gadis, terdengar jelas dari suaranya.

 

sontak lelaki tampan itu terkejut, kepalanya otomatis menoleh mencari sumber suara. Ia melihat seorang gadis yang terjatuh kedalam sungai buatan di taman ini. Kyuhun langsung berlari kencang kearah gadis yang dilihatnya tersebut, tanpa diminta pertolongan dan tanpa berpikir panjang.

 

"Tolong pegang ini!" Ujarnya pada bocah yang berdiri didekat pohon dengan wajah yang ketakutan, ia menuruti permintaan kyuhyun untuk memegang kamera DSLRnya.

 

Dengan cepat, 'BYUR..'  kyuhyun langsung melompat kedalam sungai. Ia berenang, mencari gadis yang ia lihat sebelumnya. Matanya membelalak melihat seorang gadis yang terbujur kaku didalam sungai, tubuhnya semakin lama semakin jauh tenggelam kedasar sungai. Tanpa pikir panjang kyuhyun berenang agresif kearah gadis tersebut, sebelah tangannya berhasil melingkari tubuh gadis tersebut erat. Lelaki tampan tersebut berenang cepat ke permukaan.

 

"whoaa.." kyuhyun muncul kepermukaan dengan nafas yang tersenggal senggal, ia berhasil membawa gadis tenggelam tersebut bersamanya.

 

"Hyung!!" Terlihat minho belarian mendekati pinggir sungai, membantu kyuhyun menaikan gadis yang tenggelam tersebut ke daratan. Terlihat orang orang telah berkumpul disekitar mereka, menatap khawatir.

 

"Telfon ambulance!" Perintah kyuhyun.

 

"Arraseo" jawab minho, ia dengan segera meraih ponselnya dan melakukan perintah kyuhyun.

 

Kyuhyun menatap wanita yang terbaring kuyup di hadapannya. Gadis cantik yang tak sadarkan diri, kedua matanya begitu terpesona menatap gadis tersebut. Kyuhyun memiringkan kepalanya, mendekatkan sebelah telinganya dengan hidung gadis tersebut mengecek pernafasannya.

 

"Wae..."gumamnya, ia tak mendengar deruan nafas gadis tersebut. Dengan cepat ia mengecek nadi di lehernya dan masih terasa.

 

Dengan cepat kyuhyun menekan nekan dada gadis tersebut, memompa jantungnya lalu kembali mengecek hidung dan nadinya. Berkali kali ia melakukan hal tersebut untuk menolong gadis cantik itu.

 

"Jebbal! Jebbal!" Bisiknya sembari terus menekan nekan dadanya.

 

"Haahh.." gusarnya. Tanpa berpikir panjang kyuhyun menjepit hidung gadis tersebut, dan tanpa pikir panjang ia memberikan nafas buatan langsung dari mulut kemulut. Tiba tiba saja sebuah angin kencang berhembus, menerpah wajah kyuhyun dan sekitarnya.

 

"Ayolah...!" Gumamnya, kyuhyun mengulang lagi memberikan nafas buatan kepada gadis tersebut.

 

"Tetaplah bersamaku! Jebbal!" Kyuhyun menekan nekan lagi dada gadis tersebut, dan kembali memberikan nafas buatan pada gadis yang ia tolong.

 

Dan, "UHUK..HUK.." air menyembur keluar dari mulut gadis cantik itu, kyuhyun berhasil menolongnya. Perlahan kedua matanya membuka sedikit demi sedikit, nafasnya kembali normal.

 

"Huh...huh...huh..." Kyuhyun menatap gadis di hadapannya lega, ia terjatuh ke tanah dengan nafas yang menderu.

 

***


 

"Yoona... ini bukan waktumu, bangunlah.... Sadarlaaah..." Seseorang berbisik padaku. Hitam, gelap, tak ada satupun yang dapat kulihat bahkan aku tak bisa melihat diriku sendiri.

 

"Eonnieeeeeee......"

 

Kubuka kedua mataku.. dan betapa terkejutnya aku saat melihat sesosok wajah berada tepat diatasku. Wajahnya tertunduk tepat didepan wajahku, dengan rambutnya terurai jatuh kearahku. kedua mata kami saling bertemu, manik coklatnya terasa tak asing saat melihatnya. Belum sempat aku membuka mulutku wajah wanita cantik tersebut hilang, tiba tiba saja sirnah dari hadapanku.

 

"Huh..hah..huh.." Aku bangkit dari tidurku dengan nafasku yang tak beraturan. Kedua mataku bergerak agresif, mencari cari sosok yang kulihat barusan. Mataku bergerak teliti menatap keseluruh pelosok ruangan, tapi....

 

"Apa ini? Aku dimana..." Semua yang kulihat terasa asing, aku terbangun diatas sofa kulit berwarna hitam dengan sekujur tubuhku yang basah kuyup. Dan dimana aku? Apa tempat ini?

 

"eoh... Kau sudah sadar?" Seseorang yang tak tahu muncul dari mana berjalan cepat kearahku, dengan mug ditangannya.

 

"kau.. Baik baik saja?" Tanyanya khawatir, lelaki tampan itu duduk tepat disofa single yanh ada didepanku. "Apa kau pusing? Atau ada sesuatu yang sakit?" Tanyanya lagi.

 

Aku menggeleng menjawabnya. Kedua mataku tak asing menatap lelaki tampan dihadapanku ini. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya sebelum ini.

 

"kau.. lelaki yang mimisan itu kan?" tanyaku ragu. seketika wajah tampannya salah tingkah, ia memutar kedua bola matanya tak ingin menatapku.

 

"ehem.." dehamnya dengan wajah yang merona,

 

"jadi kau baik baik saja? kita tak perlu pergi kerumah sakit?" tanyanya lagi mengalihkan pembicaraan.

 

Aku mengangguk, "...kwaencana.."

 

"Arraseo.." Ujarnya, "kalau begitu minumlah ini, agar tubuhmu terasa lebih baik" ia memberikan segelas minuman dengan asap mengepul diatasnya. Aku meraihnya ragu ragu.

 

"Teh gingseng, untuk menaikan suhu tubuhmu" jelasnya.

 

"Ne.." Sahutku mengangguk. Aku meraih gelas tersebut dan meneguknya sekali.

 

"Mianhae membiarkanmu basah kuyup.." Jelasnya sembari menatap penampilanku, dan aku mengikutinya.

 

"Eoh.. Mwo? Hmm... kau tak perlu meminta maaf soal itu" sahutku mengerti maksudnya.

 

"Kau bisa memakai baju ini untuk sementara.." ia menyimpan sehelai pakaian diatas meja didekatku. "kamar mandi ada disebelah sana..." Tambahnya sembari menunjuk arah dibelakangku.

 

"Jika kau sudah membersihkan tubuhmu, aku akan mengantarkan kau kembali.."

 

Ia menatpku dengan senyumannya yang hangat, kedua matanya memancarkan pesona. Rasa aman kurasakan dari tatapannya saat ini, membuat jantungku berlari dan kini wajahku terasa hangat.

 

 

 

Aku tersenyum memandang pantulan diriku didalam cermin, dengan dress warna putih yang kukenakan saat ini. Pakaian yang diberikan 'si lelaki mimisan' itu terlihat pas dengan potongan tubuhku walaupun sedikit terlihat longgar dibeberapa sisi.

 

Wajahku kembali merona mengingat tentang 'si lelaki mimisan' yang tampan tersebut. Tiba tiba saja terekam kembali kejadian saat aku jatuh ke sungai tadi siang,

 

 "dia menyelamatkanku?" Kataku pada pantulan diriku didalam cermin.

 

Wajahku kembali terasa hangat, "kenapa semua ini terlihat seperti takdir?" Racauku tak jelas. Aku menggeleng geleng cepat kepalaku, sesegera mungkin mengembalikan pikiranku.

 

Kusisir rambutku yang berantakan menggunakan jari jari tanganku, setelah terlihat lumayah rapi dari sebelumnya aku segera keluar dari kamar mandi beserta baju baju basahku.

 

 

Sudah banyak orang lalu lalang didalam ruangan, riuh suara didalam studio ini mulai terdengar. Kurasa sedang ada pemotretan saat ini. Aku berjalan kesumber keramaian mengikuti rasa ingin tahuku. Dan benar saja terdapat pasangan yang tengah melakukan pemotretan lengkap dengan pakaian pernikahan yang mereka pakai. Si 'lelaki mimisan 'itupun berada di depan screen bersiap untuk memotret bersama seorang lelaki yang kurasa adalah asistennya. Aku semakin mendekat kescreen tempat pemotretan berlangsung dan tepat saat langkahku terhenti 'lelaki mimisan' itu menatap kearahku. Ia menunjuk padaku, seolah memberi pesan 'tunggu disana!' dari gerak tangannya. Aku tersenyum kearahnya sembari menganggukan kepalaku.

 

Ia berjalan kearahku, semakin dekat dan dekat. Entah mengapa detak jantungku seakan mengiringi setiap langkah kakinya. Semakin ia mendekat semakin terdengar amat jelas.

 

"Kau sudah selesai?" Sapanya setelah berada 2 langkah didepanku.

 

"Ne.." anggukku, "sepertinya.. Sedang ada pemotretan?"

 

"Eoh.. Ne.." Ia menatap kesibukan dibelakangnya, "pre-wedding.." Tambahnya sembari tersenyum kembali kepadaku membuat jantungku berlari.

 

"Sebenarnya.. Hari ini aku berencana datang kemari untuk melamar pekerjaan.." Ujarku.

 

"Ne...??" Kedua alisnya terangkat.

 

"Sebelum aku tenggelam di sungai tentu saja..." Tambahku,

 

Kedua matanya masih menatapku kebingungan.

 

"Selembaran yang kau tempel waktu itu... aku melihatnya" ujarku mengingatkannya. "saat.. hidungmu berdarah.." tambahku.

 

"Aaah.. Benar iklan itu.." Sahutnya sembari menggaruk pangkal lehernya malu.

 

"tapi kurasa CVku sudah hanyut kedasar sungai.." jawabku lemah.

 

"Haha.. kwaen..."

 

'DUUAAR'

 

Tiba tiba saja terdengar suara ledakan cukup keras.

 

"Aaaaaa..." jeritan ketakutan terdengar dari dalam studio. Seisi ruangan tiba tiba saja gelap, lampu lampu diseluruh studio mati serentak. Tak berapa lama lampu kembali menyala, dan kulihat wajah tampan seseorang hanya beberapa jengkal dari hadapanku. Kedua tangannya mendekap erat kedua telingaku, tubuh tingginya berdiri kekar melindungi tubuh kurusku.

 

Aku terpaku, menatapnya terpana. Saat ini sepertinya bernafaspun aku sepertinya tak ingat saking terpananya dengan wajah tampan si 'lelaki mimisan' ini. Aku sangat menikmati moment ini.

 

"Kau baik baik saja?" Tanyanya sembari melepaskan dekapannya dari telingaku dan menjauh dua langkah dariku.

 

"..nn..nnee.." Jawabku terbata bata.

 

"Tunggu sebentar.." Perintahnya padaku, "ADA APA INI? MINHO APA YANG TERJADI?" teriaknya sembari berlalu pergi mencari tahu ada apa dengan studionya barusan. kedua mataku tak dapat lepas menatapnya, bola mataku gencar mengikuti kemana perginya si 'lelaki mimisan' itu.

 

"Eoh!!" Aku terkejut, kedua mataku membulat saat tak sengaja melihat sesosok wanita berdiri didepan screen tempat pemotretan. Ia berdiri tepat dibelakang lelaki si calon mempelai pria yang melakukan pre wedding hari ini. Wanita itu tak memakai gaun pengantin, wajahnya pucat pasi tak ada riasan, dia jelas bukan calon mempelai wanita. Wajahnya menatap kosong kearah lelaki dihadapannya, dapat ku rasakan kesakitan yang mendalam dari kedua matanya.

 

Tiba tiba saja seorang wanita berjalan gopoh sedikit berlari, melewati wanita pucat tersebut dan... "Ommo.." Aku menutup mulut dengan kedua tanganku, dengan cepat kupalingkan wajahku dari wanita tersebut. Ia tertembus! Lelaki tadi menabraknya dan ia tertembus.

 

Nafasku berderu sangat cepat, "arwah.." Bisikku pada diri sendiri. Aku kembali membalikan tubuhku, mencari cari sosok arwah yang kulihat sebelumnya dan aku tak menemukannya di tempat semula. Mataku berkeliling, mencari cari sosoknya dan ia sudah menghilang.

 

"Wae..??"

 

"HAH..!" Teriakku terkejut. Seseorang tiba tiba saja menepuk punggungku.

 

"waeyo? kau baik baik saja??" tanya si 'lelaki mimisan' khawatir.

 

"aah.." aku bernafas lega, "anniya.. anniya.." aku menggeleng cepat. "apa terjadi sesuatu?" tanyaku.

 

"kedua lampu lighthing tiba tiba saja pecah, sepertinya ada suatu tegangan yang begitu tinggi sehingga membuat lampu lampu mati seketika" jelasnya. "...sepertinya ada sesuatu yang konslet" tambahnya.

 

"Benarkah?" Tanyaku penasaran, entah mengapa tiba tiba saja aku penasaran dengan sesosok arwah yang kulihat barusan.

 

"Hmm.. Tapi sudah tidak apa apa, semuanya sudah baik baik saja" ujarnya sembari tersenyum, "hanya saja pemotretan harus ditunda sampai lightingnya kembali berfungsi.."

 

"... Sayangsekali.." Sahutku.

 

"Kita pergi sekarang?" Tanyanya.

 

"Ne?" Sahutku bingung.

 

"... Mengantarmu pulang?" Tambahnya.

 

"Hmm... sepertinya aku pulang sendiri saja, kelihatannya kau sibuk" jawabku, "lagipula rumahku letaknya tak jauh dari sini..."

 

"ne? Sebenarnya aku tidak sibuk..." Ujarnya.

 

"Kwaencana aku bisa pulang sendiri.." Sahutku,

 

"Tapi....."

 

"Terima kasih untuk hari ini" katakku cepat, memotong kata katanya.

 

"Eoh?... nee.." Jawabnya tak bersemangat,

 

"Kalau begitu.. Aku pulang dulu" katakku. "Annyeong haseyo.." Aku membungkuk kepadanya.

 

"Tunggu..!" Ia menghetikan langkahku.

 

"Ne?"

 

"Kutunggu CVmu besok..." Katanya, "kau akan kembali kan?" Ia tersenyum hangat kepadakku.

 

"Ne... Arraseo.." Katakku sembari membalas senyumnya dan berlalu pergi.

 

***

 

"Kau akan kembali kan?"

 

Kata katanya tak bisa hilang didalam kepalaku, masih terdengar jelas dikedua telingaku berulang ulang. Aku tak bisa menghentikan senyum dibibirku yang sedari tadi terus mengembang. Wajah tampan si 'lelaki mimisan' itu tak bisa hilang dari ingatanku.

 

"Ah benar! Aku lupa bertanya siapa namanya.."

 

'TUK!'

 

Langkahku terhenti, sebuah suara mengagetkanku. Kuputar tubuhku otomatis kearah sumber suara dibelakangku dan kulihat tak ada siapa siapa hanya jalanan yang sepi di siang hari. Kucoba untuk tak kuhiraukan dan aku kembali meneruskan perjalananku. Namun kini perasaanku mulai tak enak, seperti seseorang yang tengah diikuti. Aku mendengar suara langkah kaki setelah langkah kakiku terdengar. Kupercepat langkahku dan langkah yang lain terdengar sama cepatnya, kuputar balik tubuhku sengaja dan.

 

"HAH!" Teriakku bersamaan dengan seorang wanita yang sama kagetnya denganku. Wanita berambut panjang tersebut terlihat terkejut, seperti tak menduga aku akan membalikan tubuh secepat itu.

 

"Ya.. Kau yang sedari tadi mengikutiku?!" Bentakku padanya, "kau mengikutiku dari studio kan?" tambahku. Wanita berpakaian terusan putih tersebut hanya diam menatapku ditempatnya.

 

"Aggashi kau baik baik saja?" Sapa seseorang kepadaku, seorang lelaki pejalan kaki yang tak sengaja berjalan melewatiku. "Kau bicara dengan siapa?" Tanyanya dengan memasang wajah khawatir.

 

"Ne?!" Aku tak mengerti, dahiku berkerut kembali kutatap wanita dengan dress putih di hadapanku. Wajah innocentnya menatapku sembari mengangkat kedua bahunya.

 

"Arwah..." Bisikku pelan.

 

"Yee..??" Sahut lelaki pejalan kaki disampingku.

 

"Anniya.. Aku baik baik saja!" Dengan cepat kubalikkan tubuhku dan meneruskan kembali perjalananku. Kucoba berjalan dengan langkah cepat, mencoba mengabaikan lelaki pejalan kaki tersebut dan tentu saja arwah wanita cantik yang baru saja kulihat. Kugeleng gelengkan kepalaku cepat, mencoba kembali mencairkan isi kepalaku. Aku sudah berjanji pada diriku untuk memulai kehidupan yang normal dan mencoba mengabaikan arwah arwah yang selama ini menggangguku dan di hari pertama percobaanku aku gagal! Aku tenggelam karena arwah di sungai, dan sekarang aku menyapa sesosok arwah. Apakah ini hari pertamaku menjadi manusia normal?

 

 

"Huh..huh..huh.." Aku bersandar di balik pintu rumahku setelah menguncinya dan berharap tak ada arwah yang mengikutiku sampai kesini. Walaupun hal tersebut tak cukup membantu karena mereka bisa muncul dari mana saja namun aku berharap rumah baruku ini benar benar dapat melindungiku tak hanya dari panas dan hujan.

 

Aku menutup kedua mataku, ku atur nafasku yang menderu cepat. Setelah semua kembali normal dan detak jantungku tak lagi berlari kucoba berpikir positif bahwa sekarang semua baik baik saja sampai kubuka mataku dan....

 

"Annyeong..." Seorang wanita menyeringai riang tepat dihadapanku

 

"Oh ayolaah..." Dengusku lemah, sekujur tubuhku kembali lemas tak berdaya. wanita cantik dengan rambut ikal coklat yang kulihat dijalan tadi kini sudah didalam rumahku berdiri tepat dua langkah didepanku.

 

"Apa maumu?" aku membungkuk lemah, semua arwah mengikutiku karena ingin bantuanku dan kuyakin yang satu ini pun begitu.

 

"Mwo?" Ujarnya bingung, kedua alisnya saling bertaut. Mata coklatnya terlihat begitu nyata.

 

"kau mengikuti aku sampai kemari karena ingin sesuatu bukan? Kau ingin aku membantumu sesutu?" jelasku.

 

"Anniya..." Gelengnya polos. "Aku tak menginginkan apa apa, akupun tak membutuhkan bantuanmu.." Ujarnya.

 

Dahiku berkerut tak mengerti, "lalu mengapa kau mengikutiku sampai kemari?"

 

"Ini rumahku.." Jawabnya santai sembari tersenyum.

 

"MWO?!!"

 

Arwah wanita tersebut mengangguk yakin, "semasaku hidup ini adalah rumahku, dan sekarang juga" ia menyeringai penuh keyakinan.

 

Tubuhku kembali lemas, aku tak percaya dengan semua ini. Rumah yang kugantungkan banyak harapan kini membuat harapanku seakan sirna. Pantas saja sewa rumah ini sangat murah ditambah aku bisa memakai seluruh perlengkapan yang ada disini ternyata ini alasannya.

 

"tapi kau boleh tinggal disini, aku tak keberatan" ujarnya santai, "tinggal sendirian disini tak begitu seru" jawabnya seolah memberikan izinnya padaku.

 

Aku menatapnya malas, baru kali ini kutemui arwah yang penuh percaya diri seperti wanita ini. Wujudnya terlihat begitu nyata, ia cantik dengan rambut ikal panjangnya, dress selutut yang dikenakannya membuat ia terlihat anggun dan lucu. Entah mengapa ia tak terlihat seperti arwah, aku tak melihat aura hitam maupun putih disekitarnya, selain itu wajahnya terlihat putih namun tak pucat.

 

"baik hati sekali..." Sindirku, "aku hanya ingin tinggal sampai besok izinkan aku beristirahat dan aku sangat berterima kasih apabila kau tak menggangguku karena akupun tak akan menggangguku" jelasku panjang lebar.

 

Arwah cantik itu mengangkat kedua tangannya "arraseo..." Katanya sembari tersenyum. "lagipula aku tak sering berada disini....."

 

"Bagus!" Ujarku memotong pembicaraannya lebih lanjut, aku berjalan pergi meninggalkannya. Berniat untuk mengunci diriku didalam kamar dan mencoba menganggap semua ini hanya mimpi.

 

"hey.. kita belum berkenalan.." Ujarnya terdengar diujung telingaku dan kucoba untuk mengabaikannya dengan tak menghentikan langkahku. Tersisa beberapa langkah lagi dari pintu kamarku yang sudah membentang didepan sana.

 

"Aku yul!!" Tiba tiba saja wanita tersebut muncul di hadapanku membuatku terkejut. Ia menyeringai penuh semangat menatap kearahku.

 

Tubuhku sedikit berguncang saat melihat wanita tersebut tiba tiba ada dihadpanku "Baiklah yul.. Selamat malam" jawabku malas sembari terus berjalan menembus arwah wanita tersebut.

 

Tiba tiba saja kurasakan hangat dalam benakku saat melewatinya. Hatiku bergetar, perasaan aneh tiba tiba saja muncul dalam benakku. Rasa ini tak biasa, susah untuk mendeskripsikan perasaan ini ada suatu rasa hangat muncul didalam hatiku. Sedikit nyeri didalam hatiku namun rasanya bahagia.

 

Aku membalikan tubuhku, menatap arwah wanita dihadapannku pilu. Kedua alis mataku terangkat hampir menyatu.

 

Tiba tiba saja angin mendesir lemah kearahku. jantungku berdetak hebat Rasanya sakit namun hangat, perih namun nyaman.

 

Sebelah tanganku kusimpan didada.

 

Apa perasaan ini,

 

Dan darimana datangnya..

 

to be continued...



yesss chapter 2nya beres juga! hihihi.. gimana gimana kelanjutan fanfic about miraclenya kyunya??? jangan lupa commentnya ya chingu, comment kalian sangat aku butuhkan untuk inspirasi next chapter about miracle. yang pada gasabar baca moment kyuna sabar yaaa, next chapter bakalan banyak moment kyuna yang manis dan lucu jadi tungguin next chapternya ya chingudeul??? untuk typo yang ada disana sini mohon dimaklum dan dimaafkan yaa.... ><><

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Fvnkenstein #1
Chapter 7: Wahhh daebak ceritanya..bikin perasaan terombang ambing.

Pdhal rada berharap Yuri pada akhirnya bisa hidup lagi dan bisa kumpul bareng Yoona dan Kyuhyun. Tapi gapapa.

Semoga kedepan nya bisa terus nulis ff KyuNa ya thor.

Terima kasih atas karya nya.
onlysjk #2
Chapter 7: Aigoooo.. sedih banget pas pertemuan yoona sama yuri.. gak nyangka yg dimaksud yuri di mimpinya kyuhyun adalah memberikan jantungnya untuk yoona.. demiii apa thor, part ini bikin mewek hiksss tp aku senang kyuhyun nikah sama yoona seenggaknya yoona punya seseorang yg menjaganya. Fiuuh, gomawoyoooo authornim~ gak nyesel aku mampir baca ff ini. Ditunggu ff kyuna yg lain thor
onlysjk #3
Chapter 6: Thooorr aku bisa kena diabetes ini habis baca ffmu. Soalnya sweet bangeeeeet awwww. Kyuhyun juga suka kan sama yoona? Sampe nyosor gtu soalnya hehehe
onlysjk #4
Chapter 5: Menurut aku kyuhyun salah ngomong tuh, yoona jadi berfikiran yg nggak2 sama dia. Btw, kyu sama yuri cuma temanan aja kan thor? Awas aja si kyuhyun punya perasaan, gue tabok tuh perutnya hahahaha XD
onlysjk #5
Chapter 4: Jadi yurinya koma gtu thor? Terus arwahnya gentayangan dirumahnya sendiri? Heol, gak nyangka yoona bisa tinggal ditempat yg sama seperti kakaknya. Makin pernasaraan niiih..
onlysjk #6
Chapter 3: Waaaah apakah sebelumnya kyuna udah saling kenal thor? Sayang banget yoonanya lupa ingatan..
onlysjk #7
Chapter 2: Kok feeling aku itu kakaknya yoona yaa yg jadi hantunya..
onlysjk #8
Chapter 1: Wah yoonanya lupa ingatan yaa thor? Btw itu dokter sapa namanya? Andy lee emang kah namanya? Hehehe
onlysjk #9
Wah kayaknya rame nih. Ijin baca chap selanjutnya yaa thor hihiiii
yoongyuyoong #10
Chapter 7: Udah lama ga buka pas buka udah complete ceritanya kyaaaaa happy ending akhirnyaaaaaaaa ditungu ff ygblain lain semoga etep semangat dan dipenuhi ide cerita yg ga kalah seru yaaaaa!!! HWAIIITIII