LET RAIN REMOVES MY TEARS

Description

Zhang Bianca adalah mantan tunangan dari Wu Yifan, ex member dari salah satu boyband terkenal di Asia, dimana tunangannya meninggal saat mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk Bianca. Bianca memutuskan kesempatan kedua yang diberikan oleh almarhum Yifan untuk melanjutkan semua mimpinya. Dia bereksempatan untuk melanjutkan mimpinya menjadi seroang arsitektur dan memilih mengikuti ibunya yang menikah lagi dengan orang Jepang. Universitas Meiji menjadi pilihannya.

Lewis Jesse adalah salah satu Junior di Agensi terkenal di Jepang yang mendebutkan banyak boyband dan bad serta actor dan model yang berkualitas. Jesse terlahir di Jepang dan merupakan turunan dari Jepang dan Amerika. Saat ini dia memulai kuliahnya di Universitas Meiji tepatnya di jurusan arsitektur atas rekomendasi senpainya, Inoo Kei.

Foreword

“Hai apa kabar? Apakah kau ingat mimpiku? Ya, aku selangkah lebih dekat dengannya sekarang, galaxy man? Apakah kau melihatku dari galaxymu? Sekarang sudah menginjak musim semi loh disini. Dan aku bisa puas melihat bunga sakura. Kau tahu, terkadang hujan turun. Dan karena kau sudah tidak disini maka kubiarkan hujanlah yang menyembunyikan tangisku. I miss you, Wu Yifan.” Bianca menyelesaikan doanya didepan Tuhannya. Dan tersenyum. Kakinya melangkah ringan setelah mengunjungi salah satu kuil yang selama ini hanya dilihatnya dari kartu pos. Sebuah kuil yang berada di Osaka.

“Kau Bianca bukan?” seseorang menyapanya. Bianca menoleh dan menemukan seseorang yang memperhatikannya. Dia mengenali sosok itu, “Jesse?” seseorang yang dipanggil Jesse itu tersenyum, “Kau disini? Sedang apa?” tanya Jesse. Bianca berjalan menghampiri Jesse, “Berdoa. Kau?” Jesse tersenyum, “Aku sedang lewat disini. Baru menyelesaikan pekerjaanku. Mau berjalan bersama?” Bianca mengangguk, “Emm. Boleh. Aku akan ke stasiun. Mencoba Shinkansen ke Tokyo.” Ujar Bianca sambil menunjukkan tiketnya.

Jesse menoleh dan menatap tiket ditangan Bianca, “Hontou? Aku juga. Wah, kita bisa bersama-sama.” Ujar Jesse sambil mengeluarkan sebuah tiket dari jakuetnya. Bianca tersenyum dan mengangguk. Perjalanan mereka menuju stasiun lebih banyak dihabiskan mereka dalam diam. Bianca bingung harus berbicara apa sedangkan Jesse takut memulai bicara. “Ja… aku ada digerbong satu. Kau?” tanya Bianca begitu mereka memasuki stasiun. Jesse kembali mengeluarkan tiketnya, “Gerbong 5. Baiklah kita berpisah dulu.” Bianca mengangguk, “Arigatou na, Jesse-kun.” Jesse tersenyum kemudian berbalik badan. Bianca menatap punggung bidang itu sekilas. Punggung yang mengingatkannya pada seseorang, dulu aku selalu bisa memeluk Yifan, memeluk punggungnya, batin Bianca. Wajah Bianca seketika suram. Meskipun dia selalu menunjukkan pada Yixing dan EXO serta keluarganya dan Keluarga Yifan dia sudah baik-baik saja sebenarnya tidak demikian dnegan hatinya.

Bianca berbalik dan menuju gerbong pertama kereta itu. “Bianca…” seseorang memanggilnya. Bianca menoleh dan berbalik, menemukan Jesse yang terengah didepannya, “Kalau kau butuh teman telepon aku ya. Ini nomor ponselku.” Ujar Jesse sambil mengeluarkan kertas dan bolpoin, menuliskan nama dan nomor ponsel serta alamat emailnya. Lalu menyerahkan pada Bianca. Bianca menatap sepasang mata Jesse yang teduh. Satu hal yang membedakannya dengan Yifan adalah sepasang mata itu. Bianca mengambil kertas itu dan mengangguk, “Emm. Arigatou na.”

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet