1 – NEW CHAPTER OF LIFE

LET RAIN REMOVES MY TEARS

Few weeks before…

Bianca's POV

Aku melangkahkan kakiku dengan sedikit cepat. Hari mulai beranjak malam dan aku hari ini tidak dijemput oleh supir. Sejak 4 bulan yang lalu aku mulai tinggal dikota ini, di negara ini. Mengikuti ibuku yang menikah lagi dengan orang keturunan Jepang-Inggris. Sehingga mau tidak mau aku sekalian mengangkut sebongkah masa laluku di Guangzhou ataupun Canada. Melepaskan semuanya dan menulisnya semua dari awal di Tokyo ini.

Ayahku meninggal 4 tahun yang lalu. Meninggalkan penyakit yang sama untukku. Kanker darah. Tapi untunglah ibuku maupun ayahku terlahir di keluarga cukup mapan dan kebetulan keduanya adalah anak tunggal dikeluarga mereka. Ibu hanya punya saudara sepupu yang semarga dengannya. Sedangkan ayah tak punya kerabat dekat. Jadilah perusahaan ayah diurus ibuku sekaligus ibu mengurus perusahaan warisan keluarganya bersama satu-satunya sepupunya.

Namaku Bianca, usiaku baru akan menginjak 24 tahun. Seharusnya aku menikah dengan orang yang aku suka tahun ini. Tepat setelah 9 tahun kami menjalin hubungan kami. Pernikahan itu tak akan pernah terjadi. Dia meninggalkanku setelah menyumbangkan sumsumnya untuknya. Dia berkeras menyembuhkan lukaku sesegara yang dia bisa. Menggantikan rasa sakit yang aku tanggung dengan badannya sendiri. "Wu Yifan... Aku merindukanmu." aku menulis kalimat itu dibuku harianku yang berwarna kuning.

"Sa... Minnaaaa.... Ohayyou... Perkenalkan namaku Inoo Kei. Selamat datang dikelas matematika pertama kalian. Sebelumnya aku ucapkan juga selamat karena kalian sudah sukses menempuh ujian untuk fakultas teknik arsitektur Meiji. Aku harap kalian bisa menjaga nama baik almamater kalian sebaik-baiknya dan menambah prestasi yang telah kami, para senior sumbangkan untuk fakultas kita yang tercinta ini. Mulai hari ini aku akan membantu Kamiyama Sensei menjadi asistennya dalan mata kuliah Matematika...."

"Sumimasen. Maaf aku terlambat." seorang pria tinggi menjulang masuk kedalam ruang kelas yang tertutup rapat, memotong kalimat asisten dosen yang sedang memperkenalkan diri. Seketika aku dan puluhan mahasiswa baru lainnya menoleh kearah pria itu. Aku terperanjat. Itu adalah pria yang tak sengaja aku tabrak tadi pagi. Yang wajah dan profilnya mirip Wu Yifanku. Wajah asisten dosen kami seketika cemberut, “Anda terlambat dihari pertama mata kuliah kita. Baiklah, aku rasa semester ini akan menyenangkan untuk anda. Silahkan ambil kursi didepan mahasiswi yang menggunakan cardigan pink itu.” Dosen itu menunjuk bangku didepanku.

Lelaki yang mirip dengan Yifan itu hanya mengangguk ogah-ogahan dan berjalan kearahku. Kemudian dengan suara berisik dia menarik kursi dan duduk. Aku masih menatap punggungnya. Benar-benar mirip Yifan.

…….

 

Author’s POV

Kelas Matematika dijurusan Arsitektur merupakan kelas pertama untuk mahasiswa angkatan baru yang dikenal sebagai pelajaran yang menyeramkan. Selain karena pengajarnya adalah 3 professor terkenal diseluruh jepang juga satu-satunya asisten dosen yang paling tampan berwajah angelic namun memiliki kepribadian keras. Adalah Inoo Kei yang kebetulan merupakan seorang idol dari salah satu agensi terkenal. Inoo Kei sangat pelit terhadap nilai dan galak selama kelasnya. Dan sudah menjadi rahasia umum kalau dia tidak pernah main-main dengan ucapannya.

“Saa…. Minna… sekian kelas hari ini. Kertas post tes silahkan dikumpulkan pada Nona Zhang. Dan Anda, Lewis Jesse bisa ikut saya ke kantor dekanat. Kita perlu bicara. Yang lain, kelas berikutnya saya tentukan jam setengah 9. Kalau anda terlambat jangan berani masuk. Sampai jumpa.” Ujar Inoo Kei sambil meninggalkan kelasnya. Bianca berdiri mengumpulkan lembaran jawaban sementara Jesse berdiri mengambil tasnya mengikuti Inoo Kei ke ruang dekanat.

Inoo Kei membanting buku dan tasnya, “Sudah kukatakan padamu, Jesse. Jangan terlambat dikelasku!” begitu ujar Inoo saat Jesse sudah diruang kerjanya. Jesse hanya menunduk dan menggaruk kepalanya, “Maafkan aku sensei. Enggg senpai.” Ujar Jesse. Inoo Kei nampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan frustasi. “Bagaimana aku bisa menjaga wibawaku sendiri dihadapan mahasiswa lainnya kalau kau seenaknya datang terlambat. Jangan hanya karena aku merekomendasikanmu jurusan ini kau jadi seenaknya dikelasku, Jesse.”

Jesse sekali lagi hanya membungkuk minta maaf. “Sumimasen, Sensei. Lembar jawabannya harus kuletakkan dimana?” ujar Bianca menginterupsi percakapan antara Inoo dan Jesse. Mereka berdua menoleh kearah Bianca, “Nona Zhang, bisa letakkan di tray coklat paling atas itu?” Bianca mengangguk. “Terima kasih, Nona Zhang.” Ujar Inoo Kei sementara Jesse hanya memperhatikan gadis itu lewat. Inoo Kei memperhatikan gerak mata Jesse, “Baru hari pertama dan kau ingin mendekatinya huh?” Jesse menoleh tak percaya pada Inoo, “Kau memang menyeramkan, senpai.” Dan Inoo hanya terkikik geli.

……

 

Bianca’s POV

Pintu ruangan Inoo Sensei baru saja kututup dan aku langsung terduduk dijalanan. Jantungku berdegub kencang saat sepasang mata lelaki itu mengawasiku. Aku yakin dengan pasti dia mengawasiku. Kenapa? Kenapa dia melakukannya?

……

 

Author’s POV

Jesse turun dari mobilnya dan mengangkat gulungan kertas gambarnya. Baru dua minggu dia kuliah tapi dia sudah banyak tugas dan dia sudah cukup sibuk dengan kegiatannya di dunia showbiz. Jesse menghela nafasnya kuat. Tak boleh menyerah! Batinnya kuat-kuat  berteriak. Lalu pandangan Jesse beralih saat seseorang berjalan mendahuluinya, Jesse melihat gadis itu didepannya. Dia merasa mengenali wajah itu sejak hari pertama kuliah, tepatnya saat dia dan gadis didepannya berada diruangan Inoo Kei. Jesse ingin menyapa gadis itu namun dia tidak berani.

Bip bip bip

Ponsel Jesse berbunyi dan bergetar. Menandakan adanya sebuah panggilan untuknya. Jesse melihat nama yang tertera. 

Azuki san calling 

Itu nama manajer yang mengurusnya. Dengan segera Jesse menggeser panel kunci dan menekan tombol jawabnya. "Moshi moshi manajer. Ada apa?" baru kalimatnya selesai, sebuah suara sudah membentaknya keras, "Dimana kau sekarang Lewis Jesse? Bukannya semalam sudah kukatakan kalau penerbanganmu jam 10 pagi? Sekarang sudah jam 9 dan kau belum menunjukkan batang hidungmu." suara manajernya yang berteriak membuat Jesse sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya. Muka Jesse cemberut. "Aku tahu. Tapi aku harus mengumpulkan tugasku. Kalau tidak Inoo Kei akan mengurangi nilaiku menjadi 50% dari yang seharusnya kudapatkan. Aku akan segera kesana. 25menit lagi aku akan sampai." ujarnya. "Cepatlah. Kau akan menjadi back dancer Jump tapi kau tak bisa tepat waktu. Harus kuganti yang lain huh?" Jesse tertawa, "Iya aku tahu. Tunggu saja aku akan datang." Jesse mematikan sambungan teleponnya dan bergegas menemui Inoo Kei.

......

 

 

Bianca's POV

Meet my two step-brothers. Mereka berdua sama-sama anggota dari Hey! Say! Jump yang terkenal. Okajima Keito dan Nakajima Yuto. Ibu Yuto menikahi ayah Keito namun beliau meninggal dunia dua tahun lalu. Sampai akhirnya Ayah Keito  menikahi ibuku. Dan mereka berdua sangat menyebalkan. Usiaku 4 tahun lebih tua dari mereka tapi mereka memperlakukanku seperti adik mereka yang berumur 10 tahun! Apa-apan hah?  Padahal sudah cukup bagiku punya 11 member EXO yang sangat protektif sejak kematian Yifan. "Jadi ayah dan ibu, aku akan menjaga Bianca sebaik yang aku bisa selama di Osaka nanti." ujar Yuto. Aku menoleh tak percaya.

"Tunggu, bu, yah.. Aku kan sudah mengatakan aku ingin pergi sendirian." selaku. Keito bergerak maju dan merangkulku. "But my sister. We cant lose you again. Remember 2 weeks ago when you decided by your own to campus but you got lost? We cant accept that anymore." aku mendengus kesal. Aku tahu tujuan mereka 'menjaga'ku sebenarnya hanyalah alasan saja. Mereka akan memaksaku membawa makanan ini dan itu disela-sela latihan atau kegiatan mereka. "Ayah setuju. Lagipula Keito dan Yuto sekalian konser disana kan. Bagaimana ibu?" aku mendelik tak percaya dengan kalimat ayah tiriku. Aku menoleh pada ibu yang ternyata mengangguk. "Jaga baik Bianca ya Yuto dan Keito. Ibu berpegang pada janji kalian." aku menundukkan kepala dan berjalan mengangkat koper pinkku. Aku sadar tak ada gunanya membantah.

"Iya dong bu. Kita kan sayang dengan Bianca." ujar Yuto sambil mencium pipi ibuku yang diikuti dengan Keito. Menyebalkan!

.......

 

"Bianca. Karena kami tidak bersama Jump dan staf jadi kami kerepotan membawa koper kami. Kau bawakan ya." ujar Yuto yang diangguki oleh Keito. Tuh kan! Mereka itu pasti akan mengerjaiku seperti ini. "Aku mengerti. But for your information. I will take a shinkansen tomorrow. So better you guys be aware to prepare some reason to my mother." ujarku dengan senyum kemenangan sambil menunjukkan tiket yang sudah kubeli.

"What! Kenapa kau tak mengatakannya!!! Lalu bagaimana dengan kami?" ujar Keito sambil memperhatikan tiketku. Dengan cepat aku menyembunyikannya sebelum Yuto mengambilnya dan berinisiatif merobeknya. "Kalian tak bertanya sih." ujarku sambil mendorong trolly berisi koper kami bertiga. Seandainya fans kalian tau betapa kalian ini jahat huh!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet