Failed

Marquee Reflection
Please Subscribe to read the full chapter

Setelah melakukan pertemuan bersama Yuna kemarin siang, akhirnya kami memutuskan untuk merancang beberapa rencana untuk dilancarkan pada Junhee. Aku mengambil tindakan untuk terlibat dengan Yuna seminimal mungkin, ia telah mengumpulkan banyak sekali bukti, data lengkap dan cerita dari orang-orang yang bernasib sama sepertinya−sepertiku juga.

Aku yakin, walau tidak seratus persen−tapi itu melebihi lima puluh persen, jadi cukup dijadikan sebagai pertimbangan−bahwa aku ingin Junhee berpisah dari Sehun. Aku ingin memiliki Sehun seutuhnya, dan biarkan saja Yuna yang mengurus keperluan lainnya, toh dia yang ingin repot dan sangat ingin balas dendam pada Junhee sebegitu parahnya. Aku hanya perlu membantunya dengan beberapa usaha yang tidak terlalu besar dan akan mendapatkan Sehun pada akhirnya. Tak bisa kubayangkan betapa bahagianya memiliki Sehun seutuhnya, tanpa ada rasa khawatir akan ketahuan, tanpa ada rasa berat hati karena Sehun adalah milik orang lain, Sehun akan menjadi milikku seorang.

Saat itulah aku mengambil keputusan, aku akan mengikuti apa yang Yuna lakukan, ceritaku yang masuk menjadi salah satu cerita yang akan Yuna sampaikan tidak terlalu berlebihan, kan? Toh itu hanya salah satu cerita dari sekian banyak yang Yuna kumpulkan, bisa jadi hanya satu dibanding sembilanbelas. Ya ampun, Sehun, ia telah melakukannya dengan banyak sekali wanita…

-

“Kau tidak pernah tau kan rasanya jadi aku…” Aku menatap Jongin nanar, menyeka air mata yang telah berderai melintasi pipi. “Apa kau pernah memikirkan perasaanku saat kau sedang bersama wanita brengsek itu? Pernahkah?!” Aku meraung pada Jongin, sementara ia hanya menatapku penuh penyesalan dan diam tak berkutik.

Napasku naik turun saat melihat Jongin tidak menunjukkan respon apapun. Aku sudah muak melihat wajahnya dan kulihat ia bergerak maju mendekatiku, tapi saat itu juga aku berbalik dan pergi meninggalkannya tanpa memedulikan ia yang meneriakkan namaku berulang-ulang.

Kututup telinga saking tidak tahannya, tapi suara Jongin masih terus terdengar oleh telingaku, membuatku rasanya ingin tuli sejenak dan tak mendengar suaranya lagi. “Eunjoo….!” Teriak Jongin.

Aku terbangun saat suara Jongin yang memanggil namaku masih terngiang di telingaku dengan sangat jelas, sementara terduduk di tengah ranjang, kuseka keringat yang bercucuran di kening dan pelipisku. Suhu di luar masih beberapa derajat celsius, bahkan nominalnya bisa dihitung dengan jari. Tapi karena mimpi−yang rasanya bukan seperti mimpi, tapi kenangan masa lalu−barusan, membuatku sangat berkeringat seperti baru saja mengitari lapangan sepak bola lima kali penuh. Napasku tercekat dan aku memejamkan mata berkonsentrasi membenarkan udara yang keluar dan masuk ke dalam paru-paru.

Kediaman menyergapku dan otakku mendadak berpikir dengan cepat. Apa maksud dari mimpi barusan? Kenapa aku memimpikan hal itu? Oh, lebih tepatnya, kenapa aku mengingat hal itu?

Kenapa bagian itu yang muncul dari sekian banyak kenanganku bersama Jongin? Jika memang kenangan yang harus muncul di mimpiku malam ini adalah kenangan yang buruk, kenapa harus yang satu ini? Tentu saja Jongin tidak pernah merasakan hal yang ku rasakan saat itu. Dia tidak bisa merasakan seperti apa memiliki perasaan orang yang ia sakiti. Mana mungkin?

Diselingkuhi memang sangat tidak enak.

Kurebahkan lagi tubuhku ke atas ranjang dan menarik selimutku lebih tinggi, kembali bersiap memejamkan mata. Aku mengecek jam di atas meja yang sekarang telah menunjukkan waktu pukul lima pagi, aku masih bisa tidur beberapa jam sebelum pertemuan pagi ini bersama Yuna.

Sebenarnya aku tidak terlalu ingin membaca laporan tentang riset yang ia buat sendiri dan menerima kenyataan bahwa wanita Sehun yang bernasib seperti kami sangatlah banyak.

Aku berdecak keheranan. “Dasar Sehun… tukang selingkuh, sama seperti Jongin.” Aku meringis pahit.

Sama seperti Jongin? Ha…

Walaupun aku tahu wanita simpanan Jongin tidak sebanyak Sehun, tapi tetap saja mereka sama. Apakah Junhee mengetahui semua ini? Mengetahui seberapa banyak wanita yang disimpan oleh Sehun tanpa sepengetahuannya? Ugh, kasian Junhee.

Pikiran itu terus berputar di kepalaku, membuat mataku justru tidak mau terpejam.

Tunggu! Ada yang baru kusadari di sini, jika Sehun sama saja seperti Jongin, itu artinya Junhee juga sama…. sepertiku? Sama sepertiku ketika aku masih berpacaran dengan Jongin. Iya??!!

Mataku yang tak mau terpejam, kini justru semakin melebar mengetahui kenyataan yang baru kusadari. Junhee sama saja sepertiku, berada di posisi sebagai orang yang diselingkuhi, bagaimana kalau Junhee juga merasakan sakit yang kurasakan? Bagaimana jika Junhee terluka? Bagaimana jika aku melihat potret diriku sendiri di dalam diri Junhee? Aku tahu betul seperti apa rasanya diselingkuhi, lalu seperti apa rasanya Junhee yang tak jauh beda denganku?

Ya ampun, Eunjoo, kau ingin menghancurkan orang yang seperti dirimu sendiri? Apa kau tega? Aku membatin dalam.

Kenyataan ini memukul kepalaku keras-keras, seolah meremas setiap sel di dalam otakku yang bekerja dengan kacau. Hanya sedikit waktu yang kumiliki sebelum bertemu dengan Yuna dan aku harus memutuskan sesuatu setelah mengetahui kebenaran lain dan dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya balas dendam ini.

-

“Yuna..” aku memulai setelah kami bertemu beberapa menit lalu dan mulai menyusun risetnya, mencoba mengawali pembicaraan dan mengumpulkan keberanian untuk mengatakan keputusanku padanya.

“Hm.. tolong play rekaman yang nomor dua.” Yuna memerintahku.

“Ada yang ingin ku katakan padamu.” Kataku mengalihkan perhatiannya padaku.

“Apa?” wajahnya berubah menjadi serius.

Aku menelan ludah, awalnya lidahku sangat kelu untuk mengucapkannya, tapi aku berharap apa yang kulakukan nanti adalah benar. Aku sangat menginginkan Sehun tentu saja, tapi mengingat apa yang terjadi dini hari tadi, sepertinya aku harus memikirkannya ulang.

“Sepertinya aku tidak bisa bergabung denganmu lagi, aku tidak yakin untuk melancarkan balas dendam ini pada Junhee. Aku takut ia terluka nantinya.” Kataku jujur.

Yuna menelengkan kepalanya ke sisi, memasang wajah datar. “Bukankah kita telah membahas tentang hal ini sebelumnya? Dan Eunjoo asal kau tahu saja, melukai Junhee adalah tujuan semua ini dibuat.”

Aku terdiam, Yuna benar, sejak awal niat Yuna memang ingin melukai Junhee, tapi aku tidak begitu, niatku hanyalah ingin memiliki Sehun. Dan sekarang aku tahu, memiliki Sehun dengan cara seperti ini juga akan melukai Junhee. Aku tidak bisa melukai Junhee, sementara ia adalah potret diriku sendiri.

“Kau menginginkan Sehun, kan?” tanyanya sungguh-sungguh.

Kutatap matanya yang tanpa emosi dan mengangguk pelan.

“Lalu kenapa kau menyerah? Itu sama saja kau ingin melepaskan Sehun, kau tahu.”

“Kau benar, tapi aku tidak ingin menyakiti Junhee. Yang ingin membuatnya terluka adalah kau. Itu bukan tujuanku, ingat?” nada suaraku berubah sedikit meninggi. “Aku tidak ingin terlibat lagi, aku yakin ada cara lain yang bisa menyatukanku dengan Sehun.”

Yuna menghela napas bosan, lalu ia mengeluarkan kamera digital dari tempatnya dan menunjukkan beberapa foto yang menampilkan gambarku sedang bersama Sehun.

“Kau boleh saja tidak terlibat lagi dengan rencana ini.” Ia mulai merebut berkas-berkasnya yang ada di hadapanku. “Tapi dengan tindakanmu yang seperti ini, aku masih tetap bisa melancarkan usahaku, dengan menceritakan seluruh detil-detil yang bisa kuberikan pada Junhee. Hanya tentang dirimu, maka dari itu, hanya kau yang terlihat di mata Junhee dan kau menjadi satu-satunya yang melukai Junhee.”

Aku tercekat mendengarnya. Semua ini memang sudah terlalu jauh dan terlanjur sudah kurekam suara pengakuanku padanya dan ternyata ia diam-diam mengumpulkan foto-foto yang tak kuduga telah ia dapatkan.

Yuna memasukkan barang-barangnya ke dalam tas lalu berdiri. “Kau harus membayar semua ini.” Katanya penuh penegasan.

Aku membeku di tempat, merasa sangat bersalah sementara apa yang kulakukan adalah untuk kebaikan beberapa orang. Kupandangi kepergiannya tanpa kata dan merasakan mataku yang mulai memanas. Bisa-bisanya Yuna melakukan semua ini padaku, padahal sebelumnya kami bekerjasama dengan sangat baik menyusun rencana ini.

Tapi aku tidak akan merubah keputusanku untuk tetap tidak terlibat dengan rencananya. Aku tahu tindakanku adalah benar. Dan yang jadi masalah, sekarang ia mengancamku dengan seluruh bukti yang telah ia dapatkan dan khawatir kalau-kalau Yuna benar-benar bermaksud dengan kata-katanya, dan aku tahu dia sungguhan.

Ponselku bergetar beberapa saat kemudian, aku mengeluarkannya dari saku coat dan melihat Yuna mengirimiku pe

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
marumero
My current on going story; Second Third. Luhan and OC in action, pls give me your support guys :)

Comments

You must be logged in to comment
irnacho #1
Chapter 20: yaelaaah si eunjoo knp ga bunuh diri sekali aja ya. harusnya dia sadar, secintanya sehun sama dia, tapi cintanya sehun ke dia ga lebih besar dari rasa cintanya ke junhee. buktinya sehun ga sedikit pun ngehalangin niat eunjoo pas dia mutusin buat mengakhiri hub mereka. sehun langsung bilang iya tanpa mikir lagi. gila, nyesek meeeeen waktu sehun bilang "baiklah, jika itu yg kamu mau." ih aku klo jd eunjoo udah nangis darah. dan udah fix ga mau ngarepin dia lagi. duh eunjoo nyakitin diri sendiri aja sih. dia mah pusing di buat sendiri.
irnacho #2
Chapter 18: dan sekali lagi aku harus bilang, eunjoo bodoh bgt klo dia masih mau pertahanin sehun setelah apa yg dia tahu dari mulutnya junhee. trus sukaaaa banget pas bagian moment eunjoo-jongin. duhduhduhduh pokoknya sukalah
irnacho #3
Chapter 17: yailah jongin, sepele bener ya alesannya wkwk
tapi mungkin itu jadi batas kekecewaannya dia kali ya, udah mah bete sama sikap eunjoo trus di tambah dia ga inget sama ulang tahunnya. iya sih pasti bakal kesel, sedih, marah, kecewa dan sebagainya. kayaknya jongin bener2 udah ke apus ya dari hatinya eunjoo? atau jangan2 selama ini yg eunjoo rasain ke sehun itu cuma sekedar pelarian. karena kan pas sehun dateng eunjoo blm bener2 bisa ngelupain jongin. bisa jadi bisa jadi. aku harap sih gitu ya. makanya eunjoo susah ngelepasin sehun karena ya emang sehun yg bikin dia nyaman setelah dua tahun itu dia berkutat dgn keterpurukannya. tapi ya tetep aja caranya salah.
irnacho #4
Chapter 15: aku mau komen tapi ga tau harus mau komen aku. terlalu gemes sama semua tokohnya aaarrrgh
irnacho #5
Chapter 12: Aaaarrrgh knp eunjoo oon bgt siiiih
Heuuuu gemes bgt deh pengen nyakar dia
irnacho #6
Chapter 11: Aduuuh baru ini aku baca ff dan ga suka sama tokoh utamanya. Eunjoo tuh ya, trlalu bodoh. Sangking bodohnya pengen bgt unyeng2 rambutnya dia heuheu
irnacho #7
Chapter 10: Eunjoo bikin penyakit doang. Nyakitin diri sendiri aja, udah tau salah masih di terusin ckck
irnacho #8
Chapter 9: Trus sehun jawab : "ga bisa, karena aku udah mau nikah sama junhee." Jederrrr
Knp eunjoo ga cb berpikir ke masa lalu ya? Dia kan prnh di selingkuhin, harusnya dia bs lbh bijaksana. Karena dia pasti tahu gmn sakitnya di selingkuhin. Sekarang dia yg jd selingkuhannya dan ibaratnya dia mau ngerebut sehun dari pacarnya yg udh kenal sehun jauh lbh lama dr dia. Jd keliatan egois.
irnacho #9
Chapter 8: Aduuuuh knp eunjoo jd bodoh bgt ya. Dulu dia bs ninggalin jongin yg udh pacaran lama, knp sama sehun yg baru kenal, istilahnya deketlah, beberapa bulan susah bgt buat ngelepasin?
irnacho #10
Chapter 7: Sehun kacaaaauuu
Dan entah knp aku malah pengen eunjoo balik sama jongin. Rada sebel aja gitu pas dia tau klo slama ini dia jd selingkuhan sehun tp si eunjoo bukannya marah malah nyium sehun. Ya Apa pun alasan sehun, apa yg dia lakuin tetep salah. Klo di terusin justru itu semakin bikin eunjoo sakit sendiri. Jd mending udahin aja. Msh ada jongin, ya walau pun dia jg prnh ngelakuin hal yg sama tp senggaknya jongin sekarang nyesel sama perbuatannya dan yg pasti dia cinta sama eunjoo. Di banding sehun yg nganggep eunjoo ga lbh dr cewe yg cuma di datengin klo lg butuh doang. Berasa kayak tempat sampah.