Same Thing
Marquee ReflectionTernyata aku salah besar mengharapkan kehadiran Sehun saat malam perayaan tahun baru. Tentu saja ia tak akan bersamaku, ia pasti lebih memilih bersama Junhee daripada denganku. Aku tahu itu. Aku tak bisa mengganti posisi Junhee di hati Sehun dan aku tidak tahu apakah aku memiliki harapan untuk menggantikannya dari dalam hati Sehun.
Aku ingin selalu Sehun berasa di sisiku, aku ingin ia menjadi satu-satunya untukku dan begitupun aku sebaliknya. Tapi aku selalu ragu apakah aku bisa menjadi satu-satunya untuk Sehun, aku berusaha sekuat tenaga untuk membuat Sehun selalu berada di sisiku, apapun akan kulakukan agar ia selalu bersamaku, tapi aku tahu, itu bukan hal yang mudah selama masih ada Junhee. Haruskah aku menyalahkannya karena menjadi yang pertama di hati Sehun? Atau aku harus menyalahkan diriku sendiri karena hadir di antara hubungan mereka berdua? Bukan aku yang membuat hatiku terjatuh pada Sehun. Aku tidak bersalah.
Semakin lama hubungan antara aku dengan Sehun tertutupi, semakin sakit juga aku merasakannya. Dan aku benci dengan Jongin yang masih terus saja berusaha menyadarkanku agar aku mengakhiri hubunganku dengan Sehun dan menjauh dari hubungan mereka berdua. Aku sadar, aku tahu Sehun seseorang yang brengsek, tapi aku juga tak bisa membiarkannya pergi begitu saja, aku ingin ia selalu bersamaku, aku ingin terus mencintainya.
Jongin tidak menyerah hanya seperti itu pastinya, suatu hari setelah tahun baru mulai bergulir, Jongin dengan nekat akhirnya memberitahu Yoomi apa yang sebenarnya terjadi. Aku terkejut saat melihat mereka berdua sedang bicara bersama di kafe Minseok begitu aku tiba di sana untuk makan siang setelah bekerja di awal tahun di toko bersama Jimin. Aku langsung menatap mereka curiga, terlebih saat Yoomi menatapku dengan bersungut-sungut, aku tahu ia telah mengetahui sesuatu, lalu aku hanya melenggang masuk seolah aku tidak melihat mereka berdua. Aku menyapa Minseok dan hanya memesan Vanilla Macchiato, selera makanku langsung hilang saat melihat Yoomi menatapku garang. Aku mengambil tempat duduk di pojok ruangan dan Yoomi menghampiriku.
“Tega-teganya kau Yoon Eunjoo!!!!” katanya meraung ke arah meja yang ku tempati. Aku menatapnya santai, tidak ingin terbawa suasana panas yang sedang menghinggapi Yoomi.
Aku menoleh ke arah Jongin dan ia telah menghilang dari dalam ruangan. Ha, pintar sekali, Kim Jongin, kau berhasil. Rutukku dalam hati.
Aku menyeruput minumanku, menyilangkan tanganku di dada. Sudut mata Yoomi berair karena amarah lalu aku tahu bahwa ia benar-benar sedang marah.
“Kau tidak mengatakan padaku kalau lelaki yang berkencan denganmu adalah Sehun! Apa maksudmu tidak memberitahuku sejak awal?! Bukankah aku temanmu?!” ia mendesis padaku, menjaga suaranya serendah mungkin namun tetap menegaskan amarahnya, tidak ingin mengganggu kenyamanan para pelanggan yang datang.
“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk tidak memberitahumu, aku hanya mencari waktu yang tepat, tapi aku tak bisa menemukannya, hingga semua ini terjadi.” Ujarku datar mengangkat bahu.
“Kau tidak termaafkan! Kau membuatku seperti seorang teman yang brengsek!” tekannya.
Aku terkejut saat mendengar Yoomi mengatakan itu, kenapa justru Yoomi yang merasa begitu?
“Well, akulah yang brengsek, bukan kau.”
“Ya, kau memang sangat brengsek! Apakah hidup seperti non-manusia selama dua tahun telah mematikan saraf-saraf otakmu?! Aku tak pernah menyangka kau berani merusak hubungan orang lain, Eunjoo.” Suaranya menjadi datar saat Yoomi menyenderkan punggungnya di kursi.
Aku membelalakan mataku. Apa? Apa yang baru saja Yoomi katakan?
“Aku? Merusak hubungan orang lain?” tanyaku melengking tinggi.
“Lalu kenapa kau masih mempertahankan hubunganmu dengan Sehun? Kau tau dia telah memiliki Junhee dan kau tak akan bisa menggantikan posisinya.”
Yoomi mengetahui tentang Junhee? “Kau tahu Junhee? Kau tahu mereka berdua berpacaran?” tanyaku tak percaya.
Yoomi memutar bola matanya menatapku gemas. “Semua orang tahu, Eunjoo. Junhee pacar Sehun dan Sehun pacar Junhee.” Ujarnya singkat.
‘Lagipula semua orang tahu tentang hubunganku dengan Junhee,’ aku kembali mengingat apa yang Sehun katakan padaku beberapa waktu lalu.
Aku mengangguk-angguk mengerti, ternyata memang hanya aku yang tidak mengetahui hubungan mereka berdua. Bagaimana bisa aku benar-benar sangat buta? Apakah kehadiran Jongin dulu membutakan seluruh inderaku? Mendengar tentang hubungan Sehun dan Junhee sekalipun aku tak pernah.
Apa saja yang Jongin katakan pada Yoomi, kenapa ia menjadi sangat ngotot begini untuk membuatku berpisah dengan Sehun. Kenapa Yoomi terlihat seperti Jongin?
“Jauhi Sehun, atau kau akan mendapat masalah besar.”
Aku mendelik padanya, bisa-bisanya Yoomi mengatakan ini padaku, tidakkah ia tahu betapa Sehun telah membuatku bahagia dan merasa hidup kembali?
“Tidak.” Kataku singkat.
Yoomi mengerang, meremas rambutnya sendiri dengan frustasi. “Jongin benar, kau jadi sangat keras kepala sekarang.”
Aku menatapnya sebal. “Tidak bisakah kau berada di pihakku daripada mendengar apa yang Jongin katakan? Dan, sejak kapan kau jadi berpihak pada Jongin dan membelanya?” kataku, mengingat Yoomi sama bencinya sepertiku karena menyakitiku berkali-kali di masa lalu dan membuatku terpuruk. Aku mulai memanas, marah karena Yoomi lebih memilih untuk mendengar apa yang Jongin katakan daripada memikirkan perasaanku.
“Karena kau salah. Aku tidak ingin menghancurkan sahabatku sendiri.”
“Aku salah? Apakah aku mencintai Sehun adalah sebuah kesalahan?” aku menatapnya tak mengerti.
“Kesalahan besar. Kau tidak seharusnya bersama Sehun.” Yoomi menatapku lurus di mata, “Kau harus mengakhirinya.” Raut wajahnya yang sangat meyakinkan membuatku sedih. Aku tak percaya sahabatku sendiri ingin menghancurkanku dengan memisahkanku dengan Sehun.
“Tidak, Yoomi. Tidak akan.” Aku menggeleng dengan yakin.
“Kenapa? Bukankah ia menyakitimu dan mempermainkanmu?”
“Kau tidak tahu, Yoomi. Kau tidak tahu.” Dadaku terasa sesak saat memahami orang yang paling dekat denganku membantah apa yang ku inginkan. Tak pernah terbayangkan sedikitpun olehku bahwa Yoomi akan sekolot ini tentang Sehun dan ini menyakitiku. Terlebih saat ia mengatakan rasa cintaku pada Sehun adalah kesalahan besar.
“Tidak tahu apa?” tanyanya menantang.
Aku tidak sanggup lagi berhadapan dengan Yoomi jika
Comments