Chapter 49

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Jongin tidak di sekolah keesokan harinya. Dan hari berikutnya. Saat itu hari Jumat. Terakhir kali aku mengecek, ia ada latihan setiap Jumat. Baekhyun dan anak lainnya tidak menanyakan sesuatu jadi kupikir Jongin tidak menyebutkannya pada mereka. Belum. Aku bersikap seperti diriku sendiri untuk hari-hari yang tersisa dalam minggu itu. Meskipun, beberapa hari ini aku hampir seperti mengalami mimpi yang mengabur.

Aku masih berhasil menjaga pikiranku. Bekerja di Spines setelah sekolah dan pada akhir pekan benar-benar banyak membantu. Tidak ada yang curiga saat aku memasang wajahku dengan senyum yang kupersiapkan sebelum pergi bekerja dan sekolah. Aku tersenyum pada pelanggan dan cukup banyak orang yang tersenyum padaku. Bahkan Bibi Sora. Ia tidak menduga apa-apa, bahkan tentang ibu. Aku menoleh padanya di meja kasir sambil berbicara dengan salah satu pelanggan setia kami dan kupikir dia akan membunuhku setelah ia tahu kalau aku menyimpan rahasia ibu. Aku melihat ia cemberut ke arahku, saat Minggu malam. Ia bertanya mengapa aku masih di toko ketika ada sekolah besok pagi. Aku mengatakan padanya kalau aku hanya rindu bekerja lembur di toko buku.

"Apa?" Aku bertanya tidak nyaman saat ia mengintip ke mataku.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Bibi Sora sungguh-sungguh saat ia sedikit membelai rambutku. "Kau tampak terganggu."

Aku menelan ludah. Baiklah, mungkin ia mencurigai sesuatu.

"Aku baik-baik saja." Kataku, memberinya senyum terbaik yang pernah bisa kukumpulkan di wajah beratku.

"Ingatlah, kalau kau butuh sesuatu, aku ada di sini, oke?" Katanya, memberiku pelukan cepat namun hangat dan ciuman di puncak kepalaku.

"Aku tahu." Kataku.

--------

Min Jee kembali pada hari Senin. Ia sedang menungguku di lobi ketika aku setengah hati tiba di sekolah. Ia memelukku seolah-olah kita tidak bertemu selama berabad-abad. Yah, kita belum dipisahkan selama itu. Lima hari setara dengan bertahun-tahun bagi kita.

"Aduh! Aw!" Min Jee berteriak dan aku sadar kalau aku baru saja memeluknya begitu kencang.

"Oh, maafkan aku!" Kataku, menarik diri darinya. Anehnya, ada benjolan terbentuk di tenggorokan dan mataku menjadi lembab.

"Aww, kau begitu merindukanku, ya?" Ujar Min Jee menggoda, sedikit menyenggol bahuku.

"Ya ... aku merindukanmu ..." kataku, memaksa tertawa saat aku menyeka dan mengerjapkan air mataku. "Sangat. Aku senang kau kembali." Kataku sungguh-sungguh.

Min Jee cemberut. "Yah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi." Katanya, menempatkan tangannya di bahuku kemudian kami berdua mulai berjalan ke loker. Ia mulai menceritakan betapa mengejutkan ia bersenang-senang pada liburan mereka. Ia membual bahwa itu karena ia sendiri yang mengorganisir. "Apa semuanya baik-baik saja?" Ia tiba-tiba bertanya. Aku bersandar pada loker di samping lokernya, menunggunya sebelum kami naik ke lantai atas untuk jam pelajaran pertama kami.

"Aku baik-baik saja." Kataku. Kemudian Min Jee mengintip ke mataku seolah-olah mencari sesuatu. "Ceritakan lebih banyak tentang perjalananmu. Kau foto-foto?" Aku bertanya padanya, menyunggingkan senyum di wajahku ketika aku mencoba untuk mengganti topik pembicaraan.

Min Jee berhenti lagi sesaat untuk memandang ke dalam mataku dan ia mulai menunjukanku foto-foto yang ia ambil dan lanjut menceritakanku cerita tentang perjalanan barunya.

Sementara aku berjalan menyusuri lorong, kakiku mati rasa saat menuju ke ruang kelas. Kuambil napas panjang selagi memegang gagang pintu dan membuka pintu. Ia adalah orang yang kulihat pertama kali ketika aku melangkah masuk. Suaranya juga yang pertama kali kudengar karena ia sedang tertawa sangat keras dengan teman sebangkunya. Bahkan tidak sekali atau sedikit saja ia mengetahui keberadaanku ketika aku menuju bangkuku, yang mana tak terlalu jauh dari tempat ia duduk. Ia tidak memperhatikanku, hanya saat ini aku tahu, bahkan jika aku mencoba untuk bicara dengannya. Aku selamanya tak ada baginya.

Yixing dan Sehun, menyapaku ketika mereka datang. Meskipun mereka lebih senang saat melihat Jongin duduk di belakang. Mereka mulai bicara dan tertawa dengan gembira, sungguh jelas kalau teman baik mereka dan aku telah berakhir. Aku tak bisa menahan tapi bertanya-tanya apakah Jongin telah menyebutkannya pada mereka.

Saat bel akhirnya berbunyi untuk makan siang, dengan cepat aku mengemasi barang-barangku dan bergabung bersama teman sekelas yang keluar dari dalam kelas dengan kilat. Aku langsung menuju ke lokerku dan bertemu dengan Min Jee. Aku masih belum bercerita tentang aku putus dengannya. Jujur saja, aku tidak tahu bagaimana harus membertahunya, ia sangat suka aku bersama Jongin.

"Kita mau makan apa untuk makan siang? " Min Jee bertanya saat aku membuka loker dan meletakkan bukuku ke dalam. "Aku kelaparan."

Makan siang, pikirku. Aku benar-benar lupa tentang makan siang. Ketika Jongin tidak ada, aku makan siang dengan Yixing, Sehun dan Baekhyun. Selalu seperti itu bahkan sejak sebelum kami mulai nongkrong bersama. Tapi sekarang kami telah berakhir…

"Cepatlah, Hana." Min Jee mendesak sambil mengecek jam tangannya. "Baekhyun telah meluangkan tempat duduk langganan kita." Ia menambahkan saat aku menutup loker.

"Kupikir aku tidak—" Aku memulai.

Min Jee menarik lenganku dan menarikku ke kantin. Kantinnya sudah penuh saat kami tiba. Setelah memegang nampan makan siang, kami melihat Baekhyun melambai ke arah kami dari pojok kanan belakang ruangan. Dengan enggan aku mengikutinya, lagipula Baekhyun duduk seorang diri. Ketika Min Jee bertanya padanya, ia berkata bahwa Jongin dan yang lain akan di sana beberapa menit lagi. Kami bertiga mengobrol sebentar, kebanyakan aku hanya mendengarkan mereka yang bicara. Aku mencoba untuk menghabiskan makan siangku dengan cepat dengan begitu aku tak perlu melihat Jongin. Tapi sebagian dalam diriku (bagian yang dominan) ingin tetap di sana dan melihatnya meski hanya sekejap saja.

Nirwana secepat kilat menjawab doa rahasiaku. Tak kurang dari satu menit, Yixing dan Sehun tiba bersama Jongin yang mengabaikanku lagi sementara Yixing dan Sehun mengangguk padaku saat mereka duduk. Yang mengejutkan, Jongin duduk di kursi yang berlawanan denganku. Aku mencuri pandang sekilas pada wajahnya, aku berharap ia untuk memberiku tatapan maut karena aku sedang makan dengan teman-temannya. Tapi ia tidak begitu. Ia sibuk dengan makanannya, ia tidak membuat kontak mata denganku, ia hanya di sana. Makan dalam diam dan mengunyah makanannya penuh pikiran, ekspresinya tak berubah selagi teman kami sibuk mengobrol dan bergembira. Sementara itu, aku tak bisa merasakan apapun saat makan. Jongin yang pertama menghabiskan makanannya dan berdiri dari kursi. Ia menganggukan kepala sekali pada semuanya kecuali diriku. Aku kasat mata baginya.

"Aku tidak bisa makan lagi dengan kalian." Aku memberitahu Min Jee saat kembali ke area loker.

Min Jee menghela napas. "Kau dan Jongin bertengkar lagi?" ia bertanya, sedikit tidak sabar. "Sangat kentara saat makan siang tadi. Aku harus menendang tulang kering Sehun untuk membuatnya terus bicara."

"Jadi kalian menyadarinya."

"Kau serius?" Min Jee berkata, "Aku bisa memotong ketegangan di antara kalian berdua dengan pisau. Apa yang terjadi?"

"Jongin dan aku…" Aku memulai, saat kami mencapai loker. "Kami tidak bersama lagi."

Aku memandang Min Jee yang sedang menatapku dengan serius, ia mengamati wajahku. Kemudian, ia tertawa sangat keras.

"Oke, kau hampir saja mendapatkanku." Ia mengikik. Lalu ia berhenti ketika ia menyadari ekspresi suramku dan mengumpat keras. "Itu… tidak mungkin."

Aku menghela na

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga